PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)

dokumen-dokumen yang mirip
Miftakhul Huda, S.H., M.H

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

KOMPETENSI dan INDIKATOR

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

IMPLEMENTASI PRAKTEK PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJADI INDONESIA

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

REGULATION UPDATE. Mario Maurice Sinjal Senior Associate. Nurjadin Sumono Mulyadi&Partners. Jakarta, 12 April Law Office

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

H U B U N G A N K E R J A

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Kesepakatan/Perjanjian Kerja

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

SANKSI ADMINISTRATIF BAGI PENGUSAHA TERKAIT PENGUPAHAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PENERAPAN OUTSOURCING

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu membantu dalam

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN SERTA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

tertanggal 01 Juli 2015 (Jangka Waktu 01 Juli 2015 s/d 30 Juni 2016) dimana upah tetap (Upah Kerja Bulanan) sebesar Rp

HUKUM KETENAGAKERJAAN

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. maka manusia harus bekerja. Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politicon)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DI LEMBAGA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mendukung pekerjaan dan penghidupan yang layak. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara, Pembangunan Nasional Negara Indonesia. yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia salah satunya ialah dengan terus tumbuhnya jumlah angka kerja

BAB II TINJAUAN UMUM HUBUNGAN KERJA DAN OUTSOURCING. Dengan diadakannya perjanjian kerja maka terjalin hubungan kerja antara

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA/PERBURUHAN

PERUBAHAN STATUS HUBUNGAN KERJA PEKERJA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN. Oleh. Miftakhul Huda, Abstract

b. bahwo untu itu peilu ditetapkan dengcin KP-putusan Mer.teii,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

BENTUK PERJANJIAN YANG DIBUAT ANTARA PEKERJA TOKO DAN PENGUSAHA PEMILIK TOKO DI DENPASAR

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

Analisis Yuridis Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Outsourcing

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING) NurjadinSumonoMulyadi&Partners Law Office Mario Maurice Sinjal Senior Associate Jakarta, 12 April 2016

DasarHukum 1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan ( UU 13/2003 ); 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain( Permenaker 19/2012 ); 3. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No: SE.04/MEN/VIII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain ( SE 04/2013 );dan 4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia( KUHPerdata ). Page 3 2

DefinisiPemborongan Pekerjaan A. Pasal 1601 b KUHPerdata Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah. B. Pasal64UU13/2003 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Page 4

DefinisiPemborongan Pekerjaan C. Pasal 1 angka 4 Permenaker 19/2012 Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak. Berdasarkan ketentuan tersebut, perjanjian pemborongan pekerjaan harus dilaksanakan secara tertulis dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Page 5 NURJADIN SUMONO MULYADI & PARTNERS 2015

JenisOutsourcing (Berdasarkan Permenaker 19/2012) A.PemboronganPekerjaan(Business Activity Outsourcing); dan B. PenyediaanJasaPekerja(Manpower Outsourcing). Page 6

BerdasarkanKUHPerdata Sesuai dalam Pasal 1601 KUHPerdata, kontrak untuk melakukan pekerjaan, dapat dibagi menjadi 3 jenis, antara lain: Kontrak Kerja Perjanjian Perburuhan (upah) Perjanjian Borongan (harga) Perjanjian Tertentu Page 7 Pemborongan Pekerjaan Penyedia Jasa Pekerja 6

PersyaratanPemboronganPekerjaan (berdasarkan UU 13/2003) A. Pasal65ayat(2)UU13/2003 1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; 2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; 3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. Sebagaimana diuraikan lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (2) Permenaker 19/2012, antara lain sebagai berikut: Page 8

Persyaratan Pemborongan Pekerjaan (Berdasarkan Permenaker 19/2012) B. Pasal 3 ayat(2) Permenaker 19/2012 1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan; 2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan; 3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan kegiatan utama sesuai alur kegitan proses pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan; dan 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung, kegiatan tersebut merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan perusahaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Page 9 NURJADIN SUMONO MULYADI & PARTNERS 2015

Persyaratan Pemborongan Pekerjaan (Berdasarkan SE 04/2013) C. SE 04/2013 1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Manajemen terpisah: perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan bukan merupakan satu kesatuan, melainkan badan hukum yang berbeda; Pelaksanaan pekerjaan terpisah: tidak didasarkan pada terpisahnya lokasi. 2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari perusahaan pemberi pekerjaan. Agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan. Perintah langsung bukan berarti status hubungan kerja antara pekerja dari perusahaan penerima pemborongan beralih kepada perusahaan pemberi pekerjaan. Page 10

Persyaratan Pemborongan Pekerjaan (Berdasarkan SE 04/2013) 3. Kegiatan penunjang perusahaan pemberi pekerjaan secara keseluruhan. Kegiatan yang mendukung dan memperlancar kegiatan utama sesuai dengan alur proses yang ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha 4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. Merupakan kegiatan tambahan yang bila tidak dilakukan, proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Page 11 NURJADIN SUMONO MULYADI & PARTNERS 2015

