BAB II KIBLAT TEORITIS 2.1 Teori Kontijensi Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen adalah untuk mengidentifikasi hubungan variabel ketidak pastian lingkungan, ketidak pastian tugas, perubahan kultur dan struktur, dan ketidak pastian strategi dengan desain sistem pengendalian manajemen dan operasi yang tepat dibawah kondisi yang berbeda-beda. Berdasarkan teori kontijensi terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam kondisi tertentu, dan untuk mengetahui keandalan sistem yang dibuat untuk menghadapi perubahan terhadap variabel tertentu. Sehingga Sistem Informasi Akuntansi Manajemen didesain tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Pendekatan kontinjensi menurut Otley (1978), adalah pendekatan akuntansi manajemen yang didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat digunakan seluruh organisasi, namun sistem akuntansi manajemen hanya sesuai (fit) untuk suatu konteks atau kondisi tertentu saja. Teori kontijensi mengargumenkan bahwa efektivitas desain sistem akuntansi manajemen tergantung eksistensi perpaduan antara organisasi dengan lingkungannya. -10-
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi informasi memegang peranan yang sangat penting karena merupakan data yang bermanfaat dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sistem Akuntansi Manajemen yang andal ditujukan untuk maksud apakah mampu menyiapkan informasi system manajemen. Dengan demikian akan memudahkan penyediaan informasi 9 yang tepat waktu dan relevan, dimana para manajer memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidak pastian lingkungan akan mempengaruhi tingkat ketersediaan informasi sistem akuntansi manajemen. Diawali dari pendekatan kontijensi ini maka muncul kemungkinan bahwa Sistem Akuntansi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan merupakan faktor kondisional akan mengalami penyesuaian sehubungan dengan kondisi situasional yang terjadi dalam perusahaan yang menyebabkan perbedaan kebutuhan informasi. Teori kontijensi harus diidentifikasi pada aspek yang spesifik dari sistem akuntansi yang digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan secara tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu gagasan yang menjustifikasi pengadopsian teori kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset empiris. Konsep seperti teknologi informasi, struktur organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sistem akuntansi dipraktekkan, berbeda pada suatu situasi tertentu. Dalam mendesain sistem pengendalian -11-
manajemen diperlukan pendekatan kontijensi, agar sistem yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik lingkungan bisnis yang berlaku pada perusahaan. Pengendalian digunakan untuk mengarahkan SAM dan memotivasi kinerja manajerial untuk mencapai kondisi yang diinginkan atau hasil yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Otley (1978), para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen. Beberapa peneliti dalam akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidak pastian strategi dan gaya kepemimpinan dengan desain sistem akuntansi manajemen. Pendekatan kontijensi menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui apakah tingkat keandalan suatu sistem akuntansi manajemen akan mampu menghendel informasi/data yang dibutuhkan Direksi akan sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan teori kontijensi maka terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu. 2.2 Sistem Akuntansi Manajemen Chartered Institute of Management Accountants (CIMA,1981) mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, -12-
pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan, penginterpretasian dan pengkomunikasian informasi financial yang digunakan oleh manajemen perencanaan, evaluasi, dan pengendalian alat alat organisasi. Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkannya kepada pengguna, yaitu Pekerja, Manajer dan Eksekutif (Desmiyawati, 2004).Hansen dan Mowen (2004:4) mendefinisikan Sistem Akuntansi Manajemen sebagai sistem yang menghasilkan keluaran (out put) dan memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen. Menurut Mulyadi (1997) Sistem akuntansi manajemen adalah sebuah sistem informasi keuangan yang merupakan keluaran yang dihasilkan oleh tipe akuntansi manajemen yang dimanfaatkan terutama oleh pemakai intern organisasi. Sistem akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut yaitu akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi baik informasi akuntansi maupun informasi keuangan dan lainnya. Menurut (Nazaruddin, 1998) bahwa sistem Akuntansi Manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif aktivitas yang dapat dilakukan. -13-
