UJI AKURASI GPS GENGGAM TIPE NAVIGASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN DI LAPANGAN Oleh : Iwan Setiawan dan Priyambudi Santoso

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN PROGRAM

By. Y. Morsa Said RAMBE

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB III METODE PENGUKURAN

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

BAB I PENDAHULUAN. Patut dicatat bahwa beberapa faktor yang juga berlaku untuk aplikasi-aplikasi GPS yang

PENERAPAN NAVSTAR GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI

BAB 3 PEMANTAUAN PENURUNAN MUKA TANAH DENGAN METODE SURVEY GPS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

GPS vs Terestris (1)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

METODOLOGI. Gambar 1. Lokasi Kasus Penelitian

I. PENDAHULUAN. Setelah selesai mempelajari mata diklat ini, maka diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan dan menggunakan GPS.

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKASANAAN PLA

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN PADA PELAKSANAAN LANDREFORM DI INDONESIA. Ali Pebriadi

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA

Pengertian Sistem Informasi Geografis

AKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

PRINSIP PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

III. METODE PENELITIAN

Datum dan Ellipsoida Referensi

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

PEMANFAATAN GPS UNTUK PERENCANAAN PENGELOLAAN DAN PEMETAAN LAHAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

SIFAT DAN FORMAT DATA TITIK GEOARKINDO 2016

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS)

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si

MENGENAL GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) SEJARAH, CARA KERJA DAN PERKEMBANGANNYA. Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang

KATA PENGANTAR. Harapan kami, upaya-upaya untuk meningkatkan kemantapan pencapaian tujuan suatu kegiatan kediklatan dapat terus dilaksanakan.

Rancang Bangun Aplikasi Pencarian Tempat Indekos Pada Perangkat Mobile Android

Pembuatan Program Perataan Jaring GPS ABSTRACT

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, inovasi teknologi yang terus berkembang khususnya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

