HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

Ibm PELATIHAN ASUHAN SPIRITUAL BAGI PERAWAT DI RSI SITI HAJAR MATARAM TAHUN Irwan Hadi 1), Sopian Halid 2), Dian Istiana 3) STIKES YARSI Mataram

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

Naskah Publikasi SKRIPSI. Disusun oleh : LELY ERNAWATI 0302R00019

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RUMAH SAKIT DKT YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

INTISARI HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN SRAGEN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya jumlah rumah sakit pada saat ini dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI NON-VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata Latin yaitu spiritus, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR SKEMA... x

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KONSEP KEPERAWATAN HOLISTIK

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Viantika Kusumasari Prodi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta viantika1984@gmail.com ABSTRAK Latar belakang : Kesejahteraan spiritual sebagai aspek yang terintegrasi pada manusia dikarakteristikkan dengan adanya makna dan harapan. Perawatan yang berkualitas harus memasukkan aspek spiritual dalam interaksi antara perawat dan klien dalam bentuk hubungan saling percaya, memfasilitasi lingkungan yang mendukung dan memasukkan spiritual dalam perencanaan jaminan yang berkualitas. Keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas dengan menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya dan rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien dengan memberikan keperawatan spiritual. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Komponen pengetahuan adalah pengertian, dimensi, manfaat, dan proses asuhan keperawatan spiritual. Sedangkan komponen sikap adalah bertanggung jawab dalam memberikan keperawatan spiritual dan memfasilitasi kebutuhan spiritual klien dengan memberikan keperawatan spiritual Metode : Responden dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 50 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus dari Isaac dan Michael. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Alat penelitian berupa kuesioner yang telah diuji cobakan kepada 20 responden. Hasil : Analisa data untuk penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman rank, dihasilkan r=0,358 dan p=0,011. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik (86%) dan sikap yang cukup (56%) terhadap Spiritual care. Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Spiritual care

PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan. 5 Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosialkultural-spiritual yang komprehensif/menyeluruh, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. 5 Kesejahteraan spiritual sebagai aspek yang terintegrasi pada manusia dikarakteristikkan dengan adanya makna dan harapan. Perawatan yang berkualitas harus memasukkan aspek spiritual dalam interaksi antara perawat dan klien dalam bentuk hubungan saling percaya, memfasilitasi lingkungan yang mendukung dan memasukkan spiritual dalam perencanaan jaminan yang berkualitas. Kesejahteraan spiritual dari individu dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self carenya yaitu sebagai sumber dukungan untuk dapat menerima perubahan keadaan yang dialami. 6 Spiritualitas sebagai kapasitas untuk hidup secara penuh dan menggambarkan peran keperawatan sebagai salah satu dimana perawat mempunyai tanggung jawab etis untuk mendampingi dalam menghilangkan hambatan untuk bisa hidup secara optimal dengan terpenuhinya kebutuhan klien. 12 Keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas dengan menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya dan rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien. 13

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Spiritual Care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan wawasan tentang Spiritual care sehingga responden dapat meningkatkan kemampuan dalam memberikan keperawatan spiritual kepada klien. METODE PENELITIAN Sampel dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan kriteria inklusi : Bersedia berperan serta dalam penelitian dengan menandatangani persetujuan menjadi responden, Perawat yang bekerja di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Pendidikan minimal D3 Keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan metode ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui tentang seberapa besar hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care. Variabel dalam penelitian ini meluputi variabel bebas adalah tingkat pengetahuan perawat terhadap Spiritual care dan variable terikat adalah sikap perawat. terhadap Spiritual care. Sedangkan variabel pengganggu dalam penelitain ini adalah trainning/pelatihan, masa kerja, pengalaman. Pencarian data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dari 46 pernyataan, dihasilkan pernyataan yang valid sebanyak 29 pernyataan. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 5 sampai 11 Juli 2007. Pengumpulan data dilakukan dengan membagi kuesioner kepada responden yang

