PAMSIMAS PEDOMAN PELAKSANAAN DI TINGKAT MASYARAKAT. Desember 2006

dokumen-dokumen yang mirip
Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir, M.Sc. NIP

SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) BLM APBN. Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMILIHAN DESA SASARAN PROGRAM PAMSIMAS

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PENCETAKAN dan PENGGUNAAN POSTER DAN SPANDUK

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

2.3. Keberlanjutan Program Konsep Keberlanjutan (Sustainability) Partisipasi Masyarakat

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

1 of 9 21/12/ :39

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PROGRAM PENYEDIAAN SARANA AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) Fieldbook Proses Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

JUKNIS PELAKSANAAN MUSRENBANG KELURAHAN TAHUN 2017

MEDIA KOMUNIKASI PAMSIMAS 2011 DICETAK DI TIAP PROPINSI

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

-1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN DESA YANG BERSIFAT KHUSUS DI KABUPATEN KUDUS

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN BIDANG KESEHATAN KEPADA DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014

I. LATAR BELAKANG. Petunjuk Pencetakan & Penggunaan Poster & Spanduk PAMSIMAS III

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

TAHAPAN DAN TATACARA PELAKSANAAN MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANYUWANGI DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2015

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

TOPIK PROSES PENYUSUNAN IMAS DAN RKM

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Kerangka Acuan Fasilitator Masyarakat Program Pamsimas II TA 2013

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 17 A PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 17 A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

Transkripsi:

PEDOMAN PELAKSANAAN PAMSIMAS DI TINGKAT MASYARAKAT Desember 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Departemen Pekerjaan Umum Departemen Kesehatan Departemen Dalam Negeri The World Bank

DAFTAR ISI Hal A PENDAHULUAN... 1 B PROSES PEMILIHAN DESA/ KELURAHAN... 2 1 SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT KABUPATEN... 3 2 SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT DESA/ KELURAHAN... 6 3 PERNYATAAN MINAT MASYARAKAT... 7 4 PENETAPAN DESA/ KELURAHAN SEBAGAI LOKASI KERJA PROYEK PAMSIMAS 9 C PROSES PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROYEK DI MASYARAKAT... 11 1 PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM) I... 12 1.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi... 14 1.2 Pertemuan Pleno Desa untuk Membahas Hasil Identifikasi dan Analisis Situasi... 17 1.3 Pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM)... 19 1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I... 21 1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I... 22 1.6 Penyusunan RKM I... 24 1.7 Pertemuan Pembahasan RKM I... 24 1.8 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM I... 26 1.9 Pencairan Dana, Proses Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Dana RKM... 27 2 PELAKSANAAN COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS)... 33 3 IMPLEMENTASI RKM I... 34 3.1 Pelaksanaan Pelatihan di Tingkat Masyarakat... 34 3.2 Pelaksanaan Konstruksi Sarana Air di Masyarakat dan Sekolah... 35 4 PROSES PENYUSUNAN RKM II... 38 4.1 Pertemuan Perencanaan Kegiatan untuk RKM II... 39 4.2 Penyusunan RKM II... 40 4.3 Pertemuan Pembahasan RKM II... 40 4.4 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM II... 41 5 IMPLEMENTASI RKM II... 41 5.1 Pelatihan Tentang Perilaku Hidup Sehat/ Higienis (PHS)... 41 5.2 Pelaksanaan Kegiatan PHS di Masyarakat dan Sekolah... 41 ii

5.3 Pembangunan Sarana Sanitasi untuk Sekolah... 42 5.4 Penyiapan TKM sebagai Badan Pengelola... 42 5.5 Pelaksanaan Pelatihan Penguatan Badan Pengelola... 43 D TAHAP PASCA PROYEK: PENGELOLAAN SARANA AIR, SANITASI DAN PROGRAM KESEHATAN OLEH MASYARAKAT... 44 1 Pertanggungjawaban pelaksanaan RKM... 44 2 Serah Terima Aset... 44 3 Pengelolaan Kegiatan Pasca Proyek oleh Masyarakat... 45 LAMPIRAN... 48 iii

PELAKSANAAN PROYEK PAMSIMAS DI TINGKAT MASYARAKAT A. PENDAHULUAN Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach) 1. Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat: inginkan; bersedia untuk berkontribusi dan membiayai; dan dapat mengelola dan memelihara. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha memberdayakan masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan. Tujuan dari penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Proyek PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat ini adalah sebagai panduan bagi para pelaksana proyek di tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa/ Kelurahan agar dapat melakukan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi dalam Proyek PAMSIMAS. Petunjuk Teknis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Proses Pemilihan Lokasi Bagian ini terutama akan menguraikan tentang bagaimana suatu lokasi dipilih untuk mengikuti proyek PAMSIMAS, sehingga sejak awal dapat dikatakan bahwa prakarsa/ inisiatif proyek berasal dari masyarakat. 2. Proses Perencanaan dan Implementasi Proyek di Masyarakat Bagian kedua ini akan menjelaskan bagaimana suatu lokasi yang telah terpilih untuk ikut serta dalam proyek PAMSIMAS melakukan kegiatannya mulai dari tahap perencanaan yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat, serta tahap implementasinya. 1 Gross, Bruce. Van Wijk, Christine and Mukherjee, Nilanjana, 2001. Linking Sustainability With Demand, Gender, and Poverty: A Study in Community-managed Water Supply Projects in 15 Countries; World Bank WSP and IRC International Water and Sanitation Centre 1

3. Pengelolaan Sarana Air, Sanitasi, dan Program Kesehatan oleh Masyarakat Bagian ketiga ini akan menjelaskan tentang bagaimana desa/ kelurahan melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tahap pasca proyek. Ketiga bagian di atas adalah kegiatan yang saling berkaitan, dimana setelah dilakukan pemilihan lokasi kemudian dilakukan proses perencanaan dan implementasi proyek di lokasi yang bersangkutan, sampai akhirnya memasuki tahap pasca proyek. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada uraian selanjutnya. B. PROSES PEMILIHAN LOKASI Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana suatu lokasi dapat ikut serta dalam proyek PAMSIMAS. Proses pemilihan lokasi dapat dilihat pada diagram di bawah ini, sedangkan penjelasan untuk masing-masing kegiatannya dijabarkan pada halaman berikutnya. SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT KABUPATEN Sosialisasi Proyek ini dilaksanakan oleh TKK dan DPMU dengan peserta : aparat dan perwakilan masyarakat desa/ kelurahan (baik laki-laki, perempuan, kaya, miskin) yang akan dilibatkan dalam proyek. Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan mampu untuk melaksanakan Sosialisasi Proyek di tingkat desa/ kelurahan. (2 MINGGU) SOSIALISASI PROYEK DI TINGKAT DESA/ KELURAHAN PERNYATAAN MINAT MASYARAKAT Sosialisasi Proyek ini dilaksanakan oleh aparat desa/ kelurahan dengan peserta masyarakat desa/ kelurahan yang akan dilibatkan dalam proyek. Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan peran dan tanggungjawabnya bila ikutserta dalam proyek. (1 MINGGU) Masyarakat melakukan pertemuan formal maupun informal, dari tingkat dusun/ RW sampai desa/ kelurahan, untuk menentukan apakah akan ikut serta dalam proyek atau tidak. Minat masyarakat ini harus dibuat dalam Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan dalam PAMSIMAS (SPMKP). (1 BULAN) PENETAPAN DESA/ KELURAHAN SEBAGAI LOKASI PROYEK Desa/ kelurahan yang berninat (ditunjukkan dengan SPMKP) kemudian ditetapkan sebagai desa/ kelurahan sasaran penerima proyek dalam daftar pendek (short list) desa/ kelurahan oleh Tim Koordinasi Kabupaten. (1 BULAN) Gambar 1. Diagram Proses Pemilihan Lokasi Proyek PAMSIMAS 2

