Neraca: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Sesuai IFRS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

METADATA INFORMASI DASAR

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Akuntansi Dasar- Akun, Jenis dan Nama Akun, Menurut Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB II LANDASAN TEORI

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 31 DESEMBER ASET Semester II 2015 Semester I 2015

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan

BAB II AKUN DAN KODE AKUN

PENGERTIAN DASAR AKUNTANSI. Akuntansi dapat didefinisikan berdasarkan dua aspek penting yaitu :

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

Tabel Laporan Aset Bersih, Perhitungan Hasil Usaha dan Neraca Dana Pensiun 2015

Tabungan/ Deposito On Call/

Laporan Aset Bersih, Perhitungan Hasil Usaha dan Neraca Dana Pensiun Periode Januari-Agustus 2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengoperasikan bisnis butuh uang Own property = Assets Fixed Assets = lebih dari satu tahun (gedung, tanah, dll) Akuntansi keuangan = ekuitas = nilai

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB 9 LAPORAN KEUANGAN

30 September 2016 dan Desember 2015 September 30, 2016 and December 31, 2015

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN. LAPORAN AKTIVA BERSIH

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

LAPORAN KEUANGAN. (Aplikasi Bidang Kesehatan & Rumah Sakit)

30 Juni 31 Desember

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA

LAPORAN ASET BERSIH/ STATEMENTS OF NET ASSETS ASET/ ASSETS INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 (Million Rupiah) ASSETS INVESTMENTS (Fair Value) Surat Berharga Pemerintah/

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN

L2

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN) / CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) NERACA / BALANCE SHEET

BAB I RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN

Dana Pensiun Pegawai PT Bank Sumut Program Pensiun Manfaat Pasti

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016

Transkripsi:

Neraca: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Sesuai IFRS Khususnya di perusahaan publik, urusan klasifikasi aset dan liabilitas, dalam neraca, bisa menjadi sumber tantangan tersendiri, terutama bagi perusahaan yang menerpakan pelaporankeuangan sesuai IFRS untuk pertamakalinya. Misalnya: transaksi apa saja yang masuk pos setara kas? Apakah sertifikat deposito masuk klasifikasi kas? Di perusahaan yang berstatus non-publik, terutama bagi pemula, mengklasifikasikan transkasi masih menjadi kesulitan utama transaksi ini masuk ke akun mana? masih menjadi pertanyaan yang paling sering dilontarkan. Melalui tulisan ini, JAK ingin bahas mengenai klasifikasi aset dan liabilitas sesuai IFRS, khususnya IAS 1. (IAS = International Accounting Standard) Ada 2 alasan mengapa klasifikasi aset dan liabilitas sangat penting untuk dipahami oleh akuntan baik yang menangani perusahaan publik maupun non-publik: Mengklasifikasikan transaksi apapun itu (termasuk aset dan liabilitas) adalah salah satu langkah penting dalam siklus akuntansi. Salah mengklasifikasikan transaksi bisa mengakibatkan salah-saji yang bersifat material pada laporan keuangan. Aset dan liabilitas adalah 2 kelompok akun utama, dalam laporan posisi keuangan (alias Neraca ), yang menampung sebagian besar transaksi di dalam perusahaan. Bisa dibilang, sebagian besar transaksi masuk kelompok aset dan liabilitas. Alangkah kacaunya laporan keuangan bila klasifikasi kedua kelompok akun ini kacau-balau. Sebelum masuk ke klasifikasi aset dan liabilitas ada baiknya kalau kita lihat, terlebih dahulu, bagaimana penyajian laporan posisi keuangan, secara umum. Bagaimana Laporan Posisi Keuangan Disajikan (Sesuai IFRS)? Seperti sudah disampaikan di awal, kelompok aset dan liabilitas adalah komponen utama Neraca, selain ekuitas pemilik (shareholder s equity). Neraca, secara umum, menyajikan informasi (baca: laporan) mengenai kekayaan perusahaan dan klaim-klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa berupa utang atau kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham). Secara konseptual, penyajian laporan keuangan (termasuk penyajian aset dan liabilitas), diatur dalam Kerangkerja IASB. Sedangkan teknisnya diatur dalam IAS 1. Untuk kita di Indonesia, ketentuan yang sama dituangkan dalam PSAK 1.