memenuhi kriteria inklusi. Setelah data terkumpul dilakukan pengkodean dan mentabulasi data. Untuk analisa data digunakan Uji korelasi Spearman rank. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pengetahuan Perawat terhadap Spiritual Care Dari data yang diperoleh didapatkan hasil tingkat pengetahuan perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang akan dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli 2007 NO PERNYATAAN B S 1. Keperawatan spiritual merupakan bimbingan rohani yang diberikan kepada klien 2. Keperawatan spiritual menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya 3. Keperawatan spiritual pada umumnya diberikan untuk klien dengan kondisi terminal 4. Perawatan yang holistik hanya memperhatikan aspek fisik dan biologis klien 5. Dukungan spiritual dalam setiap tindakan keperawatan akan memberi kekuatan besar untuk mencapai kesembuhan klien 6. Memberi dan mendapatkan maaf bukan merupakan bagian dari keperawatan spiritual 7. Perawat adalah orang yang paling tepat untuk melakukan keperawatan spiritual pada klien karena N (%) 50 (100%) 50 (100%) 22 (44%) 9 (18%) 50 (100%) 13 (26%) 50 (100%) N (%) 0 (0%) 0 (0%) 28 (56%) 41 (82%) 0 (0%) 37 (74%) 0 (0%)

paling banyak berinteraksi dengan klien 8. Keperawatan spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik antara klien dan perawat 9. Dimensi vertikal dalam spiritual berhubungan dengan Tuhan YME yang menuntun kehidupan seseorang 10. Berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan bukan merupakan dimensi spiritual 11. Klien yang mendapatkan keperawatan spiritual maka dia akan mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian 12. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan dan merasakan kehidupan yang terarah melalui harapan merupakan maanfaat keperawatan spiritual bagi klien 13. Perawat perlu mengkaji perilaku, sikap, verbalisasi, hubungan interpersonal, dan lingkungan klien yang berhubungan dengan spiritualitas 14. Dalam membuat perencanaan spiritual bersifat individual, antara satu pasien berbeda dengan pasien lain 15. Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan merupakan tujuan dari perencanaan keperawatan spiritual 16. Sebelum melaksanakan implementasi, perawat perlu mempersiapkan kondisi spiritualnya 50 (100%) 48 (96%) 18 (36%) 48 (96%) 50 (100%) 50 (100%) 50 (100%) 44 (88%) 50 (100%) 0 (0%) 2 (4%) 32 (64%) 2 (4%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 6 (12%) 0 (0%)

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden tidak memahami pengertian spiritual care sebesar 50 orang (100%). Responden memahami dengan baik bahwa keperawatan spiritual menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya yaitu 50 orang (100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat kurang memahami bahwa pemberian keperawatan spiritual diberikan untuk semua kondisi pasien tidak hanya pada kondisi terminal yang ditunjukkan sebesar 22 orang (44%), sedangkan yang memahami dengan cukup baik bahwa keperawatan spiritual diberikan untuk semua kondisi pasien sebesar 28 orang (56%). Perawatan yang holistik memperhatikan semua kebutuhan klien baik bio-psiko-sosial-kultural-spiritual dipahami dengan baik oleh responden sebesar 41 orang (82%) dan yang tidak memahami sebesar 9 orang (18%). Dukungan spiritual dalam setiap tindakan keperawatan akan memberi kekuatan besar untuk mencapai kesembuhan klien dipahami dengan baik oleh semua responden yaitu 50 orang (100%). Responden cukup memahami bahwa klien membutuhkan untuk mendapat dan memberi maaf dengan sesama manusia ditunjukkan sebesar 37 orang (74%), sedangkan sebagian kecil responden yaitu 13 orang (26%) tidak memahaminya. Semua responden yaitu 50 orang (100%) memahami dengan baik bahwa perawat adalah orang yang paling tepat untuk memberikan keperawatan spiritual kepada klien. Keperawatan spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik antara klien dan perawat sudah dipahami oleh semua responden sebesar 50 orang (100%). Responden memahami dengan baik bahwa dimensi vertikal (ketuhanan) menuntun kehidupan seseorang yaitu 48 orang (96%), sedangkan yang tidak memahami sebesar 2 orang (4%). Untuk dimensi horisontal belum dipahami dengan baik sebagai bagian dari dimensi spiritual sebesar 18 orang (36%) dan 32 orang (64%) responden sudah memahami dengan cukup baik. Pada tabel 1 juga menunjukkan responden memahami dengan baik bahwa klien yang mendapatkan keperawatan spiritual maka dia akan

mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian sebesar 48 orang (96%), sedangkan yang tidak memahami hanya sebesar 2 orang (4%) saja. Semua responden memahami dengan baik maanfaat keperawatan spiritual bagi klien yang ditunjukkan dengan persentase 100%. Perawat perlu mengkaji perilaku, sikap, verbalisasi, hubungan interpersonal, dan lingkungan klien yang berhubungan dengan spiritualitas sudah dipahami oleh responden sebesar 50 orang (100%). Responden juga memahami dengan baik bahwa perencanaan keperawatan spiritual bersifat individual, antara klien yang satu berbeda dengan klien yang lain, ditunjukkan dengan persentase sebesar 100%. Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan merupakan tujuan dari perencanaan keperawatan spiritual sudah dipahami dengan baik oleh responden yaitu 44 orang (88%), sedangkan 6 orang (12%) tidak memahaminya. Sebelum melaksanakan implementasi, perawat perlu mempersiapkan kondisi spiritualnya sudah dipahami oleh responden sebesar 50 orang (100%). Tabel 2. Distribusi Tingkat pengetahuan perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli 20 No. Kriteria Jumlah Prosentase (%) 1. Baik 43 86 2. Cukup 7 14 3. Kurang baik 0 0 4. Tidak baik 0 0 Total 50 100 Sumber: Data primer (RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta) Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa variasi tingkat pengetahuan perawat terhadap Spiritual care tidak tersebar pada semua kriteria. Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 43 orang (86%). Sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu 7 orang (14%).

2. Sikap Perawat terhadap Spiritual Care Sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli 2007 No PERNYATAAN SS N(%) S N(%) TS N(%) STS N(%) 1. Saya merasa terbebani apabila harus 6 3 38 3 memberikan keperawatan spiritual (12%) (6%) (76%) (6%) kepada klien 2. Saya tidak akan memberikan 6 2 37 5 keperawatan spiritual kepada klien (12%) (4%) (74%) (10%) karena itu bukan tugas saya (tugas bagian rohani) 3. Tugas perawat banyak dan 4 19 26 1 melelahkan sehingga aspek spiritual (8%) (38%) (52%) (2%) sering dikesampingkan 4. Saya yakin bahwa keperawatan 7 33 10 0 spiritual merupakan tanggung jawab (14%) (66%) (20%) (0%) Perawat 5. Saya sendiri merasa tidak nyaman 0 4 37 9 dengan spiritualitas saya sehingga (0%) (8%) (74%) (18%) saya juga merasa tidak nyaman apabila harus memberikan keperawatan spiritual pada klien 6. Perawat membutuhkan keterampilan 15 34 1 0 dalam memberikan keperawatan (30%) (68%) (2) (0%) spiritual kepada klien

7. Aspek spiritual merupakan aspek 1 27 21 1 yang tidak kelihatan sehingga sering (2%) (54%) (42%) (2%) Terlupakan 8. Saya merasa keperawatan spiritual 22 28 0 0 sangat mendukung kesembuhan (44%) (56%) (0%) (0%) klien karena klien dapat menemukan makna dan tujuan hidup 9. Dalam keperawatan spiritual 28 22 0 0 perawat membantu/memfasilitasi (56%) (44%) (0%) (0%) klien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual 10. Saya akan berusaha untuk 17 33 0 0 memenuhi kebutuhan spiritual klien (34%) (66%) (0%) (0%) sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien 11. Perawat perlu melakukan pengkajian 24 26 0 0 tentang aspek spiritual dari klien (48%) (52%) (0%) (0%) 12. Dimensi spiritual hanya mencakup 1 19 20 10 hubungan manusia dengan Tuhan (2%) (38%) (40%) (20%) YME 13. Dalam keperawatan spiritual, 21 27 2 0 Perawat mendengarkan secara aktif (42%) (54%) (4%) (0%) dan menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah klien sehingga klien percaya pada perawat Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 38 orang (76%) tidak setuju apabila dalam memberikan keperawatan spiritual