1. Sosialisasi Proyek di Tingkat Kabupaten Proses pemilihan lokasi untuk Proyek PAMSIMAS dimulai dengan Sosialisasi Proyek di tingkat kabupaten yang diselenggarakan oleh Tim Koordinasi Kabupaten (TKK) dengan dibantu Project Management Unit Kabupaten (DPMU). Kegiatan sosialisasi proyek ini dapat berbentuk pertemuan atau melalui iklan di media cetak atau elektronik yang intinya merupakan penginformasian tentang rincian proyek PAMSIMAS seluas mungkin. Pertemuan sosialisasi proyek diikuti oleh desa/ kelurahan yang ada di wilayah kabupaten yang mungkin akan terlibat dalam proyek PAMSIMAS, dimana TKK mengundang desa/ kelurahan tersebut untuk mengikuti kegiatan ini. Untuk menentukan desa/ kelurahan yang akan terlibat dalam proyek PAMSIMAS, TKK membuat suatu daftar desa/ kelurahan dengan menggunakan kriteria pada Tabel sebagai berikut. Tabel 1. Kriteria Lokasi Proyek PAMSIMAS No KRITERIA LOKASI SUMBER DATA 1 Indeks kemiskinan desa/ kelurahan yang tinggi BPS 2005 2 Desa/ kelurahan yang terbatas akses terhadap air minum (rawan air) Potdes, PU, Dinkes 3 Desa/ kelurahan yang terbatas akses terhadap sanitasi Potdes, PU, Dinkes 4 Desa/ kelurahan dengan prevalensi penyakit diare/ terkait air yang tinggi Dinkes/ Puskesmas 5 Desa/ kelurahan yang belum mendapatkan proyek sejenis (air minum & sanitasi) dalam 2 tahun terakhir Bappeda, PU, Dinkes Apabila data untuk membuat daftar tersebut tidak tersedia, maka TKK harus membentuk suatu tim survey yang bertugas mengunjungi desa/ kelurahan untuk memberi penilaian terhadap kondisi yang ada berdasarkan kriteria di atas. Berdasarkan daftar tersebut, TKK kemudian membuat rangking dengan memberikan skor terhadap desa/ kelurahan yang bersangkutan agar dapat menentukan prioritas desa/ kelurahan yang dipilih untuk ikut serta dalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek. 3

Adapun cara untuk menghitung skor desa/ kelurahan dari daftar calon lokasi proyek adalah sebagai berikut : Skor Desa/ Kelurahan = Angka indeks kemiskinan (% penduduk miskin) + Angka akses air minum (target akses air minum 100% - % akses sekarang) + Angka akses sanitasi (target akses sanitasi 100% - % akses sekarang) + Angka penyakit diare (% kejadian diare) Di samping penilaian di atas, menurut PAMSIMAS Enviromental and Social Safeguard, untuk desa/ kelurahan yang berasal dari daerah kawasan lindung, yaitu daerah-daerah yang termasuk dalam kategori: (a) taman nasional, (b) taman hutan, (c) kelestarian hewan liar, (d) daerah perlindungan flora, (e) cagar alam, (f) hutan lindung, (g) daerah kelestarian budaya nasional, (h) bangunan keagamaan/ tradisional, (i) daerah kelautan, (j) garis pantai, (k) hutan bakau dan rawa-rawa, dan (l) daerah kemiringan terjal (>40%), maka harus dilakukan pengkajian dampak lingkungan lebih dahulu sesuai dengan Kep-39/MENLH/8/96 tentang jenis-jenis kegiatan usaha yang mensyaratkan penilaian dampak lingkungan (AMDAL) untuk jaringan air bersih dan sanitasi yang menjangkau masyarakat luas. Untuk melakukan hal ini TKK dapat melibatkan Bapedalda kabupaten. Jumlah desa/ kelurahan yang akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat disesuaikan dengan jumlah desa calon penerima proyek yang ditargetkan, dengan mempertimbangkan dua hal utama sebagai berikut: 1. Rangking desa/ kelurahan dalam Daftar Calon Lokasi Proyek, dimana menunjukkan prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh bantuan dari proyek. 2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya masih dalam satu wilayah kecamatan atau kecamatan yang berdekatan agar menunjang efektivitas dan efisiensi proses pendampingan kepada masyarakat. Uraian tentang pelaksanaan sosialisasi proyek di Tingkat Kabupaten dapat dilihat pada Tabel berikut. 4

Tabel 2. Pelaksanaan Sosialisasi Proyek di Tingkat Kabupaten Tujuan Peserta Fasilitator/ Narasumber Bahanbahan a. Menjelaskan secara rinci tentang latar belakang dan tujuan proyek; b. Menjelaskan kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat terpilih sebagai lokasi proyek; c. Menjelaskan tanggung jawab masyarakat berkaitan dengan kontribusi masyarakat (berbentuk uang tunai dan natura) dalam proyek; d. Menjelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat berkaitan dengan perencanaan, implementasi, dan pengelolaan proyek; e. Menjelaskan bahwa Pemerintah Desa/ Kelurahan akan bertanggungjawab untuk melakukan Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan Pertemuan ini harus dihadiri oleh: o Kepala Desa/ Lurah (beserta aparat Desa/ Kelurahan bila diperlukan) o Perwakilan BPD Desa/ Dewan Kelurahan o Pokja Kecamatan (Camat, Kaurbang, Kasi PMD, Sanitarian, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional, dst) Selain itu sebaiknya dihadiri pula oleh: o Tokoh Masyarakat/ Agama/ Adat dari Desa/ Kelurahan yang bersangkutan o LSM di kabupaten yang bersangkutan dan lembagalembaga masyarakat lokal lainnya Tim Koordinasi Kabupaten, dibantu oleh Project Management Unit Kabupaten (DPMU) o Gambaran umum proyek PAMSIMAS (Lampiran 1) o Komponen proyek (Lampiran 2) o Gambar Struktur Organisasi Proyek (Lampiran 3) o Gambar Diagram Proses Pemilihan Desa/ Kelurahan (Lampiran 4) o Kriteria lokasi (desa/ kelurahan) proyek PAMSIMAS 5

