A. MAKSUD DAN TUJUAN

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

B A B III KEBIJAKAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

III. KEBIJAKAN AKUNTANSI BMN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Pendahuluan Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

Belanja Modal Pengadaan Kursi Tamu ,00 0,00 5 BELANJA DAERAH ,00 0, ,

KEBIJAKAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017 ANGGARAN KD. REKENING URAIAN TAHUN INI TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN AKHIR TAHUN (CALK) T.A 2013

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAH RAGA DAN PARIWISATA

BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Jumlah Anggaran 1 PENDAPATAN , ,00 37, , ,00 37,10

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RKA - SKPD)

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

LAPORAN KEUANGAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

LAPORAN KEGIATAN DAN REALISASI KEUANGAN BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANDUNG (APBD) TAHUN 2016 BULAN DESEMBER TAHUN 2016

BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL URAIAN JUMLAH ,

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

PEMERINTAH KOTA MATARAM ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH KOTA MATARAM ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017 ANGGARAN TAHUN INI

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA DENPASAR TAHUN ANGGARAN 2015

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DINAS PENDIDIKAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA PADANG TAHUN ANGGARAN 2017

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN TAHUN INI

LAPORAN POSISI KAS BENDAHARA PENGELUARAN (SPJ BELANJA - ADMINISTRATIF)

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN TAHUN INI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PENJABARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2011

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

= Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja , ,00 (

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN (SPJ BELANJA - FUNGSIONAL)

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA DENPASAR TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana Rp ,00 APBD awal: akhir: Rp ,00 APBD awal: akhir:

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PENJABARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

Jumlah Anggaran 15,000, ,000,

Urusan Pemerintahan: SOSIAL

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH URAIAN JUMLAH Gaji Pokok PNS/Uang Representasi

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA DENPASAR TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAHi

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RKA - SKPD. Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan

Jumlah (Rp) Bertambah/(berkurang) DASAR HUKUM sebelum. setelah (Rp) % perubahan. perubahan PENDAPATAN

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN (SPJ BELANJA - FUNGSIONAL)

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PENJABARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM, KEGIATAN, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KANTOR KECAMATAN SANANKULON

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

,00 Berdasarkan PP.No.9 Tahun 2007 & Terakhir PP.No.25 Tahun 2013, -

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PENJABARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

Urusan Pemerintahan : 1.19 URUSAN WAJIB KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI Organisasi : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH.

Daftar- Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2013 Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

SEKRETARIAT DPRD URAIAN JUMLAH Gaji Pokok PNS/Uang Representasi

: : : URUSAN URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI. SETELAH PERUBAHAN (Rp) BERTAMBAH BERKURANG (Rp) SEBELUM PERUBAHAN (Rp) KODE REKENING URAIAN PENJELASAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN REALISASI DPA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT PENJABARAN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015

, ,00 Berdasarkan PP.No.9 Tahun 2007 & Terakhir PP.No.25 Tahun 2013, ,00. Ahli/Instruktur/Narasumber

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana. Pelaksanaan Pekerjaan 01/01/ /12/ /01/ /12/ /01/ /12/2016

KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT URAIAN JUMLAH

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL URAIAN JUMLAH ,00

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah

LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM, KEGIATAN, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

Arsip Seksi PKN, KPKNL Semarang

1 - WAJIB 07 - PERHUBUNGAN DINAS PERHUBUNGAN Halaman : 10,993,574,000 Perda No. 5 Th ,993,574,000 Perda No. 4 Th.

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana. Pelaksanaan Pekerjaan 01/01/ /12/ /01/ /12/ /01/ /12/2016

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA SKPD KELURAHAN PURBALINGGA WETAN

Transkripsi:

Pendahuluan P enetapan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahann Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta perangkat peraturan perundangan lainnya merupakan titik tolak pelaksanaan pengelolaan serta penatausahaan keuangan di daerah. Salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan serta penatausahaan keuangan daerah, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai entitas akuntansi berkewajiban menyampaikan laporan keuangan kepada entitas pelaporan. Terkait dengan kewajiban tersebut, untuk mewujudkan dampak eksternalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan transparansi dalam pengelolaan keuangan, laporan pertanggungjawaban keuangan perlu disampaikan secara cepat, tepat dan akurat baik yang bersifat temporer maupun periodik disajikan dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan (PP RI Nomor 24 Tahun 2005). Namun demikian, laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman dan multi tafsir yang disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi diantara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman dan multi tafsir tersebut, SKPD sebagai entitas akuntasi diharuskan menyajikan catatan atas laporan keuangan yang memuat informasi tentang kondisi dan posisi keuangan selama satu tahun anggaran sehingga dapat membantu serta memudahkan pengguna dalam memahami laporan keuangan tersebut. Dengan demikian catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. 1