merupakan suatu beban, sedangkan yang merasa terbebani sebesar 6 orang (12%). Responden yang tidak akan memberikan keperawatan spiritual sebesar 6 orang (12%) dan yang tidak setuju untuk tidak memberikan keperawatan spiritual yaitu 37 orang (74%). Tugas perawat banyak dan melelahkan sehingga aspek spiritual sering dikesampingkan tidak disetujui oleh 26 responden (52%), dan yang setuju sebesar 19 orang (38%). Sebagian besar responden yaitu 33 orang (66%) setuju bahwa keperawatan spiritual merupakan tanggung jawab perawat dan yang tidak setuju sebesar 10 orang (20%). Perawat sendiri merasa tidak nyaman dengan spiritualitasnya sehingga perawat juga merasa tidak nyaman apabila harus memberikan keperawatan spiritual pada klien, pernyataan ini tidak disetujui oleh sebagian besar responden yaitu 37 orang (74%), sedangkan yang setuju sebesar 4 orang (8%). Perawat membutuhkan keterampilan dalam memberikan keperawatan spiritual di setujui oleh sebagian besar responden yaitu 34 orang (68%) dan yang tidak setuju hanya 1 orang (2%). Sebagian besar responden yaitu 27 orang (54%) setuju bahwa aspek spiritual merupakan aspek yang tidak kelihatan sehingga sering terlupakan, sedangkan 21 orang (42%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebagian besar responden yaitu 28 orang (56%) setuju bahwa keperawatan spiritual sangat mendukung kesembuhan klien karena klien dapat menemukan makna dan tujuan hidup. Dalam keperawatan spiritual perawat membantu/memfasilitasi klien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, responden yang sangat setuju dengan pernyataan ini sebesar 28 orang (56%). Mayoritas responden yaitu 33 orang (66%) setuju untuk memberikan keperawatan spiritual pada klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien. Perawat perlu melakukan pengkajian tentang aspek spiritual dari klien sudah dipahami dengan baik oleh responden yaitu 26 orang (52%) setuju dan 24 orang (48%) sangat setuju. Dimensi spiritual hanya mencakup hubungan manusia dengan Tuhan YME, responden yang tidak setuju tentang pernyataan

tersebut sebesar 20 orang (40%), sedangkan yang setuju sebesar 19 orang (38%). Mayoritas responden yaitu 27 orang (54%) setuju bahwa dalam keperawatan spiritual, Perawat mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah klien sehingga klien percaya pada perawat dan yang tidak setuju sebesar 2 orang (4%). Tabel 4. Distribusi Sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli 20 No. Kriteria Jumlah Prosentase (%) 1. Baik 22 44 2. Cukup 28 56 3. Kurang baik 0 0 4. Tidak baik 0 0 Total 50 100 Sumber: Data primer (RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta) Dari tabel 4 ditampilkan perolehan nilai sikap perawat terhadap Spiritual care, dimana sebagian besar responden yaitu 28 orang (56%) memiliki sikap cukup baik. Dan untuk 22 orang (44%) memiliki sikap yang baik terhadap Spiritual care. 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Spiritual Care Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah atau dianalisa dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care memiliki hubungan yang signifikan atau semakin tinggi pengetahuan perawat maka sikap perawat semakin baik. Uji korelasi dengan menggunakan Spearman rank menghasilkan angka korelasi (r=0,358) dan signifikan/probabilitas (p=0,011) yang jauh dibawah 0,05 dengan tabel significancy 2-tailed menggunakan standar nilai kepercayaan p<0,05 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care dengan nilai korelasi rendah, sehingga hasil penelitian ini Ho ditolak. B. Pembahasan 1. Tingkat pengetahuan perawat terhadap Spiritual care Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perawat tidak memahami pengertian spiritual care. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widaryati dkk. (2006) yang menunjukkan perawat pelaksana memahami spiritualitas dengan baik. 17 Menurut Potter and Perry (1997), keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas dengan menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya dan rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien. 13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat kurang memahami bahwa pemberian keperawatan spiritual diberikan untuk semua kondisi pasien tidak hanya pada kondisi terminal. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Widaryati dkk. (2006) yang menunjukkan perawat pelaksana memahami dengan baik bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual diberikan pada semua kondisi klien. 17 Menurut Gaffar (1999) bahwa keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif/menyeluruh, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. 5 Kaitan kesehatan dan kondisi spiritual dalam penelitian ini, perawat sudah memahami dengan baik. Penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Hamid (2000) bahwa keyakinan spiritual dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self-care/perawatan diri klien. 6 Pendapat dari Kozier, et all (1995) mengatakan bahwa spiritual penting sebagai sumber kekuatan ketika menghadapi stres emosional, penyakit fisik, bahkan kematian. 7