Pelaporan (Lampiran 5) o Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam proyek (Lampiran 6) o Mekanisme penyaluran dana (Lampiran 7) o Format daftar hadir pertemuan sosialisasi (Lampiran 8) TKK membuat Laporan tentang pelaksanaan Sosialisasi Proyek, dilengkapi dengan notulensi acara pertemuan dan daftar hadir peserta. Pertemuan sosialiasi proyek ini dapat dilaksanakan di tingkat kabupaten atau kecamatan tergantung pada kesepakatan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada, sebagai contoh apabila jumlah desa/ kelurahan yang akan diundang di suatu kecamatan relatif banyak maka pertemuan sebaiknya dilakukan di tingkat kecamatan untuk lebih menjamin kehadiran peserta pertemuan. 2. Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan Penjelasan tentang rincian Proyek PAMSIMAS juga harus dilakukan kepada seluruh anggota masyarakat di desa/ kelurahan melalui sosialisasi proyek di tingkat desa/ kelurahan. Sosialisasi proyek ini dilakukan dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa/ kelurahan dengan nara sumber dari DPMU dan Pokja Kecamatan. Selain berbentuk pertemuan, penyebaran informasi tentang proyek juga dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti poster dan leaflet yang disebarkan di seluruh wilayah desa/ kelurahan. Uraian tentang pelaksanaan pertemuan Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3. Pelaksanaan Sosialisasi Proyek di Tingkat Desa/ Kelurahan Tujuan a. Menjelaskan secara rinci tentang latar belakang dan tujuan proyek; b. Menjelaskan tanggung jawab masyarakat berkaitan dengan kontribusi masyarakat (berbentuk uang tunai dan natura) dalam proyek; c. Menjelaskan peran dan tanggung jawab masyarakat 6

Peserta Fasilitator/ Narasumber Bahanbahan Laporan berkaitan dengan perencanaan, implementasi, pengelolaan dan pemeliharaan sistem sarana yang dibangun. o Anggota masyarakat o Tokoh masyarakat/ agama/ adat o Kepala sekolah dan guru SD/ sederajat Aparat Desa/ Kelurahan yang telah mengikuti Sosialisasi Proyek di kabupaten, dan dibantu oleh DPMU dan anggota Pokja Kecamatan o Gambaran umum proyek PAMSIMAS (Lampiran 1) o Komponen proyek (Lampiran 2) o Gambar Struktur Organisasi Proyek (Lampiran 3) o Gambar Diagram Proses Pemilihan Desa/ Kelurahan (Lampiran 4) o Kriteria desa PAMSIMAS (Lampiran 5) o Peran dan tanggung jawab pemerinbtah dan masyarakat dalam PAMSIMAS (Lampiran 6) o Mekanisme penyaluran dana (Lampiran 7) o Format daftar hadir Sosialisasi Proyek (Lampiran 9) Pemerintah Desa/ Kelurahan membuat Laporan tentang pelaksanaan Sosialisasi Proyek, dilengkapi dengan notulensi pertemuan, daftar hadir peserta, dan foto-foto. 3. Pernyataan Minat Masyarakat Tahap terpenting dari pemilihan desa PAMSIMAS adalah pernyataan minat masyarakat untuk ikut serta dalam PAMSIMAS, dimana hal ini dapat menunjukkan adanya kebutuhan (demand) masyarakat terhadap perbaikan sistem penyediaan air minum dan sanitasi. Untuk itu aparat desa/ kelurahan dan perwakilan masyarakat lainnya harus memfasilitasi musyawarah di antara anggota masyarakat untuk menyatakan minatnya. Pertemuan musyawarah ini harus mampu menjangkau seluruh anggota masyarakat di desa/ kelurahan, sehingga mungkin tidak cukup dilakukan hanya satu kali di tingkat desa/ kelurahan. Kegiatan tersebut perlu juga dilakukan di seluruh dusun/ RW atau mungkin dalam lingkup yang lebih 7

kecil lagi. Uraian tentang musyawarah untuk menyatakan minat keikutsertaan dalam PAMSIMAS dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Musyawarah untuk Pernyataan Minat Masyarakat Tujuan o Menjelaskan kembali peran dan tanggung jawab masyarakat dalam proyek, terutama berkaitan dengan kontribusi uang tunai dan natura; o Mendiskusikan Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan dalam PAMSIMAS. Peserta Anggota masyarakat di desa/ kelurahan Fasilitator o Aparat Desa/ Kelurahan dan Anggota BPD Bahan o Peran dan tanggung jawab masyarakat dalam proyek (Lampiran 6) o Format Berita Acara Hasil Musyawarah Desa/ Kelurahan (Lampiran 10) o Format Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (Lampiran 11) Hasil o Keputusan bersama dari masyarakat mengenai keinginan untuk ikut serta dalam PAMSIMAS, dengan beberapa ketentuan antara lain harus berpartisipasi penuh dalam keseluruhan kegiatan, menyediakan kontribusi masyarakat sesuai ketentuan, ATAU memutuskan untuk tidak ikut serta dalam proyek. o Keputusan bersama untuk ikut serta dalam PAMSIMAS dinyatakan dalam Berita Acara Pertemuan dengan melampirkan Daftar Nama dan Tanda Tangan seluruh Kepala Keluarga calon penerima proyek. o Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (SPMKP) yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Perwakilan Masyarakat, dan diketahui oleh Camat. Pemerintah desa/ kelurahan mengirimkannya kepada TKK tembusan DPMU. Laporan Laporan pelaksanaan musyawarah ini harus dilengkapi dengan Berita Acara Pertemuan, notulensi pertemuan, daftar hadir peserta, dan foto-foto. 8

Dalam menyatakan minatnya terhadap proyek, faktor sosial-budaya dalam kehidupan masyarakat perdesaan/ kelurahan perlu diperhatikan, seperti kebiasaan melakukan musyawarah antara keluarga atau kelompok dalam situasi yang bersifat non-formal. Minat untuk ikut serta dalam proyek harus merupakan keputusan dari masyarakat sendiri, sehingga masyarakat perlu diberikan waktu yang cukup untuk bermusyawarah. Pada kasus dimana kesepakatan tidak dapat diambil dalam satu kali pertemuan, terutama apabila masih banyak hal yang perlu didiskusikan dan dijelaskan, maka sebaiknya diberikan waktu lagi sampai masyarakat benar-benar dapat mengambil keputusan. Hal ini memang membutuhkan waktu, tetapi akan memberikan hasil yang baik karena keputusan yang diambil betul-betul dipahami oleh masyarakat. Namun batasan waktu untuk mendiskusikan tentang minat untuk ikut serta dalam proyek tetap perlu diberikan, dimana masyarakat sudah harus membuat keputusan paling lambat dalam waktu 1 bulan setelah Sosialisasi Proyek tingkat desa dilakukan. 4. Penetapan Desa/ Kelurahan sebagai Lokasi Proyek PAMSIMAS Berdasarkan Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan PAMSIMAS (SPMKP) dari desa/ kelurahan yang telah diterima, maka TKK dengan mempertimbangkan prioritas desa/ kelurahan (dari hasil rangking) dan lokasi desa/ kelurahan (pengelompokan wilayah desa/ kelurahan) menentukan desa/ kelurahan yang akan dilibatkan dalam proyek PAMSIMAS, dimana jumlahnya disesuaikan dengan target desa/ kelurahan dalam satu tahun anggaran tertentu. Daftar desa/ kelurahan yang ditetapkan untuk ikut serta dalam proyek PAMSIMAS dilampirkan dalam Berita Acara Penetapan Desa/ Kelurahan yang ditandatangani oleh Ketua TKK (Format dapat dilihat pada Lampiran 12), dan kemudian diumumkan oleh DPMU. Di samping itu, TKK juga membuat Surat Keputusan tentang Penetapan Suatu Desa/ Kelurahan sebagai Lokasi Proyek dan mengirimkannya kepada desa/ kelurahan yang bersangkutan. 9

Pengumuman desa/ kelurahan yang menjadi lokasi PAMSIMAS dapat dilakukan melalui suatu pertemuan yang dilakukan oleh TKK dengan mengundang pemerintah desa/ kelurahan untuk mempresentasikan hasil pemilihan lokasi dan mendiskusikan tindak lanjut di lokasi yang bersangkutan. Selain itu Hasil Penetapan Lokasi PAMSIMAS tersebut ditempel baik di kantor DPMU maupun di papan pengumuman kantor Desa/ Kelurahan agar mudah dilihat oleh masyarakat luas. 10