UJI AKURASI GPS GENGGAM TIPE NAVIGASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN DI LAPANGAN Oleh : Iwan Setiawan dan Priyambudi Santoso Ringkasan Pada waktu ini, receiver GPS (Global Positioning System) banyak digunakan di Indonesia, demikian halnya pada kediklatan kehutanan. Dalam hal ini adalah untuk kegiatan yang terkait aplikasi-aplikasi tentang posisi, atau suatu lokasi tertentu, dan bahkan pemetaan serta navigasi. Terlebih lagi setelah ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan dengan Menggunakan GPS oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan melalui Peraturan Nomor P.9/VII-SET/2012 tanggal 26 September 2012. Memang benar, bahwa receiver GPS memiliki beberapa kemudahan dan kelebihan, akan tetapi adanya pemahaman yang menganggap bahwa semua receiver GPS adalah canggih, dan langsung dapat menunjukkan posisi suatu titik dan dapat memetakan dengan teliti adalah kurang tepat atau kurang benar. Sebagai contoh; dalam pengujian akurasi terhadap receiver GPS Garmin 76CSx, ternyata ratarata akurasi untuk tempat tertutup tajuk pohon/kanopi 50% adalah 2.92 meter - 20.75 meter, dan untuk tempat tertutup tajuk pohon/kanopi 100% rata-rata akurasinya adalah 3.3 meter - 26.34 meter. Terkait data dan informasi hasil uji lapangan pada berbagai penggunaan di lapangan terhadap receiver GPS Garmin 76CSx ini, kiranya para pengampu aplikasi GPS di bidang kediklatan kehutanan, dapat lebih memahami dan melakukan pengayaan/penyempurnaan terhadap pembelajaran dan bahan ajarnya, baik di Pusat Diklat Kehutanan maupun di Balai-Balai Diklat Kehutanan. Kata Kunci : Global Posiyioning System, Titik kontrol, Garmin 76CSx. Latar Belakang Pada waktu ini di Indonesia receiver GPS (Global Positioning System) banyak digunakan, terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi/koordinat, ataupun suatu lokasi tertentu, dan bahkan pemetaan serta navigasi. Perkembangan di bidang pengukuran dan pemetaan kehutanan, pemanfaatan receiver GPS menjadi makin dibutuhkan, karena alat itu memiliki beberapa kemudahan dan kelebihan. Dengan makin berkembangnya teknologi GPS, tampaknya kualitas ketelitian data dan informasi juga makin meningkat, perangkat lunak pengolah data juga semakin banyak ragamnya, harga jual beli di pasarpun semakin murah. Demikian pula jumlah merek dan jenisnya semakin kompetitif dan berorientasi kepada pengguna. Sehubungan dengan itulah, pemanfaatan receiver GPS menjadi tuntutan untuk diikuti oleh para teknisi pelaksana pengukuran dan pemetaan kehutanan, terlebih lagi setelah ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan dengan Menggunakan GPS oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan melalui Peraturan Nomor P.9/VII-SET/2012 tanggal 26 September 2012. Banyak jenis GPS yang ada di pasaran yang digunakan untuk tujuan navigasi ataupun pemetaan, salah satunya adalah GPS Garmin 76CSx. Receiver GPS jenis ini cukup banyak di miliki oleh Pusat Diklat Kehutanan, yaitu berjumlah 15 unit. Disamping terdapat 8 unit GPS Garmin etrex H. Kedua jenis receiver GPS ini sering dimanfaatkan untuk kepentingan praktik lapangan peserta Diklat-diklat teknis Kehutanan. Disamping ada kemudahan dan kelebihan penggunaan receiver GPS untuk pelaksana pengukuran dan pemetaan kehutanan, terdapat pula beberapa kendala/keterbatasan yang perlu diperhatikan, agar penggunaan GPS dapat optimal dan tepat guna. Di antaranya adalah : 1) Receiver GPS tidak dapat menerima sinyal secara optimal apabila terdapat penghalang antara posisi receiver dengan satelit GPS, misalnya pepohonan dan bangunan/gedung-gedung, karena terjadinya efek pantulan (multipath). Sehingga dalam penentuan posisi suatu tempat/titik di hutan harus dicari tempat terbuka, Atau jika tempatnya sudah ditentukan, maka antenna GPS harus ditempatkan setinggi mungkin, misalnya di atas tajuk pohon. Menurut Hasanuddin (1988), kendala utama obstraksi sinyal GPS oleh rerimbunan pohon akan terjadi dalam penentuan/rekonstriksi titik-titik batas di kehutanan. Terkait ini, dapat dikaji hasil pengujian receiver GPS dual frekuensi merk; LEICA GX1230GG antenna 1