Data yang diperoleh menunjukkan perawat memahami dengan baik bahwa perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan spiritual dan perawat juga memahami dengan baik bahwa dirinya adalah orang yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (2000) bahwa perawat sebagai orang pertama yang secara konsisten selama 24 jam menjalin kontak dengan klien, berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien. 6 Dalam penelitian ini perawat cukup memahami konsep dimensi spiritual yang mencakup dua dimensi yaitu dimensi vertikal (ketuhanan) dan dimensi horisontal (hubungan antar manusia). Akan tetapi perawat masih memahami bahwa yang menonjol dari aspek spiritual adalah dimensi ketuhanan sedangkan dimensi horisontal belum dipahami dengan baik sebagai bagian dari dimensi spiritual. Menurut Mickley et all (1992) cit. Hamid (2000) spiritualitas merupakan konsep dua dimensi yang meliputi dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal, yaitu hubungan dengan Tuhan YME yang menuntun kehidupan seseorang dan dimensi horizontal, yaitu hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. 6 Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa perawat memahami dengan baik maanfaat keperawatan spiritual bagi klien. Sesuai dengan pendapat Hamid (2000) bahwa seseorang yang terpenuhi kebutuhan spiritualnya akan mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah melalui harapan serta mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. 6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat memahami dengan baik mengenai asuhan keperawatan spiritual. Pendapat Pesut (2006) bahwa keperawatan spiritual dilakukan melalui proses keperawatan (pengkajian,

perencanaan, diagnosa, implementasi, evaluasi). Perawat menilai kebutuhan spiritual pasien, merumuskan diagnosa keperawatan, dan berusaha mengintervensi terhadap beberapa tujuan seperti keberadaan spiritual. 12 Menurut Potter and Perry (1997) bahwa asuhan keperawatan yang holistik mengintegrasikan intervensi yang mendukung spiritualitas klien. Untuk memberikan keperawatan spiritual, perawat harus memahami dimensi kesehatan spiritual dan mampu mengenali kesehatan spiritual seseorang. Setiap perawat juga harus mampu untuk memahami spiritualitas mereka sendiri/mempersiapkan kondisi spiritualnya sehingga perawat dapat merasakan dan memberdayakan diri untuk memberi dukungan terhadap kebutuhan spiritual klien. 13 Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang tingkat pengetahuan perawat terhadap spiritual care adalah responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Dalam penelitian ini pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan perawat terhadap spiritual care/keperawatan spiritual. Menurut Pesut (2006) bahwa keperawatan spiritual adalah hal yang sangat vital/penting, pengetahuan perawat akan memberikan dampak bagi disiplin keperawatan kesehatan sehingga perawat mempunyai tanggung jawab untuk memberikan keperawatan secara holistik/menyeluruh dan juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan keperawatan spiritual kepada klien. 12 2. Sikap perawat terhadap Spiritual care Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat cukup memahami bahwa perawat adalah orang yang bertanggung jawab dalam memberikan keperawatan spiritual kepada klien. Hal ini sesuai dengan pendapat Simington cit. Pesut (2006) bahwa spiritualitas sebagai kapasitas untuk hidup secara penuh dan menggambarkan peran keperawatan sebagai salah satu dimana perawat mempunyai tanggung jawab etis untuk mendampingi dalam menghilangkan hambatan untuk bisa hidup secara optimal dengan

terpenuhinya kebutuhan klien. 12 Menurut Pesut (2006) bahwa keperawatan spiritual adalah kewajiban etis yang mendasar. Kewajiban ini didasarkan pada alasan bahwa perawat memberikan keperawatan secara menyeluruh/holistik yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual, spiritualitas adalah dimensi universal dari seseorang, sehingga perawat harus memberi perhatian pada dimensi spiritual. Dimensi spiritual dalam keperawatan menggambarkan asumsi mendasar yang sangat berbeda mengenai pentingnya aspek keperawatan spiritual bagi klien. 12 Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Widaryati dkk. (2006) yang menunjukkan perawat pelaksana memahami dengan baik bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan tanggung jawab sebagai seorang perawat. 17 Menurut Hamid (2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perawat tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam memberikan spiritual care/keperawatan spiritual kepada klien yaitu perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, perawat kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, perawat tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, perawat merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama. 6 Menurut Buck (2006) bahwa perawat yang tidak setuju atau tidak bersedia untuk memberikan perawatan spiritual, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan waktu, pengetahuan, dan tidak cukupnya kesadaran pribadi. 3 Sedangkan menurut Lovanio (2007) keprihatinan perawat untuk bertentangan nilai spiritual antara perawat dan klien yang menyebabkan perawat untuk menghindari bidang yang sulit ini yaitu menghindari dalam memberikan keperawatan spiritual kepada klien. 8 Hasil penelitian menunjukkan perawat memahami dengan baik bahwa klien membutuhkan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan memberikan keperawatan spiritual kepada klien. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamid (2000) bahwa perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosialkultural-spiritual yang utuh berespon terhadap suatu perubahan yang terjadi