A. MAKSUD DAN TUJUAN Laporan keuangan akhir Tahun disajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola yang baik (good governance). Sedangkan maksud dan tujuan dibuatnya Catatan atas Laporan Keuangan ini adalah menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain : (a) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi regional /ekonomi makro, pencapaian target APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; (b) menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; (c) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; (d) mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh pernyataan standar akuntansi pemerintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; (e) mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; (f) menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhstisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. 2

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan didasarkan pada : 1) 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten; 2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ; 4) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 6) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3

11) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006; 12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 13) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah; 14) Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi Banten dan Nomor 19 Tahun tentang Sistem dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Provinsi Banten. 4

3. Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan Catatatan atas Laporan Keuangan ini disusun dalam bentuk Bab sebanyak 7 bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan...1 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan...1 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan...2 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan...3 Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja......5 2.1. Ekonomi makro...5 2.2. Kebijakan keuangan...5 2.3. Indikator pencapaian target kinerja...5 Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan...7 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan...7 3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan...8 Bab IV Kebijakan akuntansi...9 4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah...9 Bab V 4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan...9 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan...10 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar akuntansi pemerintahan Penjelasan pos-pos laporan keuangan 5.1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan 5.1.1 Pendapatan 5.1.2 Belanja 5.1.3 Aset 5.1.4 Kewajiban 5.1.5 Ekuitas dana 5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan & belanja, dengan penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi yang menggunakan basis akrual. Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan Bab VII Penutup Lampiran-lampiran 5

Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja 2.1. Kebijakan Makro Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah. Sejalan dengan pembagian kewenangan yang disebutkan di atas, maka pengaturan pembiayaan Daerah dilakukan berdasarkan asas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas beban APBD, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN, dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan. 2.2. Kebijakan keuangan Dalam rangka tersebar luasnya informasi pembangunan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten mengemban tugas yang cukup besar sebagai pelaksanaan urusan wajib yang disediakan anggaran yang cukup besar. 2.3. Indikator pencapaian target kinerja Indikator pencapaian keberhasilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam mengemban amanat untuk mencapai visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, diantaranya direpresentasikan dalam bentuk indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Sebagai salah satu indikator keberhasilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten adalah termotivasinya masyarakat dengan penuh kesadaran untuk mengembangkan potensi diri dan lingkungan yang ada untuk kemajuan diri pribadi dan lingkungan masyarakat sekitarnya, terciptanya keharmonisan dan kerukunan hidup masyarakat, penanggulangan kemiskinan, keterasingan, keterpencilan dan keterbelakangan. Beberapa hal tersebut hanya sebagian dari indikator pencapaian tujuan yang telah diamanatkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sebagai pelayan masyarakat yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat selaku perangkat dari pemerintah daerah. 6

Ikhtisar Kinerja Keuangan 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan Realisasi pencapaian target kinerja keuangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, berupa realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Realiasasi Pendapatan No Anggaran Realisasi % A Pendapatan Asli Daerah 0 0 0 1. Pendapatan Pajak Daerah 0 0 0 2. Pendapata Restribusi Daerah 0 0 0 Pendapatan Hasil Pengelolaan 3. Kekayaan Daerah yang 0 0 0 dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah 0 0 0 B Pendapatan Transfer 0 0 0 Transfer Pemerintah Pusat - 1. Dana Perimbangan 0 0 0 2. Transfer Pemerintah Provinsi 0 0 0 Transfer Pemerintah Pusat - 3. Lainnya 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 Untuk tahun Realisasi Pendapatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten tidak ada ( nihil ). 7

