ANALISIS DAMPAK PEMINDAHAN OPERASIONAL BUS AKAP DARI TERMINAL LEBAK BULUS KE TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KAPASITAS TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN UNTUK MENAMPUNG PERPINDAHAN BUS AKAP DARI TERMINAL LEBAK BULUS

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisa Dampak Lalu Lintas Terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat Pembangunan Rumah Sakit Royal Di Kawasan Rungkut Industri Surabaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. tertundanya waktu perjalanan. Transportasi memainkan peran yang sangan penting

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

KAJIAN PENGALIHAN RUTE ANGKUTAN DALAM KOTA TERMINAL LEBAK BULUS AKIBAT PEMBANGUNAN MRT

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER

BAB II TINJAUAN TEORI

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

KECEPATAN BUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR ELANG - CIBIRU ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

STUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN LOKASI STRATEGIS DENGAN ADJACENT MATRIX TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

TERMINAL BIS KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENATAAN TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN SURABAYA DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

PERENCANAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT PEDESAAN DI KECAMATAN LIRUNG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN RAYA UTAMA MENUJU PUSAT KOTA DEPOK TAHUN 2007 SKRIPSI

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS DAMPAK PEMINDAHAN OPERASIONAL BUS AKAP DARI TERMINAL LEBAK BULUS KE TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN Hikmawan Bagus Prakoso 1), Ellen S.W.Tangkudung 2), Alvinsyah 3) 1) Mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia 2) Staff pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia 3) Staff pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail : hikmawan@ui.ac.id Abstrak Rencana penutupan terminal Lebak Bulus untuk pembangunan proyek MRT (Mass Rapid Transit) berimbas terhadap rencana pemindahan bus AKAP (antar kota antar propinsi) dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan prioritas bus AKAP yang dipindahkan ke terminal Kampung Rambutan dan dampak yang ditimbulkan akibat pemindahan tersebut serta memberikan alternatif solusi terhadap penumpang. Metode yang dipakai adalah analisis proporsi bus AKAP, analisis karakteristik demand penumpang, analisis peningkatan perjalanan dan analisis penambahan beban volume lalu lintas akibat pemindahan bus AKAP. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemindahan bus AKAP diprioritaskan untuk trayek Jawa Barat dikarenakan trayek Jawa Barat adalah trayek dominan dan memiliki demand penumpang yang cukup besar di sekitar Kampung Rambutan dan berdampak meningkatkan antrian di sekitar Kampung Rambutan terutama di persimpangan Pasar Rebo. Kata kunci : bus AKAP, karakteristik penumpang, dampak lalu lintas Abstract Lebak Bulus terminal closure plan due to the development of MRT (Mass Rapid Transit) which effects to displacement of AKAP buses (inter city and inter province) from Lebak Bulus Terminal to Kampung Rambutan Terminal. The purpose of this research is to determine the priority of the AKAP buses that are moved to Kampung Rambutan terminal, the impact caused by that removal and provide alternative solutions to the passenger. The writer applies a method of proportion analysis of AKAP buses, passenger's demand characteristics analysis, increased travel analysis and an analysis on the additional traffic volume due to the removal of AKAP buses. The study states that the removal of AKAP bus is only prioritized for West Java route since it is the most dominant route and it has very high demanding passengers found around Kampung Rambutan. it then increases queuing impact around Kampung Rambutan especially in Pasar Rebo intersection. Key words : bus AKAP, characteristics of passenger, traffic Impact 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dengan perkembangan yang begitu pesat telah menjadikan Jakarta sebagai kota "metropolitan". Saat ini, dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa menjadikan Jakarta sebagai pusat kegiatan dan perekonomian dan memicu timbulnya komuter, yaitu seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke tempat tinggalnya setiap hari, dalam hal ini biasanya berasal dari daerah sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dengan begitu padatnya kota Jakarta untuk menampung semua aktivitas pemerintahan dan perekonomian maka menimbulkan masalah transportasi terutama kemacetan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengatasi kemacetan adalah dengan perencanaan pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) pada tahun 2013 yang akan dilaksanakan dari Lebak Bulus sampai bunderan HI. Terkait proyek ini, maka terminal Lebak Bulus akan ditutup selama masa konstruksi. Penutupan sementara terminal ini akan menimbulkan permasalahan baru, dikarenakan angkutan dalam kota dan antar kota memerlukan tempat baru untuk dapat melayani penumpang, sehingga akhirnya timbul wacana untuk

