BAB VI PENGUMPULAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI Umum

BAB VIII APLIKASI MODEL

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

BAB V DESAIN KUESIONER STATED PREFERENCE

Gambar III. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KARAKTERISTIK KORIDOR CIBIRU-DAGO

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN METODE STATED PREFERENCE (STUDI KASUS MEDAN - SIDIKALANG) LEO GANDA SILALAHI

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ANGKUTAN ONLINE TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK MALALAYANG - PUSAT KOTA)

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

MODEL PEMILIHAN MODA BUSWAY DAN SEPEDA MOTOR STUDI KASUS : KORIDOR BLOK M - KOTA

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

NILAI WAKTU PENGGUNA PESAWAT TERBANG STUDI KASUS: RUTE PADANG-JAKARTA

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

MODEL PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG KAPAL ROLL ON ROLL OFF (PT.ASDP) & KAPAL CEPAT (SWASTA)

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PEMILIHAN MODA ATAS PELAYANAN MONOREL JAKARTA BERDASARKAN DATA STATED PREFERENCE (SP)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

Bab V Validasi Model

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pemilihan Moda Transportasi ke Kampus oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya

REVIEW PENDEKATAN STATED PREFERENCED DALAM BEBERAPA PENELITIAN TRANSPORTASI DI KOTA PADANG

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

BAB II STUDI PUSTAKA. Salah satu langkah yang diperlukan dalam evaluasi dan penyelesaian masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi)

KINERJA OPERASI ANGKOT RUTE CIUMBULEUIT ST. HALL

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM ANTAR PROVINSI MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE (STUDI KASUS : MEDAN LHOKSEUMAWE)

THESIS ABDUL GAUS NRP :

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB III LANDASAN TEORI

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil survei kuisioner memberikan hasil sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda

BAB I PENDAHULUAN. pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

ANALISA PROBABILITAS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA SEPEDA MOTOR DENGAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Umum. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan. manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

Transkripsi:

BAB VI PENGUMPULAN DATA 6.1. Umum Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dibagi dalam 2 jenis. Yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda survey kuesioner. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari penelitian - penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan dari pengumpulan data primer adalah untuk memperoleh estimasi model kompetisi moda bus dengan moda angkot, mobil pribadi, dan motor, diturunkan dari konsep utilitas moda transportasi yang ditinjau. Sedangkan maksud dari pengumpulan data sekunder adalah memperoleh Gambaran demand pergerakan koridor Cibiru - Dago untuk berbagai moda serta demand dari bus, yang berasal dari peralihan demand moda-moda yang dikompetisikan terhadap bus. 6.2. Pengumpulan Data Primer Proses pengumpulan data primer dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Pengumpulan data survey karakteristik 2. Pengumpulan data survey pendahuluan preferensi pemilihan moda 3. Pengumpulan data survey utama preferensi pemilihan moda 6.2.1. Pengumpulan Data Survey Karakteristik Survey kuesioner karakteristik dilakukan sebanyak satu kali pada proses penelitian tugas akhir ini. Survey hanya dilakukan satu kali karena sebelumnya telah dilakukan perbandingan dengan penelitian yang telah dilakukan. Survey karakteristik dilakukan di Cibiru, Ujung Berung dan sekitar kampus ITB dengan maksud untuk memperoleh gambaran karakteristik penumpang dan moda transportasi koridor Cibiru - Dago. Karakteristik moda transportasi yang diamati dalam pelaksanaan survey ini antara lain angkot, mobil pribadi, serta motor. Pemilihan responden dilakukan secara acak akan tetapi responden yang disurvey bukanlah captive users. Hasilnya diperoleh masukan dari 50 orang responden. Dalam survey ini diterapkan perpaduan dua metoda, yaitu metoda

