ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA JASMINE RGB 220 ML LINE 8 PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK UBIN SEMEN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DAN FAILURE TREE ANALYSIS DI INSTITUSI KERAMIK

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan Metode FMEA dan FTA untuk Perumusan Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Running

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

USULAN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA, FMEA DAN FUZZY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK BOTOL SABUN CAIR

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

USULAN TINDAKAN DALAM UPAYA MENGURANGI POTENSIAL COUSES KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PADA CV TRIJAYA MULIA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI RUDDER TILLER DI PT. PINDAD BANDUNG MENGGUNAKAN FMEA DAN FTA* 1

BAB II LANDASAN TEORI

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I Pendahuluan I-1

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BATIK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle)

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

Muhamad Firman Prayogi, Diana Puspita Sari, Ary Arvianto*

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

PERANCANGAN ALAT PENCUCI GALON MENGGUNAKAN PENDEKATAN REVERSE ENGINEERING & REDESIGN METHODOLOGY DI CV. BAROKAH ABADI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi adalah dengan memperhatikan masalah kualitas, kualitas

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam. mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : : Cholis Setyoko.

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang merupakan kota besar

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK CELANA JEANS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) (STUDI KASUS DI CV.

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

Transkripsi:

ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA JASMINE RGB 220 ML LINE 8 PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA Pringgo Widyo Laksono 1, Mega Aria Pratama 2 1,2 Laboratorium Sistem Produksi, Program Studi Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 Telp. 0271-6322110 Email: 1 pringgo@ft.uns.ac.id, 2 megaaria@gmail.com ABSTRAK Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisa dan menemukan kegagalan dalam suatu sistem dan efek-efek dari kegagalan tersebut. Dalam penelitian ini, FMEA digunakan untuk menganalisispenyebab defectpada proses produksi frestea RGB 220 ml line 8 di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java. Terdapat lima jenis defect yang telah dikaregorikan oleh PT.CCAI, yaitu out of spec, filling height, no crown, breakage full, dan dirty bottle full. Fokus dari penelitian ini adalah pada breakage full, karena defect ini merupakan yang terbesar dibandingkan yang lainnya. Berdasarkan hasil dari FMEA, penyebab defect yang paling dominan adalah kondisi botol yang sudah tua atau rapuh dengan nilai RPN (Risk Priority Number) sebesar 360. Oleh karena itu perlu dilakukan inspeksi tambahan untuk mensortir usia botol. Botol yang sudah lewat umur ekonomis sebaiknya tidak digunakan lagi dan digunakan botol yang lebih baru. Kata kunci: Breakage full, Defect, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Risk Priority Number (RPN) PENDAHULUAN Kualitas adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang telah ditetapkan (Iswanto, 2013). Kualitas merupakan salah satu jaminan yang diberikan dan harus dipenuhi oleh perusahaan kepada konsumennya, karena kualitas suatu produk merupakan salah satu kriteria penting yang menjadi pertimbangan pelanggan dalam memilih produk. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) - Central Java adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam jenis minuman. Produk yang paling banyak diproduksi PT. CCAI adalah Coca-Cola, Fanta, dan Sprite. Namun, seiring berjalannya waktu, karena tingginya permintaan akan minuman teh, akhirnya PT. CCAI memproduksi minuman berbahan dasar teh dengan merek dagang Frestea. Dalam Proses produksinya, PT. CCAI - Central Java memiliki 4 lini produksi serta sudah didukung oleh mesin yang terotomasi. Pada setiap proses produksi, tentu saja tidak berjalan lancar begitu saja. Banyak masalah yang muncul sehingga menyebabkan terjadinya produk defect. Pada PT. CCAI, defect yang muncul pada produk sudah dikategorikan. Ada 5 kategoridefect yang selalu diawasi dan dilakukan perbaikan agar tidak muncul lagi. Defect tersebut adalah out of spec, filling height, no crown, breakage full, dan dirty bottle full. Out of spec merupakan defect yang terjadi pada beverage, yaitu ketika beverage tidak sesuai dengan spesifikasi dari the coca-cola company, misalkan kadar brix (kemanisan) terlalu rendah atau terlalu tinggi, PH tidak sesuai, dan sebagainya. Out of spec hampir tidak pernah terjadi, karena proses produksi diawasi oleh Quality Assurance dengan sangat ketat. Filling Height merupakan defect yang muncul karena volume beverage yang diisikan kedalam botol tidak sesuai, baik berlebih maupun kurang. No Crown adalah defect ketika botol tidak tertutup ataupun tidak tertutup dengan sempurna. Breakage Full merupakandefect karena pecahnya botol pada saat proses filling, sedangkan dirty bottle full adalah pengisian beverage pada botol yang masih kotor. Pada proses produksi frestea, selama kurun waktu dari bulan Juli sampai September 2014, Total produk defect yang terjadi mencapai 1.727 botol yang terdiri dari kelima jenis defect yang sudah dijelaskan diatas. Walaupun jika dibandingkan dengan total produksi selama 3 bulan, total defect yang terjadi hanya 0,26%, tetapi jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi PT. CCAI, oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai penyebab defect yang terjadi menggunakanfailure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA ( Failure Mode Effect Analysis ) adalah sebuah teknik yang memberikan sebuah metodologi untuk memudahkan peningkatan proses suatu produk dengan meneliti setiap elemen dari komponen, produk atau proses produksi agar tidak terjadi proses design ulang (Fajerin, 2010). Menurut Auliya (2011) solusi permasalahan yang dilakukan berdasarkan

