BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hubungan yang tidak harmonis antar perusahaan dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB I PENDAHULUAN. istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya Wibisono

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) memunculkan kesadaran baru dimana hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB II LANDASAN TEORI. Tanggungjawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk

17 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berfokus pada tujuan komersil saja, melainkan juga harus

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (CSR) atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan dianggap sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. (CSR) telah menjadi konsep yang kerap terdengar. Konsep yang digagas Howard

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik berasal dari alam. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan CSR di Indonesia secara implementatif, masih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial atau social responsibility semakin meningkat. Timbul selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti memiliki orientasi untuk memperoleh laba bagi perusahaannya, untuk itu perusahaan berusaha untuk membangun citra yang baik di masyarakat dengan memberikan perhatiannya kepada lingkungan atau tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility). Di Indonesia, praktik pengungkapan tanggung jawab sosial diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) paragraf 9, yang menyatakan bahwa: "Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting." Dari pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan disarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Peraturan lain yang mengatur mengenai kewajiban pengungkapan CSR juga diatur didalam undang-undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 bagian (b), pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur bahwa setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial, Menurut Karina

2 (2011) regulasi ini menjelaskan kewajiban bagi setiap penanam modal untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua ketentuan perundang-undangan. Beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: 1) perusahaan terhidar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat akibat dari perilaku buruk perusahaan, 2)kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, 3) perusahaan mendapat rasa hormat dari masyarakat yang membutuhkan keberdaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan perusahaan, 4) perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan menerapkan CSR dengan baik maka akan berakibat pada meningkatnya value perusahaan. Namun, value perusahaan ini tidak dapat terbentuk apabila perusahaan tidak mengkominikasikan program CSR nya kepada stakeholders. Komunikasi dua arah seputar permasalahan CSR sangatlah penting untuk membangun rasa hormat dan penghargaan dari para stakeholders, Fitria dan Hartati( 2010) dalam Trisnawati et al (2013) Pengungkapan CSR di Indonesia masih didominasi oleh perusahaan manufaktur dan pertambangan, tetapi perusahaan keuangan baik industri perbankan maupun non perbankan juga banyak yang sudah mengungkapkan

3 laporan tanggung jawab sosialnya. Walaupun dalam bentuk yang masih relatif sederhana. Pada perusahaan perbankan, Pengungkapan tersebut tidak hanya dilakukan oleh industri perbankan konvensional, tapi juga dilakukan oleh perbankan syariah. Akan tetapi belum banyak penelitian yang mengungkapnya. Penelitian mengenai pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur Indonesia dengan menggunakan index GRI sebanyak 78 item telah dilakukan oleh beberapa peneliti( Almilia dan Retrinasari,2007; Anggarini 2006;Febrina dan Suaryana,20011;rahman dan Widyasari;2008; Sembiring, 2005; Veronica;2008). Penelitian lain dilakukan oleh Febrina dan Suaryana ( 2011) menggunakan 79 item, selanjutnya Permatasari ( 2012 ) menggunakan 121 item berdasarkan laporan GRI tahun 2011. (Trisnawati et al 2013) Terkait dengan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia, penelitian tentang tanggung jawab sosial pada bank syariah penting dilakukan. Hingga bulan Desember tahun 2013, jumlah aset yang dimiliki perbankan syariah Indonesia mencapai 63 trilliun rupiah. Angka ini meningkat sekitar 20 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya. Secara kelembagaan, bank syariah juga mengalami peningkatan. Tahun 2013, jumlah bank umum syariah meningkat menjadi 11 buah, bertambah 1 buah bila dibandingkan dengan tahun 2009. Selain itu juga terjadi peningkatan secara institusional. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya jaringan kantor perbankan syariah di Indonesia sekitar 400 buah (data statasistik bank Indonesia Mei 2014 )

