Lampiran 1. Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.21/Menhut-II/2009 TANGGAL : 19 Maret 2009 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 21/Menhut-II/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Humbang Hasundutan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

ANALISIS PENETAPAN KOMODITAS UNGGULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI

Populasi Penelitian Pengawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. 6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RKA SKPD )

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Humbang Hasundutan terletak antara 2 o 1' - 2 o 28' Lintang

Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan Periode RIMSO MARULI SINAGA, SH, MH & Ir. S.

STRATEGI PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI KABUPATEN KAMPAR - RIAU

HASIL AKHIR SELEKSI CALON SISWA SMA NEGERI 2 LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANGHASUNDUTAN TAHUN 2015 JENIS KELAMIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Karet , , , , , , ,01

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

PENDAHULUAN. mengenal batas batas administrasi wilayah, sehingga sudah waktunya strategi

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB I P E N D A H U L U A N

GETAH JELUTUNG SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI LAHAN GAMBUT ( Jelutung's Latex as a Leading Non Timber Forest Product on Peatland)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERAN PERTANIAN DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber

Transkripsi:

Lampiran. Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK Unggulan No Kriteria Indikator Standar Nilai 4 5 I. Ekonomi. Nilai a. Tinggi (Bobot 5%) perdagangan ekspor (Nilai ekspor per tahun $ Juta) b. Sedang (Nilai ekspor per tahun $ 500 ribu s/d juta) c. Rendah (Nilai ekspor $ 500 ribu per tahun). Nilai perdagangan lokal. Lingkup pemasaran 4. Potensi pasar internasional 5. Mata rantai pemasaran 6. Cakupan pengusahaan a. Tinggi (Nilai perdagangan per tahun Rp milyar b. Sedang (Nilai perdagangan per tahun Rp 500.000.000 s/d Rp.000.000,- c. Rendah ( Rp 500.000.000,-) a. Internasional, nasional, dan lokal b. Internasional dan nasional, Internasional dan lokal, atau Nasional dan lokal c. Lokal a. Tinggi (Diminta oleh negara) b. Sedang (Diminta oleh - negara) c. Rendah (Tidak diminta negara lain) a. Tinggi (Melibatka masyarakat pengumpul, pengusaha UMKM, pengusaha besar/industri dan unsur pemerintah). b. Sedang (Melibatkan masyarakat pengumpul, pengusahan UMKM, dan pemerintah). c. Sederhana (Melibatkan masyarakat pengumpul, pengusaha UMKM, dan pemerintah). a. Meliputi industri hulu, tengah (setengah jadi), dan hilir. b. Meliputi industri hulu dan tengah c. Hanya meliputi industri hulu

II Biofisik dan lingkungan (Bobot 5%) III Kelembagaan (Bobot 0%) 7. Investasi usaha a. Banyak ( 5 badan usaha sudah berinvestasi dalam pengusahaan komoditas bersangkutan, atau sudah ada pengusaha besar). b. Sedikit ( 5 badan usaha yang sudah berinvestasi dan belum ada pengusaha besar). c. Tidak ada (Belum ada badan usaha yang berinvestasi).. Potensi Tanaman a. Tinggi (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 60% dari kondisi normal). b. Sedang (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 40-60% dari kondisi normal). c. Rendah (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 40% dari kondisi normal).. Penyebaran a. Merata (Terdapat di / wilayah bersangkutan) b. Cukup merata (Terdapat di / - / wilayah bersangkutan) c. Kurang merata (Terdapat / wilayah bersangkutan). Status konservasi a. Tidak terdaftar di CITES Appendix b. Terdaftar di CITES Appendix II c. Terdaftar di CITES Appendix I 4. Budidaya a. Produksi HHBK hasil budidaya b. Produksi HHBK 40- hasil budidaya c. Produksi HHBK hasil budidaya 5. Aksesbilitas ke a. Mudah dijangkau moda transportasi sumber HHBK darat dan atau air sepanjang tahun b. Dapat dijangkau moda transportasi darat dan atau air tidak sepanjang tahun c. Sulit dijangkau moda transportasi darat dan atau air sepanjang tahun. Jumlah Kelompok a. Banyak usaha produsen/ (Terdapat 5 kelompok usaha koperasi produsen/ koperasi komoditi