kuesioner dan metoda wawancara. Tujuannya agar dalam pelaksanaan survey, di samping diperoleh karakteristik pergerakan penumpang sesuai dengan hasil jawaban dalam lembar kuesioner, juga didapatkan aspirasi dari users atau masukan mengenai kondisi moda angkutan penumpang koridor Cibiru - Dago. Data yang dihasilkan dari kedua survey karakteristik meliputi data sosio-ekonomi penumpang (usia, pendapatan perbulan dan intensitas perjalanan Cibiru - Dago), serta data kondisi eksisting angkutan penumpang dan kondisi moda bus rencana yang diharapkan koridor Cibiru - Dago seperti tarif, waktu tempuh, maksimum keterlambatan, waktu tunggu dan waktu operasional. Berikut disajikan grafik dari hasil survey karakteristik yang telah dilakukan: Data Umum Gambar 6.1. Grafik Presentase Maksud Perjalanan Responden Pada Gambar 6.1 dapat disimpulkan bahwa maksud perjalanan paling banyak adalah untuk sekolah atau kuliah yang kedua untuk bekerja dan yang ketiga untuk jalan-jalan atau wisata. Hal ini tidak mengherankan karena di koridor Cibiru - Dago banyak terdapat sekolah maupun kampus. Gambar 6.2. Grafik Presentase Jenis Kendaraan Aal Auladzi (15004156) VI - 2

Pada Gambar 6.2 dapat disimpulkan bahwa jenis kendaraan yang banyak dipakai untuk melakukan perjalanan di koridor Cibiru - Dago adalah angkot, yang kedua adalah motor dan yang ketiga adalah mobil pribadi. Gambar 6.3. Grafik Presentase Jumlah Perjalanan Perminggu Pada Gambar 6.3 dapat disimpulkan bahwa jumlah perjalanan dalam satu minggu paling banyak adalah senin sampai sabtu hal ini dikarenakan responden yang kebanyakan berasal dari pelajar dan pekerja. Gambar 6.4. Grafik Presentase Pendapatan Perbulan Pada Gambar 6.4 dapat disimpulkan bahwa pendapatan responden paling banyak yang berada pada kisaran 300-600 ribu rupiah. Sebagian besar responden adalah pelajar dimana pendapatan perbulan dapat merefleksikan rata - rata uang saku perbulan yang mereka gunakan atau rata rata pengeluaran per bulan dalam beraktivitas sehari hari untuk sekolah atau kuliah. Data Angkot Gambar 6.5. Grafik Presentase Ongkos Angkot Aal Auladzi (15004156) VI - 3

Distribusi ini mengindikasikan bahwa jarak tempuh perjalanan tidak end-to-end, yaitu Cibiru Dago, tetapi in-between, yaitu di antara di dalam koridor. Gambar 6.6. Grafik Presentase Waktu Tempuh Angkot Gambar 6.7. Grafik Presentase Waktu Tunggu Angkot Gambar 6.8. Grafik Presentase Waktu Operasional Angkot Dari gambar hasil survey karakteristik untuk data angkot dapat dilihat bahwa ongkos yang dikeluarkan oleh responden untuk melakukan perjalanan menggunakan angkot lebih banyak berkisar antara Rp.2000 - Rp.3000, dengan waktu tempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit. Bila diasumsikan kecepatan rata rata angkot adalah 30 km/jam. Maka jarak yang ditempuh oleh kebanyakan responden adalah sejauh + 15 km. Dari survey Aal Auladzi (15004156) VI - 4

juga terlihat bahwa waktu tunggu atau dalam survey diartikan sebagai jeda kedatangan antar angkot adalah berkisar antara 1-5 menit. Data Motor Pribadi Gambar 6.9. Grafik Presentase Ongkos Motor Dari gambar hasil survey karakteristik untuk data motor dapat terlihat bahwa lebih banyak responden mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6000 untuk menempuh perjalanan. Ongkos motor ini adalah kisaran pengeluaran untuk bahan bakar oleh responden untuk melakukan perjalanan di dalam koridor Cibiru Dago (in-between). Gambar 6.10. Grafik Presentase Waktu Tempuh Motor Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali perjalanan di dalam koridor. Waktu tempuh yang paling banyak dipilih oleh responden adalah sekitar 20 menit. Hal ini menandakan bahwa perjalanan yang dilakukan hanya bersifat in-between. Data Mobil Pribadi Gambar 6.11. Grafik Presentase Ongkos Mobil Aal Auladzi (15004156) VI - 5

Gambar 6.12. Grafik Presentase Waktu Tempuh Mobil Untuk mobil pribadi hasil survey menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh responden terbanyak adalah sebesar Rp.12000. Biaya yang dikeluarkan adalah untuk melakukan perjalanan dari titik awal keberangkatan sampai tujuan. Waktu tempuh terbanyak yang dipilih sebesar 30 menit. Waktu tempuh yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan responden dari titik keberangkatan sampai tujuan. Dari waktu tempuh sebesar 30 menit, maka dapat dikatakan bahwa responden yang menggunakan mobil bergerak diantara di dalam koridor (in-between). Dimana waktu tempuh rata rata yang dibutuhkan untuk bergerak dari titik awal rute sampai ujung rute adalah 60 menit. Data Preferensi Bus Gambar 6.13. Grafik Presentase Preferensi Waktu Tempuh Bus Gambar 6.14. Grafik Presentase Preferensi Ongkos Bus Aal Auladzi (15004156) VI - 6

