PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

dokumen-dokumen yang mirip
Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

Analisis Waiting Time dalam Proses Perakitan MV Switchgear dengan Lean Production

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN KEBIJAKAN PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

Analisis Proses Produksi Berdasarkan Lean Manufacture Dengan Pendekatan Valsat Pada PT.XX

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PADA SISTEM PRODUKSI KECAP LOMBOK MERAH KEMASAN BOTOL KACA DENGAN PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

Oleh : Anindya Gita Puspita ( ) Pembimbing: Drs. Haryono, M.SE

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

ANALISA WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN THINKING

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DIVISI PRODUKSI PERALATAN INDUSTRI PROSES PADA PT. BARATA INDONESIA DENGAN VALUE STREAM MAPPING

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Rancangan Lean Manufacturing System Dalam Meningkatkan Efisiensi Kerja Di Perusahaan Komponen Otomotif (Studi Kasus Di PT.

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING

MINIMASI WASTE UNTUK PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KANTONG KEMASAN DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN NON PRODUCT OUTPUT

Perancangan Lean Strategy Pada Kegiatan Loading di Terminal Petikemas KOJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

PENINGKATAN EFISIENSI DI PT VARIA USAHA BETON DENGAN MENERAPKAN LEAN MANUFACTURING

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

ANALISIS PROSES PRODUKSI MODULE CONDENSOR MENGGUNAKAN METODE LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN SIMULASI DI PT. XYZ

Implementasi Value Stream Mapping Untuk Identifikasi Pemborosan Unit Pengantongan Semen ( Studi Kasus di PT. Semen Padang )

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Waste Waiting pada Pembuatan Produk Full Hard dengan Menggunakan Process Activity Mapping pada Plant Cold Rolling Mill

Perancangan Lean Manufacturing dengan Menggunakan Waste Assessment Model (WAM) dan VALSAT untuk Meminimumkan Waste (Studi Kasus: PT.

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016).

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

ANALISIS SISTEM PRODUKSI PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DENGAN VALUE STREAM MAPPING AYU DAYINTA SEPTIA HAPSARI

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENERAPAN LEAN THINKING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS (STUDI KASUS PADA PT.XYZ MFG & CO)

Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PRODUKSI (Studi Kasus PT. XYZ)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang)

BAB I PENDAHULUAN. Laweyan dibawah Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).

PENERAPAN STRATEGI LEAN UNTUK MENINGKATKAN VALUE TO WASTE RATIO PADA DEPARTEMEN TRANSPORTASI PERUSAHAAN LOGISTIK

TESIS IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

Rancangan Perbaikan Proses Produksi dengan Pendekatan Lean Six Sigma di CV. Guntur Malang

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

IDENTIFIKASI WASTE PADA WHOLE STREAM PERUSAHAAN ROKOK DI PT.X16

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI

PEMETAAN PEMBOROSAN DALAM PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING TOOLS

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Menghilangkan Pemborosan di Lini Produksi PT Adi Satria Abadi

Transkripsi:

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim) Moses L. Singgih dan M.Vina Permata Laboratorium Sistem Manufaktur, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email : moses@ie.its.ac.id dan vinapermata@yahoo.co.id ABSTRAK PT Kasa Husada Wira Jatim merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat kesehatan terutama kasa dan kapas. Untuk dapat bertahan dalam persaingan industri maka PT Kasa Husada Wira Jatim dituntut untuk dapat meningkatkan performansi. Namun pada kenyataannya terjadi penurunan pendapatan dari tahun ketahun. Dalam penelitian ini pendekatan lean thinking digunakan untuk mengurangi biaya dan waktu dengan harapan PT Kasa Husada Wira Jatim dapat meningkatkan kembali performanya. Lean thinking adalah pedekatan sistematis yang bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengurangi/ menghilangkan waste. Waste didefinisikan sebagai suatu bentuk pemborosan dimana hal ini tidak menambah value terhadap produk. Dalam upaya mengidentifikasi dan meminimasi waste tersebut menggunakan Big Picture Mapping dan Value Stream Analysis Tools untuk detail lebih lanjut. Dari hasil penelitian, waste yang sering terjadi adalah waiting, unnecessary inventory, excessive transportation. Dari ketiga waste ini diberikan rekomendasi perbaikan. Dan hasil rekomendasi menunjukkan terjadi penurunan terhadap waktu proses dan biaya. Waktu proses awal adalah 41.340 menit mengalami penurunan menjadi 29.420 menit, sedangkan peningkatan produksi mencapai 126 % Kata kunci : lean, waste, VALSAT, waktu, biaya PENDAHULUAN Untuk dapat memenangkan persaingan dan memenuhi tingginya tuntutan konsumen maka efisiensi pada seluruh aspek baik internal maupun eksternal perusahaan menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan strategi-strategi yang tepat dalam usaha peningkatan produktivitas khususnya untuk mengurangi biaya dan mereduksi waste yang terjadi. Waste atau pemborosan didefinisikan sebagai seluruh aktivitas yang mengkonsumsi waktu, sumber daya serta ruang tetapi tidak berkontribusi untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Peter Tyszewicz, 2004). Terdapat tujuh macam waste yang diidentifikasikan oleh Shigeo Shingo (Hines et all.,2000) yaitu Overproduction, Waiting, Excessive Transportation, Inappropriate Process, Unnecessary Inventory, Unnecessary Motion dan Defect. Konsep Lean digunakan untuk meningkatkan responsiveness melalui usaha pengurangan waste, continous improvement dan cost reduction. Menurut Motwani (2003), metode Lean ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas, kualitas dan responsiveness perusahaan menjadi lebih tinggi.