memindahkan operasional bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) ke terminal Kampung Rambutan. Pemindahan operasional bus AKAP ke terminal Kampung Rambutan yang terletak di wilayah Jakarta Timur ini berpotensi menimbulkan masalah baru, antara lain banyaknya armada bus di terminal Lebak Bulus yang harus dipindahkan dengan demand penumpang yang cukup tinggi dan perubahan pola perjalanan penumpang dari wilayah sekitar Lebak Bulus untuk sampai ke terminal Kampung Rambutan. Selain itu perubahan trayek bus AKAP ke terminal Kampung Rambutan akan berdampak terhadap lalu lintas di sekitar terminal Kampung Rambutan akibat bertambahnya beban lalu lintas. Seperti kondisi saat ini, kemacetan lalu lintas terjadi di simpang Pasar Rebo yang disebabkan oleh adanya terminal bayangan karena banyak angkutan kota yang berhenti untuk menunggu penumpang. Selain itu pertumbuhan penduduk dan kendaraan bermotor yang terus meningkat setiap tahunnya, menambah beban lalu lintas dan kemacetan pada lokasi di sekitar terminal Kampung Rambutan, khususnya di simpang Pasar Rebo yang tidak diikuti dengan pertumbuhan prasarana (jalan raya) sehingga berdampak menimbulkan masalah-masalah baru. Dilihat dari karakteristik lalu lintas di sekitar wilayah Kampung Rambutan dan berbagai macam permasalahan kemacetan yang ditimbulkannya, maka rencana pemindahan operasional bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan memerlukan kajian yang memadai agar dapat mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan. 1.2 Tujuan Tujuan dari kajian ini adalah untuk : Menentukan prioritas bus AKAP yang dapat dipindahkan ke terminal Kampung Rambutan dengan meminimalkan dampak terhadap penumpang. Melihat dampak yang terjadi terhadap penumpang akibat pemindahan bus AKAP Memberikan alternatif solusi terhadap penumpang akibat pemindahan bus AKAP. 1.3 Sistematika Penulisan a) BAB I Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan. b) BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan kajian literatur yang akan digunakan dalam menganalisa masalah, meliputi teori perencanaan transportasi perkotaan. c) BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang akan digunakan untuk mengkaji dampak lalu lintas yang diakibatkan oleh pemindahan operasional bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan. d) BAB IV Gambaran Umum & Penyajian Data Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum penelitian yang dilakukan, berupa kondisi eksisting di sekitar Kampung Rambutan terutama Pasar Rebo, proyeksi pertumbuhan lalu lintas serta Data penunjang penelitian simulasi penambahan beban lalu lintas akibat penambahan bus AKAP dari terminal Lebak Bulus Ke terminal Kampung Rambutan, kajian Mengenai dampak Negatif yang akan ditimbulkan. e) BAB V Analisis Data Dalam Bab ini akan dibahas mengenai analisis data yang dilakukan terkait pemindahan operasional bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan. f) BAB VI Penutup Bab terakhir ini menjelaskan kesimpulan yang didapat dari penelitian, serta saran-saran yang diberikan oleh penulis. 2. Dasar Teori Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pengertian terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Fungsi terminal angkutan jalan raya dapat ditinjau dari 3 unsur (Pedoman Teknis Pembangunan Terminal angkutan Jalan Raya Dalam Kota dan Antar Kota, Dirjen Perhubungan Darat), yaitu : 1. Fungsi terminal bagi penumpang (user) adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda (kendaraan) ke moda (kendaraan) lain, tempat fasilitas informasi dan fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah (regulator) adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pungutan retribusi dan sebagai pengendalian kendaraan umum.