C. PROSES PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROYEK DI MASYARAKAT Proses perencanaan dan implementasi proyek PAMSIMAS dapat dilihat pada diagram di bawah ini, sedangkan penjelasan untuk masing-masing kegiatannya diuraikan pada halaman selanjutnya. 1. PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM) I 2. PELAKSANAAN COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) Kegiatan ini meliputi : Identifikasi dan Analisis Situasi dengan MPA/PHAST, Pertemuan Pleno Desa/ kelurahan untuk Membahas Hasil Identifikasi dan Analisis Situasi, Pembentukan Tim Kerja Masyarakat, Pemilihan Opsi untuk RKM I, Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I, Penyusunan RKM I, Pertemuan Pembahasan RKM I, dan Pengajuan, Evaluasi dan Persetujuan RKM I. (2 BULAN) Kegiatan ini dilakukan untuk memicu peningkatan akses terhadap sarana sanitasi dan bebas dari buang air besar di sembarang tempat, praktek mencuci tangan, dan sebagainya. (Dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan RKM I) 3. IMPLEMENTASI RKM I 3.1 PELAKSANAAN PELATIHAN DI TINGKAT MASYARAKAT Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas TKM dan masyarakat agar mampu dan terampil dalam mengimplementasikan kegiatan-kegiatan dalam RKM. (1 MINGGU) 3.2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI SARANA AIR DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH Kegiatan ini dilakukan untuk membangun sarana air di masyarakat dan sekolah. (3 BULAN) 4. PROSES PENYUSUNAN RKM II Kegiatan ini meliputi : Pertemuan Perencanaan Kegiatan untuk RKM II, Penyusunan RKM II, Pertemuan Pembahasan RKM II, dan Pengajuan RKM II, Evaluasi dan Persetujuan RKM II. (1,5 BULAN) 5. IMPLEMENTASI RKM II 5.1 PELATIHAN TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT (PHS) 5.2 IMPLEMENTASI PROGRAM PHS DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH Pelatihan PHS dilakukan untuk guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan TKM. (1 MINGGU) Guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan TKM melaksanaan kegiatan PHS di masyarakat dan sekolah. (2 MINGGU) 5.3 PEMBANGUNAN SARANA SANITASI UNTUK SEKOLAH 5.4 PENYIAPAN TKM SEBAGAI BADAN PENGELOLA Sarana sanitasi (jamban) dibangun di sekolah yang ada dalam lingkungan desa/ kelurahan dengan mempertimbangkan jenis dan jumlah desa/ kelurahan. (1 BULAN) Penyiapan TKM dari pelaksana proyek untuk berubah fungsi sebagai Badan Pengelola. (1 MINGGU) 5.5 PELAKSANAAN PELATIHAN PENGUATAN BADAN PENGELOLA Kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas Badan Pengelola agar dapat menjaga keberlanjutan proyek. (1 MINGGU) Gambar 2. Diagram Proses Perencanaan dan Implementasi Proyek PAMSIMAS 11

1. PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM) I Setelah desa/ kelurahan diumumkan sebagai penerima proyek pada tahun anggaran tertentu dan ditetapkan dengan Surat Keputusan dari TKK, maka masyarakat dapat memulai pelaksanaan proyek PAMSIMAS yang diawali dengan proses perencanaan dan penyusunan Rencana Kerja Masyarakat. Proses ini difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) yang ditunjuk oleh DPMU untuk bekerja di suatu lokasi desa/ kelurahan. Sebelum perencanaan masyarakat dilaksanakan perlu dilakukan dulu : a. Pertemuan antara Kepala Desa/ Lurah, Aparat Desa/ Kelurahan, LKMD/ LMD/ BPD, tokoh masyarakat, dan TFM untuk membahas kemungkinan adanya hambatan masyarakat dalam berpartisipasi pada proses perencanaan, serta strategi untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga dapat memastikan bahwa perempuan dan laki-laki (baik dari kelompok tidak mampu dan mampu) terlibat dalam setiap kegiatan perencanaan proyek. b. Koordinasi dan konsultasi oleh TFM dengan masyarakat untuk menyusun jadwal kegiatan dalam proses perencanaan proyek di masyarakat. Proses perencanaan masyarakat menghasilkan Rencana Kerja Masyarakat (RKM), dimana RKM adalah suatu dokumen yang merupakan hasil perencanaan patisipatif oleh masyarakat berkaitan dengan komponenkomponen kegiatan dalam PAMSIMAS, sehingga dokumen ini pada dasarnya adalah proposal proyek. RKM dalam proyek PAMSIMAS dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Rencana Kerja Masyarakat (RKM) I Dokumen ini mencakup rincian tentang rencana kegiatan: (a) pelatihan di tingkat masyarakat dan (b) pembangunan sarana air minum di masyarakat dan sekolah untuk daerah perdesaan ATAU pembangunan sarana sanitasi umum untuk daerah pinggiran kota. 2. Rencana Kerja Masyarakat (RKM) II Dokumen ini mencakup rincian tentang rencana kegiatan: (a) pelatihan tentang perilaku hidup sehat/ higienis; (b) implementasi program PHS 12

di masyarakat dan sekolah; (c) pembangunan sarana sanitasi untuk sekolah; dan (d) pelatihan penguatan TKM sebagai badan pengelola. Proses perencanaan dan penyusunan Rencana Kerja Masyarakat I dilakukan melalui langkah-langkah pada Gambar sebagai berikut dan penjelasannya dapat dilihat pada halaman selanjutnya. 1.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh TFM menggunakan tools MPA dan PHAST untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat dan analisis situasinya. (2 MINGGU) 1.2 Pertemuan Pleno untuk Membahas Hasil Identifikasi dan Analisis Situasi Kegiatan ini berbentuk Pertemuan Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh TFM untuk mengulas hasil identifikasi masalah dan analisis situasinya dan mengetahui tindak lanjut sebagai bahan masukan RKM. (1 HARI) 1.3 Pembentukan Tim Kerja Masyarakat 1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I Kegiatan ini difasilitasi oleh TFM untuk membentuk TKM yang merupakan lembaga pelaksana proyek di tingkat desa/ kelurahan, yang dibentuk secara demokratis oleh masyarakat dengan mempertimbangkan kesetaraan sosial (kaya/ miskin) dan gender (perempuan/ laki-laki). (1 MINGGU) Kegiatan ini merupakan tanggungjawab TKM dan dibantu oleh TFM, dimana TKM memberikan penjelasan kepada kelompok-kelompok masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk RKM I. (4 HARI) 1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I Kegiatan ini berbentuk Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh TKM dibantu TFM agar masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap berbagai opsi RKM I, serta mengambil keputusan untuk menentukan pilihannya. (1 HARI) 1.6 Penyusunan RKM I Setelah masyarakat memutuskan pemilihan opsi pembangunan sarana dan pelatihan, maka TKM bersama-sama dengan masyarakat dan dibantu oleh TFM berkewajiban menyusun RKM I. (1 BULAN) 1.7 Pertemuan Pembahasan RKM I Kegiatan ini berbentuk Pleno Masyarakat yang difasilitasi oleh TKM dibantu TFM untuk memberikan penjelasan tentang Draf RKM, agar masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap RKM, dan menyetujui sebelum dikirim kepada DPMU. (1 HARI) 1.8 Pengajuan RKM I RKM I yang telah ditandatangani oleh TKM, dan diketahui oleh TFM dan Kepala Desa, dikirim kepada DPMU untuk dievaluasi dan disetujui oleh TKK. Gambar 3. Diagram Proses Perencanaan dan Penyusunan RKM I 13

