BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah bertujuan dalam peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH. Oleh: Kabid Pengembangan Investasi. Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang merupakan dasar dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Usaha-usaha pembangunan yang telah dilakukan dalam pelaksanaannya banyak mengalami kegagalan dalam usaha untuk memecahkan masalah pembangunan tersebut. Pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam upaya mewujudkan pembangunan daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab. Hal ini juga untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan untuk meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu. Pemerintah daerah harus mampu meningkatkan usaha dalam rangka pendayagunaan potensi daerah terutama sumber daya alamnya guna mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan dibuat bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (peningkatan pendapatan perkapita), perbaikan kelembagaan, memeratakan distribusi pendapatan dan meningkatkan hubungan ekonomi regional (Arsyad, 2004: 11-12). Dengan kata lain bahwa pembangunan ekonomi adalah 1

mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan pendapatan masyarakat. Krisis yang terjadi pada Indonesia tahun 1997 tidak hanya membawa dampak ekonomi saja tapi pada berbagia aktivitas kehidupan baik kehidupan berbangsa maupun bernegara yang lebih dikenal dengan krisis multi dimensi. Krisis yang tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat tetapi juga berpengaruh pada kehidupan aktivitas pemerintahan, baik pusat maupun daerah (Mardiasmo, 2002: 167) Salah satu indikator penting guna menganalisa pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian. Indikator ini juga memberikan gambaran sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada periode tertentu telah menghasilkan tambahan produksi/pendapatan bagi masyarakat. Dalam era otonomi daerah dimana terdapat desentralisasi kewenangan kepada daerah untuk menentukan pola dan prioritas pembangunan maka beberapa daerah menetapkan pendekatan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan investasi oleh pemerintah melalui dana pembangunan dan merangsang pertumbuhan investasi swasta yang diharapkan mempunyai efek multiplier terhadap penyerapan tenaga kerja. Otonomi daerah diharapkan akan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah, disamping menciptakan keseimbangan pembangunan antar daerah. Adanya otonomi, daerah diberikan keleluasaan dalam pembangunan daerah melalui usaha- 2

usaha yang sejauh mungkin meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung 2 misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut, yaitu: menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat. PDRB merupakan tolak ukur pertumbuhan ekonomi di daeah (Arsyad, 2004:298). Pembangunan ekonomi mensyaratkan GNP yang tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi NAD 2001-2007 Atas Dasar Konstan 2000 Tahun PDRB % 2001 31,268,170.03-2002 38,465,111.10 23.02 2003 40,988,839.21 6.56 2004 41,916,906.15 2.26 2005 44,071,055.32 5.14 2006 46,078,093.00 4.55 2007 47,728,249.90 3.58 Sumber: BPS NAD, NAD dalam angka, (data diolah) Tabel I.1 di atas menggambarkan pertumbuhan ekonomi NAD dari tahun ke tahun mengalami kenaikan semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998 silam. Pertumbuhan ekonomi NAD atas dasar harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu 2001-2007 berfluktuatif. Tahun 2002 pertumbuhan sebesar 23,02%, tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 6,56%. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 2,26%, tahun 2005 mpun mengalami pertumbuhan sebesar 5,14%, pada tahun 2006 kembali mengalami kenaikan sebesar 4,55% dan pada tahun 2007 juga tumbuh 3

No sebesar 3,58%. Kenaikan pertumbuhan ekonomi Provinsi NAD tersebut dikarenakan berbagai keadaan yang dihadapi daerah tersebut mulai membaik yang mempengaruhi PDRB NAD. Tabel I.2 Jumlah PDRB Provinsi NAD Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2007 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha 4 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pertanian 7,662.09 7,648.85 7,911.03 8,068.98 7,754.98 7,732.78 8,262.81 2 3 4 5 6 7 Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Minum Bangunan & Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi 8,819.24 11,705.88 12,155.58 14,263.94 15,489.93 16,244.92 17,243.96 6,108.76 7,122.73 7,237.89 7,407.25 5,755.45 4,996.61 4,491.75 44.59 43.18 50.51 60.38 59.20 66.34 82.06 1,312.30 1,486.53 1,500.58 1,514.43 1,569.29 1,884.77 2,147.33 4,773.91 4,877.78 4,997.60 4,986.75 5,186.54 5,571.09 5,665.98 1,432.55 1,484.16 1,550.83 1,561.65 1,734.88 1,925.57 2,136.46 8 Bank & Lemb Keu Lainnya 251.74 312.03 408.73 488.21 471.70 493.70 523.43 9 Jasa-jasa 2,159.90 2,279.72 2,426.56 4,190.71 4,595.26 4,798.10 5,484.32 Jumlah 32,565.08 36,960.86 38,239.31 42,542.30 42,617.23 43,713.88 46,038.10 Sumber : BPS NAD, NAD dalam Angka, 2008 (data diolah) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selanjutnya disingkat dengan NAD merupakan salah satu daerah yang meletakkan investasi sebagai landasan fundamental bagi pertumbuhan ekonominya. Investasi yang dilakukan oleh pemerintahn daerah adalah dengan mengalokasikan dana untuk bebagai proyek pembangunan untuk membangun sarana dan prasarana umum. Dimana investasi swasta adalah dalam bentuk PMA dan PMDN serta investasi masyarakat lainnya. Sejalan dengan itu bermacam-macam kebijakan