analisis tingkat kepentingan suatu kegagalan. Kegagalan dengan nilai prioritas yang lebih tinggi mempunyai prioritas lebih untuk diatasi. Dengan menggunakan FMEA, diharapkan dapat mengurangi defect yang terjadi. METODE Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Dalam rangka untuk menghindari segala bentuk kegagalan dalam produksi dan proses pengembangan, juga memperkirakan masalah dan menemukan cara yang paling ekonomis untuk menghentikan kegagalan tersebut, digunakan metode FMEA sebagai suatu strategi untuk pencegahan (Basjir, 2010).FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk meminimasi semua kegagalan kegagalan yang potensial. Definisi serta pengurutan atau ranking dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut : 1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir. 2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk. 4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu. Tabel 1. Rating Occurance Ranking Kriteria Verbal Probabilitas Kegagalan 1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalan 1 dalam 1000000 2 Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam 200000 3 4 5 6 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam 1000000 1 dalam 80 7 8 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam 40 1 dalam 20 10 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan mungkin terjadi 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : Probabilitas kegagalan berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Sumber : Gazpers, 2002 5. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana buruknya penggguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Tabel 2. Rating Severity Ranking Kriteria Verbal 1 Tidak ada efek yang dapat dibedakan 2 Sedikit ketidaknyamanan dalam proses, operasi atau operator 3 Sebagian dari produksi yang berjalan mungkin perlu di rework di stasiun kerja sebelum di proses 4 100% dari produksi yang berjalan mungkin perlu di rework di stasiun kerja sebelum di proses 5 Sebagian dari produksi yang berjalan mungkin perlu di rework offline dan diterima 6 100% dari produksi yang berjalan mungkin perlu di rework offline dan diterima 7 Sebagian produksi yang berjalan mungkin perlu dibatalkan, terjadi penyimpangan dari proses utama 8 100% produksi mungkin perlu dibatalkan/dibongkar. Line mati atau berhenti Mungkin membahayakan (mesin atau perakitan) dengan peringatan 10 Mungkin membahayakan (mesin atau perakitan) tanpa peringatan Sumber : Quality Associates, 2008

6. Detection (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas dan metode pencegahan atau pendektesian. Tabel 3.Rating Detection Ranking Kriteria Verbal Probabilitas Kegagalan 1 Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. 1 dalam 1000000 Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi 2 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah 1 dalam 200000 3 4 5 6 7 8 10 sangat rendah Kemungkinan penyebab bersifat moderate Metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang Penyebab itu terjadi Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. Metode deteksi kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi Metode deteksi tidak efektif, penyebab akan selalu terjadi 1 dalam 1000000 1 dalam 80 1 dalam 40 1 dalam 20 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : Probabilitas kegagalan berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Sumber : Gazpers, 2002 7. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara ketiga rating diatas yaitu severity, occurence dan detection. RPN = (S) x (O) x (D) (1) Metodologi Risk Priority Number (RPN) merupakan sebuah teknik untuk menganalisa resiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang potensial yang telah diindentifikasikan selama pembuatan FMEA. Sebuah FMEA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan cara-cara kegagalan yang potensial untuk sebuah produk atau proses. Metode RPN kemudian memerlukan analisa dari tim untuk mengunakan pengalaman masa lalu dan keputusan engineering untuk memberikan peringkat pada setiap potensial masalah menurut rating skala berikut : 1. Severity, merupakan skala yang memeringkatkan severity dari efek-efek yang potensial dari kegagalan. 2. Occurance, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari kegagalan akan muncul. 3. Detection, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari masalah akan di deteksi sebelum sampai ketangan pengguna akhir atau konsumen. Setelah pemberian rating dilakukan, nilai RPN dari setiap penyebab kegagalan dihitung dengan rumus (1) HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab defect pada proses produksi frestea RGB 220. Dari kelima jenis defect yang telah distandardkan oleh PT. CCAI, selama kurun bulan Juli sampai September 2014, Breakagefull merupakan defect dengan jumlah kejadian terbanyak seperti ditunjukan pada gambar 1. Gambar 1. Defect Summary