4 Penelitian mengenai pengungkapan CSR pada industri perbankan telah banyak dilakukan, Fitria dan Hartanti ( 2010), melakukan penelitian terhadap 3 bank konvensional dan 3 bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR bank konvensional lebih baik dibandingkan bank syariah. Trisnawati ( 2011) melakukan analisis pengungkapan CSR pada bank syariah dan konvensional di Indonesia, menggunakan indeks GRI 78 item. Hasil penelitiannya konsisten dengan Fitria dan Hartati ( 2010 ), bahwa pengungkapan CSR pada bank konvensional lebih baik bila dibandingkan dengan bank syariah yaitu 52% dan 37 %. Selanjutnya Trisnawati et al (2013) melakukan analisis pengungkapan CSR pada bank syariah Indonesia dengan indeks ISR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa` pengungkapan dengan ISR sebesar 50, 68%. Abdullah ( 2013 ) melakukan penelitian terhadap implementasi CSR pada bank konvensional menggunakan index GRI sebanyak 121 item, hasilnya bank BNI yang paling tinggi mengungkapkan CSRnya sebesar 26,17% dan secara garis besar implementasi CSR pada bank konvensional terfokus pada bidang pendidikan dan sosial. Ahzar ( 2013) melakukan penelitian implementasi CSR pada bank syariah menggunakan Islamic Social Responsibility (ISR) yang dilakukan oleh masing-masing Bank Syariah terlihat bahwa bank Mega Syariah sebesar 50.68% dan kebanyakan pada aspek sosial. Arifiyanto ( 2013) melakukan penelitian pengungkapan CSR pada bank syariah menggunakan index GRI sebanyak 121 item, hasilnya pengungkapan CSR Bank Syariah Mandiri paling baik yaitu sebesar 26,45%.

5 Menurut Mulyanita (2009) dalam Trisnawati et al (2013), alasan perusahaan perbankan di Indonesia melakukan pelaporan sosial adalah karena adanya perubahan paradigma pertanggungjawaban, dari manajemen ke pemilik saham menjadi manajemen kepada seluruh stakeholder. Hal ini ditegaskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (revisi 1998) paragraf sembilan yang secara implisit menyarankan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab terhadap masalah lingkungan dan sosial. Selain itu, menurut Mulyanita (2009) dalam Trisnawati et al ( 2013), tantangan untuk menjaga citra perusahaan di masyarakat menjadi alasan mengapa suatu bank di Indonesia melakukan pelaporan sosial. Secara umum standar pelaporan yang sudah dikenal untuk mengimplementasikan CSR yaitu GRI ( Global Reporting Initiative). GRI merupakan sebuah organisasi yang telah mempelopori perkembangan pengungkapan CSR dan menggunakan rerangka laporan yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia ( www,globalreporting.org). Penelitian dalam ranah CSR syariah umumnya menggunakan model Islamic Social Reporting (ISR). Secara khusus index ISR adalah perluasan dari social reporting yang meliputi harapan masyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonomian, tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual, Hanifa (2002) dalam Trisnawati et al (2013). Luas pengungkapan CSR antara perusahaan satu dengan yang lainnya berbeda, karena terdapat faktor- faktor yang mempengaruhinya. Faktor faktor

6 yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR adalah: Leverage, Ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, dan komposisi dewan komisaris Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi perusahaan mengungkapkan kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial antara lain Sembiring (2005), Nursiam dan Gemitasari (2013), Priantana dan Yustian (2011), Oktorini (2013), Nur dan Priantinah (2012), dan Wijaya (2012). Faktor-faktor yang diteliti antara lain adalah, leverage, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Leverage merupakan persentase perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Untuk mengurangi biaya keagenan (biaya monitoring) manajer akan memberikan pengungkapan yang lebih luas (komprehensif) guna meyakinkan kreditur (Aljifri dan Hussainey, 2006 dalam Nur dan Priantinah (2012). Hasil penelitian Benardi, et al., (2008) dan Laras (2009) tidak menemukan adanya pengaruh yang positif antara leverage terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial, temuan ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh, Na im dan Rakhman (2000), Subroto (2003), serta Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang menemukan tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial. (Nur dan Priantinah, 2012) Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap masyarakat, memiliki