3. Fungsi terminal bagi pengusaha (operator) adalah untuk mengatur pelayanan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi, dan sebagai fasilitas pangkalan. Bus antar kota antar propinsi merupakan jenis angkutan umum bergerak menurut trayek yang sudah ditentukan dan melayani trayek antar kota antar propinsi. Menurut KM No. 68 Tahun 1993, jaringan trayek tersebut menurut jenisnya terdiri dari : 1. Trayek antarkota antarprovinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah provinsi 2. Trayek antarkota dalam provinsi, yaitu trayek yang melalui antar daerah Kota/Kabupaten dalam satu wilayah Provinsi 3. Trayek kota, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kota atau trayek dalam daerah khusus Ibukota Jakarta 4. Trayek pedesaan, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kabupaten Trayek antarlintas batas negara, yaitu trayek yang melalui batas negara Untuk Proses simulasi maka akan dibuat suatu pemodelan. Pemodelan adalah suatu representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud suatu bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut untuk suatu tujuan tertentu atau dengan kata lain dapat diambil kesimpulan bahwa model merupakan bentuk (wujud rancangan) yang berfungsi sebagai media (alat) penyampai pesan tentang apa yang terjadi di dunia nyata dan dapat mewakili dunia nyata secara keseluruhan sehingga memudahkan pemahaman bagi orang yang ingin mengamatinya. Lebih jauh lagi pemodelan berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami cara kerja sistem serta untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah / alternatif yang diambil dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai persentase peningkatan / Lalu Lintas untuk setiap tahun digunakan rumus sebagai berikut : Gambar 1. Bagan Alir (Flow Chart) Metodologi Penelitian P(t+n) Pt r n p r) ( t+ n) = pt (1 + n = nilai pada tahun ke n = nilai awal = tingkat pertumbuhan = jarak waktu (tahun) Di dalam penelitian ini dibuat metode penelitian yang tertuang dalam bentuk bagan alir (flow chart). Keseluruhan penelitian terbagi menjadi 4 tahap, antara lain persiapan, pengumpulan dan pengolahan data, analisis dan kesimpulan. Tahapan kerja dibentuk sesuai dengan gambar 1.

Tahapan persiapan mencakup proses identifikasi, perumusan masalah, studi literatur dan survei pendahuluan. Tahapan ini dimulai dengan mencari informasi mengenai rencana pemindahan bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan selama proses pembangunan MRT. Kemudian dilakukan tahap identifikasi dan perumusan masalah untuk mendapatkan studi kasus penelitian dan juga tujuan. Selanjutnya dilakukan studi literatur untuk mendapatkan metode analisis yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Data yang dikumpulkan dibutuhkan untuk analisis dengan melihat maksud dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri data survey primer dan sekunder. Data primer meliputi : Survey pencacahan kedatangan dan keberangkatan bus, dilakukan pada saat jam sibuk pagi hari akhir