1.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Proses identifikasi dan analisis situasi desa/ kelurahan terdiri dari kegiatan-kegiatan diskusi menggunakan tools dari Methodology of Participatory Assessment (MPA) 2 dan Participatory Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST) 3, yang dilakukan baik di masyarakat maupun di sekolah. Kegiatan ini secara partisipatif dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, lakilaki, kaya, miskin (termasuk masyarakat adat), sementara TFM hanya memfasilitasi proses tersebut, seperti diuraikan pada Tabel berikut ini. Tabel 5. Tools MPA-PHAST untuk Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi No Tools Keterangan 1 Inventaris Data Komunitas Dilaksanakan bersama aparat desa/ kelurahan memanfaatkan data monografi desa/ kelurahan. 2 Klasifikasi Kesejahteraan Dilaksanakan melalui diskusi dengan kelompok masyarakat campuran (perempuan-laki-laki, kaya-miskin) dengan mempertimbangkan keterwakilan semua dusun/ RW. Digunakan untuk mengetahui klasifikasi tingkat kesejahteraan yang ada di masyarakat, dimana hasil klasifikasi tersebut dapat digunakan untuk melihat perbedaan akses, kontribusi, kontrol dan manfaat dari air dan sanitasi di antara kelompok masyarakat, serta untuk menentukan peserta pertemuan (kelompok terfokus) selanjutnya. 3 Pemetaan Sosial Mapping yang sudah dilakukan oleh proyek lain yang sejenis perlu dipertimbangkan sebagai referensi. Dilakukan oleh orang- 2 Rincian tentang tools MPA terdapat dalam Fieldbook MPA 3 Rincian tentang tools PHAST terdapat dalam Fieldbook PHAST 14

4 Perencanaan Transect Walk dan Diskusi Kelompok Terfokus 5 Tinjauan Pengelolaan Sarana 6 Transect Walks (Penelusuran Wilayah) orang yang mewakili masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya-miskin, dan mewakili semua dusun dalam desa/ kelurahan). Hasil pemetaan sosial ini digunakan untuk merencanakan pengembangan pelayanan sarana air atau sanitasi yang diinginkan oleh masyarakat, di samping itu peta juga digunakan untuk menentukan lokasi diskusi kelompok terfokus. Untuk merencanakan lokasi transect walk dan tempat diskusi kelompok terfokus akan dilakukan. Dilakukan jika ada badan pengelola, untuk menilai tentang pengelolaan dan pengambilan keputusan, sejarah partisipasi dalam pembangunan sarana, penilaian pelatihan, pembagian kerja berdasarkan gender dan waktu kerja, serta pengelolaan keuangan. - Pengelolaan Sumber Air Dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari badan pengelola dan anggota masyarakat yang memperhatikan keterwakilan gender. Melalui kegiatan ini masyarakat dapat menilai kualitas dan kuantitas air pada sumber air. - Penilaian Tingkat Kualitas Kerja Dilakukan seperti pada Pengelolaan Sumber Air. Melalui kegiatan ini masyarakat dapat mengetahui kualitas rancangan, kualitas material, kualitas pengerjaan, kondisi drainase sarana air, 15

serta kualitas konstruksi, operasional dan pemeliharaan, dan penggunaan jamban keluarga dan sekolah. - Penilaian Pelayanan Sarana Air Bersih Dilakukan seperti pada Pengelolaan Sumber Air. Melalui kegiatan ini masyarakat dapat mengidentifikasi tingkat kepuasaan berkaitan dengan kuantitas air, kualitas air, kesadaran terhadap pemeriksaan kualitas air, sistem drainase, kebocoran air pada titik air, dan perkiraan ketersediaan air. - Pertemuan dengan Masyarakat yang Tidak Terlayani Dilakukan untuk melihat sarana yang akan diberikan untuk daerah yang belum terlayani dan kemungkinan pengembangan oleh masyarakat sendiri. 7 Efektivitas Penggunaan Sarana Air Bersih 8 Efektivitas Penggunaan Sarana Sanitasi - Dapat dilakukan pemicuan terhadap perilaku untuk tidak buang air besar sembarangan Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, dimana melalui kegiatan ini masyarakat dapat mengetahui kebiasaan penggunaan air bersih, serta proporsi masyarakat yang menggunakan sarana air yang aman. Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, dimana melalui kegiatan ini masyarakat dapat mengetahui kebiasaan buang air besar, serta proporsi masyarakat yang saat ini telah menggunakan sarana jamban. 16

9 Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan 10 Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, untuk melihat hak bersuara dan memilih (voice and choice) masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk pengadaan sarana air sebelumnya. Dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana alur penularan penyakit sampai ke manusia. Serta dapat mengetahui cara memutuskan alur penyakit tersebut, baik dengan kegiatan fisik (pembangunan sarana), maupun non fisik (perubahan perilaku). Hasil identifikasi dan analisis situasi dengan menggunakan tools MPA dan PHAST seperti diuraikan di atas dicatat dalam Buku Catatan Proses MPA & PHAST yang mencakup pula notulensi diskusi, sehingga dapat dilihat bagaimana keaktifan masyarakat terutama mereka yang selama ini terpinggirkan. Hasil tersebut dirangkum dalam suatu laporan yang akan menjadi bagian dari dokumen RKM. Pada tahap ini proyek PAMSIMAS sudah mulai melakukan proses awal untuk memonitor dan mengevaluasi proyek, yang nantinya akan menjadi bagian dari kegiatan Monitoring Keberlanjutan (Sustainability Monitoring) 4 PAMSIMAS, yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari proses MPA dan PHAST saat identifikasi dan analisis situasi desa/ kelurahan sebagai data dasar (baseline data) untuk melihat bagaimana dampak yang terjadi dan keberlanjutan proyek dapat dicapai. Kegiatan ini disebut juga dengan Monitoring Keberlanjutan Tahap I yang akan menjadi tanggung jawab TFM. 1.2 Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan untuk Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Hasil identifikasi permasalahan desa/ kelurahan dengan menggunakan tools MPA dan PHAST setelah dianalisis dan dirangkum 4 Proses kegiatan monitoring keberlanjutan secara lebih rinci bisa dilihat di Buku Panduan Monitoring Keberlanjutan 17

dalam sebuah laporan, kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan. Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan untuk membahas hasil identifikasi masalah dan analisis situasi seperti diuraikan pada Tabel sebagai berikut. Tabel 6. Pelaksanaan Pertemuan Pleno Desa/ Kelurahan untuk Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Tujuan o Masyarakat dapat memberikan ulasan tentang hasil identifikasi dan analisis situasi untuk merencanakan pengembangan dari proyek. o Masyarakat mampu mengidentifikasi tindakan lanjutan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemilihan jenis sarana air, dan perilaku hidup sehat yang akan ditingkatkan, serta cara melaksanakan kegiatan tersebut. Peserta o Peserta mewakili semua dusun/ RW o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-lakiperempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila ada o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan Fasilitator o Perwakilan masyarakat (peserta diskusi perencanaan menggunakan tools MPA sebelumnya), mewakili dusun, perempuan-laki-laki, dan kaya-miskin o Tim Fasilitator Masyarakat o Tim DPMU (sebagai nara sumber) Bahan o Peta Sosial o Hasil-hasil proses tools MPA dan PHAST Indikator pelaksanaan o Peserta dapat mengulas kembali hasil diskusi sebelumnya dan menyetujuinya. o Peserta yang hadir merupakan representasi seluruh masyarakat desa/ kelurahan. Laporan Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini dibuat oleh TKM dan TFM untuk dilaporkan kepada DPMU, dimana harus dilengkapi dengan notulensi pertemuan, daftar 18