. Asosiasi Kelompok Usaha.Aturan tentang komoditi bersangkutan bersangkutan) b. Sedikit (Terdapat -5 kelompok usaha produsen/ koperasi komoditi bersangkutan) c. Tidak ada (Belum ada kelompok usaha produsen/ koperasi komoditi bersangkutan) a. Tinggi (Terdapat asosiasi, koperasi, kelompok tani, dan swasta) b. Sedikit (Terdapat koperasi dan kelompok tani) c. Rendah (hanya terdapat kelompok tani) a. Terdapat aturan berupa peraturan menteri atau lebih tinggi b. Terdapat aturan dari pejabat setingkat Eselon I, Gubernur atau Bupati c. Belum ada aturan tentang komoditi bersangkutan 4. Peran Institusi a. Tinggi (ada dukungan dari berbagai institusi seperti Pemda, UPT, dan LSM) 5. Standar komoditi bersangkutan 6. Sarana/fasilitas pengembangan komoditi bersangkutan b. Sedang (dukungan hanya dari salah satu institusi) c. Rendah (tidak ada dukungan dari institusi) a. Sudah diatur dengan SNI atau standar nasional/internasional lainnya. b. Baru berupa pedoman c. Belum ada standar baku a. Sarana pengembangan bertaraf internasional b. Sarana pengembangan bertaraf nasional c. Sarana pengembangan bertaraf lokal IV Sosial (Bobot 5%). Pelibatan masyarakat a. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (prosentase yang terlibat >0%) b. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (5%< prosentase yang terlibat

. Kepemilikan Usaha V Teknologi. Teknologi Budidaya (Bobot 5%). Teknologi Pengolahan hasil <0%) c. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (prosentase yang terlibat <5%) a. Masyarakat lokal bermitra dengan pengusaha b. Hanya dimiliki masyarakat lokal c. Hanya dimiliki pengusaha a. Teknologi telah sepenuhnya dikuasai b. Sebagian teknologi budidaya telah dikuasai c. Teknologi budidaya belum dikuasai a. Teknologi pengolahan hasil untuk meningkatkan hasil tambah sudah dikuasai b. Sebagian teknologi pengolahan hasil sudah dikuasai c. Teknologi pengolahan hasil belum dikuasai

Lampiran. Daftar Stakeholders Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel Nama Jenis Kelamin Jenis Stakeholders. T. Nainggolan Laki laki Pedagang besar kemenyan. S. Nainggolan Laki laki Pedagang besar kemenyan. Khalil Sihite Laki laki Pedagang besar kemenyan 4. P. Simbolon Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 5. R. Silaban Laki - laki Pedagang pengumpul kemenyan 6. L. Nainggolan Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 7. P. Manalu Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 8. W. Br. Simbolon Perempuan Pedagang pengumpul kemenyan 9. S. Manulang Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 0. M. Sinaga Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan. L. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan. P. Manulang Laki laki Petani pengumpul kemenyan. A. br. Sitorus Perempuan Petani pengumpul kemenyan 4. M. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan 5. S. Silaban Laki laki Petani pengumpul kemenyan 6. N. br. Simamora Laki laki Petani pengumpul kemenyan 7. L. Sinaga Laki laki Petani pengumpul kemenyan 8. T. Manulang Laki laki Petani pengumpul kemenyan 9. B. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan 0 W. Manalu Laki laki Petani pengumpul kemenyan

Lampiran. Karakteristik Sosial Ekonomi Stakeholders Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 00 No. Sampel Umur (tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman mengusahakan komoditas Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa) (tahun) HHBK (tahun). 75 9 4. 4 7 6. 0 9 4. 5 9 5 8 5. 6 7 8 6. 6 5 7. 46 5 0 5 8. 5 6 9 9. 6 9 7 5 0. 57 6 8 9. 40 4. 6 6 50 0. 5 6 5 6 4. 4 9 0 5. 75 55 0 6. 47 5 5 7. 5 9 0 7 8. 77 6 45 8 9. 60 5 6 0. 45 9 0 4 Jumlah 068 8 465 0 Rataan 5,4 9,5,5 6

Lampiran 4. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Provinsi Sumatera Utara (ton) Tahun 008 No. Jenis HHBK Produksi (ton) / N i. Kemenyan 4.6,46. Kulit Manis 4.977,05. Minyak Nilam 7,09 4. Kemiri.448,6 5. Pala,5 6. Gambir 54,98 7. Aren 6.9,48 8. Pinang.64,7 9. Rotan 9,79 0. Getah Tusam 66,5. Durian 8.80 Total (N) 6.98,5