pekan per 15 menit yang dilakukan secara bersamaan di titik kedatangan dan keberangkatan. Survey pola perjalanan penumpang, untuk mengetahui seberapa besar demand penumpang yang ada di wilayah Pasar Rebo yang menggunakan bus dari terminal Lebak Bulus dengan tujuan sebagai pertimbangan analisis kemungkinan trayek bus yang dapat dipindahkan. Pengambilan data dilakukan secara bersamaan di simpang Pasar Rebo di dua (2) titik, yaitu di u-turn arah gerbang tol Gedong I dan di ruas jalan menuju gerbang tol Gedong II. Sedangkan data sekunder meliputi : Data Trayek Bus AKAP, berupa Laporan Bulanan terminal Lebak Bulus yang didapat dari instansi Dishub DKI Jakarta untuk mengetahui jumlah trayek dan jumlah armada bus AKAP yang beroperasi di terminal Lebak Bulus Data Volume Lalu Lintas, didapat dari kajian studi sebelumnya di tahun 2011 dengan selisih waktu 1 tahun dari sekarang yang kemudian di validasi dengan melakukan survei sampel volume lalu lintas di tahun 2012. Tahap analisis dimulai dengan proses menganalisis karakteristik dari penumpang bus AKAP hingga menentukan prioritas pemindahan bus AKAP berdasarkan trayek dan karakteristik penumpang, analisis peningkatan perjalanan, analisis penambahan beban volume lalu lintas, analisis simulasi pemindahan bus AKAP dan analisis dampak pemindahan bus AKAP. 3. Analisis dan Pembahasan Saat ini di terminal Lebak Bulus terdapat bus AKAP yang dapat digolongkan kedalam 3 kelompok trayek besar, yaitu trayek Jawa Barat, Jawa ( Jawa Tengah dan Jawa Timur), dan luar pulau Jawa (Sumatera) dengan komposisi bus AKAP Jawa Barat sebesar 181 kendaraan, bus AKAP Jawa 169 kendaraan serta bus AKAP Sumatera sebesar 8 kendaraan. Bus AKAP trayek Jawa Barat menempati porsi sebesar 51%, bus AKAP trayek Jawa sebesar 47% dan bus AKAP trayek Sumatera 2%, sehingga dapat disimpulkan bahwa trayek Jawa Barat merupakan trayek yang paling dominan di terminal Lebak Bulus yang menandakan besarnya demand penumpang terhadap trayek ini. Pemindahan bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan akan berdampak terhadap pola pergerakan penumpang dari bus tersebut. Penumpang yang berdomisili di sekitar Jakarta selatan, terutama di sekitar Lebak Bulus akan mengalami perubahan pola perjalanan untuk sampai ke terminal Kampung Rambutan. Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat dilihat karakteristik penumpang bus AKAP trayek Jawa Barat. Penumpang bus AKAP trayek Jawa Barat cenderung naik dan turun di sekitar Pasar Rebo. Hal ini menandakan bahwa daerah di sekitar Pasar Rebo memiliki demand penumpang yang cukup tinggi. Namun selama pengamatan tidak ditemukannya penumpang yang naik atau turun di sekitar pasar rebo untuk bus AKAP trayek Jawa dan Sumatera. Gambar 2 dan gambar 3 menunjukkan proporsi penumpang yang naik dan turun di simpang Pasar Rebo. Gambar 2. Proporsi Penumpang yang Turun Gambar 3. Proporsi Penumpang yang Naik Dari gambar 2 dan gambar 3 dapat dijelaskan bahwa 34% penumpang bus AKAP trayek Jawa Barat naik dan 56% penumpang bus AKAP trayek