Dalam tugas akhir ini, diharapkan waste yang terjadi dapat diminimalkan sehingga perusahaan dapat menekan biaya dan mampu memenuhi permintaan konsumen secepat mungkin sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan perusahaan. Perbaikan ini tentunya juga akan menguntungkan konsumen, karena selain mendapatkan harga murah dengan mutu yang baik, konsumen juga memperoleh pelayanan yang cepat dan kemudahan mendapatkan produk. TINJAUAN PUSTAKA Lean Thinking Secara sederhana Lean Thinking diterjemahkan sebagai pemikiran yang ramping. Konsep ini dapat dikatakan pula sebagai konsep efisiensi yang bertujuan meminimalkan atau menghilangkan waste. Dimana efisiensi menjadi target yang ingin dicapai setiap perusahaan dalam rangka mencapai low cost. Lean didefinisikan sebagai suatu filosofi pemahaman akan waste sebagai pemicu utama dari waktu siklus, biaya dan kualitas yang ditimbulkan. Waste didefinisikan sebagai seluruh aktivitas yang mengkonsumsi waktu, sumber daya serta ruang tetapi tidak berkontribusi untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Peter Tyszewicz, 2004). Tujuh jenis waste Berikut 7 waste yang didefinisikan oleh Shigeo Shingo (Hines et al, 2000) yaitu: 1. Overproduction 2. Defects 3. Unnecessary inventory 4. Inappropriate processing 5. Excessive transportation 6. Waiting 7. Unnecessary motion Jenis-jenis aktivitas Terkait dengan waste maka diperlukan pula pemahaman atas ketiga tipe operasi atau aktivitas yang dikerjakan pada suatu perusahaan. Khususnya dalam suatu proses produksi, ketiga tipe aktivitas tersebut adalah (Hines et all.,2000) : 1. Non-Value Adding (NVA) 2. Necessary but Non-Value Adding (NNVA) 3. Value Adding (VA) Big Picture Mapping Big Picture Mapping merupakan suatu tool yang digunakan untuk menggambarkan sistem secara keseluruhan beserta value stream yang terdapat pada perusahaan. Gambaran ini digunakan untuk dapat menvisualisasikan aliran informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifikasikan keberadaan waste serta menggambarkan lead time yang dibutuhkan berdasarkan masing-masing karakteristik proses yang terjadi. Simbol-simbol yang umum digunakan dalam Big Picture Mapping adalah sebagai berikut : A-23-2

Value Stream Mapping Gambar 1. Simbol Big Picture Mapping (Going Lean, 2000) Value Stream Mapping merupakan suatu tool yang digunakan untuk memetakan value stream secara detail. Value stream didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas khusus dalam suatu supply chain yang diperlukan untuk perancangan, pemesanan dan penetapan suatu spesifik produk atau value (Hines. et all, 2000). Berikut tujuh tools detailed mapping value stream yang umum digunakan yaitu (Hines.et all, 2000) : 1. Process Activity Mappping (PAM) 2. Supply Chain Response Matrix (SCRM) 3. Production Variety Funnel (PVF) 4. Quality Filter Mapping (QFM) 5. Demand Amplification Mapping (DAM) 6. Decision Point Analysis (DPA) 7. Physical Structure (PS) METODOLOGI PENELITIAN Gambar 2. Metodologi Penelitian A-23-3