Oleh karena itu, penelitian ini fokus untuk mengetahui penyebab dari breakage full saja. Untuk mengetahui penyebab dari breakage full ini, maka disusun cause effect diagram seperti ditunjukan pada gambar 2. Gambar 2. Cause Effect Diagram Langkah selanjutnya adalah menganalisis penyebab-penyebab dari breakage full menggunakan FMEA. Langkah pertama dalam penggunaan metode ini adalah membuat identifikasi alat atau cara untuk mengendalikan penyebab dari terjadinya failure (kegagalan). Hasil identifikasi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Cara Mengatasi Kegagalan Failure Mode Cause of Failure A Way to Control Cause of Failure Breakage Full Tekanan Counterpress yang Kelalaian Setup Penurunan Suhu pada botol Kondisi Botol Rapuh Shock Termal pada Botol Temperature Pecahnya botol karena tekanan dari counterpress bisa diantisipasi dengan mengontrol tekanan counterpress pada angka yang optimal Pecahnya botol karena kelalaian setup operator bisa diatasi dengan memberikan penyuluhan dan dilanjutkan dengan motivasi Pecahnya botol karena penurunan suhu pada botol bisa diatasi dengan memperpendek jarak antara bottle washer dengan mesin filling Pecahnya botol karena kondisi botol yang rapuh bisa diatasi dengan memperketat proses inspeksi awal pada botol sebelum masuk washer Pecahnya botol karena shocktermal bisa diatasi dengan menjaga kondisi botol pada suhu tinggi (85-5 derajat celcius) Temperatur tinggi tidak dapat dihindarkan karena perlakuan proses filling frestea harus pada suhu 0-100 derajat celcius Setelah mengidentifikasi cara untuk mengendalikan penyebab kegagalan, langkah berikutnya adalah menentukan severity failure mode. Severity failure mode menunjukan tingkat keseriusan akibat yang ditimbulkan dari suatu kegagalan. Pada penelitian ini severity mode pada breakage full dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Penentuan Ranking Severity Failure Mode Failure Mode Effect of Failure Ranking Criteria Menghambat Proses produksi Breakage Full Memerlukan waktu setup ulang Pecahan Kaca membahayakan operator Membahayakan operator ( mesin atau perakitan ) dengan peringatan

Failure mode breakage full mendapatkan ranking dengan kriteria bahwa failure tersebut dapat membahayakan operator ( mesin atau perakitan ) namun masih diberikan peringatan. Langkah beriutnya setelah menentukan severity adalah menentukan tingkat occurence. Occurence menunjukan seberapa sering suatu cause of failuremode memunculkan suatu failure mode. Frekuensi cause of failure mode beserta ranking occurence dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Frekuensi Cause of Failure dan Ranking Occurence Failure Mode Cause of Failure Mode Frekuensi ( Juli - Sept 2014) Presentase Ranking Tekanan Counterpress yang 380 0,0051% 3 Kelalaian Setup 128 0,0017% 3 Penurunan Suhu pada botol 725 0,007% 3 Kondisi Botol Rapuh 406 0,0544% 5 Shock Termal pada Botol 118 0,0160% 4 Temperature 168 0,0022% 3 Total 7483535 Pengukuran ranking occurence dilakukan berdasarkan data frekuensi munculnya cause of failure mode dan disesuaikan dengan tabel occurance yang sudah dijelaskan diatas. Rentang ranking dari 1 10 menunjukan frekuensi yang muncul, semakin tinggi frekuensinya maka semakin besar ranking occurencenya.langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi detection failure mode. Detection failure mode merupakan langah yang digunakan untuk mengidentifikasi metode-metode yang diterapkan untuk mencegah atau mendetekasi penyebab kegagalan. Hasil identifikasi dari proses kontrol breakage full dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.Ranking Detection Failure Mode Failure Mode Current process Control Ranking Breakage Full Deteksi secara visual oleh operator 8 Pengukuran ranking detection dilakukan berdasarkan cara-cara dalam mencegah atau mengatasi suatu kegagalan dan disesuaikan dengan tabel detection yang sudah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Rentang ranking dari 1 10 menunjukan penanganan yang dilakukan, semakin besar ranking yang diberikan maka penanganan yang dilakukan semakin buruk. Pada failure breakage full, penanganan yang dilakukan ketika terjadi failure adalah deteksi secara visual oleh operator, sehingga ranking detection adalah 8 sesuai dengan tabel detection.langkah terakhir dalam penggunaan metode FMEA adalah perhitungan RPN (Risk Priority Number). RPN menunjukan tingkat prioritas dari setiap cause of failure mode yang muncul. Nilai RPN diperoleh dengan mengalikan rankingseverity, Occurence dan Detectionseperti pada persamaan (1). Cause of failure dengan nilai RPN tertinggi memiliki prioritas untuk ditangani dan dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Perhitungan dari nilai RPN dapat dilihat pada tabel 8. dan total nilai RPN dari setiap cause of failure dapat dilihat pada tabel. Tabel 8. Perhitungan nilai RPN Failure Mode Breakage Full Effect of Failure Sev. Cause of Failure Occ. Menghambat Proses produksi Memerlukan waktu setup ulang Pecahan Kaca membahayakan operator Tekanan Counterpress yang 3 Current Process Control Det. RPN 216 Deteksi Kelalaian Setup 3 216 secara 8 Penurunan Suhu visual oleh 3 216 pada botol operator Kondisi Botol Rapuh 5 360