Jawa Barat turun di Pasar Rebo. Dengan banyaknya jumlah armada bus AKAP tujuan Jawa Barat (51%) di terminal Lebak Bulus dan temuan adanya demand di simpang Pasar Rebo yang naik dan turun menggunakan trayek Jawa Barat dengan bus dari terminal Lebak Bulus, maka hal tersebut menjadikan bus AKAP trayek Jawa Barat sebagai prioritas utama dalam pemindahan operasional bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan. Berdasarkan penentuan skala prioritas, maka dilakukan skenario pemindahan untuk bus AKAP dengan trayek Jawa Barat sebesar 181 kendaraan dari berbagai perusahaan otobus (PO) dengan berbagai tujuan, kemudian diasumsikan dapat ditampung oleh terminal Kampung Rambutan. Adapun penambahan volume lalu lintas akibat pemindahan bus AKAP didapatkan dengan cara mengetahui tingkat keberangkatan dan kedatangan eksisting bus AKAP di terminal Lebak Bulus. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa tingkat keberangkatan bus AKAP di Lebak Bulus akan sama setelah dipindahkan ke terminal Kampung Rambutan. Gambar 4 dan gambar 5 menunjukkan tingkat kedatangan dan keberangkatan bus AKAP per 15 menit di terminal Lebak Bulus. Gambar 4. Grafik Tingkat Keberangkatan Bus Gambar 5. Grafik Tingkat Kedatangan Bus tersebut dijadikan acuan sebagai penambah beban volume lalu lintas pada jaringan jalan di sekitar pasar rebo, terutama pada ruas jalan arah Kampung Rambutan Pasar Rebo. Untuk memperkirakan besarnya volume kendaraan di masa yang akan datang dipergunakan metode proyeksi berdasarkan kecenderungan. Proyeksi ini didasarkan pada tingkat pertumbuhan dari data yang sudah ada, yaitu faktor pertumbuhan kendaraan yang kemudian dihitung dengan hasil survey counting kendaraan pada jam puncak pagi hari. Tabel 1 menunjukkan prediksi kenaikan volume lalu lintas tahun 2012 di simpang Pasar Rebo. Tabel 1. Prediksi Volume Lalin Pagi Hari 2012 Tahun ke pasar rebo pagi hari Volume Lalu Lintas Pagi (smp/jam) Kr. Jati/Condet Bogor U-Turn Jumlah Tinjauan Studi 2011 2171 689 326 3186 Prediksi Analisis 2012 2425 770 364 3559 Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa untuk tahun 2012 diprediksi terjadi kenaikan volume lalu lintas untuk kondisi pagi hari sebesar 3559 smp/jam yang selanjutnya dilakukan simulasi pemodelan dengan bantuan program VISSIM untuk menganalisis dampak lalu lintas yang ditimbulkan akibat penambahan beban volume lalu lintas di sekitar Pasar Rebo. Simulasi lalu lintas eksisting (pagi hari) a. Volume lalu lintas eksisting ke Pasar Rebo sebesar 3559 smp/jam dengan komposisi : - Motor (49%) - Mobil (40%) - Bus (7%) - Kendaraan Berat (4%) b. Volume lalu lintas eksisting ke Kampung Rambutan sebesar 1891 smp/jam dengan komposisi : - Volume lalu lintas dari arah Bogor / Condet 1678 smp/jam (Motor (52%), Mobil (39%), Bus (4%) & Kendaraan Berat (5%)) - Volume lalu lintas dari arah Kramat Jati 213 smp/jam (Motor (70%), Mobil (51%), Bus (9%) & Kendaraan Berat (6%)) Hasil dari pemodelan ditunjukkan pada gambar 6 dan gambar 7. Dari gambar 4 dan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa rata-rata tingkat keberangkatan bus AKAP di Lebak Bulus sebesar 17 kendaran/jam atau 34 smp/jam, sedangkan rata-rata tingkat kedatangan bus AKAP di Lebak Bulus sebesar 14 kendaraan/jam atau 28 smp/jam. Oleh karena itu, angka-angka