2. REALISASI BELANJA LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN KODE REKENING URAIAN SEBELUM PERUBAHAN ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI LEBIH KURANG 5. 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 7,932,000,000 7,036,000,000 6,820,504,339 215,495,661 5. 1. 1 Belanja Pegawai 7,932,000,000 7,036,000,000 6,820,504,339 215,495,661 5. 1. 1. 01 Belanja Gaji dan Tunjangan 4,812,600,000 4,057,950,000 3,892,014,639 165,935,361 5. 1. 1. 01. 01 Belanja Gaji Pokok PNS/Uang Representasi 3,459,298,864 2,983,954,283 2,905,209,700 78,744,583 5. 1. 1. 01. 02 Belanja Tunjangan Keluarga 478,006,066 290,324,589 285,940,336 4,384,253 5. 1. 1. 01. 03 Belanja Tunjangan Jabatan 273,562,250 273,562,250 267,940,000 5,622,250 5. 1. 1. 01. 05 Belanja Tunjangan Umum 132,505,000 112,780,750 108,355,000 4,425,750 5. 1. 1. 01. 06 Belanja Tunjangan Beras 235,296,265 228,141,265 176,136,610 52,004,655 5. 1. 1. 01. 07 Belanja Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus 94,020,096 65,856,095 52,608,059 13,248,036 5. 1. 1. 01. 08 Belanja Pembulatan Gaji 141,005 106,854 38,080 68,774 5. 1. 1. 01. 09 Belanja Iuran BPJS 139,770,454 103,223,914 95,786,854 7,437,060 5. 1. 1. 02 Tambahan Penghasilan PNS 3,119,400,000 2,978,050,000 2,928,489,700 49,560,300 5. 1. 1. 02. 01 5. 1. 1. 02. 03 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja Tambahan Penghasilan Berdasarkan Kondisi Kerja 3,090,600,000 2,949,250,000 2,902,889,700 46,360,300 28,800,000 28,800,000 25,600,000 3,200,000 5. 2 BELANJA LANGSUNG 37,244,550,000 39,337,900,000 32,570,834,538 6,766,775,462 5. 2. 1 Belanja Pegawai 1,448,895,000 1,456,725,000 1,266,981,500 189,453,500 5. 2. 1. 01 Honorarium PNS 1,189,170,000 1,197,000,000 1,023,557,500 173,442,500 5. 2. 1. 01. 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 899,870,000 888,200,000 836,157,500 52,042,500 5. 2. 1. 01. 02 Honorarium Pejabat/Pokja/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa 289,300,000 308,800,000 187,400,000 121,400,000 5. 2. 1. 02 Honorarium Non PNS 255,000,000 255,000,000 240,300,000 14,700,000 5. 2. 1. 02. 02 Honorarium Pegawai Honorer/Tidak Tetap 255,000,000 255,000,000 240,300,000 14,700,000 5. 2. 1. 03 Uang Lembur 4,725,000 4,725,000 3,414,000 1,311,000 5. 2. 1. 03. 01 Uang Lembur PNS 4,725,000 4,725,000 3,414,000 1,311,000 5. 2. 2 Belanja Barang dan Jasa 32,559,218,000 34,622,879,000 29,893,459,138 4,729,419,862 5. 2. 2. 01 Belanja Bahan Pakai Habis 1,989,024,500 2,115,589,196 2,019,067,395 96,521,801 5. 2. 2. 01. 01 Belanja Alat Tulis Kantor 166,100,000 177,315,782 174,111,282 3,204,500 8