LEIAX1202GG, TOPCON TPS HIPER antenna TPSHIPER_PRO, dan SOKKIA DAB07060243 antenna NCD07090033 di bawah kanopi hutan yang dilakukan tanggal 19 Mei 2007 oleh KK Geodesi FTSL ITB bersama Badan Planologi Kehutanan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di bawah ragam tutupan kanopi ~40%, ~60%, dan ~70%. Walaupun sifatnya masih sementara, hasil uji ini menunjukkan bahwa tampilan data satelitnya terputus-putus. Hal ini menjadi catatan, bahwa akan cukup sulit untuk mendapaykan nilai ambiguitas yang benar. 2) Masih ada saja kendala pemahaman/persepsi yang keliru, dalam hal ini anggapan bahwa semua receiver GPS adalah alat canggih yang langsung menunjukkan posisi suatu titik dan dapat memetakan dengan teliti. Padahal banyak receiver GPS yang beredar di pasar adalah jenis navigasi dengan ketelitian rendah (kesalahan posisi bisa >15 meter) yang memang tidak diperuntukkan bagi aplikasi pengukuran Geodetic teliti. Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam upaya mendukung kepentingan pembelajaran dalam penerapan teknologi GPS di bidang kediklatan kehutanan, khususnya dalam upaya pengayaan dan penyempurnaan bahan pembelajaran, baik di Pusat Pusat Diklat Kehutanan maupun di Balai-Balai Diklat Kehutanan, dipandang penting memperoleh data dan informasi tentang keakuratan alat dengan melakukan pengamatan/pengujian lapangan dari alat bantu GPS Garmin 76CSx dimaksud. Dalam hal ini dilakukan pengamatan pada berbagai penggunaan di lapangan, yaitu; a) pada areal terbuka, b) setengah/sebagian tertutup kanopi/tajuk pohon/hutan (40%-50%), dan c) di bawah tutupan kanopi/tajuk pohon/hutan yang lebat atau rimbun ( 70%). Dari permasalahan seperti di atas serta dari hasil pengolahan data dan analisis uji akurasi (studi kemampuan) sinyal GPS Garmin 76CSx di bawah ragam tutupan kanopi pohon hutan diharapkan akan memberikan parameter kemampuan tembus sinyal GPS Garmin 76CSx terbaik dalam situasi yang kurang menguntungkan. Tujuan Tujuan uji ini adalah untuk melihat akurasi/kemampuan sinyal GPS versus persentase tutupan kanopi pohon/hutan. Karena penerapan teknologi GPS di bidang kehutanan, khususnya alat bantu GPS Garmin 76CSx untuk keperluan Diklat kehutanan, sehingga pengayaan/penyempurnaan bahan pembelajaran di Pusat Diklat Kehutanan dan Balai-Balai Diklat Kehutanan dinilai penting serta perlu adanya data dan informasi hasil uji lapangan pada berbagai penggunaan di lapangan. Metode Pengujian Data GPS diambil masing masing selama ±2 jam setiap sesi pengamatan yang di bagi dalam berbagai penggunaan di lapangan ; a) pada areal terbuka, b) setengah/sebagian tertutup kanopi pohon/hutan (40%- 50%), dan c) di bawah tutupan kanopi pohon/hutan yang lebat atau rimbun ( 70%). Teknik Pengujian GPS di bawah ragam kanopi ini dilakukan dengan metode static diferensial moda radial atau pengikatan secara radial. Satu titik ditempatkan sebagai base di suatu titik kontrol di daerah terbuka yang memungkinkan sinyal teramati dengan baik, kemudian titik lainnya ditempatkan di berbagai ragam tutupan kanopi yang kemungkinan sinyal GPS akan mengalami halangan. Lokasi Pengujian 1) Di Kampus Pusat Diklat Kehutanan, Gunung Batu-Bogor. Titik kontrol yang dijadikan untuk kalibrasi adalah yang memberikan ketelitian koordinat geodetic sampai dengan level milimeter adalah 6 35' 40.45443" S (Lintang Selatan), dan 106 46' 33.26828" E (Bujur Timur). 2

Gambar : 1. Titik Kontrol Geodetik Pusat Diklat Kehutanan. 2) Di Komplek Kampus Balai Diklat Kehutanan Kadipaten, Majalengka. Titik kontrol yang dijadikan untuk kalibrasi adalah yang memberikan ketelitian koordinat geodetic sampai dengan level milimeter, dan di dalam sistem Nasional Regional adalah 2 (dua) titik kontrol geodetic dengan koordinat masing-masing : BLK 1 = 6 45' 48.95103" S, dan 108 10' 57.31235" E, serta BLK 2 = 6 45' 48.00196" S, dan 108 11' 02.86314" E. 3) Di Komplek Kampus Balai Diklat Kehutanan Bogor di Rumpin. Titik kontrol yang dijadikan untuk kalibrasi adalah yang memberikan ketelitian koordinat geodetic sampai dengan level milimeter adalah 2 (dua) titik kontrol geodetik dengan koordinat masing-masing : Rmp 1 = 6 26' 32.81357" S, dan 106 38'36.90642" E, serta Rmp 2 = 6 26' 30.03186" S, dan 106 38'35.35677" E. Pengumpulan Data Gambar : 2. Titik kontrol geodetic Rpm 1 di Rumpin. Alat GPS yang digunakan terdiri dari 2 (dua) unit receiver GPS Garmin 76CSx, kompas, dan pita meter (rollmeter). Data-data GPS hasil pengamatan tersebut di olah dengan menggunakan beberapa software GPS untuk melihat kualitas data, hasil koordinat beserta ketelitiannya. Hasil-hasil tersebut nantinya akan menjadi masukan bagi kepentingan pemanfaatan GPS di bidang kehutanan, khususnya keperluan Diklat kehutanan, sehingga berguna untuk pengayaan/penyempurnaan bahan pembelajaran di Pusat Diklat Kehutanan dan Balai-Balai Diklat Kehutanan berdasarkan data dan informasi hasil uji lapangan pada berbagai penggunaan di lapangan. 3