Gambar 6.15. Grafik Presentase Preferensi Waktu Tunggu Bus Gambar 6.16. Grafik Presentase Preferensi Waktu Operasional Bus Pada survey karakteristik ini juga ditanyakan tentang preferensi responden bila diadakan bus dengan jurusan Cibiru Dago. Hasil yang didapat dari survey ini adalah waktu tempuh yang diharapkan oleh responden adalah antara 20 30 menit (untuk responden yang bergerak diantara koridor). Untuk ongkos responden paling banyak menjawab diantara Rp.2500 dan Rp.3000 dengan waktu tunggu yang diharapkan antara 5 10 menit. Sedangkan untuk waktu operasional preferensi responden mendominasi antara 15-20 jam. 6.2.2. Pengumpulan Data Survey Pendahuluan Preferensi Pemilihan Moda Sebelum pelaksanaan kegiatan survey kuesioner utama, ada baiknya jika terlebih dahulu dilakukan survey pendahuluan. Tujuan dari survey pendahuluan yaitu sebagai berikut : Memperoleh desain terbaik yang hendak digunakan dalam survey kuesioner SP utama, yaitu desain yang memiliki deviasi minimum antara data model yang terbentuk dengan data aktual (data sampel). Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan model yang lebih baik seperti yang telah dijelaskan dalam sebelumnya. Aal Auladzi (15004156) VI - 7

Memperoleh level negatif dan positif untuk tiap atribut yaitu posisi dimana responden mulai tertarik untuk pindah moda menjadi moda yang diajukan dan posisi dimana responden sudah mulai meninggalkan pilihan untuk menggunakan moda yang diajukan. Menentukan jumlah sampel yang diperlukan pada pelaksanaan survey SP utama. Pelaksanaan survey pendahuluan sangatlah penting, agar proses pengumpulan data survey SP dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebelumnya, telah dilakukan penelitian terhadap penelitian sejenis sebelumnya agar survey pendahuluan yang diajukan lebih tepat dan dapat memberikan hasil yang terbaik. Pada tugas akhir ini, dilaksanakan survey pendahuluan SP sebanyak 2 kali dengan masing-masing survey pendahuluan mengambil data dari 30 responden. Pemilihan banyaknya responden adalah berdasarkan batasan minimum jumlah sampel yang disarankan melalui teori dasar sampling (Permain dan Kroes, 1990). Dalam pelaksanaan survey pendahuluan, desain yang disajikan umumnya selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan dalam upaya memperbaiki desain kuesioner SP agar diperoleh hasil yang tepat kepada responden sesuai substansi masalah. A. Survey Pendahuluan I Survey Pendahuluan I dilakukan selama seminggu di titik-titik pergerakan penumpang koridor Cibiru - Dago, yaitu Cibiru, Ujung Berung dan dan di wilayah kampus ITB. Desain kuesioner SP (atribut dan level) pada pendahuluan I ini, diambil berdasarkan hasil dari survei karakteristik. Perancangan desain SP pada pendahuluan I ini mengikuti bentuk aplikasi desain eksperimental yang diambil langsung dari buku Experimental Designs (Cochran & Cox, 1957). Dari hasil survey karakteristik beserta studi literatur dan hasil penelitian terdahulu, diperoleh masukan atribut kuantitatif yang dipertimbangkan dalam kuesioner ini, yaitu atribut waktu tempuh, tarif, jeda antar keberangkatan, dan waktu operasional sebagai atribut yang bersifat kualitatif. Berdasarkan konsep full factorial design, dari 4 atribut dan 2 level untuk faktor kuantitatif dan 1 level untuk faktor kualitatif, maka akan diperoleh kombinasi alternatif sebanyak 2 4 = 16 kombinasi. Namun dalam buku Experimental Designs (Cochran & Cox, 1957) tersebut, telah dibuat beberapa macam alternatif yang telah mengalami reduksi berdasarkan konsep fractional replication design. Sehingga untuk tiap kombinasi level dan atribut, telah diberikan bentuk alternatif yang telah mengalami reduksi menjadi 8 kombinasi pertanyaan. Aal Auladzi (15004156) VI - 8