5. 2. 2. 01. 03 Belanja Alat Listrik dan Elektronik (Lampu Pijar, Battery Kering) 21,835,000 21,835,000 21,805,000 30,000 5. 2. 2. 01. 04 Belanja Perangko, Materai, dan Benda Pos 8,808,000 8,958,000 8,958,000 0 5. 2. 2. 01. 05 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih 41,866,600 41,866,600 40,586,600 1,280,000 5. 2. 2. 01. 06 Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas 262,958,400 194,828,400 177,352,200 17,476,200 5. 2. 2. 01. 07 5. 2. 2. 01. 09 5. 2. 2. 01. 19 Belanja Pengisian Tabung Pemadam Kebakaran Belanja Suku Cadang Peralatan Komputer/ Printer/Jaringan Belanja Vandel, Plakat, Piala, Medali dan Cinderamata 4,000,000 4,000,000 4,000,000 0 10,950,000 10,950,000 10,950,000 0 804,923,000 807,923,000 785,990,300 21,932,700 5. 2. 2. 01. 22 Belanja Perlengkapan Peserta/Panitia 618,133,500 720,717,414 671,634,513 49,082,901 5. 2. 2. 01. 23 Belanja Perlengkapan Pendidikan dan Pelatihan 0 32,500,000 32,320,000 180,000 5. 2. 2. 01. 25 Belanja Peralatan Dapur 5,950,000 5,950,000 5,175,000 775,000 5. 2. 2. 01. 26 Belanja Bendera dan Umbul-umbul 43,500,000 88,745,000 86,184,500 2,560,500 5. 2. 2. 02 Belanja Bahan/Material 45,940,000 45,940,426 40,640,000 5,300,426 5. 2. 2. 02. 02 Belanja Bahan/Bibit Tanaman 3,940,000 3,940,000 3,940,000 0 5. 2. 2. 02. 04 Belanja Bahan Obat-obatan 2,000,000 2,000,426 1,500,000 500,426 5. 2. 2. 02. 07 Belanja Bahan Baku Makanan 40,000,000 40,000,000 35,200,000 4,800,000 5. 2. 2. 03 Belanja Jasa Kantor 962,500,000 930,899,600 830,862,073 100,037,527 5. 2. 2. 03. 01 Belanja Telepon/Faksimili/Internet 159,300,000 142,400,000 107,846,494 34,553,506 5. 2. 2. 03. 03 Belanja Listrik 510,000,000 510,999,600 461,391,079 49,608,521 5. 2. 2. 03. 05 Belanja Surat Kabar/Majalah 41,340,000 41,340,000 38,645,000 2,695,000 5. 2. 2. 03. 07 Belanja Paket/Pengiriman 6,000,000 6,000,000 4,545,000 1,455,000 5. 2. 2. 03. 12 Belanja Jasa Kebersihan 229,660,000 229,660,000 217,934,500 11,725,500 5. 2. 2. 03. 14 Belanja Jasa TV Cable 16,200,000 500,000 500,000 0 5. 2. 2. 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 310,120,000 200,820,000 185,058,050 15,761,950 5. 2. 2. 05. 01 Belanja Jasa Service 310,120,000 200,820,000 185,058,050 15,761,950 5. 2. 2. 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 1,254,880,000 1,980,565,500 1,902,186,375 78,379,125 5. 2. 2. 06. 01 Belanja Cetak 1,084,405,000 1,806,005,000 1,739,278,775 66,726,225 5. 2. 2. 06. 02 Belanja Penggandaan 170,475,000 174,560,500 162,907,600 11,652,900 5. 2. 2. 07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 2,109,042,750 2,318,725,000 1,454,347,046 864,377,954 5. 2. 2. 07. 02 Belanja Sewa Gedung/Kantor/Tempat 1,552,242,750 1,753,965,000 1,101,361,526 652,603,474 5. 2. 2. 07. 03 Belanja Sewa Ruang Rapat/Tempat Pertemuan 0 3,500,000 3,500,000 0 5. 2. 2. 07. 05 Belanja Sewa Kamar/Tempat Penginapan 429,300,000 433,760,000 246,195,520 187,564,480 5. 2. 2. 07. 06 Belanja Sewa Lapangan/Sarana Olah Raga 127,500,000 127,500,000 103,290,000 24,210,000 5. 2. 2. 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 723,066,000 808,319,760 571,405,920 236,913,840 5. 2. 2. 08. 01 Belanja Sewa Sarana Mobilitas Darat 723,066,000 772,819,760 536,216,920 236,602,840 5. 2. 2. 08. 02 Belanja Sewa Sarana Mobilitas Air 0 35,500,000 35,189,000 311,000 9