Shock Termal pada Botol Temperature 4 288 3 216 Tabel. Total Nilai RPN Cause of Failure Total RPN Tekanan Counterpress yang 216 Kelalaian Setup 216 Penurunan Suhu pada botol 216 Kondisi Botol Rapuh 360 Shock Termal pada Botol 288 Temperature 216 Berdasarkan tabel., Semakin tinggi nilai RPN, maka semakin besar pula perhatian yang harus diberikan pada penyebab tersebut. Kondisi botol tua dan rapuh memiliki nilai RPN tertinggi yaitu 360, artinya PT. CCAI harus memperhatikan dengan serius hal ini jika menginginkan angka breakage full dapat ditekan. Inspeksi pada kondisi botol dan usia botol belum dilakukan oleh PT. CCAI, inspeksi yang dilakukan hanya kondisi fisik luar dan kebersihan saja, oleh karena itu, perlu ditambah perhatian terhadap inspeksi usia botol. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah jenis defect pada produksi frestea RGB 220 ml meliputi out of spec, filling height, no crown, breakage full, dan dirty bottle full, dimana jenis defect terbesar yang terjadi dari kurun waktu Juli September 2014 adalah breakage full yaitu 34% dari keseluruhan total defect. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan cause-effect diagram, dan diketahui bahwa penyebab dari breakage full adalah tekanan counterpress pada proses filling, kelalaian setup suhu oleh operator, penurunan suhu botol setelah dicuci, shock termal pada botol, proses produksi pada suhu tinggi, dan kondisi botol yang sudah tua atau rapuh. Berdasarkan analisis FMEA, penyebab defect yang paling dominan adalah kondisi botol yang sudah tua atau rapuh dengan nilai RPN (Risk Priority Number) sebesar 360. Saran yang dapat diberikan untuk perusahaan adalah perlu dilakukan inspeksi tambahan untuk mensortir usia botol, botol yang sudah lewat umur ekonomis sebaiknya tidak digunakan lagi dan digunakan botol yang lebih baru. Selain itu perlu diberikan penyuluhan dan motivasi kepada operator agar bekerja sesuai dengan SOP yang ada. PUSTAKA Auliya, Ridha.,(2011). Analisis Penyebab Kecacatan Tabung Elpiji dengan Menggunakan Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis di Pabrik Tabung Elpiji PT Pertamina (Persero) Unit Gas Domestik. Surakarta : Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Basjir, Mochammad. Dkk. (2010). Pengembangan Model Penentuan Prioritas Perbaikan Terhadap Mode Kegagalan Komponen Dengan Metodologi FMEA, Fuzzy Dan Topsis Yang Terintegrasi.Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Fajerin, Agung.,(2010). Analisa Dampak Kegagalan Proses Produksi Terhadap Kerusakan Produk Ban Dengan Metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis ) Di PT. Gajah Tunggal, Tbk Tangerang. UPN Veteran Jatim Gasperz, Vincent. (2001). Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta : Gramedia. Iswanto, Adi. Dkk. (2013). Aplikasi Metode Taguchi Analysis Dan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Untuk Perbaikan Kualitas Produk di PT. XYZ. Medan : Universitas Sumatra Utara Quality Associated, (2008). Severity, Occurence, and Detection Criteria for Process FMEA. [on line] Available http://www.quality-one.com