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Big Picture Mapping Dari penggambaran Big Picture Mapping diketahui informasi lead time adalah 396 696 jam sedangkan value added time sebesar 227.66 jam. Waste Workshop Berikut hasil dari waste workshop yang dilakukan. Process Activity Mapping Tabel 1. Ranking waste No Waste Rata-Rata Rank 1 Overproduction 1.8 6 2 Waiting 4.8 1 3 Excessive Transportation 3.8 3 4 Inappropriate Process 2.3 5 5 Unnecessary Inventory 4.0 2 6 Unnecessary Motion 2.5 4 7 Defects 1.5 7 Dari PAM tercatat sebanyak 65 aktivitas yang terdiri dari aktivitas operasi (O), transportasi (T), inspeksi (I), delay (D), storage (S). Seperti terlihat sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah & waktu tiap aktivitas O T I D S Jumlah 24 21 5 14 1 Prosentase 36.9% 32.3% 7.7% 21.5% 1.5% Waktu 13660 440 90 22830 4320 Prosentase 33.0% 1.1% 0.2% 55.2% 10.4% Adapun prosentase dari Value Added adalah sebesar 33.04%, Necessary Non Value Added sebesar 1.28% dan Non Value Added sebesar 65.67 %. Supply Chain Response Matrix Gambar 3. Grafik SCRM Demand Amplification Mapping Demand Amplification Mapping 800 700 600 Satuan 500 400 300 200 Rencana Produksi Realisasi Produksi Forecast Penjualan Realisasi Penjualan 100 0 Juni Juli Aug Sept Okt Nov Bulan Gambar 4. Grafik DAM keseluruhan A-23-4

Perhitungan Rekomendasi Dari rekomendasi yang ingin diberikan adalah untuk mengurangi biaya dan waktu sehingga waste waiting, unnecessary inventory dan excessive transportation sebagai tiga waste terbesar dapat diminimasi. Guna memenuhi order, perusahaan membuat kebijakan untuk membeli produk dari pihak lain. Dan biaya rata-rata per bulan yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli 1600 rol kasa adalah Rp 72.000.000. Penambahan mesin Dengan penambahan mesin maka lama proses untuk menghasilkan kain kasa dengan panjang 480 m dan lebar 80 cm adalah setengah dari lama proses mesin tenun yang dimiliki. Mesin ini dapat diletakkan pada area kosong dengan panjang 28 meter dan lebar 14 meter mampu menampung 40 buah mesin tenun. Sedangkan mesin ukur diperlukan penambahan 1 buah. Berikut estimasi harga kedua mesin tersebut : Perbaikan tambahan Tabel 3. Total pembelian mesin Mesin Juml Harga (Rp) Total (Rp) Tenun 40 7.500.000 300.000.000 Ukur 1 15.000.000 15.000.000 315.000.000 Selain permasalahan mesin tenun saat ini beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Pada bagian pengepakan terjadi permasalahan kemacetan dan ketidaklancaran karena bagian tersebut dilewati oleh berbagai transportasi dari keseluruhan baik kasa,kapas dan produk lain. Sehingga hal ini menyebabkan proses pengepakan dan material handling jadi terganggu. 2. Material handling dari gudang bahan baku menuju bagian penggulungan 1 dan bagian palet menempuh jarak yang jauh. 3. Untuk dapat meletakkan 40 buah mesin tambahan, pada bagian pertenunan area space kosong perlu dilakukan perbaikan berupa menghilangkan pembatas. ANALISA & INTERPRETASI Analisa Process Activity Mapping Secara keseluruhan terdapat 65 aktivitas yang terdiri dari Operation, Transportation, Inspection, Delay dan Storage. Pada pemetaan tersebut operasi menempati jumlah aktivitas terbanyak yaitu 24 aktivitas. Semakin banyak aktivitas operasi maka proses produksi dikatakan semakin baik. Tetapi jika dilihat dari waktu yang dibutuhkan maka delay menjadi aktivitas dengan waktu terbesar yaitu 22.830 menit. Sedangkan prosentase non value added mencapai 65.67 %. Hal ini menunjukkan banyak waktu yang tidak perlu terjadi. Analisa Supply Chain Response Matrix Dari pemetaan Supply Chain Response Matrix (SCRM) ini didapatkan bahwa total waktu rata-rata perusahaan untuk memenuhi customer order produk kasa HSD A-23-5