5. 2. 2. 12 Belanja Sewa Perlengkapan & Peralatan Kantor 2,147,851,000 2,433,690,500 2,165,412,300 268,278,200 5. 2. 2. 12. 01 Belanja Sewa Meja Kursi 133,925,000 164,630,000 149,499,600 15,130,400 5. 2. 2. 12. 04 Belanja Sewa Generator 204,588,000 210,485,000 198,353,000 12,132,000 5. 2. 2. 12. 05 Belanja Sewa Tenda 330,825,000 463,967,000 416,315,400 47,651,600 5. 2. 2. 12. 06 Belanja Sewa Pakaian Adat/Tradisional 44,000,000 48,000,000 47,904,000 96,000 5. 2. 2. 12. 07 Belanja Sewa Sound System & Air Conditioning 297,263,000 363,559,500 334,899,500 28,660,000 5. 2. 2. 12. 09 Belanja Sewa Alat Musik 9,000,000 12,000,000 7,260,000 4,740,000 5. 2. 2. 12. 11 5. 2. 2. 13 Belanja Sewa Perlengkapan & Peralatan Kantor Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kerja Lapangan 1,128,250,000 1,171,049,000 1,011,180,800 159,868,200 6,000,000 6,000,000 6,000,000 0 5. 2. 2. 13. 04 Belanja Sewa Alat Ukur 6,000,000 6,000,000 6,000,000 0 5. 2. 2. 14 Belanja Makanan dan Minuman 1,668,811,000 1,668,362,000 1,468,630,196 199,731,804 5. 2. 2. 14. 02 Belanja Makanan dan Minuman Rapat 128,000,000 128,000,000 102,380,000 25,620,000 5. 2. 2. 14. 04 Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan 1,540,811,000 1,540,362,000 1,366,250,196 174,111,804 5. 2. 2. 15 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 0 67,100,000 64,128,300 2,971,700 5. 2. 2. 15. 04 Belanja Pakaian Dinas Harian (PDH) 0 67,100,000 64,128,300 2,971,700 5. 2. 2. 17 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu 131,222,500 388,122,500 385,146,500 2,976,000 5. 2. 2. 17. 02 Belanja Pakaian Adat Daerah 3,000,000 222,500,000 220,505,000 1,995,000 5. 2. 2. 17. 03 Belanja Pakaian Batik Tradisional 600,000 600,000 600,000 0 5. 2. 2. 17. 04 Belanja Pakaian Olahraga 127,622,500 165,022,500 164,041,500 981,000 5. 2. 2. 18 Belanja Perjalanan Dinas 6,008,445,000 5,369,528,178 4,091,897,883 1,277,630,295 5. 2. 2. 18. 01 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 1,402,714,000 1,371,427,000 966,580,379 404,846,621 5. 2. 2. 18. 02 Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah 3,673,531,000 3,608,275,678 2,743,892,004 864,383,674 5. 2. 2. 18. 03 Belanja Perjalanan Dinas dalam Rangka Pendidikan dan Pelatihan 11,000,000 0 0 0 5. 2. 2. 18. 04 Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri 921,200,000 389,825,500 381,425,500 8,400,000 5. 2. 2. 20 5. 2. 2. 20. 01 Belanja Pengiriman Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS Belanja Pengiriman Kursus-kursus Singkat/ Pelatihan 30,000,000 30,000,000 0 30,000,000 30,000,000 30,000,000 0 30,000,000 5. 2. 2. 23 Belanja Pemeliharaan 275,095,000 259,025,000 236,501,500 22,523,500 5. 2. 2. 23. 16 Belanja Pemeliharaan Alat Rumah Tangga 800,000 800,000 800,000 0 5. 2. 2. 23. 17 Belanja Pemeliharaan Komputer 74,325,000 54,175,000 48,184,000 5,991,000 5. 2. 2. 23. 28 Belanja Pemeliharaan Perlengkapan Kantor 41,370,000 35,370,000 31,345,000 4,025,000 5. 2. 2. 23. 31 Belanja Pemeliharaan Bangunan Gedung Tempat Kerja 142,600,000 152,680,000 140,172,500 12,507,500 5. 2. 2. 23. 60 Belanja Pemeliharaan Jaringan Air Minum 9,000,000 9,000,000 9,000,000 0 5. 2. 2. 23. 62 Belanja Pemeliharaan Jaringan Telepon 1,000,000 1,000,000 1,000,000 0 5. 2. 2. 23. 70 Belanja Pemeliharaan Alat-Alat Musik 6,000,000 6,000,000 6,000,000 0 10