a. Gambar 6. Visualisasi Kondisi Eksisting Pasar Rebo Volume lalu lintas setelah penambahan beban lalu lintas ke Pasar Rebo sebesar 3593 smp/jam dengan komposisi : - Motor (48,91%) - Mobil (39,5%) - Bus (7,9%) - Kendaraan Berat (3,95%) b. Volume lalu lintas eksisting ke Kampung Rambutan sebesar 1891 smp/jam dengan komposisi : Volume lalu lintas dari arah Bogor / Condet 1678 smp/jam (Motor (52%), Mobil (39%), Bus (4%) & Kendaraan Berat (5%)) Volume lalu lintas dari arah Kramat Jati 213 smp/jam (Motor (70%), Mobil (51%), Bus (9%) & Kendaraan Berat (6%)) Hasil dari pemodelan ditunjukkan pada gambar 8 dan gambar 9. Gambar 7. Lokasi Titik-titik Antrian yang Terjadi Gambar 6 dan gambar 7 menunjukkan kondisi dan titik-titik antrian yang terjadi di simpang Pasar Rebo dengan volume lalu lintas eksisting. Selain itu, hasil pemodelan juga memberikan output berupa panjang antrian yang ditunjukkan pada tabel 2. Gambar 8. Visualisasi Kondisi Pasca Penambahan Pasar Rebo Tabel 2. Panjang Antrian Eksisting di Pasar Rebo Lokasi Titik 1 2 3 4 5 Keterangan Keluar U- turn Masuk Tol Menuju Ps.Rebo Rata- Rata Panjang Panjang Antrian Antrian (Meter) Maksimum (Meter) 67 61 34 131 37 176 185 121 304 218 Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa panjang antrian maksimum terjadi di ramp masuk gerbang tol Gedong 1 sepanjang 304 meter, dengan rata-rata panjang atrian 131 meter. Simulasi pemindahan bus AKAP trayek Jawa Barat (pagi hari) Setelah dilakukan simulasi terhadap kondisi eksisting kemudian dilakukan penambahan beban volume lalu lintas di simpang Pasar Rebo dari bus AKAP trayek Jawa Barat. Penambahan beban lalu lintas ini berpusat pada arah Kampung Rambutan U turn, dikarenakan sistem keberangkatan bus AKAP dari kondisi eksisting. Gambar 9. Lokasi Titik-titik Antrian yang Terjadi Gambar 8 dan gambar 9 menunjukkan kondisi dan titik-titik antrian yang terjadi di simpang Pasar Rebo dengan volume lalu lintas pasca penambahan bus AKAP ke terminal Kampung Rambutan. Selain itu, hasil pemodelan ini juga memberikan output berupa panjang antrian yang ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Panjang Antrian Pasca Penambahan di Pasar Rebo Lokasi Titik 1 2 3 4 5 Keterangan Keluar U- turn Masuk Tol Menuju Ps.Rebo Rata- Rata Panjang Panjang Antrian Antrian (Meter) Maksimum (Meter) 18 71 13 79 106 212 28 111 130 229 Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa panjang antrian maksimum terjadi di jalan menuju simpang Pasar Rebo sepanjang 229 meter, dengan rata-rata panjang antrian 130 meter. Simulasi Pemindahan Seluruh Trayek Bus AKAP Untuk menghitung penambahan beban volume lalu lintas akibat pemindahan operasional bus AKAP dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan digunakan data tingkat keberangkatan bus AKAP. Berdasarkan data Laporan Bulanan Terminal Lebak Bulus (Maret 2012) didapatkan tingkat keberangkatan sebesar 147 bus/hari, kemudian dikonversikan menjadi tingkat keberangkatan bus/jam. Dengan asumsi waktu efektif bus beroperasi adalah 10 jam (dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore), maka tingkat keberangkatan mebjadi 147 bus/hari : 10 jam = 15 bus/jam. Dari data ini diasumsikan terminal Kampung Rambutan dapat menampung semua bus AKAP dari terminal Lebak bulus, maka akan terjadi penambahan volume lalu lintas sebesar 64 smp/jam (trayek Jawa Barat 34 smp/jam, trayek Jawa dan Sumatera 30 smp/jam). Kemudian dilakukan simulasi pemindahan untuk kondisi 100% bus AKAP dipindahkan. Penambahan beban lalu lintas ini berpusat pada arah Kampung Rambutan U-turn, dikarenakan berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, sistem keberangkatan Bus AKAP untuk kondisi eksisting harus melewati u-turn untuk selanjutnya masuk ke tol. Parameter yang dipakai sebagai input pemodelan adalah sebagai berikut : a. Volume lalu lintas setelah penambahan beban lalu lintas ke Pasar Rebo sebesar 3623 smp/jam dengan komposisi : - Motor (48,5%) - Mobil (39,1%) - Bus (8,7%) - Kendaraan Berat (3,9%) b. Volume lalu lintas eksisting ke Kampung Rambutan sebesar 1891 smp/jam dengan komposisi : - Volume lalu lintas dari arah Bogor / Condet 1678 smp/jam ( Motor (52%), Mobil (39%), Bus (4%) & Kendaraan Berat (5%)) - Volume lalu lintas dari arah Kramat Jati 213 smp/jam (Motor (70%), Mobil (51%), Bus (9%) & Kendaraan Berat (6%)) Hasil visualisasi pemodelan dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10. Gambar 10. Visualisasi Kondisi Pasca Penambahan Pasar Rebo Gambar 11. Lokasi Titik-titik Antrian yang Terjadi Sedangkan output pemodelan berupa panjang antrian ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Panjang Antrian Pasca Penambahan di Pasar Rebo Lokasi Titik 1 2 3 4 5 Keterangan Keluar U- turn Masuk Tol Menuju Ps.Rebo Rata- Rata Panjang Panjang Antrian Antrian (Meter) Maksimum (Meter) 15 76 12 84 93 212 58 230 199 526 Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa panjang antrian maksimum terjadi di jalan menuju simpang Pasar Rebo sepanjang 526 meter, dengan rata-rata panjang antrian 199 meter. Selain antrian kendaraan, terdapat juga dampak sosial antara lain, kemalasan penumpang untuk naik dari terminal Kampung Rambutan, sehingga penumpang lebih memilih naik bus di luar terminal agar tidak terlalu lama menunggu bus untuk jalan. Hal ini akan menambah parah terminal bayangan yang selama ini pemicu terjadinya kemacetan di sekitar Pasar Rebo. Kondisi