sama. 6 Untuk hasil penelitian tentang sikap perawat terhadap Spiritual care antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secara holistik dan unik diperlukan pendekatan yang komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien. Maka perawat yang bersedia memberikan keperawatan spiritual, perawat akan berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang adalah separoh lebih dari responden memiliki sikap cukup baik dan kurang dari separoh memiliki sikap yang baik terhadap Spiritual care. Menurut Potter and Perry (1997) bahwa sikap yang perawat tunjukkan ketika memasuki ruangan klien membentuk suatu intonasi untuk interaksi. Perawat harus membuktikan bahwa ia dapat diandalkan dan dipercaya. Perhatian yang cermat terhadap setiap permintaan klien, tidak peduli betapapun remehnya, adalah penting bagi klien. Memperlihatkan sikap mengasihi dan melakukan perawatan secara menyeluruh, mengkomunikasikan kepada perawat kepercayaan yang dibutuhkan untuk hubungan perawat-klien yang kuat. 13 3. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga hipotesis diterima yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat terhadap spiritual care maka semakin tinggi pula sikap perawat terhadap spiritual care. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widaryati dkk. (2006) dimana hasilnya menunjukkan perawat pelaksana memahami dengan baik bahwa klien membutuhkan pemenuhan spiritual, perawat berperan sebagai pemberi

asuhan keperawatan spiritual dan perawat pelaksana cukup memahami asuhan keperawatan spiritual. 17 Menurut Notoatmojo (2003) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan tindakan seseorang. Jika pengetahuan baik maka diharapkan pula sikap dan perilakunya juga baik. 10 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap Spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Saran Perawat rawat inap supaya meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual kepada klien dengan cara ikut serta dalam seminar/pelatihan yang diadakan baik didalam/diluar rumah sakit sehingga wawasan yang dimiliki mengenai Spiritual care semakin berkembang. Bagi penelitian lanjutan dianjurkan untuk melakukan penelitian secara kualitatif untuk meneliti tiap komponen dari asuhan keperawatan spiritual, bagian apa yang sering tidak dilakukan perawat dan mengapa tidak dilakukan oleh perawat. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyelesaikan penelitan ini tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak dr. H. Erwin santosa, Sp.A., M.Kes sebagai dekan FK UMY, kepada bapak Suharsono, MN sebagai dosen pembimbing 1, kepada ibu Dyah Rivani, S.kep. Ns sebagai dosen pembimbing 2, kepada bapak Mohamad Affandi, S.Kep. Ns sebagai dosen penguji dan kepada Direktur PKU Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf.

RUJUKAN 1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta. 2. Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi ke-2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 3. Buck, H. G. (2006). Spirituality: Concept Analysis and Model Development. Holistic Nursing Practice, vol 20(6), page 288 292. 4. Chitty, K.K. (1997). Profesional Nursing Concepts and Challenges. Second edition. W. B. Saunders Company. Philadelphia. 5. Gaffar, L. O. J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta. 6. Hamid, A.Y.S. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya Medika, Jakarta. 7. Kozier, B., Erb, G., Blais, K., & Wilkinson, J. M. (1995). Fundamental of Nursing ; Concept, Procces, and Practice, edisi kelima. Redwood City : Addison-Wesley. 8. Lovanio, K. (2007). Promoting Spiritual Knowledge and Attitudes: A Student Nurse Education Project. Holistic Nursing Practice, vol 21(1), page 42 47. 9. Notoatmodjo, S. (2000). Metode Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. 10. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. 11. Patricia Ann Dempsey. (2002). Nursing Research: Text and Workbook (Palupi Widyastuti, Trans.).Jakarta:EGC. 12. Pesut, B. (2006). Problematizing the Ethical Call to Spiritual care in Nursing. Advances in Nursing Science, vol 29 (2), page 125-133. 13. Potter, A.P. and Perry. (1997). Fundamental of Nursing ; Concept, Procces, and Practice, 1 st ed. USA : Mosby, Missouri. 14. Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian, Cetakan ke-9, Alfabeta, Bandung.

15. Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P. (2005). Fundamental of Nursing : The art and Science of Nursing Care, Vol 1, edisi 5. 16. Wahyono, T. (2006). 36 Jam Belajar Komputer Analisis Data Statistik dengan SPSS 14, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. 17. Widaryati, Moetrarsi, Rahmat, I. (2006). Persepsi Perawat Pelaksana terhadap Aspek Spiritual dalam Asuhan Keperawatan di RSUD Bantul. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, vol 2 (2), page 111-120.