BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE ALAMI DAN NON ALAMI DI DESA SITU UDIK DAN DESA CIMANGGU-I KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Nuraida dkk, 2014). Sedangkan pada kenyataannya masih banyak

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa menjadikan tanahnya subur sehingga

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar.

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendek maupun jangka panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 yaitu pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan peyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud Pasal 10 dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut adalah pengamanan makanan dan minuman (Depkes RI, 1992). Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam menjaga kesehatan tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta kecerdasan masyarakat. Oleh karena itu, pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan manusia baik dari segi jumlah, maupun mutu, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman (bebas dari cemaran biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia), bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat (Mudjajanto, 2006).

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat besar dalam hal pengolahan pangan. Pada saat sekarang ini, banyak bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dengan berbagai tujuan. Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan disebut dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) (Winarno,1993). Penggunaan bahan tambahan pangan sangat beragam, mulai dari pengawet sampai pemberi aroma dan pewarna. Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun besar. Dalam hal ini, zat warna sama halnya dengan citarasa yang merupakan suatu pelengkap daya tarik makanan, minuman, serta bumbu masak. Penambahan zat pewarna pada makanan, minuman, dan bumbu masak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen. Penggunaan zat pewarna disinyalir banyak digunakan pada makanan, minuman, obat dan kosmetik (Saparinto dkk, 2006). Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, meyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Pemerintah telah mengatur penggunaan pewarna ini, namun masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan-bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang umumnya mempunyai warna lebih cerah, lebih stabil selama masa penyimpanan, dan harganya lebih murah (Sudiarto, 2010).

Beberapa studi ilmiah telah mengaitkan penggunaan pewarna buatan (sintetis) pangan dengan hiperaktivitas pada anak-anak. Hiperaktivitas adalah suatu kondisi di mana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mengontrol prilaku mereka. Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa zat pewarna makanan, seperti tartrazine dapat meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak pada usia 3-9 tahun. Anakanak yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna buatan itu selama bertahun-tahun lebih beresiko menunjukkan tanda-tanda hiperaktif. Selain resiko hiperaktif, sekelompok kecil dari populasi anak (sekitar 0,1%) juga mengalami efek samping seperti ruam, mual, asma, dan pingsan (Salma, 2010). Tak hanya pewarna sintetis pangan, pewarna sintetis non pangan juga kerap ditambahkan ke dalam makanan. Seperti kasus keracunan makanan yang terjadi di Amerika Serikat akibat penggunaan zat pewarna FD & C Orange No.1 (orange RN) dan FD & C Red No. 32 yang dilarang penggunaannya pada kembang gula dan popcorn dengan dosis yang terlalu tinggi (Syahputra, 2012). Menurut Irianto dan Waluyo (2007), penggunaan bahan pewarna baik pewarna buatan maupun yang dilarang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pewarna yang dilarang dapat meracuni ginjal dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker karena merupakan pewarna tekstil. Salah satu sumber daya laut yang memiliki nilai ekonomis penting adalah kekerangan. Kekerangan atau filum mollusca telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 8,9 % - 11,84% (Ahira, 2010).

Di kawasan Pinggiran Teluk Jakarta telah terjadi kecurangan dalam hal pengolahan pangan kerang. Dimana, kerang yang dipanen oleh nelayan di wilayah tersebut diberikan zat pewarna merah agar terlihat cerah dan segar. Setelah dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan BPOM DKI Jakarta, ternyata pewarna yang digunakan merupakan pewarna merah Rhodamin B yang sangat berbahaya jika dikonsumsi (Sigi, 2010). Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan September Oktober 2012 di 2 lokasi sampel yang dipilih, yaitu Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai yang berada di Kota Medan, jenis kerang yang dijual dalam keadaan berwarna adalah kerang kepah. Kerang kepah tersebut dijual dalam bentuk asinan yang biasa disebut dengan kepah asin. Dari kedua pasar tersebut terdapat 10 pedagang yang menjual kepah asin yang masing-masing terdiri dari 6 pedagang di Pasar Sentral dan 4 pedagang di Pasar Sukaramai. Sama halnya seperti ikan asin, kepah asin juga cukup digemari oleh masyarakat. Kepah asin yang dijual di kedua pasar ini berwarna kuning dan jingga yang terang bahkan mencolok sehingga dikhawatirkan mengandung zat pewarna berbahaya. Menurut Yuliarti (2007), pangan dengan warna yang mencolok tidak menutup kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan untuk pangan, seperti pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, dari hasil penelitian awal terhadap salah satu sampel yang dipilih telah membuktikan bahwa kepah asin tersebut mengandung zat pewarna berbahaya, yaitu Orange RN yang menghasilkan warna jingga pada pangan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Zat Pewarna pada Kepah (Polymesoda erosa) Asin yang Dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan

Tahun 2013 agar dapat diidentifikasi jenis zat pewarna yang digunakan terhadap kepah asin apakah aman dikonsumsi atau tidak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah apakah zat pewarna yang digunakan terhadap kepah (Polymesoda erosa) asin yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai aman dikonsumsi atau tidak berdasarkan Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi zat pewarna yang digunakan terhadap kepah (Polymesoda erosa) asin yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan Tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui secara kualitatif zat pewarna yang terdapat pada kepah (Polymesoda erosa) asin di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan Tahun 2013. 2. Untuk mengetahui secara kuantitatif zat pewarna yang terdapat pada kepah (Polymesoda erosa) asin sebelum dan setelah pencucian yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan Tahun 2013. 3. Untuk mengetahui perubahan kadar zat pewarna pada kepah (Polymesoda erosa) asin yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai sebelum dan setelah pencucian.

4. Untuk mengetahui hubungan antara warna kepah (Polymesoda erosa) asin dengan status keamanan mengkonsumsi kepah asin yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan Tahun 2013. 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pedagang kepah (Polymesoda erosa) asin di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di Kota Medan tentang zat pewarna yang digunakan terhadap kepah asin yang mereka jual. 1.4 Manfaat penelitian 1. Sebagai informasi bagi konsumen untuk mengetahui keamanan dalam mengkonsumsi kepah (Polymesoda erosa) asin yang dijual di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai di kota Medan. 2. Sebagai informasi kepada pedagang kepah (Polymesoda erosa) asin yang berada di Pasar Sentral dan Pasar Sukaramai agar mengetahui keamanan pangan yang mereka jual kepada konsumen sehingga pedagang lebih selektif dalam memilih pangan yang akan dijual. 3. Memberikan informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengenai penggunaan zat pewarna berbahaya serta diharapkan bagi instansi terkait untuk melakukan pemeriksaan berkala terhadap bahan pangan, salah satunya kepah asin. 4. Sebagai bahan masukan kepada penelitian selanjutnya dalam meneliti masalah kepah asin.