diterapkan untuk mempermudah masuknya arus investasi swasta di Provinsi NAD baik investasi swasta asing maupun domestik. Tabel I.3 Jumlah Investasi Riil Swasta PMDN & PMA Provinsi NAD 2001-2007 (Juta Rupiah) Tahun Sumber 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 PMDN 5,028.33 9,959.42 12,919.47 14,171.96 17,044.67 17,633.88 19,480.39 PMA 8,292.56 13,446.98 15,775.52 13,466.13 18,214.45 18,328.46 20,209.07 Jumlah 13,320.89 23,406.40 28,694.99 27,638.09 35,259.12 35,962.34 39,689.46 Sumber : BPS NAD, NAD dalam Angka 2008 (data diolah) Pada tabel I.3 nampak jelas bahwa jumlah investasi swasta baik PMDN maupun PMA dari tahun ke tahun terus meningkat mulai dari 13.320,20 juta rupiah pada tahun 2001 menjadi 23.406,40 juta rupiah pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 menjadi 28.694,99 juta rupiah, tahun 2004 sedikit mengalami penurun dari tahun sebelumnya hanya 27.638,09 juta rupiah, tahun 2005 kembali meningkat menjadi 35.259,12 juta rupiah dan juga pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 35.962,34, tahun 2007 terjadi peningkatan yang cukup berarti sebesar 39.689,46 juta rupiah. Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintahan daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola kemitraan anatara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Kuncoro, 2004: 127). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, selain pengeluaran 5

pemerintahan juga dipengaruhi oleh serangkai instrumen, diantaranya adalah investasi didaerah tersebut. Salah satu faktor yang dapat mendorong bertambahnya pengeluaran investasi adalah apabila suasana lingkungan bertambah optimis (Reksoprayitno, 2000: 47). Selain hal tersebut, salah satu pengaruh terhadap usaha investasi adalah kepercayaan dunia usaha terhadap prospek usahanya. Investasi merupakan motor penggerak dalam proses pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi berkaitan dengan perubahan-perubahan pada volume dan tingkat investasi, khususnya investasi riil (barang modal fisik yang bersifat tetap). Dengan kata lain investasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraaan baik perorangan maupun kesejahteraan masyarakat. Todaro and Smith (2003: 92) menjelaskan bahwa salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal (capital accumulation), yaitu semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujan untuk memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Tidak berlebihan apabila pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipacu oleh banyak faktor seperti investasi, kebijakan pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tingkat pertumbuhan penduduk, angkatan kerja dan kemajuan teknologi (Todaro and Smith, 2003: 96) 6

Tabel. I.4 Rata-rata Pengeluaran Pembangunan (Investasi Pemerintah) Kab/Kota Provinsi NAD 2001-2007 (Juta Rupiah) No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Aceh Barat 710.98 761.05 801.17 909.51 931.91 950.89 983.96 2 Aceh Barat Daya - - - - 634.50 654.09 650.28 3 Aceh Besar 1,171.54 1,227.14 1,484.59 1,426.93 1,403.30 1,554.05 1,693.83 4 Aceh Jaya - - - 794.71 823.09 874.74 1,010.53 5 Aceh Selatan 512.13 567.33 760.96 855.71 853.83 987.47 1,117.11 6 Aceh Singkil - - - 488.27 565.13 552.08 555.58 7 Aceh Tengah 886.43 871.78 855.33 1,041.33 1,397.78 1,396.55 1,164.08 8 Aceh Tenggara - - - 315.13 1,620.31 671.05 4,301.17 9 Aceh Timur 890.76 497.66 2,956.36 6,151.91 4,684.34 3,387.97 3,837.60 10 Aceh Utara 5,063.49 8,961.48 10,284.98 7,720.91 4,326.74 5,201.37 7,498.05 11 AcehTamiang - - - 488.21 441.70 493.70 523.43 12 Banda Aceh 2,564.94 3,181.87 2,996.26 3,455.08 1,167.60 1,648.27 2,290.00 13 Bener Meriah - - - 328.61 412.03 558.22 1,514.07 14 Bireun - - - 4,209.51 4,731.91 1,350.89 923.96 15 Gayo Lues - - - 407.15 672.09 501.67 556.17 16 Langsa - - - 954.09 834.21 1,435.66 1,366.82 17 Lhokseumawe - - - 1,155.48 1,264.39 1,489.21 1,744.15 18 Nagan Raya - - - 523.77 609.21 650.22 692.10 19 Pidie 578.01 664.15 768.88 825.91 1,252.26 1,269.62 1,460.48 20 Sabang 612.09 858.22 1,214.07 1,394.71 1,223.09 1,478.74 1,510.53 21 Simeulue - - - 706.40 689.89 789.25 897.35 Jumlah 12,990.37 17,590.68 22,122.60 34,153.33 30,539.31 27,895.71 36,291.25 Rata-rata 1,443.37 1,954.52 2,458.07 1,707.67 1,454.25 1,328.37 1,728.15 Sumber : BPS NAD berbagai terbitan, data diolah 7