40/80 adalah 68.29 hari atau 69 hari yang merupakan penambahan dari kumulatif lead time dan kumulatif inventory. Analisa Demand Amplification Mapping Pada pemetaan secara keseluruhan dengan membandingkan keempat data didapatkan bahwa pada forecast penjualan mempengaruhi bagian PPIC & CA dalam melakukan rencana produksi. Dalam pembuatan rencana produksi ini PPIC & CA mengacu pada forecast yang ada, tetapi pada kenyataan tidak dibuat sama karena dari perusahaan sendiri memiliki pertimbangan lain. Sehingga tampak bahwa terjadi perbedaan cukup signifikan. Rencana produksi yang dibuat oleh bagian PPIC & CA bekerjasama dengan bagian marketing dan bagian produksi. Begitu pula dengan realisasi produksi yang selalu jauh lebih besar daripada rencana yang dibuat. Karena itu hal ini dapat menimbulkan inventory. Pada kasus-kasus tertentu tidak semua output realisasi produksi dikirim semua karena pada pengiriman terkadang dilakukan lebih sedikit. Analisa Waste Dari waste workshop yang dilakukan berikut analisa penyebab : Waiting merupakan waste yang memiliki bobot terbesar. Waste waktu menunggu (waiting) ini hampir terjadi di seluruh area produksi. Berikut digambarkan dalam Cause Effect Diagram beberapa faktor yang menjadi penyebab dari waste waiting : Gambar 5. Cause effect diagram Waiting Dari beberapa penyebab tersebut yang utama adalah faktor mesin karena kecepatan dan kapasitas produksi mesin yang ada berbeda sehingga menimbulkan waktu tunggu untuk diproses. Unnecessary inventory merupakan waste yang memiliki bobot terbesar kedua. Berikut digambarkan dalam Cause Effect Diagram beberapa faktor yang menjadi penyebab dari unnecessary inventory: Gambar 6. Cause effect diagram Unneccessary Inventory Dari beberapa penyebab tersebut yang utama adalah faktor mesin karena kecepatan dan kapasitas produksi mesin yang ada berbeda sehingga menimbulkan wip yang banyak. Hal ini akan berdampak pada penggunaan space. A-23-6

Excessive transportation merupakan waste yang memiliki bobot terbesar ketiga. Berikut digambarkan dalam Cause Effect Diagram beberapa faktor yang menjadi penyebab dari waste excessive transportation : Gambar 7. Cause effect diagram Excessive Ttransportation Dari beberapa penyebab tersebut yang utama adalah faktor environment dimana layout/ tata letak perusahaan saat ini belum sesuai dengan prinsip-prinsip tata letak yang ada. Letak antar satu bagian produksi dan yang lain sangat berjauhan sehingga material handling menempuh jarak yang jauh. Analisa Rekomendasi untuk Pengurangan Biaya dan Waktu Dari perhitungan, total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 317.593.000. Dengan adanya penambahan mesin ini akan dapat mengurangi atau menghapus biaya pembelian kasa dari perusahaan lain. Pada mesin tenun tambahan memiliki kecepatan produksi 2 kali lipat dari mesin lama sehingga dapat menghasilkan output produksi lebih banyak. Begitu pula dengan mesin ukur tambahan. Adapun hal-hal lain yang perlu diperlukan adalah : Penambahan mesin tenun berarti penambahan bahan baku pula. Pada mesin penggulungan 1, karena tidak ada pergantian/ penambahan mesin baru maka yang perlu diperhatikan adalah penambahan operator dalam mengerjakan proses pengaturan benang. Jika operator ditambah 1 orang maka untuk proses pengaturan benang akan berkurang setengah dari waktu yang ada. Dengan adanya 40 mesin tenun baru operator yang dibutuhkan adalah sebanyak 6.6 = 7 orang. Pada bagian pengukuran, mesin ukur baru memerlukan 2 operator baru. Berikut perbandingan antara Process Activity Mapping sebelum dan sesudah rekomendasi dari segi waktu yang dibutuhkan. Sedangkan untuk jumlah aktivitas tetap/ tidak ada perubahan. Tabel 4 Perbandingan waktu (menit) Tipe Sebelum Sesudah Operasi 13660 10900 Transportasi 440 400 Inspeksi 90 90 Delay 22830 13710 Storage 4320 4320 Total 41430 29420 Dapat dibandingkan antara sebelum perbaikan dengan sesudah perbaikan dimana terjadi penurunan dari total waktu 41340 menit menjadi 29420 menit. Perubahan cukup signifikan terjadi pada aktivitas delay dengan waktu dari 22830 menit menjadi 13710 menit. A-23-7