Atkinson (1995) menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna. Produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen. Menurut Robert S Kaplan dan David Norton 1992) bahwa sistem manajemen tidaklah muncul secara instan, tetapi merupakan proses bertahap tahun demi tahun. Yang mempengaruhi perubahan akuntansi manajemen pada masa kini diantaranya adalah: Kemajuan teknologi informasi, Implementasi just-in time (JIT) manufacturing, meningkatnya tuntutan mutu, meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya daur hidup produk dan diperkenalkannya computer-integrated manufacturing. Dalam penelitian sebelumnya bahwa Sistem Akuntansi Manajemen adalah seirama dengan strategi bisnis dan perencanaan sumber daya dapat menunjukkan kinerja perusahaan dan meningkatkan prestasi perusahaan (Kallunki, Laitinen and Silvola,2011; Tsamenyi, Sahadev and Qiao,2011). Sistem Akuntansi Manajemen sering digunakan untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang akan memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem Akuntansi Manajemen sebagai alat kontrol organisasi dan alat yang efektif menyediakan informasi yang bermanfaat guna memprediksi -14-
konsekuensi yang mungkin terjadi pada berbagai aktivitas yang dilakukan. 2.3 Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Sistem akuntansi manajemen merupakan prosedur dan system formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternative dari berbagai kegiatan perusahaan (Chenhall dan Morris, 1986 dalam Solechan dan Setiawati, 2009). Karakteristik system akuntansi manajemen meliputi broad scope, aggregation, timeliness dan integration (Chenhall & Morris, 1986). Dewasa ini perkembangan rancangan Sistem Akuntansi Manajemen tidak terbatas pada lingkup (scope) konvensional atau tradisional yang dikuantifikasikan dalam ukuran moneter, namun telah memasuki data eksternal dan yang bersifat non keuangan (lingkungan) yang dapat berdampak pada biaya/cost serta yang berorientasi pada sesuatu yang akan datang. Karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen menurut Chenhall dan Morris, (1986) sebagai berikut: 1. Lingkup (broad scope) Informasi yang memperhatikan focus, kuantifikasi dan time horison. Focus merupakan informasi yang berhubungan dengan informasi yang berasal dari dalam dan luar organisasi (factor ekonomi, teknologi dan pasar). -15-
2. Tepat waktu (timeliness) Ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian. Dimensi timeliness mempunyai dua subdimensi yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan membuat laporan. 3. Agregasi (aggregation) Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan informasi menurut fungsi, periode waktu dan model keputusan. 4. Integrasi (integrated) Informasi yang mencerminkan komplektisitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain. Informasi terintegrasi mencerminkan adanya koordinasi antara segmen subunit satu dan lainnya dalam organisasi. 2.4 Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (Juniarti dan Eveline, 2003). Menurut Mulyadi (1997)penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik dari efektivitas organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Supomo dan Indriantoro (1998) -16-
yang dimaksud kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Balanced ScoreCard pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David Norton pada tahun 1992-an sebagai alat ukur kinerja manajemen. Sementara alat ukur kinerja tradisional mengukur kinerja manajemen hanya menggunakan perspektif keuangan. BSC ini mengukur kinerja perusahaan melalui pendekatan keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan(customer perspective), perspektif bisnis intern (internal business perspective) dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Dalam operasionalnya BSC ini menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan dan ukuran yang dirangkaikan secara terpadu ke dalam empat perspektif tadi. Dalam perjalanan sejarahnya, BSC yang semula dimaksudkan hanya sebagai alat ukur kinerja (performance measurement) ternyata telah bergeser dan akhirnya menjadi suatu sistem manajemen kontemporer. Menurut Mahoney (1963) dalam Sutapa (2003) kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen antara lain: -17-
1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2. Investigasi (investigating) Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja. 3. Pengkoordinasian(coordinating) Koordinasi menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orangorang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan. -18-
4. Evaluasi (evaluating) Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan. 5. Pemilihan staf (staffing) Staffing yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 6. Negosiasi (negotiating) Negoisasi yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa. 7. Perwakilan (representing) Representasi yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantorkantor lain. -19-
2.5 Gaya Kepemimpinan Praktek manajemen yang diperankan oleh gaya kepemimpinan membutuhkan informasi akuntansi manajemen untuk membentuk keputusan manajemen. Menurut Gong and Tse (2009) Sistem akuntansi manajemen dapat meningkatkan kinerja manajerial, peningkatan fungsi dan kinerja perusahaan. Menurut Yulk (1989) kepemimpinan menyangkut proses sosial, pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorangan terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi. Fiedler dan Chemers (1984) dalam Sumarno (2005) mengemukakan gaya kepemimpinan adalah derajat hubungan antara seseorang dan teman sekerjanya. Menurut Husain (2006) kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan intregasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Menurut Bycio dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran Leader menyediakan sumber daya dan imbalan -20-