Upaya penanganan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan terhadap penumpang di wilayah Lebak Bulus dapat dilakukan dengan cara penumpang naik dari pool masing-masing PO bus AKAP yang terdekat. Dari hasil survey didapatkan lokasi pool bus AKAP yang ditunjukkan pada gambar 12. Gambar 12. Prosentase Lokasi Pool Bus AKAP di Wilayah Jakarta Dari tabel 12, terlihat bahwa terdapat sebanyak 12% atau 7 PO yang memiliki pool berlokasi di sekitar Lebak Bulus, 22% atau 13 PO memiliki pool di Jakarta namun jauh dari Lebak Bulus, dan 66% atau 38 PO tidak memiliki pool di Jakarta. Oleh karena itu, sebagian penumpang eksisting di terminal Lebak Bulus dapat mengurangi jauhnya perjalanan ke terminal Kampung Rambutan dengan cara naik dari pool yang lokasinya dekat dengan Lebak Bulus, meskipun sebagian penumpang eksisting harus menuju ke terminal Kampung Rambutan dikarenakan sebagian besar PO AKAP tidak memiliki pool di Jakarta ataupun jauh dari Lebak Bulus. Alternatif penanganan lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan tempat atau lokasi sementara yang dapat digunakan sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang sementara di sekitar Lebak Bulus yang dapat digunakan oleh PO yang tidak memiliki pool di Jakarta dan yang memiliki pool di Jakarta namun jauh dari Lebak Bulus. Selain itu, untuk menangani peningkatan kemacetan yang terjadi di simpang Pasar Rebo dapat dilakukan dengan pemberian sanksi dan penegakkan hukum yang jelas dan mengikat bahwa tidak boleh ada kegiatan menaikkan ataupun menurunkan penumpang di sekitar Pasar Rebo, sehingga apabila hal ini dilakukan maka kondisi antrian di sekitar Pasar Rebo dapat dikurangi. Hasil dari alternatif solusi ini dapat dilihat pada gambar 13. Gambar 13. Panjang Antrian Hasil Optimalisasi Dari gambar 13, dapat terlihat penurunan panjang antrian yang terjadi di simpang Pasar Rebo dengan upaya optimalisasi peraturan pemerintah. 4. Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Prioritas pemindahan bus AKAP trayek Jawa Barat dari terminal Lebak Bulus ke terminal Kampung Rambutan, berdasarkan hasil survey yang menunjukkan sebesar 34% penumpang naik dan sebesar 56% penumpang turun di Pasar Rebo dan banyaknya armada serta trayek tujuan Jawa Barat. 2. Pemindahan bus AKAP trayek Jawa dan Sumatera berdampak terhadap penumpang yang berdomisili di sekitar Lebak Bulus, seperti jarak tempuh yang lebih jauh dan waktu perjalanan yang lebih lama. 3. Pemindahan bus AKAP berdampak terhadap bertambahnya volume lalu lintas di sekitar Pasar Rebo, yang ditunjukkan dengan peningkatan antrian menuju ke Pasar Rebo hingga 5% dari kondisi eksisting (skenario trayek Jawa Barat), dan peningkatan antrian menuju ke Pasar Rebo hingga 141% dari kondisi eksisting (skenario seluruh trayek). 4. Panjang antrian dapat dikurangi apabila tidak adanya kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang di sekitar Pasar Rebo. Dari pembahasan dan kesimpulan yang dapat diambil, dapat pula disarankan beberapa solusi : 1. Penumpang yang berdomisili di sekitar Lebak Bulus dapat naik dari pool bus AKAP yang terletak di sekitar Lebak Bulus, untuk mempersingkat jarak dan waktu yang dibutuhkan dibandingkan harus menuju ke terminal Kampung Rambutan. 2. Diperlukan analisis yang lebih mendalam untuk menentukan lokasi di sekitar Lebak Bulus yang dapat dijadikan sebagai tempat pengganti sementara selama terminal Lebak Bulus ditutup. 3. Untuk mencegah bertambah parahnya kemacetan di sekitar Pasar Rebo, maka diperlukan adanya sanksi atau penegakan hukum yang jelas dan kuat agar bus AKAP tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di sekitar Pasar Rebo. 5. Referensi Khisty & Lall. 2006. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi (Jilid 1 dan 2). Erlangga : Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta. Giannopoulos, G.A. 1989. Bus Planning and Operation in Urban Areas : A Practical Guide

Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Tarsito : Bandung. Morlock, E.K. 1991. Pengantar Teknik & Perencanaan Transportasi. Erlangga : Jakarta. Setijowarno, Djoko. 2003. Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi. Bandung : Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Research Development. Alfabeta : Bandung. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta.