BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

dokumen-dokumen yang mirip
Etika Global menurut Hans Küng ditinjau dari perspektif Kaidah Kencana Yesus

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF KAIDAH KENCANA YESUS TERHADAP ETIKA GLOBAL MENURUT HANS KÜNG

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA PELAJARAN: SOSIOLOGI (PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB VII PENGHARGAAN TERHADAP HIDUP MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

Man of God Transformation 2 Transformasi Manusia Allah 2 Holy Spirit Measures

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

PENGORBANAN ANAK DALAM II RAJA-RAJA 21:6 MENURUT PERSPEKTIF TEORI PENGORBANAN

Memberi dengan Murah Hati. Di Jemaat Makedonia

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

Hubungann Kita Dengan Orang Lain

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS VII SMPK PERMATA BUNDA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Moral Akhir Hidup Manusia

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA

IBADAH KEBANGSAAN MINGGU, 21 Mei 2017 TERUSLAH BERBUAT BAIK, JANGAN GENTAR!

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. (Mazmur 124 : 8) Umat A - MIN

BAB ENAM BEBERAPA WARISAN ROHANI YANG PENTING DALAM KEHIDUPAN GEREJA

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

Saya Dapat Menjadi Pekerja

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

1. DOSA DAN AKIBATNYA ( Roma 6 : )

Kegiatan Pembelajaran

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

Tujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

Bab 1. Pendahuluan UKDW

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau dari perspektif Kaidah Kencana Yesus, maka memahami konteks tiap konsep etika adalah langkah awal untuk memulainya. Etika Yesus yang terwujud dalam Kaidah Kencana berbunyi, Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. (Lukas 6:31). Kaidah Kencana Yesus yang ditonjolkan oleh Lukas adalah suatu sikap etis Yesus yang merupakan hasil dari refleksi spiritual akan Kerajaan Allah, dan dinyatakan dalam tindakan persahabatan yang universal pada semua orang, serta mewujudkan nilai-nilai perdamaian di dalam konteks masyarakat Palestina pada masa penjajahan Roma. Sedangkan konteks dari Etika Global Hans Küng adalah realita masa kini, dimana kapitalisme, teknologi, industrialisasi bergerak tanpa batas dan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Realita ini telah mengglobal sehingga Küng mencetuskan Etika Global dengan tuntutan dasar bahwa setiap manusia harus diperlakukan secara manusiawi dan 4 pedoman yang paten yakni komitmen kepada budaya anti kekerasan dan penghormatan akan kehidupan, komitmen kepada budaya solidaritas dan keadilan ekonomi, komitmen kepada budaya toleransi dan kejujuran, dan komitmen kepada budaya persamaan hak dan kerja-sama antara laki-laki dan perempuan. Kedua, Etika Global Hans Küng ditinjau dari Kaidah Kencana Yesus adalah sebuah harapan baru akan terwujudnya perdamaian di bumi ini dan saat ini. Etika Global Hans Küng 76

ditinjau dari Kaidah Kencana Yesus memang berangkat dari dua titik (konteks) yang berbeda. Namun, menuju pada garis akhir yang sama yaitu bertujuan untuk mencapai peningkatan nilai kehidupan lewat nilai-nilai sosial dan antropologis. Nilai sosial yang angkat oleh keduanya adalah perhatian kedua konsep etika tersebut terhadap ketidak-adilan sosial, kekerasan, dan tindakan yang menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai antropologis yang diangkat keduanya adalah fokus kepada budaya (seperti patriarkhi, rasisme) yang mengekang, dilegitimasi oleh pihak tertentu, dan harus diubah agar tidak membawa pada hancurnya peradaban dan lingkungan hidup. Ketiga, Etika Global Hans Küng dan Kaidah Kencana Yesus merupakan konsep yang saling berkait dan melengkapi, khususnya bagi pengikut Kristus. Orang Kristen ditantang untuk tanggap terhadap persoalan yang aktual seperti ketidakadilan ekonomi, pengrusakan bumi, pemburuan hewan-hewan; sehingga orang Kristen diajak untuk bekerja sama dengan agamaagama lain di dalam dialog agar persoalan tersebut dapat dicegah atau diatasi. Di samping itu, Kaidah Kencana Yesus membantu orang Kristen untuk memiliki prinsip yang mendalam mengenai kasih, bela rasa, pengampunan dan pengorbanan demi kepentingan sesama ciptaan Tuhan. 5. 2. Saran 5. 2. 1. Saran kepada Gereja Saran penulis ditujukan kepada gereja secara keseluruhan yakni pendeta, majelis, para pelayan, dan jemaat. Penulis akan mengunggunakan istilah gereja untuk merangkum pribadipribadi yang penulis maksudkan. 77

Pertama, gereja, di satu sisi, harus belajar banyak mengenai Yesus dan karyanya di dunia Perjanjian Baru. Gereja harus memahami yang diimaninya sebagai pengikut Yesus Kristus. Gereja harus memperkaya diri dengan pengetahuan konteks, sejarah, dan budaya tempat Yesus hidup untuk memperdalam pengetahuannya mengenai Sang Pembebas itu sendiri. Di sisi lain, gereja harus memperhatikan kondisi masyarakat tempat gereja tinggal dan berkarya. Ia tidak mengasingkan diri dan menolak kenyataan-kenyataan pahit, konflik, dan tragedi yang terjadi. Gereja tidak menjadi candu yang menyejukkan mental pada hari minggu saja. Penulis menyarankan gereja untuk memperbaiki diri menjadi lebih bermakna, perduli, dan berusaha untuk menjadi jawaban atas masalah-masalah sosial yang hadir disekitanya. Gereja harus meneladani Yesus dengan berefleksi pada masa kini, sehingga gereja memberikan kontribusi bagi perwujudan perdamaian. Secara konkret, gereja tidak hanya pandai berkhotbah namun juga bertindak, membangun lapangan pekerjaan, mengadakan pelatihan dan kursus, memberdayakan dan memberikan kesempatan pada orang yang tidak mampu untuk belajar sesuatu, mengasihi dan berbagi dengan tulus. Kedua, gereja di Indonesia harus membangun relasi dengan penganut agama-agama lain. Saran ini berkaitan erat dengan kaidah kencana di dalam Etika Global. Di dalam Etika Global, kerja-sama antar agama merupakan pendorong yang efektif untuk meminimalisir konflik dan kejahatan pada alam dan manusia. Gotong royong antar agama di Indonesia, menurut penulis lebih berdaya maksmimal untuk menyelesaikan konflik sosial dibandingkan dengan penyelesaian secara individu. Gereja hendaknya memulai dialog dan pertemuan dengan penganut agama lain untuk membahas kemungkinan adanya kerja sama yang berkelanjutan demi kebaikan masyarakat dan bangsa. 78

5. 2. 2 Saran kepada Institusi Akademik, Yayasan Sosial, Media Komunikasi, dan semua pihak yang perduli pada perdamaian Menjunjung tinggi nilai perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan bukan hanya merupakan beban yang ditempatkan pada lembaga keagamaan tertentu. Panggilan untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang bernilai luhur adalah bagian dari tanggung jawab semua pihak. Oleh karena itu, institusi akademik, yayasan-yayasan sosial,dan media mengambil peran yang besar dalam tugas ini Saran penulis, institusi akademik harus mengembangkan sarana untuk berdialog secara terbuka, jujur, dan kritis yang tidak didominasi oleh kepentingan tertentu. Dialog di dalam institusi akademik idealnya dapat menghasilkan calon-calon pelaku dialog yang dapat meneruskan budaya dialog bahkan sampai pada ruang lingkup terkecil di luar institus akademik. Demikian juga Yayasan Sosial diharapkan menjadi fasilitator yang baik bagi seminar-seminar atau pertemuan-pertemuan yang menjadikan dialog sebagai unsur utama dalam upaya penyelesaian masalah-masalah sosial. Dialog yang dibangun harus mengajarkan para pelaku dialog untuk memperhatikan dan menghargai pendapat orang lain. Proses dan cara dalam berdialog harus berkualitas. Setelah itu, setiap pelaku dialog dapat mencari jalan untuk menjawab permasalahan-permasalahan sosial yang dialami bersama. Kepada orang-orang yang bekerja di Media Komunikasi masyarakat, penulis menyarankan suatu pedoman etis yang digunakan dalam seluruh kegiatan, baik itu pengumpulan informasi, penulisan data-data, wawancara, maupun penyebaran berita kepada masyarakat. Pedoman etis yang penulis maksudkan adalah Etika Global. Di dalam Etika Global, para pekerja 79

Media diharapkan jujur, adil, tidak menyudutkan pihak tertentu, menampilkan fakta secara netral dan berani mengungkapkan konsep-konsep perdamaian. Penulis menyarankan sebuah dialog yang tidak hanya terjadi pada forum akademik atau institusi formal, tetapi juga dapat dilakukan oleh semua orang di pertemuan-pertemuan informal. Dialog yang dilakukan ini tidak bertujuan untuk memenangkan pendapat pribadi dan menjatuhkan keyakinan orang lain, tetapi dengan tulus hati menemukan cara yang dapat digunakan bersama untuk mengatasi masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. 5. 2. 3 Saran kepada Pemerintah Indonesia Penulis hendak memberikan saran kepada pemerintah Indonesia yang terlibat sebagai fasilitator atau penyelenggara dalam sebuah dialog. Pemerintah harus memberikan dukungan terhadap dialog mengenai Etika Global ataupun dialog antar pemeluk agama dengan cara: (1) Tidak memberikan penekanan terhadap pihak atau pandangan tertentu. Dengan kata lain, pemerintah tidak menggunakan wewenangnya untuk mengontrol dialog demi kepentingan salah satu kelompok atau oknum; (2) Membangun dialog yang berkontribusi bagi masyarakat, meningkatkan hubungan dan kerjasama antar-kelompok, menjunjung penghormatan terhadap tiap pribadi yang berdialog. 80