Untuk menguji ketelitian receiver GPS Garmin 76CSx ini dilakukan dengan membandingkan posisi titik kontrol yang terdapat di Pusat Diklat Kehutanan, Balai Diklat Kehutanan Kadipaten, dan Balai Diklat Kehutanan Bogor di Rumpin. Untuk menguji ketelitian GPS Garmin 76CSx dilakukan pengamatan dengan metode absolut averaging pada titik-titik kontrol tersebut. Kemudian hasil pengamatan diplotkan ke dalam peta dengan menggunakan software SIG (Sistim Informasi Geografis) dan dibandingkan dengan koordinat titik kontrol. Dari perbandingan dua pengamatan ini akan didapat tingkat ketelitian dari GPS Garmin 76CSx dengan melihat jarak antara kedua data hasil pengamatan. Waktu dan pelaksanaan pengamatan dalam pengambilan data GPS di lapangan dilakukan pada Minggu II dan Minggu III bulan Juni 2010, serta Minggu III bulan Juli 2010. Titik GPS diamati dengan menggunakan 2 buah receiver GPS Garmin 76CSx dengan pengamatan data masing-masing lokasi selama ± 2 jam. Analisis Data Dalam survei dengan GPS, pengolahan data GPS dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik yang diukur (diamati) agar memenuhi spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Ada beberapa karakteristik yang penting dari pengolahan survei GPS, yaitu : 1) Koordinat titik ditentukan dalam 3 dimensi terhadap suatu sistem koordinat kartesian yang geosentric yang didefinisikan oleh datum WGS 1984, dengan melakukan pengikatan ke titik-titik ikat nasional atau IGS (International GPS Service). 2) Proses estimasi vektor baseline maupun koordinat titik bertumpu pada metode hitungan perataan kuadrat terkecil (least-squares-adjustment). 3) Pengolahan data dilakukan setelah data dari beberapa receiver GPS yang terlibat dikumpulkan (postprocessing mode). 4) Pemuatan data GPS ke dalam software SIG. 5) Perbandingan data koordinat titik kontrol dengan data pengamatan receiver GPS 76CSx. 6) Perbandingan data pengamatan receiver GPS 76CSx di berbagai lokasi pengamatan.. Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor baseline (dx, dy, dz) menggunakan data fase sinyal GPS yang dikumpulkan pada dua titik ujung dari baseline yang bersangkutan, yang diilustrasikan pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar : 3. Pengolahan data baseline GPS Koordinat titik-titik yang didapatkan dari pengolahan GPS biasanya adalah koordinat kartesian tiga dimensi (X, Y, Z) dalam datum WGS 1984 (Ellipsoid GRS 80). Koordinat kartesian tersebut selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi koordinat geodetic (φ, λ, h atau L, B, H pada beberapa literatur ) atau dalam sistem koordinat proyeksi bidang datar seperti UTM seandainya diperlukan. Tahapan transformasi koordinat dalam bentuk gambar diagram diberikan sebagaimana di bawah. 4

Gambar : 4. Transformasi koordinat GPS Hasil dan Pembahasan 1. Pengambilan Titik Pengukuran Secara Manual Di bawah adalah tabel lokasi pengambilan data, baik di Gunung Batu-Bogor, Kadipaten-Majalengka, dan Rumpin-Bogor. Pada pengambilan datanya meliputi; azimuth, jarak datar, dan prosen penutupan kanopi (tajuk pohon) yang dilengkapi dengan nama-nama jenis pohonnya. Dari data yang didapat, maka dapat diolah dan ditemukan tingkat akurasi alat (dalam satuan meter), hal ini di kalibrasikan dengan data dan informasi pada titik kontrol. Tabel: 1. Perhitungan tingkat akurasi alat GPS pada berbagai tutupan kanopi. Catatan : - Sawo hijau (Chrysophyllum cainito) - Lengkeng (Euphorbia longan) - Kesambi (Schleicera oleosa) - Saga (Adenanthera Spp.) - Akasia (Acacia auriculiformis) - Pinus (Pinus merkusit) - Ketapang (Terminalia cattapa - Kemiri (Aleurites mollucana) - Mangga (Mangifera Spp.) - Johar (Cassia siamea) - Salam (Eugiana Spp.) - Beringin (Ficus benyamina) 5