5. 2. 2. 24 Belanja Jasa Konsultansi 1,124,309,000 1,466,087,000 1,326,999,400 139,087,600 5. 2. 2. 24. 01 Belanja Jasa Konsultansi Penelitian 456,079,000 550,857,000 522,889,000 27,968,000 5. 2. 2. 24. 02 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan 518,475,000 666,975,000 657,546,400 9,428,600 5. 2. 2. 24. 06 Belanja Jasa Konsultansi Software Aplikasi 149,755,000 199,255,000 98,010,000 101,245,000 5. 2. 2. 24. 09 Belanja Jasa Konsultansi Pembuatan Website 0 49,000,000 48,554,000 446,000 5. 2. 2. 25 Belanja Pemberian Hadiah Barang/Jasa 93,000,000 54,000,000 54,000,000 0 5. 2. 2. 25. 07 5. 2. 2. 26 5. 2. 2. 26. 01 Belanja Hadiah Prestasi Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Belanja Hibah Barang/Jasa Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga Belanja Hibah Barang/Jasa Kepada Masyarakat 93,000,000 54,000,000 54,000,000 0 1,253,776,000 0 0 0 1,253,776,000 0 0 0 5. 2. 2. 29 Uang Saku 1,063,150,000 1,039,100,000 971,056,000 68,044,000 5. 2. 2. 29. 01 Uang Saku 1,063,150,000 1,039,100,000 971,056,000 68,044,000 5. 2. 2. 30 Belanja Jasa Kesenian 1,593,000,000 1,710,484,000 1,524,699,000 185,785,000 5. 2. 2. 30. 01 Belanja Jasa Kesenian Tradisional 1,116,000,000 1,134,484,000 999,159,000 135,325,000 5. 2. 2. 30. 02 Belanja Jasa Kesenian Modern 477,000,000 576,000,000 525,540,000 50,460,000 5. 2. 2. 31 Belanja Jasa Narasumber/Instruktur/Tenaga Ahli/Pendampingan 3,183,910,000 3,527,378,000 3,198,193,500 329,184,500 5. 2. 2. 31. 01 Belanja Jasa Narasumber/Instruktur 1,871,590,000 1,945,390,000 1,706,258,000 239,132,000 5. 2. 2. 31. 02 Belanja Jasa Tenaga Ahli 1,312,320,000 1,581,988,000 1,491,935,500 90,052,500 5. 2. 2. 32 Belanja Jasa Tenaga Kerja Lepas 484,800,000 484,800,000 484,800,000 0 5. 2. 2. 32. 04 Belanja Jasa Tenaga Kerja Lapangan 484,800,000 484,800,000 484,800,000 0 5. 2. 2. 34 Uang untuk diberikan kepada Pihak Ketiga/ Masyarakat 147,750,000 154,500,000 153,500,000 1,000,000 5. 2. 2. 34. 02 Uang untuk diberikan kepada Masyarakat 147,750,000 154,500,000 153,500,000 1,000,000 5. 2. 2. 35 Belanja Dokumentasi/Dekorasi/ Promosi dan Publikasi 2,937,868,250 4,176,201,340 3,674,048,500 502,152,840 5. 2. 2. 35. 01 Belanja Dokumentasi 57,938,000 77,586,000 45,361,000 32,225,000 5. 2. 2. 35. 02 Belanja Dekorasi 532,407,000 580,150,000 504,291,300 75,858,700 5. 2. 2. 35. 03 Belanja Promosi dan Publikasi 2,347,523,250 3,518,465,340 3,124,396,200 394,069,140 5. 2. 2. 36 Belanja Paket Pertemuan 3,009,874,000 3,383,301,000 3,080,539,200 302,761,800 5. 2. 2. 36. 01 Halfday 206,029,000 38,790,000 0 38,790,000 5. 2. 2. 36. 02 Fullday 398,379,000 247,861,000 238,449,000 9,412,000 5. 2. 2. 36. 03 Fullboard 2,405,466,000 3,096,650,000 2,842,090,200 254,559,800 5. 2. 2. 37 Belanja Barang Non Kapitalisasi 5,783,000 4,340,000 4,340,000 0 5. 2. 2. 37. 12 5. 2. 2. 37. 13 5. 2. 2. 37. 20 Belanja Barang Non Kapitalisasi Peralatan Kantor Belanja Barang Non Kapitalisasi Peralatan Rumah Tangga Belanja Barang Non Kapitalisasi Alat-alat Persenjataan/Keamanan /Perlindungan 2,340,000 2,340,000 2,340,000 0 1,443,000 0 0 0 2,000,000 2,000,000 2,000,000 0 11