Barangkali ada yang belum tahu, sejak revisi IAS 1, judul laporan Neraca berubah menjadi Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position). Menurut IASB, istilah laporan posisi keungan lebih mewakili fungsi yang sesungguhnya. Sementara Neraca, meskipun mewakili konsep double-entry dimana sisi debit dan kredit harus selalu dalam kondisi seimbang (=balance) tidak cukup deskriptip menyebutkan informasi apa yang disajikan di dalamnya. Lain daripada itu, menurut IASB, istilah posisi keuangan telah lama digunakan oleh kalangan auditor di seluruh dunia sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan sebelum IFRS lahir. Pertimbangan-pertimbangan itulah mengapa istilah Neraca digantikan dengan Laporan Posisi Keuangan. Catatan: IASB singkatan dari International Accounting Standard Board, sebuah badan khusus, bermarkas di London (Inggris) sana, yang menyusun standar akuntansi internasional yang rencananya diberlakukan diseluruh negara di dunia (meskipun belum semua negara menerapkan IFRS, sampai saat ini, termasuk AS dan Jepang). Kembali ke penyajian laporan posisi keuangan (alias Neraca) menurut Kerangkakerja IASB dan IAS 1. Untuk disajikan dalam laporan keuangan, suatu even ekonomis (=transaksi) harus memenuhi ketentuan mengenai: definisi, pengukuran, dan pengakuan, seperti yang tertuang dalam dalam Kerangkakerjanya IASB. Laporan Posisi Keuangan (Neraca), secara ringkas, disajikan sebagai berikut: Aset Liabilities = Rp xxx = Rp xxx Ekuitas Pemilik = Rp xxx Dimana, Aset = Liabilitas + Ekuitas Pemilik Penyajian aset, menurut IAS 1, dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Aset Lancar (current assets); dan (2) Aset Tak Lancar (noncurrent assets) Liabilitas-pun dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Liabilitas Lancar (current liabilities); dan (2) Liabilitas Tak Lancar (noncurrent liabilities) Catatan: Sedikit berbeda dengan IAS 1 (IFRS aslinya), dalam PSAK 1 liabilitas dibagi menjadi (1) liabilitas jangka pendek; dan (2) liabilitas jangka panjang. Menurut saya pribadi, penggunaan jangka panjang dan jangka pendek khusus untuk liabilitas, lebih pas. Untuk itu, dalam tulisan ini saya akan menggunakan istilah ini meskipun ini ulasan mengenai IFRS (IAS 1). Selanjutnya mari kita lihat, pengklasifikasian untuk masing-masing kelompok baik aset maupun liabilitas.

Klasifikasi Aset Lancar Sesuai IFRS Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok aset lancar apabila memenuhi salahsatu kriteria berikut ini: Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi (untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan); atau Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual kepada pihak lain, dalam siklus operasi normal perusahaan; atau Dimiliki untuk maksud diperdagangkan Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok aset tak lancar. Kiranya perlu disadari bahwa, yang dimaksud dengan siklus operasi normal pada salahsatu kriteria di atas adalah: RENTANG WAKTU sejak perolehan (=pembelian) aset, diproses (jika ada), hingga dapat direalisasikan atau diubah ke dalam bentuk bentuk kas atau setara kas (bahasa awamnya = terjual). Note: PSAK 1 menambah bahwa, ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan. Itu sebabnya mengapa persediaan dan piutang masuk kelompok aset lancar, meskipun belum tentu dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal laporan. Khusus untuk aset lancar yang tidak bisa direalisasikan dalam jangka 12 bulan setelah tanggal pelaporan, IAS 1 memandatkan agar nilai (=amount) yang diperkirakan baru bisa direalisasika di tahun buku berikutnya, dijelaskan lebih rinci di dalam penjelasan laporan keuangan istilahnya disclosed. Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok aset lancar adalah item-item berikut ini: 1. Kas dan Setara Kas Kunci pemahamannya sederhana: apapun yang BISA DITABUNG DI BANK dan BISA DITARIK DALAM WUJUD KAS SEWAKTU-WAKTU, dianggap KAS. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, BUKAN KAS, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan. Untuk bisa diklasifikasikan sebagai aset lancar kas harus tersedia untuk digunakan. Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam periode ini atau penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan dalam siklus operasional normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar. Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos Setara Kas (cash equivalents), menurut IAS 7, adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan

atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang. 2. Investasi Jangka-Pendek Untuk Diperdagangkan Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek guna memperoleh keuntungan masuk kelompok aset lancar. Masuk kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging). 3. Piutang Dagang (Piutang) Piutang Dagang atau Piutang saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan. Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam penjelasan laporan keuangan. 4. Persediaan Persediaan (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan. Dasar penentuan nilai persediaan yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost) harus disebutkan dengan jelas dalam penjelasan laporan keuangan. Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam penjelasan laporan keuangan. 5. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka) Sederhananya, Uang Muka Biaya (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode. Bisa juga disebut Biaya Dibayar Dimuka. Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek. Klasifikasi Aset Tak Lancar Sesuai IFRS Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah tak lancar (noncurrent) untuk aset berwujud dan tak berwujud baik itu aset keuangan dan operasional yang digunakan dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun IAS 1, sama-sama tidak mematok penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya, entitas diperkenaankan untuk menggunakan istilah lain ( aset tetap/fixed asset misalnya), sepanjang jelas dan lumrah digunakan, sehingga bisa dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Masuk ke dalam klasifikasi Aset Tak Lancar antara lain: 1. Investasi Bersifat Held-to-maturity

Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain (istilahnya redeemed preferred shares ). Investasi jenis ini diukur pada biaya teramortisasi. 2. Property Investasi Yang dimaksud dengan Property Investasi (investment property) adalah property (=tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya, seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan. 3. Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku. Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan, furniture, dan kendaraan. Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya: Bangunan = xxx Dikurangi akumulasi penyusutan = (xxx) Nilai buku bangunan = xxx Atau Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian penjelasan laporan keuangan. 4. Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Masuk dalam klasifikasi ini adalah: Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).

IAS 38 mengharuskan perusahaan untuk mengamortisasi aset tak berwujud. Seperti halnya aset berwujud, akumulasi amortisasi aset tak berwujud-pun harus dinyatakan dengan jelas dalam laporan keuangan atau dicatatan kaki atau di bagian penjelasannya. 5. Aset Dimiliki Untuk Dijual Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja aset dimiliki untuk dijual tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset tersebut harus diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual. Menurut IFRS 5, aset dimiliki untuk dijual diukur sebesar nilai buku yang lebih rendah atau nilai wajar dikurangi ongkos penjualan. 6. Aktiva Lain-lain Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas, masuk ke kelompok ini. Misalnya: Uang Muka yang baru akan habis dibiayakan dalam jangka waktu lama (panjang), Aset Pajak Tangguhan yang waktu pemulihannya lama atau tidak pasti. Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek Sesuai IFRS Suatu liabilitas (=kewajiban), menurut IAS 1, masuk klasifikasi Jangka Pendek (atau Lancar) apabila: Diharapkan bisa diselesaikan (=dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional normal perusahaan; atau Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain: 1. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam operasional normal perusahaan, diantaranya: Utang Dagang Utang Tertulis Jangka Pendek Utang Upah dan Gaji Pegawai Utang Pajak Utang Lain-lain 2. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya:

Pendapatan Diterima Dimuka Deposit Dari Pelanggan Sewa Diterima Dimuka 3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah: liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya: Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan; Cerukan bank; Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang; Dividen terutang; Pajak penghasilan terutang; dan Terutang nonusaha lainnya Khusus Liabilitas Keuangan. IAS 1 mengijinkan perusahaan mengakui suatu liabilitas keuangan jangka pendek apabila liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, meskipun: kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan perjanjian untuk pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan. Klasifikasi Liabilitas Jangka Panjang Sesuai IFRS Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal perusahaan masuk klasifikasi Liabilitas Jangka Panjang, antara lain: Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes, kewajiban sewa jangka panjang. Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya: kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya belum diketahui secara pasti.