2. Perhitungan Koordinat dari Pengukuran Cara Manual Di bawah adalah tabel perhitungan koordinat dari pengukuran secara manual (Iangsung dari lapangan) pada berbagai lokasi pengambilan data, baik di Gunung Batu-Bogor, Kadipaten-Majalengka, dan Rumpin-Bogor. Tabel : 2. Perhitungan koordinat titik-titik pengukuran pada berbagai tingkat penutupan kanopi pohon. Tabel : 3. Perhitungan koordinat latitude dan longitude titik-titik pengukuran di berbagai tingkat penutupan kanopi pohon. 3. Hasil Perbandingan Akurasi receiver GPS dalam berbagai Tutupan Kanopi Dari perhitungan-perhitungan di atas, maka dapat ditemukan perbandingan akurasi alat GPS Garmin 76CSx pada berbagai tutupan kanopi/tajuk pohon dalam satuan meter. 6

Tabel 4. Perhitungan Akurasi alat GPS Garmin 76CSx pada berbagai tutupan kanopi pohon. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 1. Akurasi GPS Navigasi (Garmin 76CSx) pada tempat terbuka atau tidak tertutup tajuk pohon/kanopi (tree-crown) lebih tinggi dibandingkan dengan pada lokasi yang penutupan tajuknya sebesar 50%. dan terlebih lagi pada tutupan tajuk sebesar 100%. 2. Rata-rata akurasi GPS Navigasi (Garmin 76CSx) untuk tempat terbuka (tidak tertutup tajuk pohon) adalah 0 meter sampai dengan 0.57 meter. 3. Rata-rata akurasi GPS Navigasi (Garmin 76CSx) untuk tempat tertutup tajuk pohon/kanopi 50% adalah 2.92 meter - 20.75 meter. 4. Rata-rata akurasi GPS Navigasi (Garmin 76CSx) untuk tempat tertutup tajuk pohon/kanopi 100% adalah 3.3 meter - 26.34 meter. B. Saran I Rekomendasi 1. Untuk kegiatan-kegiatan pengukuran di tempat terbuka, maka GPS Navigasi masih dapat dipergunakan. 2. Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan pengukuran di bawah tutupan kanopi pohon (tajuk pohon hutan), mulai dari 50% dipandang perlu ada tambahan penggunaan antenna (external-antenna) agar dapat mempertinggi akurasi basil ukuran. 3. Seyogiyanya pada setiap Balai Diklat Kehutanan (khususnya di lokasi KHDTK untuk Hutan Diklat) memiliki 2 (dua) titik kontrol yang akan dapat menjadi sarana bantu utama praktik pengukuran dan pemetaan. Disamping itu dapat dijadikan untuk kalibrasi alat, maka titik kontrol itu adalah yang memberikan ketelitian koordinat geodetic sampai dengan level milimeter. 4, Kiranya para pengajar/fasilitator/widyaiswara yang memberi pembelajaran tentang aplikasi GPS dapat menyampaikan pemahaman/persepsi yang tidak keliru, dalam hal ini tidak semua receiver GPS adalah alat canggih yang langsung menunjukkan posisi suatu titik yang pasti/tepat, dan dapat memetakan dengan sangat teliti. Daftar Rujukan 1. Hasanuddin Z. Abidin, 1998. Aplikasi GPS dalam Bidang Kehutanan. Kelompok Keilmuan Geodesi ITB. Jl. Ganesha 10, Bandung. hzabidin@gd.itb.ac.id 2. KK Geodesi FTSL ITB BAPLAN Kehutanan, 2007. Titik Kontrol Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Gunung Batu Bogor. 3. KK Geodesi FTSL ITB Balai Diklat Kehutanan Kadipaten, 2007. Titik Kontrol BLK1 dan BLK2 Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kadipaten Jawa Barat. 7

4. KK Geodesi FTSL ITB BAPLAN Kehutanan, 2007. Laporan Pengamatan GPS: Test Kemampuan GPS di Ragam Tutupan Kanopi Hutan. 5. Owner's Manual. Getting Started. Turning on the GPSMAP 76CSx. www.garmin.com/manuals/gpsmap76csx OwnersManual.pdf 8