5. 2. 3 Belanja Modal 3,236,437,000 3,258,296,000 1,410,393,900 1,847,902,100 5. 2. 3. 17 5. 2. 3. 17. 02 5. 2. 3. 17. 03 5. 2. 3. 17. 05 5. 2. 3. 27 5. 2. 3. 27. 04 5. 2. 3. 27. 05 5. 2. 3. 28 5. 2. 3. 28. 01 5. 2. 3. 28. 02 5. 2. 3. 28. 04 5. 2. 3. 28. 05 5. 2. 3. 28. 06 5. 2. 3. 28. 07 5. 2. 3. 29 5. 2. 3. 29. 02 5. 2. 3. 29. 05 5. 2. 3. 29. 06 5. 2. 3. 31 5. 2. 3. 31. 01 5. 2. 3. 32 5. 2. 3. 32. 01 5. 2. 3. 49 5. 2. 3. 49. 14 5. 2. 3. 49. 27 Belanja Modal Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor Belanja Modal Pengadaan Kendaraan Bermotor Penumpang Belanja Modal Pengadaan Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Belanja Modal Pengadaan Kendaraan Bermotor Beroda Dua Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Kantor Belanja Modal Pengadaan Alat Penyimpanan Perlengkapan Kantor Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Kantor Lainnya Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Rumah Tangga Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Meubelair Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Pengukur Waktu Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Pendingin Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Dapur Belanja Modal Pengadaan Alat Rumah Tangga Lainnya (Home Use) Belanja Modal Pengadaan Alat Pemadam Kebakaran Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Komputer Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Personal Komputer Belanja Modal Pengadaan Peralatan Personal Komputer Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Peralatan Jaringan Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Studio Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Peralatan Studio Visual Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Komunikasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Pengadaan Alat Komunikasi Telephone Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Garasi/Pool Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja Lainnya 313,818,300 796,410,000 603,100,000 193,310,000 233,918,300 451,010,000 441,520,000 9,490,000 0 181,300,000 0 181,300,000 79,900,000 164,100,000 161,580,000 2,520,000 91,271,000 140,555,200 129,012,700 11,542,500 0 24,000,000 17,300,000 6,700,000 91,271,000 116,555,200 111,712,700 4,842,500 86,100,000 334,225,000 257,343,000 76,882,000 39,300,000 230,680,000 170,733,000 59,947,000 5,000,000 5,000,000 3,600,000 1,400,000 38,800,000 44,595,000 37,310,000 7,285,000 0 18,200,000 14,700,000 3,500,000 3,000,000 27,750,000 23,000,000 4,750,000 0 8,000,000 8,000,000 0 107,400,000 330,538,100 275,618,000 54,920,100 88,300,000 273,718,100 223,843,000 49,875,100 19,100,000 55,520,000 50,818,000 4,702,000 0 1,300,000 957,000 343,000 60,447,700 71,317,700 69,950,000 1,367,700 60,447,700 71,317,700 69,950,000 1,367,700 0 5,750,000 4,020,000 1,730,000 0 5,750,000 4,020,000 1,730,000 1,154,200,000 0 0 0 561,300,000 0 0 0 592,900,000 0 0 0 12

5. 2. 3. 85 5. 2. 3. 85. 07 5. 2. 3. 91 5. 2. 3. 91. 04 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya - Pengadaan Barang Bercorak Kesenian dan Kebudayaan Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kebudayaan Benda Bersejarah Belanja Modal Gedung Bangunan - Media Informasi & Publikasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan - Media Informasi dan Publikasi 1,350,800,000 1,507,100,000 0 1,507,100,000 1,350,800,000 1,507,100,000 0 1,507,100,000 72,400,000 72,400,000 71,350,200 1,049,800 72,400,000 72,400,000 71,350,200 1,049,800 45,176,550,000 46,373,900,000 39,391,338,877 6,982,561,123 13

5.2.1. 3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target Tingkat penyerapan Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sampai dengan 31 Desember adalah sebesar Rp. 39,391,338,877;- Adapun hambatan dan kendala secara umum yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten selama tahun anggaran berjalan adalah sebagai berikut : 1. Terjadinya pergantian personel secara struktural sehingga yang berakibat pada arah dan tujuan program dan kegiatan serta keterlambatan surat keputusan yang mengikutinya; 2. Adanya perbedaan persepsi dan pemahaman atas peraturan perundangan pengelolaan dan penatausahaan keuangan dilingkungan pengelola program kegiatan termasuk mitra (pihak ke tiga); 3. Adanya keterlambatan pengembalian uang muka kerja berupa SPJ dari PPTK sehingga mengganggu kelancaran revolving UP; 4. Keterbatasan pemahaman aparatur (SDM) secara keseluruhan akan pengelolaan serta panatausahaan keuangan maupun program kegiatan. 14

Kebijakan Akuntansi K ebijakan Akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Banten meliputi: 4.1. Entitas Akuntansi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten diberikan kewenangan oleh Gubernur melalui Sekretariat Daerah untuk mengelola administrasi keuangan daerah beserta pelaporan keuangannya. Laporan keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 4.2. Basis akuntansi Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dalam perhitungan realisasi anggaran; dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. 4.3. Basis Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan Pendapatan Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Daerah dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pengakuan Belanja Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pengeluaran berdasarkan jumlah nominal yang terdapat pada dokumen Surat Perintah Pencairan Dana atau Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Belanja sesuai dengan posnya masingmasing. Pengakuan Investasi Suatu pengeluaran kas atau aset diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria: - Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial dimasa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah. - Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan. 15

Secara umum Pemerintah Provinsi Banten dalam menetapkan kebijakan akuntansi berpedoman kepada ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Banten dihasilkan mulai dari proses pencatatan jurnal transaksi, pemindahbukuan ke buku besar, penyesuaianpenyesuaian pos-pos akrual, dan pengikhtisaran. Dokumen sumber sebagai dasar pencatatan penerimaan adalah Surat Tanda Setor (STS) dan dokumen lainnya yang dipersamakan sedangkan dasar pencatatan pengeluaran adalah Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ). Dalam sistem akuntansi pemerintah Daerah, kebijakan akuntansi yang diterapkan mencakup masalah pengakuan, pengukuran, penilaian, dan pengungkapan. 1. PERSEDIAAN Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barangbarang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan; misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras). 1) Pengakuan Persediaan Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai persediaan. 16

2). Pengukuran Persediaan disajikan sebesar: (1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. (2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan. (3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. 3). Pengungkapan Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula: (1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; (2) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat ; (3) Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 2. ASET TETAP Aset Tetap adalah Aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Makmur atau dimamfaatkan oleh masyarakat umum. Aset Tetap terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. 1). Tanah Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Makmur diluar daerah / luar negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada bersifat permanen. 17

(1). Pengakuan Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya. (2). Pengukuran Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran pada saat perolehan. (3). Pengungkapan Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula dasar penilaian yang digunakan Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis tanah yang menunjukkan: - Penambahan; - Pelepasan; - Mutasi Tanah lainnya. 2). Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah Barang Milik Pemerintah Banten yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol. (1). Pengakuan Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. 18

Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi, dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. (2). Pengukuran Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan. (3). Pengungkapan Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan pula: (1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. (2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: Penambahan; Pengembangan; dan Penghapusan; (3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan; 3. PERALATAN DAN MESIN Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat 19

Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi. 1). Pengakuan Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. 2). Pengukuran Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa konsultan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut. 3). Pengungkapan Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula: (1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. (2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: - Penambahan; - Pengembangan; dan - Penghapusan; 20

(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin. a. JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi Banten serta dikuasai oleh Pemerintah Provinsi Banten dan dalam kondisi siap dipakai. Barang Milik Pemerintah Provinsi Banten yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan. 1). Pengakuan Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal. Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas, atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi, dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. 2). Pengukuran Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biayabiaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama. 21

3). Pengungkapan Jalan, Irigasi, dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula: (1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. (2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: - Penambahan; - Pengembangan; dan - Penghapusan; (3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan Jaringan. 5. ASET TETAP LAINNYA Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi, dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan, dan Tanaman. 1). Pengakuan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal. Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tetap Lainnya tersebut. Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas / kualitas aset tersebut. 2). Pengukuran Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan. Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan. 22

3). Pengungkapan Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula: (1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. (2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penambahan dan Penghapusan; (3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya. 6. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Konstruksi Dalam Pengerjaan langsung dibukukan oleh Unit Akuntansi dan disajikan dalam Neraca. 1). Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses pengerjaan. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya. 2). Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi: - Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi. - Biaya yang dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi. 23

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi: - Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan; - Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. 3). Pengungkapan Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula: (1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka (1) Waktu penyelesaiannya; (2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya; (3) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan; (4) Uang muka kerja yang diberikan; (5) Retensi. 7. PEROLEHAN SECARA GABUNGAN Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. 8. ASET BERSEJARAH (Heritage Assets) Aset bersejarah (heritage assets) tidak harus disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Aset Bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset bersejarah, a. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar; b. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual; c. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun; d. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen. 24

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya. 4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi yang dilaksanakan dalam hal penyajian laporan keuangan pemerintah Provinsi Banten khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten adalah basis kas menuju akrual ( Cash Towards Accrual). Basis kas untuk pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,kewajiban dan ekuitas dalam Neraca (pergub No. 18 Tahun ). Basis kas berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening Kas Umum Daerah dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. Sedangkan basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Provinsi Banten tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 25