III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

111. METODOLOGI PENELITlAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

IV. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Daerah asal buah naga adalah Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Marketing Analysis of Potato in Province of North Sumatera

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

METODOLOGI PENELITIAN. Data sekuder adalah data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansiinstansi

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat pada


Pola Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Pada Daerah Produksi Harga Rendah di Pronvinsi Sumatera Selatan

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di subdistrito Ainaro Vila dan Suco Nugufu, distrito

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis.

IV. METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

Jurnal Agribisnis Vol 19 No. 1 Juni 2017 ISSN P: ISSN O:

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

ANALISIS TATANIAGA BERAS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian. Bahan olah karet adalah hasil produksi tanaman karet rakyat jenis slab. Jenis karet terbagi atas tiga, yaitu karet kering 1 minggu, yaitu karet yang ditiriskan selama 1 minggu (kadar karet keringnya adalah 30%-40%), karet kering 2 minggu, yaitu karet yang ditiriskan selama dua minggu (kadar karet keringnya adalah 48% -55%) dan karet kering 1 bulan, yaitu karet yang ditiriskan selama empat minggu (kadar karet keringnya adalah 60%-65%). Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran meliputi biaya angkut, penyusutan, dan lainnya, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Marjin pemasaran total adalah selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen atau jumlah marjin di tiap lembaga pemasaran, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

29 Profit marjin adalah marjin keuntungan lembaga pemasaran, dihitung dengan cara mengurangi nilai marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Rasio marjin keuntungan adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pemasaran. Pedagang pengumpul I adalah pedagang yang langsung menerima penjualan karet dari petani dan biasanya disebut sebagai agen desa. Pedagang ini membeli dua jenis karet dari petani, yaitu karet kering 1 minggu dan karet kering 2 minggu. Biasanya pedagang pengumpul I mengambil karet di rumah petani, dan transaksinya dilakukan di tempat petani produsen serta pembayaran secara tunai. Tempat tinggal pedagang pengumpul I umumnya satu desa dengan petani karet tersebut. Pedagang pengumpul II adalah pedagang yang menerima hasil penjualan dari petani dan merupakan pedagang berkelompok (terdiri dari 5 orang dari satu keluarga). Pedagang ini membeli dua jenis karet dari petani, yaitu karet kering 2 minggu dan karet kering 1 bulan dan pembayaran dilakukan secara tunai. Pedagang besar adalah pedagang yang menerima hasil penjualan dari petani dan atau dari pedagang pengumpul I dan dari pedagang pengumpul II. Pedagang ini berasal dari Sumatera Selatan yang membeli 2 jenis karet, yaitu

30 karet kering 2 minggu dan karet kering 1 bulan. Pembayaran karet oleh pedagang besar dilakukan secara tunai. Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli karet, yaitu pabrik pengolah karet yang berada di Palembang. Harga di tingkat produsen adalah harga bahan olah karet yang diterima petani pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Harga di tingkat konsumen adalah harga bahan olah karet yang dibayarkan konsumen akhir pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Volume jual adalah jumlah bahan olah karet yang dijual pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan kilogram (kg). Volume beli adalah jumlah bahan olah karet yang dibeli oleh lembaga perantara pemasaran dan konsumen akhir, diukur dalam satuan kilogram (kg). B. Metode, Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bahuga Kabupaten Way Kanan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Bahuga merupakan sentral produksi karet di Kabupaten Way Kanan dengan luas areal sebesar 2.770 ha dan produksi sebesar 951 ton/tahun serta

31 produktivitas sebesar 343,32 kg/ha (Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Way Kanan, 2011). Desa sampel adalah Desa Bumi Harjo dan Desa Pakuaji. Desa tersebut dipilih karena memiliki jumlah petani terbanyak dan sebagai daerah sentra perdagangan karet di Kecamatan Bahuga. Responden penelitian adalah petani karet dan lembaga perantara pemasaran karet. Jumlah petani karet yang ada di Desa Bumi Harjo adalah sebanyak 496 orang dan Desa Pakuaji adalah 512 orang. Jumlah sampel yang diambil merujuk pada teori Sugiarto, dkk (2003) dengan rumus: di mana: n =... (12) N = jumlah populasi n = jumlah sampel Z = tingkat kepercayaan (90%=1,64) S 2 = varian sampel (5%) d = derajat penyimpanan (5%) Berdasarkan persamaan (12) maka diperoleh total sampel (n) adalah: n = = = 51,06 51 petani Kemudian dari total sampel tersebut dibagi menjadi sampel tiap desa secara proporsional dengan rumus: n a = n ab... (13)

32 di mana: n a n ab N a N ab = jumlah sampel desa A = jumlah sampel keseluruhan = jumlah populasi desa A = jumlah populasi keseluruhan Berdasarkan persamaan (13), maka didapat sampel untuk Desa Bumi Harjo sebanyak 25 petani dan Desa Pakuaji sebanyak 26 petani. Pengambilan sampel petani karet pada dua desa dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Berdasarkan jenis karet kering yang dijual didapatkan beberapa petani yang menjual dua jenis karet kering sekaligus yaitu karet kering 2 minggu dan karet kering 1 bulan (Lampiran 2 Lampiran 4) sehingga jumlah sampel petani yang dianalisis dalam saluran pemasaran menjadi 54 orang. Untuk lembaga perantara pemasaran diambil lembaga perantara pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran karet rakyat di dua desa penelitian dengan mengikuti alur/saluran pemasaran. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berantai, pelaksanaanya pertama-tama dilakukan interview terhadap petani karet di Desa Bumi Harjo dan Desa Pakuaji, selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan calon responden lainnya (pedagang karet), selanjutnya pedagang karet tempat petani karet menjual tersebut diminta untuk menyebutkan calon responden lainnya (pedagang besar), sehingga didapat suatu rantai pemasaran. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak mengetahui informasi mengenai jumlah pasti lembaga perantara pemasaran atau pedagang di Kabupaten Way Kanan. Responden lembaga perantara pemasaran karet penelitian sebanyak 7, terdiri