Kuesioner SP yang ditawarkan kepada responden berjumlah 3 buah. Dimana kuesioner itu dibentuk dengan metoda perbandingan antara 2 moda transportasi, yaitu bus - angkot, bus - motor, dan bus - mobil pribadi. Tidak semua responden mengisi ketiga kuesioner SP. Responden hanya mengisi kuesioner SP yang memuat pembanding moda yang sering digunakan. Sedangkan untuk menentukan level dari atribut kuesioner SP ini ditentukan dari perolehan jawaban terbanyak dari survei karakteristik. Kemudian akan dianalisis apakah level yang telah diajukan telah cukup tepat atau belum. Jika belum, maka dilakukan perubahan dan akan dimasukkan ke dalam Survey Pendahuluan selanjutnya. Pada waktu tempuh pemilihan level dipilih 60 menit dan 75 menit dan bukan 20 menit dengan 30 menit, yang notabene merupakan ranking pemilihan pertama dan kedua. Hal ini disebabkan secara pemikiran waktu yang logis untuk perjalanan untuk koridor Cibiru - Dago dengan menggunakan moda bus adalah 60-70 menit. Penjelasan mengenai desain eksperimen SP ini telah dijabarkan dalam sebelumnya. Tabel 6.1 Desain Kuesioner Pendahuluan I Parameter Kondisi Mobil Pribadi Bus 1. Tarif + Rp.10.000,- Rp. 2500 - Rp. 3000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 60 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan Tergantung Keinginan 5-10 menit 4. Waktu Operasional Tergantung Keinginan 12-15 jam/hari Parameter Kondisi Motor Bus 1. Tarif + Rp 5.500,- Rp. 2500 - Rp. 3000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 60 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan Tergantung Keinginan 5-10 menit 4. Waktu Operasional Tergantung Keinginan 12-15 jam/hari Parameter Kondisi Angkot Bus 1. Tarif + Rp 6.000,- Rp. 2500 - Rp. 3000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 75 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan + 1 menit 5-10 menit 4. Waktu Operasional + 20 jam 12-15 jam/hari Aal Auladzi (15004156) VI - 9

Skenario Level Atribut Waktu Tempuh Tarif Head way Waktu Operasional 1 60 menit Rp 2.500 5 menit 15 jam 2 60 menit Rp 2.500 10 menit 12 jam 3 60 menit Rp 3,000 5 menit 12 jam 4 60 menit Rp 3,000 10 menit 15 jam 5 75 menit Rp 2.500 5 menit 12 jam 6 75 menit Rp 2.500 10 menit 15 jam 7 75 menit Rp 3,000 5 menit 15 jam 8 75 menit Rp 3,000 10 menit 12 jam Tabel 6.2 Resume Hasil Survey SP Pendahuluan I Dari resume hasil survey SP pendahuluan I di atas, maka : Model bus - angkot, R 2 yang dihasilkan 0,57792, yang berarti bahwa variabel bebas (atribut pemilihan moda) tersebut hanya mampu menjelaskan variabel tidak bebas (utilitas) sebesar 57.79%. Dalam kuesioner SP ini, atribut waktu tunggu dinyatakan sebagai frekuensi keberangkatan setiap x menit. Hal ini dilakukan untuk memudahkan responden memahami arti dari atribut tersebut dan mendapatkan bayangan yang sesuai dengan interpretasi peneliti. Dari segi parameter like and dislike, waktu operasional dihasilkan parameter yang bertanda negatif. Yang berarti semakin panjang waktu operasional, maka utilitas akan semakin menurun. Hal ini tidak sesuai dengan asumsi model yang dibangun. Model bus - motor, nilai R 2 yang dihasilkan yaitu sebesar 0.69278. Ini berarti bahwa model yang dihasilkan tersebut mampu merepresentasikan perilaku responden sebesar 69.28%. Pada atribut waktu tunggu, dihasilkan nilai koefisien yang bertanda negatif. Ini berarti semakin renggang jarak antar keberangkatan (semakin meningkat lama waktu antar keberangkatan), maka utilitas akan semakin mengalami menurun, sedangkan untuk waktu operasional dihasilkan parameter Aal Auladzi (15004156) VI - 10