Pada perbandingan biaya yaitu dengan membandingkan antara biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kasa dan biaya yang dikeluarkan dengan memproduksi sendiri maka dengan memproduksi sendiri 5.6 % lebih rendah dari pembelian dari pihak lain. Peningkatan Produksi Dengan adanya penambahan mesin maka peningkatan output produksi (PP) yang dapat dicapai adalah sebagai berikut : Current Output Previous Output x 100% Previous Output 143 rol @ 480 m 63 rol @ 480 m x 100% 63 rol @ 480 m 68640 m 30240 m x 100% 30240 m PP = 126 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari pembuatan Big Picture Mapping produksi kasa HSD 40/80 lead time yang dibutuhkan untuk 1 rol kasa HSD 40/80 yaitu 396-969 jam. Sedangkan value added time sebesar 227.66 jam. 2. Pada proses produksi tiga waste menurut peringkat terbesar yang terjadi adalah waiting, unnecessary inventory, excessive transportation. Dari ketiga waste ini dilakukan pemetaan secara lebih detail dengan menggunakan 3 tools yaitu Process Activity Mapping, Supply Chain Response Matrix dan Demand Amplification Mapping. 3. Pada rekomendasi perbaikan, estimasi penurunan waktu antara sebelum perbaikan dengan sesudah perbaikan dimana terjadi penurunan dari total waktu 41340 menit menjadi 29420 menit. Penurunan ini paling banyak terjadi pada aktivitas delay. Sedangkan dari segi biaya dengan adanya penambahan mesin maka pembelian kasa dari pihak lain tidak diperlukan. 4. Dari perhitungan peningkatan produktivitas maka jika penambahan mesin (tenun) dilakukan maka output produksi akan meningkat secara signifikan sebesar 126 %. 5. Secara perhitungan baik dari pengurangan biaya, penurunan waktu proses dan peningkatan produktivitas maka rekomendasi perbaikan layak dipertimbangkan. Saran 1. Dari hasil penelitian untuk produk kasa HSD 40/ 80 identifikasi dan minimasi waste dapat dilakukan sehingga pengurangan biaya dan waktu dapat dicapai maka untuk produk-produk lainnya seperti kapas yang juga merupakan produk utama dilakukan penelitian yang sama. 2. Analisa penyebab waste yang terjadi dapat dilakukan secara lebih detail dengan menggunakan data-data perusahaan. 3. Analisa waste dilakukan secara lebih luas dari supplier, perusahaan hingga distributor. A-23-8

DAFTAR PUSTAKA Fargher, J. (2006), Lean Manufacturing And Remanufacturing Implementation Tools. Missouri Enterprise, University of Missouri Farhan, M.(2006), Pengurangan Non Value Added Activity Dengan Value Stream Mapping Menuju Lean Manufacturing (Studi Kasus : PT.Loka Refraktories Surabaya), Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Hines, P., and D. Taylor, (2000), Going Lean, Lean Enterprise Research Center, Cardiff Business School. Hines, P.,et al, (2000), Value Stream Management.Prentice Hall. Hines, P., Rich,N and Esain, A. (1999), Value stream mapping, An International Journal,Vol. 6 No. 1, 1999, pp. 60-77. Hua Lian & Van Landeghem,H (2002). An Application Of Simulation And Value Stream Mapping In Lean Manufacturing, Department of Industrial Management, Ghent University. Lean Transformations Group, (2006). Business Processes Value Stream Mapping, BPVSMCONNSTEP Shingo Conference Lee, Brandon. 2001. Value Stream Mapping. Wichita State University Rawabdeh, I. (2005 ), A model for the assessment of waste in job shop environments, International Journal of Operations & Production Management, Vol. 25 No. 8, pp. 800-822. Suprijotomo (2007), Estimasi Pengukuran Biaya Dan Waktu Dengan Lean Manufacturing Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus : Bagian Fabrikasi Mesin PT.Varia Usaha-Gresik), Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tyszewicz, P.(2004) Lean Manufacturing and Implications to Procurement,VP- Manufacturing & Product Development,BC Supply Chain Council Zayko, M.(2006), A Systematic View of Lean Principles: Reflection on the Past 16 Years of Lean Thinking & Learning.<http://www.lean.org> A-23-9

A-23-10

A-23-11