7 shareholder yang lebih banyak, serta mendapat perhatian lebih dari kalangan publik, maka dari itu perusahaan besar mendapat tekanan yang lebih untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya (Cowen et al., 1987) dalam (Karina, 2013). Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat, juga akan mendapatkan tekanan yang lebih dari pihak ekternal perusahaan untuk lebih mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya secara luas. Suatu perusahaan yang memiliki profit lebih besar harus lebih aktif melaksanakan CSR. Amran dan Devi ( 2008) dalam Karina (2013). Penelitian terdahulu yang menguji pengaruh ukuran (Size) perusahaan terhadap luasnya pengungkapan tanggungjawab sosial adalah Kelly (1981), Trotman dan Bradley (1981), Pang (1982), Belkaoui dan Karpik (1989), Patten (1991,1992), Hackston dan Milne (1996), Adams et al., (1998), dan Gray et al., (2001) dalam Sembiring (2005), Anggraini (2006), Udayasankar (2007), Benardi, et al.,(2008) menemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini seperti yang disebutkan dalam Hackston dan Milne (1996) antara lain Roberts (1992), Sigh dan Ahuja (1983), Davey (1982), Laras (2009). Karina (2011). Secara umum dewan komisaris merupakan dewan yang bertugas mengawasi serta mengkaji dan memberi persetujuan atas keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen atau direksi. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam Nur dan Priantinah (2011) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk

8 mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Beasley (2000) dan Arifin (2002). Hayuningtyas (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan jumlah dewan komisaris terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini berkebalikan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa dewan komisaris, yang dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak sehingga mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. ( Nur dan Priantinah, 2012) Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan (Midiastuty dan Mahfoedz, 2003 dalam Boediono 2005). Penelitian oleh Klein (2002) dalam Boediono (2005), menemukan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside directur dapat mempengaruhi pengungkapan sosial perusahaan.

9 Semakin banyak anggota komisaris independen, maka pengungkapan juga akan semakin luas. Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati,et al (2013), Arifiyanto ( 2013), Abdullah ( 2013), dan Ahzar ( 2013). Perbedaannya adalah: 1. Penelitian Trisnawati et al (2013) meneliti pengungkapan CSR pebankan syariah dan konvensional tahun 2009 sampai 2011 menggunakan indeks GRI dengan 90 indikator untuk bank konvensional dan indeks GRI dengan 90 indikator + 15 suplemen untuk bank syariah. 2. Penelitian Arifiyanto (2013) meneliti pengungkapan CSR pada bank syariah menggunakan indeks GRI dengan 121 item. 3. Penelitian Abdullah (2013) meneliti pengungkapan CSR pada bank konvensional menggunakan indeks GRI dengan 121 item. 4. Penelitian Ahzar ( 2013) meneliti pengungkapan CSR pada bank syariah menggunakan indeks Islamic Social Reporting dengan enam indikator. 5. Penelitian ini melibatkankan faktor faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapn CSR. Seperti leverage, ukuran perushaan,ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, Penelitian ini pada bank konvensional menggunakan indeks GRI tahun 2013 sebanyak 90 item dengan 10 indikator. Sedangkan pada bank syariah meliputi 90 item tersebut ditambah dengan 15 suplemen.keseluruhan indikator merujuk pada penelitian Trisnawati et al (2013).

10 Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, STUDI KOMPARASI BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada bank syariah dan konvensional di Indonesia? 2. Apakah Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada bank syariah dan konvensional di Indonesia? 3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada bank syariah dan konvensional di Indonesia? 4. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada bank syariah dan konvensional di Indonesia?

11 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka penelitian ini digunakan untuk : 1. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. 2. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. 3. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. 4. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sekaligus digunakan sebagai bahan referensi oleh peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian dengan topik sejenis di masa yang akan datang.

12 2. Manfaat Praktis Memberikan wacana tentang pentingnya pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan, terutama perusahaan perbankan yang go public di Indonesia untuk memperhatikan lingkungan alam di sekitar perusahaanmereka. Dan juga sebagai bahan masukan mengenai informasi tanggung jawab sosial dan beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori-teori serta penelitian terdahulu berkaitan dengan topik atau masalah yang diteliti. Dalam bab ini juga dijelaskan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi deskripsi tentang variabel-variabel dalam penelitian secara operasional, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

13 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pengujian data, pengujian hipotesis, dan pembahasan data BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dari penelitian yang menjawab seluruh pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.