yang bertanda negatif. Ini berarti semakin panjang waktu operasional, maka utilitas akan semakin menurun. Hal ini tidak sesuai dengan logika berpikir. Model bus - mobil pribadi. Nilai R 2 yang diperoleh yaitu 0.45034, yang berarti bahwa pengaruh atribut bebas dalam menjelaskan perilaku utilitas sebesar 45.03%. Sedangkan 54.97% perilaku utilitas ini dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dipertimbangkan dalam model. Sekali lagi pada model ini dihasilkan konsep like and dislike yang tidak sesuai dengan logika. Hal ini ditandai dengan waktu operasional dihasilkan parameter yang bertanda negatif. Yang berarti semakin panjang waktu operasional, maka utilitas akan semakin menurun. Hal ini tidak sesuai dengan logika berpikir. Secara umum, hasil yang diperoleh dari survey pendahuluan I ini masih banyak yang homogen (memberikan respon yang sama untuk skenario 1 sampai 8) dan tidak terjadi penyebaran jawaban seperti yang diharapkan sebelumnya. Sehingga dari level dan atribut yang ditawarkan dalam kuesioner ini masih belum mampu menggugah objektifitas responden untuk berpikir lebih matang dalam memberikan jawaban. Sehingga desain survey pendahuluan I ini masih perlu banyak diperbaiki. Desain kuesioner bus pada survey pendahuluan I sama untuk semua pembanding moda yang ada, yaitu diambil dari hasil preferensi terbesar responden yang diperoleh saat survey karakteristik. Oleh sebab itu, kecenderungan yang diberikan oleh responden pun mengarah memilih bus untuk setiap skenario desain. Hal ini merupakan kesalahan yang sangat fatal. Karena perilaku pemilihan antara bus angkot dengan bus mobil pribadi tidak dapat disamakan, sebab karakteristik penumpang tiap-tiap moda terutama sosioekonomi pastilah berbeda. Dan hal inilah yang mempengaruhi taste seseorang dalam memilih penggunaan moda. B. Survey Pendahuluan II Survey pendahuluan II dilaksanakan setelah hasil survey pendahuluan I selesai diolah. Desain dalam survey pendahuluan II merupakan perbaikan dari desain kuesioner survey pendahuluan I. Pada survey pendahuluan II ini, umumnya desain kuesioner mengalami perubahan yang cukup banyak. Perubahan desain dilakukan pada tarif dan waktu Aal Auladzi (15004156) VI - 11

operasional yang bertujuan agar jawaban responden tidak homogen. Pada desain, tarif bus adalas yaitu Rp 3.000 - Rp 6.000, hal ini agar responden memiliki kecenderungan heterogen. Namun ada sebagian yang tidak konsisten dan hal inilah yang dicurigai menjadi penyebab timbulnya konsep like and dislike yang tidak sesuai. Untuk menghindari ketidakkonsistenan ini, maka range waktu operasional dibuat sedikit melebar, yaitu dengan level 15 jam dan 20 jam. Tabel 6.3 Desain Kuesioner Pendahuluan II Parameter Kondisi Mobil Pribadi Bus 1. Tarif + Rp.10.000,- Rp. 3000 - Rp. 6000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 60 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan Tergantung Keinginan 5-10 menit 4. Waktu Operasional Tergantung Keinginan 15-24 jam/hari Parameter Kondisi Motor Bus 1. Tarif + Rp 5.500,- Rp. 3000 - Rp. 6000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 60 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan Tergantung Keinginan 5-10 menit 4. Waktu Operasional Tergantung Keinginan 15-24 jam/hari Parameter Kondisi Angkot Bus 1. Tarif + Rp 6.000,- Rp. 3000 - Rp. 6000 2. Waktu Tempuh Perjalanan + 75 menit 60-75 menit 3. Jeda Keberangkatan + 1 menit 5-10 menit 4. Waktu Operasional + 20 jam 15-24 jam/hari Skenario Level Atribut Waktu Tempuh Tarif Head way Waktu Operasional 1 60 menit Rp3,000 5 menit 24 jam 2 60 menit Rp3,000 10 menit 15 jam 3 60 menit Rp 6,000 5 menit 15 jam 4 60 menit Rp 6,000 10 menit 24 jam 5 75 menit Rp3,000 5 menit 15 jam 6 75 menit Rp3,000 10 menit 24 jam 7 75 menit Rp 6,000 5 menit 24 jam 8 75 menit Rp 6,000 10 menit 15 jam Aal Auladzi (15004156) VI - 12

Tabel 6.4 Resume Hasil Survey SP Pendahuluan II Hasil yang diperoleh pada pendahuluan II dapat disimpulkan sebagai berikut : Nilai koefisien determinasi R 2 yang dihasilkan pada pendahuluan II berkisar dari 0.28 hingga ke 0.43. sehingga dapat dikatakan bahwa keterlibatan variabel bebas yang dimasukan dalam model tersebut mampu menjelaskan variabel tidak bebasnya sebesar 28 43 %. Nilai koefisien regresi yang dihasilkan masih cukup kecil, yaitu masih dalam kisaran 1 digit. Nilai intersep ini dapat diartikan bahwa mungkin masih ada variabel lain yang ikut mempengaruhi model pemilihan moda yang tidak diperhitungkan. Atau dapat juga diartikan dengan adanya galat dalam pengumpulan data (galat pengukuran). Jawaban yang diberikan pada pendahuluan II telah memenuhi pola sesuai yang diinginkan, yaitu membentuk pola diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. konsep like and dislike yang sesuai dengan logika Secara garis besar dapat dikatakan bahwa, desain kuesioner pada pendahuluan II telah cukup menjaga objektifitas responden dalam menjawabnya. 6.2.3. Pengumpulan Data Survey Utama Preferensi Pemilihan Moda Pelaksanaan survey utama kuesioner SP ini memakan waktu satu bulan. Pelaksanaan survey dilakukan di daerah Cibiru, Ujung Berung, dan sekitar kampus ITB. Sebelum melakukan survey utama ini, maka perlu diketahui jumlah minimum sampel untuk tiap-tiap moda. A. Jumlah Sampel Survey Utama Jumlah sampel minimum yang diperlukan dalam pelaksanaan survey utama ini ditentukan oleh hasil kuesioner survey pendahuluan II. Dalam perhitungan jumlah minimum sampel, ada tiga parameter utama yang perlu diperhatikan, yaitu : Aal Auladzi (15004156) VI - 13

Tingkat kepercayaan terhadap hasil yang akan diperoleh (confidence level). Nilai standar deviasi sampel dari populasi. Galat pengukuran (penyimpangan) yang diperbolehkan. Untuk menentukan jumlah minimum sampel, ditentukan berdasarkan acuan probabilitas responden dalam memilih moda bus (P) dari hasil survey pendahuluan IV. Perhitungan lebih lengkap mengenai proses perhitungan jumlah sampel minimum ini dapat dilihat pada lampiran D. Tabel 6.5 Perhitungan jumlah sampel Perhitungan jumlah sampel minimum pada tugas akhir ini menggunakan significance level (α) sebesar 10 % dengan berdasarkan konsep two-tail. Sedangkan galat diasumsikan sebesar 3 %. B. Desain Kuesioner SP Survey Utama Sebagian besar desain kuesioner SP pada survey utama cenderung sama dengan desain kuesioner pendahuluan II. C. Data Responden Survey Utama SP Penentuan responden dalam survey ini dilakukan secara acak, tetapi tetap memenuhi batasan-batasan yang telah ditulis pada bab I. persyaratan yang utama adalah bahwa responden bukanlah captive users, sehingga responden memiliki kemampuan untuk memilih berbagai alternatif moda yang tersedia. Selain data mengenai preferensi pemilihan moda, dalam kuesioner SP ini juga disertai dengan data mengenai karakteristik responden itu sendiri. Data tersebut terdiri dari data kuantitatif (pendapatan rata-rata perbulan, frekuensi perjalanan, serta usia) dan data kualitatif (alternatif penggunaan moda eksisting, tujuan perjalanan). Namun tidak semua responden mengisi pertanyaan mengenai karakteristik responden, karena keterbatasan waktu. Memang data mengenai karakteristik responden ini bukanlah hal yang diutamakan, karena lebih diutamakan menanyakan mengenai preferensi pemilihan moda kepada responden. Sehingga diharapkan data Aal Auladzi (15004156) VI - 14

karakteristik responden yang dapat terkumpul ini mampu memberikan Gambaran mengenai sebagian karakteristik penumpang koridor Cibiru - Dago. Tabel 6.6 Resume Hasil Survey SP Aal Auladzi (15004156) VI - 15