hadir, dan foto-foto. 1.3 Pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM) Tim Kerja Masyarakat (TKM) merupakan lembaga pelaksana proyek di tingkat desa/ kelurahan yang dibentuk atas persetujuan masyarakat sendiri. Uraian tentang pelaksanaan pembentukan TKM dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7. Pelaksanaan Pembentukan Tim Kerja Masyarakat Tujuan Masyarakat membentuk TKM, yang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : o Masyarakat menyusun tata cara pemilihan anggota TKM. o Masyarakat mengusulkan calon anggota TKM sesuai dengan kapasitasnya dan tanggungjawab dalam TKM (pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi/ tidak, termasuk pekerjaan yang dibayar/ sukarela). o Masyarakat memilih anggota TKM secara demokratis, transparan, dan menjamin keterwakilan anggota TKM dari seluruh wilayah desa/ kelurahan, kelompok kaya/ miskin, laki-laki/ perempuan, dan tua/ muda Peserta o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-lakiperempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila ada o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan Fasilitator o Perwakilan masyarakat o TFM Bahan o Contoh Struktur Tim Kerja Masyarakat (Lampiran 13) o Contoh uraian Tugas dan Tanggungjawab anggota TKM (Lampiran 14) o Surat Berita Acara Pembentukan TKM (Lampiran 15) o Hasil temuan MPA terutama hasil diskusi tentang Tinjauan Pengelolaan Pelayanan dan Hak Suara dan Pengambian keputusan 19

Indikator pelaksanaan Laporan o Peserta dapat memilih anggota TKM. o Peserta merupakan representasi seluruh masyarakat desa/ kelurahan. o Anggota TKM perempuan yang terpilih minimal 30% dari seluruh anggota TKM. Pelaksanaan pertemuan ini harus dilengkapi dengan Berita Acara Pembentukan TKM, daftar hadir peserta, dan foto-foto. Proses Pembentukan TKM 1) Proses pembentukan TKM mengacu pada hasil diskusi identifikasi masalah dan analisis situasi, sehingga dapat diketahui keberfungsian dan kinerja lembaga/organisasi yang ada sesuai dengan kriteria PAMSIMAS. Berdasarkan penilaian terhadap kepengurusan dalam lembaga-lembaga tersebut, ditentukan bentuk/struktur TKM sesuai dengan kriteria TKM PAMSIMAS yang diatur dalam Pedoman Umum Pengelolaan PAMSIMAS. 2) Proses pembentukan TKM selanjutnya dilakukan secara berjenjang, dimana pemilihan calon anggota TKM dimulai di tingkat dusun/ RW, yaitu dengan menentukan anggota masyarakat dari masing-masing dusun/ RW yang akan duduk dalam posisi TKM. Pertemuan ini harus dihadiri oleh semua perwakilan keluarga/ rumah dari dusun/ RW yang bersangkutan, sehingga anggota masyarakat yang terpilih benar-benar merupakan representasi masyarakat yang memperhatikan unsur-unsur dari masyarakat yaitu kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, tua maupun muda. Hal yang paling penting dalam proses ini adalah bahwa calon anggota TKM dari dusun/ RW tersebut dibentuk melalui musyawarah dan disetujui oleh seluruh anggota masyarakat. Orang-orang yang telah dipilih itu kemudian ditentukan sebagai calon untuk menduduki posisi tertentu dalam struktur TKM Desa/ Kelurahan. Pertemuan pembentukan TKM dilanjutkan di tingkat desa/ kelurahan dengan dihadiri oleh semua calon anggota TKM yang telah dipilih 20

sebelumnya. Pada pertemuan ini semua calon anggota TKM yang merupakan representasi dari seluruh dusun di desa/ kelurahan difasilitasi oleh aparat desa/ kelurahan dan TFM untuk membentuk TKM sesuai dengan struktur yang dibutuhkan proyek. Hasil pembentukan TKM dibuat dalam Surat Berita Acara Pembentukan TKM yang disyahkan oleh Kepala Desa/ Lurah dan diketahui oleh TFM. Pada surat tersebut harus dinyatakan bahwa keanggotaan TKM telah dipilih secara demokratis dengan mempertimbangkan kesetaraan sosial (kaya/ miskin) dan gender (perempuan/ laki-laki), serta bahwa semua anggota TKM tidak pernah terlibat dalam tindakan melanggar hukum (korupsi/penipuan) di masa lalu dan konflik kepentingan dalam pelaksanaan proyek. Surat ini kemudian dikirimkan oleh pemerintah desa/ kelurahan kepada DPMU/ TKK untuk dibuatkan Surat Keputusan (SK) Bupati/ Walikota, sehingga TKM akan mempunyai legitimasi dan kekuatan hukum dalam melaksanakan proyek PAMSIMAS. 1.4 Pemilihan Opsi untuk RKM I Setelah melalui proses pertama masyarakat memahami tentang permasalahan di desa/ kelurahannya, serta membentuk TKM, maka TFM membantu masyarakat melanjutkan proses perencanaan secara partisipatif untuk memilih opsi-opsi mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 1.4.1. Pemilihan Opsi Sarana Air Minum di Masyarakat Setelah masyarakat mengetahui keadaan sarana air yang ada saat ini, maka masyarakat dibantu TFM menentukan jenis sarana air yang ingin dibangun, serta hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka membangun sarana air yang telah dipilih. Pemilihan opsi tersebut mempertimbangkan antara lain: - topografi - ketersediaan sumber air - biaya konstruksi - ketersediaan lahan untuk konstruksi 21

- biaya operasional dan pemeliharaan. Di samping itu perlu juga dipertimbangkan keadaan aspek lingkungan (alam dan budaya) yang akan dipengaruhi oleh pembangunan sarana air tersebut. 1.4.2. Pemilihan Opsi Sarana Air di Sekolah Jenis sarana air yang akan dibangun di sekolah merupakan bagian dari sistem sarana air desa/ kelurahan. Anggota masyarakat sekolah (kepala sekolah, guru, dan orangtua siswa) dengan bantuan TFM dapat mengusulkan fasilitas air lain seperti sarana cuci tangan untuk siswa. 1.4.3. Pemilihan Opsi Pelatihan Masyarakat Setelah masyarakat memutuskan pemilihan jenis sarana air, kemudian dibuat suatu rencana pelatihan. TFM membantu masyarakat untuk mendiskusikan jenis pelatihan yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sarana air sesuai dengan opsi yang dipilih dan pengelolaan administrasinya. Proses pemilihan opsi ini merupakan tanggungjawab TKM dan dibantu oleh TFM, dimana TKM memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk dimasukkan dalam RKM I. Proses ini dilakukan dalam pertemuanpertemuan informal dengan kelompok-kelompok masyarakat di seluruh dusun/ RW, dimana dalam pertemuan tersebut yang terpenting adalah masyarakat sadar bahwa mereka punya pilihan dan paham dengan konsekuensi atas pilihan yang akan diambil. Alat bantu untuk proses ini dapat menggunakan Informed Choice Catalogue (ICC) 5 untuk Sarana Air Minum. Pada pemilihan opsi RKM I di lokasi kelurahan (daerah perkotaan), jenis opsi dibagi menjadi dua yaitu: 5 Informed Choice Catalogue untuk Sarana Air Minum disediakan oleh Proyek PAMSIMAS 22