AlurPelaksanaanPerjanjian PemboronganPekerjaan 1. Pembuatan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan oleh masing-masing pengusaha, yang dapat dilakukan bersamaan dengan pendirian asosiasi sektor usaha. 2. Penetapan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan oleh asosiasi. 3. Pelaporan jenis alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh asosiasi kepada Dinas Tenaga Kerja setempat. 4. Instansi tenaga kerja setempat mengeluarkan bukti pelaporan. 5. Pembuatan perjanjian pemborongan pekerjaan. 6. Pendaftaran perjanjian pemborongan pekerjaan; dan 7. Penerbitan bukti pendaftaran oleh Dinas Tenaga Kerja setempat. Page 12

Sanksi Apabila pelaksanaan pemborongan pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka sanksinya adalah: 1. Pasal 65 ayat (7), (8), (9) UU 13/2003 (melanggar Perjanjian Pemborongan Kerja) Demi hukum, status hubungan kerja pekerja dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja dengan perusahaan pemberi pekerjaan, dengan status perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau pekerjaan waktu tertentu (sesuai dengan ketentuan yang berlaku). Page 13

DefinisiPenyediaanJasaPekerja A. Pasal66ayat(1)UU13/2003 Pekerja dari Perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. B. Pasal1angka3Permen19/2012: perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan. Page 14

PersyaratanPenyediaanJasaPekerja Perjanjian penyediaan jasa Pekerja harus dilaksanakan secara tertulis dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Page 15 A. Pasal66 ayat(2) UU 13/2003 1. ada hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa pekerja; 2. Merupakan perjanjian kerja untuk waktu tertentu sesuai Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; 3. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia pekerja; dan 4. Perjanjian tertulis dan sesuai ketentuan Undang Undang antara perusahaan pengguna jasa pekerja dan perusahaan penyediaan jasa pekerja.

PersyaratanPenyediaanJasaPekerja Sebagaimana diuraikan lebih lanjut, yakni sebagai berikut: Pasal 17 Permen 19/2012 1) Perusahaan pemberi pekerjaan menyerahkan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja melalui perjanjian tertulis. 2) Pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja merupakan kegiatan jasa penunjang atau tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 3) Kegiatan jasa penunjang, meliputi: a. Usaha pelayanan kebersihan(cleaning service); b. Usaha penyediaan makanan bagi pekerja(catering); c. Usaha tenaga pengaman(security/satuan pengamanan); d. Usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan e. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh. Hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud diatas. NB: Perusahaan penyedia jasa pekerja dilarang menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja lain (Pasal 18 Permen 19/2012). Page 16

PersyaratanPenyediaanJasaPekerja SE 04/2013 1. Perjanjian penyediaan jasa pekerja dibuat secara tertulis. 2. Pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, meliputi: a. Usaha pelayanan kebersihan(cleaning service); b. Usaha penyediaan makanan bagi pekerja(catering); c. Usaha tenaga pengaman(security/satuan pengamanan); d. Usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan e. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh. 3. Perusahaan penyedia jasa pekerja dilarang menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada perusahaan penyedian jasa pekerja lain. Page 17 NURJADIN SUMONO MULYADI & PARTNERS 2015

PersyaratanPenyediaanJasaPekerja 4. Memuat jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja. 5. Menegaskan perusahaan penyedia jasa pekerja bersedia menerima pekerja dari perusahaan penyedia jasa sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus-menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja. 6. Menjelaskan hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja pekerja sesuai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu(PKWTT). Page 18

PersyaratanPerusahaan PenyediaanJasa Pekerja Pasal 24 Permenaker 19/2012 a. Berbentuk badan hukum PT (Perseroan Terbatas); b. Memiliki tanda daftar perusahaan; c. Memilikiizinusaha; d. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; e. Memiliki izin operasional; f. Memiliki kantor dan alamat tetap; dan g. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) atas nama perusahaan. Page 19 18

PEKERJAAN TERTENTU DAN JANGKA WAKTU DALAM PKWT (BERDASARKAN UU NO. 13 TAHUN 2003 DAN KEP.100/MEN/VI/2004) SYARAT/JANGKA WAKTU Page AKIBAT: 22 PKWTT SEJAK Pekerjaan yang Sekali Selesaiatauyang sementara sifatnya Pekerjaanyang diperkirakan penyelesaiannya dalamwaktuyang tidakterlalulama danpaling lama 3 (tiga) tahun Pekerjaanyang bersifat musiman PKWT Pertama PALING LAMA 3 TAHUN PALING LAMA 2 TAHUN 1 JENIS PEKERJAAN UNTUK YANG TERGANTUNG DIPERPANJANG Min. 7 Hari sebelum berakhhir DIPERBAHARUI Min. 7 Hari sebelum berakhir Pekerjaanyang berhubungan dengan produk baru PALING LAMA 2 TAHUN X PALING LAMA 1 TAHUN PALING LAMA 1 TAHUN CUACA/MUSIM atau PEKERJAAN TAMBAHAN UNTUK YANG TERGANTNG TARGET PESANAN X X X TIDAK TERPENUHINYA PKWT ADANYA HUBUNGAN KERJA ADANYA HUBUNGAN KERJA DILAKUKAN PENYIMPANGAN