ditukarkan motivasi, produktivitas dan efektivitas penyelesain tugas. Dalam konsep kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin dituntut untuk menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin, sehingga seorang pemimpin dipercaya oleh bawahannya. Begitu penting kredibilitas ini bagi seorang pemimpin, kredibilitas adalah modal terpenting dalam kepemimpinan. Tanpa kredibilitas ini, pimpinan hanyalah bekerja berdasarkan kekuasaan sehingga tidak akan mampu menjalankan secara efektif. Jika bawahan tidak percaya pada pembawa berita apalagi mempercayai isi beritanya. Bagaimana mungkin seorang pimpinan bisa mengarahkan pegawai ke arah tujuan, jika pimpinan tersebut tidak dipercaya bawahannya. Kepemimpinan transaksional, memelihara atau melanjutkan status quo. Sementara kepemimpinan transformasional menentang status quo. Kepemimpinan transaksional, cocok untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman Sebaliknya, kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, dipenuhi melalui kepemimpinan transformasional. Dengan kepemimpinan tranformasional para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang diharapkan dari mereka. -21-
Dalam gaya kepemimpinan transformasional maka Sistem Akuntansi Manajemen dapat ditransformasi dari Karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen yang bersifat tradisional menjadi lebih modern dengan Lingkup (broad scope) Tepat waktu (timeliness) Agregasi (aggregation) Integrasi (integrated) yang dioperasonalkan secara modern dan electronic integrated dimana informasi akuntansi yang memiliki komplektisitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain dapat disajikan tepat waktu, factual sesuai kebutuhan dan dapat terpenuhi dalam kondisi kontijensi. Teori model kontijensi kepemimpinan dari Fiedler (1967) dalam Sumarno (2005) dikembangkan menjadi leader match concept (konsep kecocokan pemimpin). Teori leader match consept ditentukan oleh dua faktor yaitu : 1. Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan derajat hubungan antara seseorang dengan teman sekerjanya. 2. Situasi kepemimpinan Ada tiga komponen yang menentukan kontrol dan pengaruh dalam suatu situasi antara lain : a. Hubungan pimpinan dan pengikut (leader member relations). b. Struktur tugas (task structure) c. Kekuasaan posisional (leader positon power) -22-
2.6 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah hasil-hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya kedalam bentuk tabel yang digunakan sebagai dasar acuan untuk penelitian ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Pengaruh Komitmen Dependen: 1. Partisipasi Organisasi Dan Gaya Kinerja berpengaruh negatif Kepemimpinan Manajerial dan signifikan Terhadap Hubungan terhadap kinerja Antara Partisipasi Independen: manajerial Anggaran dan Partisipasi 2. Komitmen organisasi Kinerja Manajerial Anggaran berpengaruh positif (Studi Empiris Pada dan signifikan Kantor Cabang Moderating : terhadap hubungan Perbankan Indonesia 1. Komitmen partisipasi anggaran di Jakarta) Organisasi dan kinerja manajerial (Sumarno, 2005) 2. Gaya 3. Gaya kepemimpinan Kepemimpinan berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial Pengaruh Komitmen Dependen: 1. Partisipasi Organisasi Gaya Kinerja berpengaruh Kepemimpinan Dan Manajerial signifikan terhadap -23-
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Job Relevant Information (JRI) Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada BPR di Kota Semarang (Kukuh Himawan dan Ardianu (2010) Peran Kepemimpinan Dalam Pencapaian Kinerja Organisasi Melalui Budaya, Strategi Dan Sistem Akuntansi Manajemen Organisasi (Yuliana,Christina, 2010) Independen: Partisipasi Anggaran Moderating : 1. Komitmen Organisasi 2. Gaya Kepemimpina n 3. Job Relevant Information Dependen: Kinerja Manajerial Independen: Gaya Kepemimpinan Moderating : 1. Budaya -24- kinerja manajerial 2. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 3. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 4. Job Relevant Information berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 1. Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2. Budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpian dan kinerja manajerial
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Pengaruh Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen dan Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kabupaten Semarang (Solechan Achmad dan Setiawati Ira, 2009) Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen, Organisasi 2. Strategi Organisasi 3. Sistem Akuntansi Manajemen Dependen: Kinerja Manajerial Independen: Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Moderating : Desentralisasi Dependen: Kinerja Manajerial -25-3. Strategi organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpinan dan kinerja manajerial 4. Sistem Akuntansi Manajemenberpengaru h tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpinan dan kinerja manajerial 1. Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2. Desentralisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen dan kinerja manajerial 1. Sistem Akuntansi Manajemen berpengaruh signifikan