Lampiran 5. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Kabupaten Humbang Hasundutan (ton) Tahun 008 No. Jenis HHBK Produksi (ton) / S i. Kemenyan 05,. Rotan 4,4. Durian 9,8 4. Aren 94,58 Total (S) 7,77

Lampiran 6. Penyebaran Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 008 No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (ton). Pakkat 57 6,5. Onan Ganjang 09 94,56. Sijamapolang 59 5,5 4. Lintong Nihuta - - 5. Paranginan - - 6. Doloksanggul 40,5 46,99 7. Pollung 84 84, 8. Parlilitan 88,5 57,09 9. Tarabintang 7 0,5 0. Bakti Raja - - Humbang Hasundutan 4 05,

Lampiran 7. Analisis Metode LQ Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan No. Jenis HHBK S i / S N i / N Si / S Ni / N. Kemenyan 0,56 0,0 8. Rotan 0,0009 0,005 0,6. Durian 0,4 0,58 0,69 4. Aren 0,0 0,08 0,7

Lampiran 8. Nilai Perdagangan Lokal Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 009 No. Nama Pedagang Besar Produksi (Ton). Tarsan Nainggolan 7. Robert Pakpahan 7. Kucing 7 4. Nainggolan 7 5. Nainggolan 7 6. Haji 7 7. Simamora 7 Jumlah / Total 49 Perbulan = 49 ton Rp 70.000,-/kg = Rp.40.000.000,- Pertahun = 49 ton Rp 70.000,-/kg bulan = Rp 4.60.000.000,-

Lampiran 9. Jumlah KUD dan Non KUD per Kecamatan Tahun 008 No. Kecamatan KUD Non KUD Jumlah. Tarabintang -. Pollung - - -. Paranginan - 4. Onan Ganjang 5 6 5. Pakkat - 6. Lintong Nihuta 7. Sijamapolang - 8. Bakti Raja - - - 9. Parlilitan - - - 0. Doloksanggul 4 7 Total 6 6

Lampiran 0. Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Anggota per Kecamatan Tahun 008 No. Kecamatan Jumlah Kelompok Jumlah Anggota Tani. Tarabintang - -. Pollung - -. Paranginan - - 4. Onan Ganjang 46 097 5. Pakkat - - 6. Lintong Nihuta - - 7. Sijamapolang - - 8. Bakti Raja - - 9. Parlilitan - - 0. Doloksanggul - - Total 46 097

Lampiran. Analisis Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK Unggulan Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan No. Kriteria Indikator Nilai. Ekonomi (Bobot 5%). Nilai Perdagangan Ekspor. Nilai Perdagangan Lokal. Lingkup Pemasaran 4. Potensi Pasar Internasional 5. Mata Rantai Pemasaran 6. Cakupan Pengusahaan 7. Investasi Usaha. Biofisik dan Lingkungan (Bobot 5%). Potensi Tanaman. Penyebaran. Status Konservasi 4. Budidaya 5. Aksesibilitas ke sumber HHBK. Kelembagaan (Bobot 0%). Jumlah Kelompok Usaha Produsen/Koperasi. Asosiasi Kelompok Usaha. Aturan tentang komoditi bersangkutan 4. Peran Institusi 5.Standard komoditi bersangkutan 6. Sarana/fasilitas pengembangan komoditi bersangkut an 4. Sosial (Bobot 5%). Pelibatan Masyarakat. Kepemilikan Usaha 5. Teknologi (Bobot 5%). Teknologi Budidaya. Teknologi Pengolahan Hasil

Lampiran. Analisis Perhitungan Nilai Indikator Tertimbang (NIT) untuk Setiap Kriteria Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan NITk = No. Kriteria B k JI k NI NI max Bk n NI JIk i= N Imax. Ekonomi 5% 7,65. Biofisik dan 5% 5 0 9,99 Lingkungan. Kelembagaan 0% 6 6 7,76 4. Sosial 5% 5,55 5. Teknologi 5% 5,05 Keterangan : NIT = Nilai Indikator Tertimbang k = Kriteria penentuan unggulan ( 5) n = Jumlah indikator dalam tiap kriteria Ni = Nilai indikator tiap kriteria Bk = Besarnya nilai bobot dari kriteria ke k NImax = Nilai indikator terbesar, dalam hal ini JIk = Jumlah indikator untuk kriteria ke k.