Berdasarkan data diatas rata-rata pengeluaran pembangunan pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sangat berfluktuatif tahun 2001 sebesar 1.443,37 juta rupiah, 1.954,52 juta rupiah pada tahun 2002, 2.458,07 juta rupiah tahun 2003 dan tahun 2004 sebesar 1.707,67 juta rupiah kemudian tahun 2005 sebesar 1.454,25 juta rupiah dan masing-masing sebesar 1.328,27 juta rupiah dan 1.728,15 juta rupiah pada tahun 2006 dan tahun 2007. Pertumbuhan penduduk terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang memandang sebagai faktor produksi, peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah angkatan kerja (labour force). Semakin banyak angkatan kerja semakin meningkat tenaga produktif, sehingga akan meningkatkan produksi. Di lain pihak semakin bertambah jumlah penduduk akan meningkatkan produksi barang dan jasa yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi pasar. Dengan demikian, maka pengembangan kesempatan kerja merupakan implikasi dari masalah meningkatnya jumlah penduduk dan angkatan kerja dari tahun ke tahun. Tabel berikut akan menggambarkan jumlah angkatan kerja di Provinsi NAD. 8

Tabel 1.5 Jumlah Rata-rata Angkatan Kerja Kab/Kota Provinsi NAD Tahun 2001-2007 (jiwa) No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Aceh Barat 210797 187028 97137 62975 64666 74559 71387 2 Aceh Barat Daya 0 0 0 35564 49380 54740 53146 3 Aceh Besar 153700 153700 153700 114669 124279 121195 118405 4 Aceh Jaya 0 0 0 33300 27372 31507 30589 5 Aceh Selatan 127329 41970 113494 63497 85561 85639 83144 6 Aceh Singkil 0 0 0 48876 55558 58208 56513 7 Aceh Tengah 167672 136307 167672 140827 90549 85997 83486 8 Aceh Tenggara 98388 92733 99552 62406 72319 83118 80697 9 Aceh Timur 242754 281116 209487 111532 127574 128349 124611 10 Aceh Utara 453766 453766 283434 189470 205549 210101 204977 11 AcehTamiang 0 0 0 83995 110234 97443 94605 12 Banda Aceh 104700 140952 104700 86110 33811 74169 57771 13 Bener Meriah 0 0 0 0 58687 59504 43042 14 Bireun 0 0 0 169473 154783 159607 154958 15 Gayo Lues 0 0 0 26743 29718 36280 35223 16 Langsa 0 0 0 48770 55175 50007 13247 17 Lhokseumawe 0 0 0 51858 69737 56463 48550 18 Nagan Raya 0 0 0 44586 50528 65409 634504 19 Pidie 179055 179055 179055 202514 228378 223849 218388 20 Sabang 13039 13079 13079 12579 14669 13644 72009 21 Simeulue 0 0 0 29229 33928 34436 33433 Jumlah 1751200 1679706 1421310 1618973 1742455 1804224 2312685 Rata-Rata 175120 167971 142131 80949 82974 85915 115634 Sumber: BPS NAD berbagai terbitan, data diolah Todaro dan Smith (2003:98) mengatakan bahwasanya sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai macam faktor, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif dan bisa menaikkan 9

produktivitas. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan selama tahun fiskal. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian skripsi dengan judul: Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007 1.2 Batasan Masalah Mengingat permasalahan daerah yang demikian luas, maka ruang lingkup pembahasan penelitian ini hanya dibatasi dengan meneliti: 1.2.1 Menganalisis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dibatasi faktor pengeluaran pembangunan, investasi swasta meliputi PMDN/PMA dan tenaga kerja di daerah. Data pertumbuhan (PDRB) dengan harga konstan inilah yang akan digunakan mengukur laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. 1.2.2 Data yang digunakan tahun 2007 dengan harga konstan tahun 2000. 10

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka secara ringkas dapat dirumuskan permasalahan pokok yang akan dibahas yaitu 1.3.1 Seberapa besar investasi swasta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007. 1.3.2 Seberapa besar pengeluaran pembangunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007. 1.3.3 Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007. 1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah. 1.4.1 Untuk menganalisis pengaruh Pengeluaran Pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.4.2 Untuk menganalisis pengaruh Investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.4.3 Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 11

1.5 Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang akan dilakukan, kiranya dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1.5.1 Sebagai gambaran bagi pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tentang pengaruh pengeluaran pembangunan, investasi swasta dan tenega kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dalam rangka penentuan arah dan kebijakan dalam pembangunan ekonomi. 1.5.2 Sebagai bahan informasi awal yang dapat dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. 1.5.3 Sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang membahas lebih dalam tentang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 12