Ketidakpastian Lingkungan (Perceived Environmental Uncertainty) Dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Sutapa, 2003) Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Independen: 1. Sistem Akuntansi Manajemen 2. Perceived Environmenta l Uncertainty 3. Desentralisasi terhadap kinerja manajerial 2. Perceived Environmental Uncertainty berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 3. Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2.7 Pengembangan Hipotesis Sub-sub system pengendalian karakteristik informasi system akuntansi manajemen yang meliputi (broad scope), tepat waktu (timeliness), agregasi (aggregation) dan integrasi (integrated) merupakan prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternatif dari berbagai kegiatan perusahaan. Karakteristik informasi yang disajikan dan terkandung dalam System Akuntansi Manajemen berhubungan dengan sifat dan jenis informasi yang dibutuhkan dalam aktivitas manajemen. Agar supaya dapat mencapai kinerja -26-
manajerial yang lebih baik maka harus ada kesesuaian (fit) yang memadai atau memenuhi criteria informasi manajemen yang dibutuhkan para manajer perusahaan mulai perencanaan, pelaksanaann sampai pada pengendalian serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Sistem Akuntansi manajemen yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi efektif bila dapat mendukung pengguna informasi atau untuk pengambilan keputusan. Dengan sistem akuntansi manajemen yang baik akan dapat meningkatkan kinerja manajerial dalam suatu perusahaan. Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi dan representasi (Mahoney, 1963 dalam Himawan dan Ardianu, 2010). Kinerja dapat dinilai secara periodik dari efektivitas organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditentukan oleh perusahaan (Mulyadi, 1997 dalam Himawan dan Ardianu, 2010). Berbagai penelitian telah menguji secara langsung atau tidak langsung -27-
hubungan dan pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Brownell (1982) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran (bagian dari sistem akuntansi manajemen) terhadap kinerja manajerial. Indriantoro (1993) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran (bagian dari sistem akuntansi manajemen) terhadap kinerja manajerial. Solechan dan Setiawati (2009) serta Yuliana (2010) yang menghasilkan sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil temuan-temuan para peneliti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi manajemen memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial. Salah satu fungsi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi untuk membantu manajer dalam mengendalikan aktivitas perusahaan serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam mencapai tujuan perusahaan (Atkinson dkk, 1995). Teori kontinjensi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen -28-
dalam seringkali memiliki karakteristik yang berbeda karena ada tidaknya variabel tertentu yang ada dalam sebuah model. Dalam konteks penelitian yang berkaitan dengan sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial, berbagai penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan pada bagian 2.6 menunjukkan adanya berbagai faktor kondisional yang memoderasi hubungan antara variabel sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Literatur menujukkan adanya beberapa penelitian yang menemukan adanya pengaruh faktor kondisional sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara variabel sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Dalam penelitian ini, pendekatan kontijensi digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor kondisional gaya kepemimpinan dalam hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Gaya kepemimpinan sudah digunakan dalam beberapa penelitian sebagai faktor kondisional yang memoderasi hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Gaya kepemimpinan menggambarkan perilaku manajer dalam menghadapi atau beriteraksi dengan -29-
situasi. Fieldler (1978) dan Candra (1978) menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang tepat akan mempunyai dampak positif terhadap adanya dorongan penyusunan anggaran atau efektifitas partisipasi anggaran (pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial). Dengan kata lain, dampak sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Berdasarkan penalaran dan hasil temuan-temuan para peneliti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang kuat pada hubungan sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Gaya kepemimpinan memoderasi pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. 2.8 Model Penelitian Berdasarkan penjelasan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan rumusan hipotesis yang dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut : -30-
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Sistem Akuntansi Manajemen Kinerja Manajerial Gaya Kepemimpinan -31-