1. Opsi Sarana Sanitasi Komunal dengan menggunakan Informed Choice Catalogue (ICC) 6 untuk Sarana Sanitasi. Pemilihan opsi tersebut mempertimbangkan antara lain: biaya konstruksi, ketersediaan lahan untuk konstruksi, serta biaya operasional dan pemeliharaan. 2. Opsi Pelatihan Masyarakat, dimana opsi ini mencakup jenis pelatihan yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi. 1.5 Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I Hasil pertemuan-pertemuan untuk membahas opsi Sarana Air (baik di masyarakat dan sekolah), dan Pelatihan Masyarakat yang telah dilakukan sebelumnya kemudian dibahas dalam pertemuan pembahasan opsi RKM I. Proses Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I diuraikan pada Tabel sebagai berikut. Tabel 8. Pelaksanaan Pertemuan Pembahasan Opsi RKM I Tujuan o Masyarakat mampu memberikan ulasan terhadap berbagai jenis pilihan sarana air atau sanitasi dan kebutuhan pelatihan, serta mampu mengambil keputusan untuk menentukan pilihannya. o Masyarakat mampu memberikan ulasan serta pengambilan keputusan tentang kontribusi yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan sarana, serta operasional dan pemeliharaannya. Peserta o Peserta mewakili semua dusun o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-lakiperempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila ada o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan o Kepala Sekolah, Guru Fasilitator TKM dan TFM Bahan o Peta Sosial dan Peta Sekolah yang telah dilengkapi pilihan jenis sarana air untuk desa, atau pilihan jenis 6 Informed Choice Catalogue untuk Sarana Sanitasi disediakan oleh Proyek PAMSIMAS 23

Laporan sarana sanitasi untuk kelurahan. o Berbagai jenis pilihan sarana air yang dapat menjadi pilihan masyarakat agar terjadi kesinambungan dan efektifitas penggunaan sarana (ICC Sarana Air Minum). o Berbagai jenis pilihan sarana sanitasi yang dapat menjadi pilihan masyarakat agar terjadi kesinambungan dan efektifitas penggunaan sarana (ICC Sarana Sanitasi). o Informasi tentang perkiraan biaya yang diperlukan untuk pembangunan sarana, serta biaya untuk pemeliharaan dan operasional sarana. o Berbagai jenis pilihan kegiatan pelatihan masyarakat. Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini yang dibuat oleh TKM dan TFM harus dilengkapi dengan notulensi pertemuan, daftar hadir, dan foto-foto. 1.6 Penyusunan RKM I Setelah masyarakat memutuskan pemilihan opsi sarana dan pelatihan maka TKM bersama-sama dengan masyarakat dan dibantu oleh TFM berkewajiban menyusun RKM I, yang antara lain mencakup: o Rancangan Rinci Kegiatan (RRK) tentang pembangunan sarana air minum (untuk daerah perdesaan) di masyarakat dan sekolah atau sarana sanitasi (untuk daerah pinggiran kota). o Rancangan Rinci Kegiatan (RRK) tentang pelatihan bagi masyarakat. o Gambar teknis sarana air minum/ sanitasi. o Rencana biaya pembangunan sarana air minum/ sanitasi. o Rencana biaya operasional dan pemeliharaan. o Rencana kontribusi masyarakat (mekanisme pengumpulan, jadwal pengumpulan, penanggungjawab, dan cara penyimpanan kontribusi). o Rencana administrasi keuangan. o Rencana pengadaan barang dan jasa. 24

Pada saat penyususnan RKM, TFM mendapatkan bantuan/dukungan teknis dari kedua Konsultan Manajemen Kabupaten (KonKab WSS dan HCD). Proses Monitoring Keberlanjutan (dengan menggunakan MPA dan PHAST) pada tahap ini juga dilakukan, yaitu untuk memonitor bagaimana kualitas perencanaan masyarakat dibuat dalam RKM, sebelum RKM tersebut diajukan kepada DPMU, sehingga proyek diharapkan dapat berkelanjutan. Kegiatan ini disebut juga dengan Monitoring Keberlanjutan Tahap II dan dilakukan oleh masyarakat dibantu TFM, melalui verifikasi yang dilakukan oleh Process Monitoring Consultant (PMC). 1.7 Pertemuan Pembahasan RKM I Setelah TKM bersama masyarakat dengan bantuan TFM menyusun RKM I, maka Draf RKM tersebut diinformasikan kepada masyarakat melalui suatu pertemuan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap RKM yang telah disusun untuk diperbaiki, dan disetujui sebelum dikirim kepada DPMU. Adapun uraian tentang pertemuan pembahasan RKM I dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut. Tabel 9. Pelaksanaan Pertemuan Pembahasan RKM I Tujuan o Masyarakat mampu memberikan ulasan tentang draf RKM I yang telah disusun, sehingga ada persetujuan sebelum dikirim ke DPMU. o Masyarakat mampu merumuskan tentang besarnya iuran untuk operasional dan pemeliharaan sarana air yang diputuskan secara adil, demokratis, dan transparan. o Masyarakat mampu menyusun aturan-aturan dan pengorganisasian pengelolaan dalam implementasi proyek maupun dalam operasional dan pemeliharaan. Peserta o Peserta mewakili semua dusun/ RW o Peserta mewakili kelompok kaya-miskin, laki-lakiperempuan, tua-muda, serta masyarakat adat bila 25

ada o Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan Fasilitator TKM dan TFM Bahan o Peta Sosial yang telah dilengkapi tentang rencana akses masyarakat (rumah tangga) yang akan menggunakan sarana air dan sumber air yang digunakan, atau sarana sanitasi untuk daerah periurban o Data MPA dan PHAST dari proses Monitoring Keberlanjutan tahap I dan II o Draf Dokumen RKM I, yang mencakup : - Rancangan rinci tentang pembangunan sarana. - Pembiayaan yang termasuk dalam RKM I. - Rencana kontribusi masyarakat untuk pembangunan sarana, serta operasional dan pemeliharaannya. Laporan Laporan tentang pelaksanaan pertemuan ini yang dibuat oleh TKM dan TFM harus dilengkapi dengan notulensi pertemuan, daftar hadir, dan foto-foto. 1.8 Pengajuan, Evaluasi, dan Persetujuan RKM I RKM I yang telah disusun di desa/ kelurahan oleh masyarakat kemudian diajukan oleh TKM (atas nama masyarakat desa/ kelurahan) kepada DPMU untuk kemudian dievaluasi 7 oleh Tim Evaluasi RKM. Pengajuan ini dapat dilakukan setelah dilakukannya proses verifikasi terhadap dokumen RKM oleh Process Monitoring Consultant (PMC). Proses evaluasi RKM I secara garis besar mencakup : o Proses perencanaan RKM I di masyarakat o Kelengkapan dokumen RKM I 8 7 Proses evaluasi RKM dapat dilihat pada Panduan Pelaksanaan Proyek PAMSIMAS 8 Outline Dokumen RKM dapat dilihat pada Format RKM I dan II 26