dari 4 orang pedagang pengumpul I, 1 kelompok pedagang pengumpul II, dan 2 orang pedagang besar. 33 C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan petani produsen karet, dan pedagang penyalur melalui penggunaan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi terkait, laporan-laporan, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian. D. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskripstif kualitatif digunakan untuk mengetahui struktur pasar, perilaku pasar, dan saluran pemasaran dari petani karet sampai ke konsumen akhir. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran berdasarkan analisis marjin pemasaran dan RPM, koefisien regresi dan korelasi harga serta elastisitas transmisi harga. 1. Struktur pasar (market structure) Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli. Untuk melihat struktur pasar

34 digunakan beberapa indikator, yaitu jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition). Struktur pasar bersaing sempurna bila jumlah pembeli dan penjual banyak, tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada gejala konsentrasi, produk homogen dan bebas untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli). 2. Perilaku pasar (market conduct) Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran (petani sebagai produsen, lembaga perantara atau pedagang, dan konsumen) dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk melihat perilaku pasar digunakan beberapa indikator, yaitu kegiatan pembelian, penjualan, dan pembentukan harga. 3. Keragaan pasar (market performance) Keragaan pasar adalah gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar pada kenyataannya cenderung bersifat kompleks dan saling pengaruh mempengaruhi secara dinamis. Untuk menganalisis keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu:

35 (a) Saluran pemasaran Saluran pemasaran karet rakyat di Kecamatan Bahuga Kabupaten Way Kanan dianalisis secara deskriptif kualitatif, terhadap semua pelaku pasar mulai dari produsen ke pedagang (lembaga perantara pemasaran) dan konsumen akhir yang terlibat dalam proses arus barang. Jika saluran pemasaran panjang, namun fungsi pemasaran yang dilakukan sangat dibutuhkan (sulit diperpendek), maka dapat dikatakan efisien. Namun jika saluran pemasaran panjang dan ada fungsi pemasaran yang tidak perlu dilakukan (dapat diperpendek), tetapi tetap dilakukan, maka dapat dikatakan tidak efisien. Sebaliknya, jika saluran pemasaran pendek dan fungsi pemasaran dirasa cukup, maka dapat dikatakan efisien. Adapun, jika saluran pemasaran pendek namun dirasa perlu tambahan fungsi pemasaran sehingga perlu diperpanjang, maka saluran pemasaran juga dikatakan tidak efisien. (b) Pangsa produsen (producer share) Analisis Producer Share (PS) bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima produsen (getah karet) dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Semakin tinggi pangsa produsen, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai: di mana: PS =... (14) Ps = Bagian harga bahan olah karet yang diterima produsen Pf = Harga bahan olah karet di tingkat produsen Pr = Harga bahan olah karet di tingkat konsumen akhir

36 (c) Marjin pemasaran dan Ratio Profit Marjin (RPM) Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat eceran atau konsumen (Pr) yang terdiri dari keuntungan dan biaya (Hasyim, 2012). Secara matematis marjin dirumuskan sebagai : mji = Psi Pbi, atau mji = bti + πi... (15) Total marjin pemasaran adalah : Mji = n i 1 mji atau Mji = Pr Pf... (16) Konsep pengukuran dalam analisis marjin adalah: (a) Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram pada masing-masing tingkat lembaga pemasaran. (b) Harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram. (c) Harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram. Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Margin/RPM) pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai: i RPM = bt i... (17)

37 di mana: mji = marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i Psi = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total marjin pemasaran Pr = harga pada tingkat konsumen Pf = harga pada tingkat petani produsen Menurut Azzaino (1983), nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat lembaga pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien. Jika selisih RPM antarlembaga pemasaran sama dengan nol, maka sistem pemasaran tersebut efisien. Sebaliknya, selisih RPM antarlembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien. (d) Korelasi harga Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menggambarkan seberapa jauh perkembangan harga suatu barang pada dua tempat atau tingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan melalui perdagangan (Hasyim, 2012). Rumus korelasi harga adalah: r = (18) di mana: r = koefisien korelasi n =jumlah pengamatan Pf =harga pada tingkat produsen Pr = harga yang dibayar oleh konsumen akhir

38 Apabila koefisien korelasi (r) mendekati satu, maka keeratan hubungan harga pada dua tingkat pasar sangat tinggi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi (r) mendekati nol, maka hubungan harga antara dua tingkat pasar kurang erat. (e) Elastisitas transmisi harga Analisis elastisitas transmisis harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat/tingkat pasar lainnya (Hasyim, 2012). Rumus elastisitas transmisi harga adalah : Et = atau Et=... (19) Pf dan Pr berhubungan linier dalam persamaan: Pf = a + b Pr, sehingga f r b atau r f 1, dan Et b 1 Pf. b Pr... (20) di mana: E t a b Pf Pr = Elastisitas transmisi harga = Intersep (titik potong) = Koefisien regresi atau slope = Harga di tingkat produsen = Harga di tingkat konsumen Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim, 2012) : (1) jika E t = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien,

39 (2) jika E t < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah bersaing secara tidak sempurna. (3) jika E t > 1, maka laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar daripada laju perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna dan sistem pemasaran yang berlaku belum efisien.