o o o o Kualitas rancangan kegiatan dalam RKM I (sesuai dengan masingmasing komponen proyek) Kewajaran harga yang diusulkan, untuk membandingkan dengan harga dalam RKM I Pelaksanaan pengadaan sub kontraktor dan pemasok, untuk melihat kompetensi perusahaan dan penawaran harga pemasok dan/atau sub kontraktor dalam RKM I. Pengadaan Sub-kontraktor dalam hal ini dapat dilakukan, apabila diperlukan pekerjaanpekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain i) pengeboran sumur dalam, ii) instalasi set generator (genset) dan jaringan kelistrikan-nya, iii) instalasi pompa sumur dalam, dan iv) pembuatan dan instalasi hydraulicram (dongki). Dampak lingkungan yang mungkin timbul dari pembangunan proyek Setelah evaluasi RKM I dilakukan, kemudian dibuat semacam Surat Rekomendasi sebagai bahan pertimbangan DPMU untuk membuat keputusan selanjutnya. Bila ada hal yang perlu diperbaiki pada RKM I, maka dokumen RKM I tersebut akan dikembalikan kepada TKM untuk diperbaiki sesuai dengan kajian yang dilakukan Tim Evaluasi. Pada saat RKM I telah dinyatakan baik, DPMU menyiapkan surat undangan (yang ditandatangani ketua TKK) dalam rangka pembahasan RKM I untuk disampaikan kepada TKM, TFM, anggota TKK, dan Konsultan Kabupaten. Dan apabila dari hasil pertemuan (rapat kerja) ini TKK menyetujui RKM tersebut, maka TKK mengesahkan RKM I dengan menerbitkan surat persetujuan terhadap RKM I. Tahap selanjutnya dari proses persetujuan RKM ini adalah pembuatan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) 9 yang sesungguhnya merupakan semacam surat kontrak yang berkekuatan hukum antara TKM (yang mewakili masyarakat desa/ kelurahan) dengan DPMU (yang mewakili proyek PAMSIMAS) untuk melaksanakan proyek di desa/ kelurahan yang bersangkutan. Dalam SPK tersebut antara lain dijelaskan : 9 Format Surat Perjanjian Kerjasama dapat dilihat pada Buku Pedoman Pengelolaan Proyek PAMSIMAS 27

- pernyataan kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam SPK - rincian tentang waktu pelaksanaan proyek di desa/ kelurahan - rincian tentang total jumlah dana proyek (total dana untuk RKM I ditambah dana 50 juta untuk RKM II), jumlah kontribusi masyarakat, dan jadwal/ tahapan pengucuran dana yang disepakati - rincian tentang prosedur pengadaan (baik barang maupun jasa) SPK tersebut menandai pula bahwa proyek PAMSIMAS secara efektif dimulai di desa/ kelurahan yang bersangkutan. 1.9 Pencairan Dana, Proses Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Dana RKM 1.9.1 Pencairan Dana RKM Dana untuk RKM dari sisi komposisi pembiayaan terdiri dari Dana Masyarakat sebesar 20 % dan Dana Hibah Desa/ Kelurahan sebesar 80%. Dana masyarakat merupakan penjumlahan dari kontribusi masyarakat berbentuk uang tunai sebesar 4% dari nilai total biaya proyek (yang diusulkan dalam RKM) dan kontribusi berbentuk in kind (tenaga kerja, material lokal, dan sebagainya) yang dihitung sebesar 16% dari total biaya proyek. Sedangkan dana hibah adalah bantuan dana yang diberikan langsung kepada masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam RKM (baik RKM I dan II) dengan komposisi 70% dari Bank Dunia dan 10% APBD. Secara khusus TKM diwajibkan membuka rekening atas nama Rekening TKM PAMSIMAS Desa/ Kelurahan yang bersangkutan, dan memberitahukan nomor rekeningnya, yang telah disetor dana tunai sebesar 4%, kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PAMSIMAS Kabupaten. Penyaluran dana masyarakat dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut: 28

o Tahap ke-1 sebesar 30% (20% Bank Dunia dan 10% APBD) pada saat dana tunai (4%) sudah diisikan dalam rekening untuk memulai kegiatan o Tahap ke-2 pada saat pekerjaan fisik RKM I mencapai 25% o Tahap ke-3 pada saat pekerjaan fisik RKM I mencapai 70%, dimana dana Tahap ke-3 akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan dalam RKM II Tahapan pencairan dana RKM (baik I dan II) dilakukan seperti pada Tabel berikut : Tabel 10. Komposisi dan Tahap Pencairan Dana RKM RKM TAHAP PENCAIRAN DANA KONTRIBUSI MASYARAKAT TUNAI NATURA APBD APBN TOTAL DANA PROYEK DALAM RKM I 1 4% 16%* 10% 20% 50% 2 0% 0% 0% 32% 32% II 3 0% 0% 0% 18% 18% TOTAL 4% 16% 10% 70% 100% * Kontribusi natura sebesar 16% dibuat pada Tahap 1 karena asumsi bahwa kontribusi tersebut harus sudah dinyatakan siap untuk digunakan baik pada Tahap 1, 2, dan 3. Untuk penyaluran dana kepada masyarakat, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PAMSIMAS di tingkat Kabupaten mengajukan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Kepala Satuan Kerja (Satker) sebagai Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa PA dilengkapi dengan : a. Dokumen Kontrak/ SPK asli yang mencantumkan nomor rekening masyarakat; b. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (untuk pekerjaan yang belum selesai 100%); c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (untuk pekerjaan yang telah selesai 100%); 29

d. Berita Acara Pembayaran; e. Kuitansi yang disetujui oleh PA/ Kuasa PA/ Pejabat yang ditunjuk; f. Ringkasan kontrak; g. Bukti setoran awal di Rekening Masyarakat. Informasi yang terdapat dalam SPP-LS sekurang-kurangnya memuat: (a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan, (b) Nomor dan Tanggal Kontrak, (c) Jenis/lingkup pekerjaan, (d) Jadwal penyelesaian pekerjaan, (e) Nilai pembayaran yang diminta, (f) Identitas penerima pembayaran (Nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama Bank), serta (g) tanggal dan jatuh tempo pembayaran. Untuk pencairan Lump Sum selain dana kepada masyarakat desa/ kelurahan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PAMSIMAS di tingkat Propinsi dan Kabupaten mengajukan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada Kepala Satuan Kerja (Satker) sebagai Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa PA dilengkapi dengan : a. Dokumen Kontrak/ SPK asli yang mencantumkan nomor rekening rekanan; b. Surat Pernyataan PA/ Kuasa PA mengenai penatapan rekanan; c. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (untuk pekerjaan yang telah selesai 100%); d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (untuk pekerjaan yang telah selesai 100%); e. Berita Acara Pembayaran; f. Kuitansi yang disetujui oleh PA/ Kuasa PA/ Pejabat yang ditunjuk; g. Ringkasan kontrak. Informasi yang terdapat dalam SPP-LS sekurang-kurangnya memuat: (a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan, (b) Nomor dan Tanggal Kontrak, (c) Jenis/ lingkup pekerjaan, (d) Jadwal penyelesaian pekerjaan, (e) Nilai pembayaran yang 30