PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ETNOBOTANI MASYARAKAT USING DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH FUNDAMENTAL

Vivi Darmayanti 28, Slamet Hariyadi 29, Sulifah Aprilya Hariani 30

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek penelitian studi lapangan, subjek

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODE PENGEMBANGAN. A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan

Reta Yuliani Fajrin 40, Jekti Prihatin 41, Pujiastuti 42

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (Research and Development).

Pengembangan Buku Ajar Aljabar Linear berbasis Discovery-Inquiry Guna meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN E-MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN MOODLE PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI SMA/MA SEMESTER II TESIS

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PEMBUATAN BEBE ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PENGASIH JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji

Keywords: scientific approach, constructivist, Environmental Education, module.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

Pendahuluan. Fitria Fatmawati et al., Pengembangan Buku Siswa Berbasis Problem Based Learning...

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF AKSARA JAWA UNTUK SISWA KELAS V SDN SABDODADI KEYONGAN BANTUL ARTIKEL JURNAL

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

B. Model Pengembangan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/r&d) yang mengacu pada model

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Pengembangan E-book Pembelajaran Menggunakan Flipbook Berbasis Web Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di SMK ADZKIA Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ).

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi social

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERPENDAKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KONSTRUKSI POLA BUSANA DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PENDAMPING IPA UNTUK SMP KELAS VII SEMESTER 2 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN CONGKLAK LUMBUNG CERDAS UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION)

PENGEMBANGAN MEDIA BIYAS MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAJARAN TEKNIK ELEKTRONIKA DASAR KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KERTU GLADHEN AKSARA JAWA UNTUK KELAS IV SD N KOTAGEDE I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis

Pengembangan Modul Fisika Berbasis Visual untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau

PENGEMBANGAN MEDIA SINAU MACA AKSARA JAWA (SI MARJA) DALAM MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS IV SD N KEPUTRAN A YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development). Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGEMBANGAN MONOPOLI PEMBELAJARAN IPA PENGGOLONGAN HEWAN UNTUK SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR ARTIKEL JURNAL

PENGEMBANGAN MODUL DASAR PENATAAN DISPLAY PADA MATA PELAJARAN PENATAAN DAN PERAGAAN SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 2 JEPARA JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. LKS ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KERTU PINTER BASA JAWA UNTUK KELAS III SDN CATURTUNGGAL 6

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Muhammad Sugiantoro* Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si.** Hj. Yuniastuti, SH.M.Pd.**

Pengembangan Modul Antena... (Gatra Wikan Artha)1

SKRIPSI. Oleh Iqbal Fathoni Cahyo Hadi NIM

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Erdita Rahayu Permanasari Adi Dewanto, M.Kom ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ETNOBOTANI MASYARAKAT USING DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI Oleh: Rahmi Asti Harumi[1], S[3]ulifah Aprilya Hariani[2], Iis Nur Asyiah Abstract: The aims of this study is to describe the process and product's development of local content ethnobotany learning module in Using community for XI grade in Senior High School, Giri Banyuwangi. This research and development referred to Borg and Gall Model, but it is restricted in the seventh step (research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision). This research used 6 validators to asses te quality of module and 12 students in preliminary field testing and 26 students in main field testing. Data obtained from validator sheets, questionnaires of the legality and difficulty level,pre-test, post-test. The result showed that module appropriate as learning material within average of 70,50% of the experts and 90,33% of user valuator. Also showed that module can improve average of student achievment by 90,75%. Key words: etnobotany, module, Using PENDAHULUAN Pendidikan memiliki kontribusi besar dalam pembentukan sifat manusia. Pendidikan nasional menurut UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa [1]. Sekolah sebagai tempat dilaksanakan pendidikan formal, harus mampu membentuk kepribadian siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesungguhnya mempunyai fungsi ganda. Fungsi ganda tersebut adalah selain memberikan layanan kepada masyarakat, sekolah juga berfungsi sebagai agen pembaharu bagi masyarakat. Sekolah sebagai agen pembaharu berfungsi untuk mengakomodasi dan mengembangkan sumber daya masyarakat setempat, termasuk selalu berusaha untuk mensosialisasikan sosiokultural masyarakat kepada peserta didik [2]. Sebagai bangsa yang pluralis, sosiokultural di Indonesia sangat beragam yang terdiri dari berbagai suku, ras dan adat istiadat. Untuk mengakomodasi sosiokultural di Indonesia yang sangat beragam, diadakannya mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Mata pelajaran muatan lokal di Kabupaten Banyuwangi sebagian besar adalah Sejarah Budaya Banyuwangi. Mata pelajaran Sejarah Budaya berisi tentang sejarah asal usul Banyuwangi, dan budaya Banyuwangi yang meliputi bahasa tradisional,tari tradisional, musik tradisional, batik tradisional, arsitektur tradisional dan makanan khas Banyuwangi. Belum ada materi pada mata pelajaran Sejarah Budaya Banyuwangi ysng membahas tentang

pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Using Banyuwangi. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal pada Biologi dipelajari pada bidang ilmu etnobotani. Dengan semakin tingginya arus modernisasi dan tersedianya sumber-sumber alternatif lain menyebabkan masyarakat semakin jarang menggunakan hasil tanaman secara langsung. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan mengakibatkan hilangnya pengetahuan etnobotani dalam masyarakat. Dapat dibuktikan dengan semakin sedikitnya masyarakat yang mampu dijadikan sebagai informan saat dilakukan penelitian etnobotani. Meskipun ada, kebanyakan dari informan sudah berusia lanjut. Oleh karena perlu adanya upaya untuk melestarikan pengetahuan etnobotani di masyarakat, terutama bagi generasi muda agar warisan budaya lokal tetap terjaga. Upaya untuk menjadikan budaya lokal semakin dekat dengan generasi muda yaitu dengan adanya mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan KTSP 2006 dan pada kurikulum 2013 terintegrasi dalam mata pelajaran Seni Budaya. Penerapan muatan lokal di sekolah membutuhkan sumber belajar dan perangkat pembelajaran yang membantu guru dan siswa untuk mempelajari mata pelajaran muatan lokal tersebut. Salah satu sumber belajar yang mampu mendidik siswa untuk lebih mandiri yaitu modul. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian pengembangan lebih lanjut mengenai pengembangan modul pembelajaran muatan lokal etnobotani masyarakat Using. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. METODE PENELITIAN Penelitian pengembangan ini mengacu pada model penelitian pengembangan Borg and Gall (1983) terdiri dari sepuluh langkah yaitu pengumpulan informasi, melakukan perencanaan, pengembangan produk awal, uji kelompok kecil, revisi hasil uji terbatas, uji lapangan/kelompok besar, revisi hasil uji lapangan, uji kelayakan, revisi hasil uji kelayakan, dan diseminasi dan implementasi produk akhir. Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap revisi hasil uji lapangan. Analisis data hasil validasi modul dianalisa dengan menggunakan teknik analisis data persentase sebagai berikut. Rumus pengolahan data secara keseluruhan: P n i n xi 1 100 y i 1 i 0 0 Keterangan: x i = jumlah jawaban penilaian dari validator untuk aspek ke-i

y i P n = jumlah nilai maksimum untuk aspek ke-i = persentase penilaian keseluruhan = banyak aspek yang dinilai i = 1, 2, 3,, n (Suparno, 2011) Kegiatan kedua merupakan kegiatan uji terbatas, yaitu 12 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Giri Banyuwangi. Kegiatan ketiga yaitu uji lapangan, yaitu seluruh siswa kelas IX IPA 4 sejumlah 26 siswa. Untuk keterbacaan modul untuk siswa baik uji kelompok kecil maupun besar menggunakan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut a. Menentukan jumlah kelas interval, yaitu 4. b. Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dan skor minimum. c. Menghitung panjang kelas (p), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas. d. Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar. Sedangkan data hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif dan akan diperoleh selisih nilai pre-test dan post-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Hasil Penilaian Validasi oleh Ahli Penilaian validasi dilakukan oleh 3 dosen pendidikan Biologi yang ahli media, pengembangan dan materi. Hasil penilaian oleh ahli terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Penilaian Validator Ahli Berupa Data Kuantitatif Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 1. diperoleh rata-rata hasil validasi modul sebesar 69,75% dengan kategori valid. Validasi juga dilakukan oleh validator pengguna yaitu guru mata pelajaran Sejarah Budaya. Hasil penilaian oleh pengguna terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penilaian Validator Pengguna Berupa Data Kuantitatif No Aspek Validasi Setiap Pengguna(%) No Aspek Validasi Setiap Ahli(%) Rata- Kategori Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Rata 1. Kelayakan Isi Modul 75 77,27 70,45 74,24 Valid 2. Kelayakan Bahasa Modul 75 71,42 78,57 74,99 Valid 3. Kelayakan Penyajian Modul 61,90 61,90 60,71 61,50 Valid 4. Kegrafisan 72,22 69,44 72,22 71,29 Valid Rata- Rata Kategori

Peng guna 1 Peng guna 2 Peng guna 3 1. Fungsi dan Manfaat Modul 90,62 81,25 96,87 89,58 Valid 2. Karakteristik Tampilan Materi 91,66 83,33 97,91 90,96 Valid Modul 3. Karakteristik Modul Sebagai Sumber Belajar 96,42 82,14 92,85 90,47 Valid Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 2. diperoleh rata-rata hasil validasi modul sebesar 90,33% dengan kategori sangat valid. Selain berdasarkan hasil validasi tersebut dilakukan revisi berdasarkan saran dan komentar yang diberikan oleh pada ahli. Data dan Analisis Hasil Uji Coba Kelompok Kecil dan Kelompok Besar Data hasil uji coba kelompok kecil di dapat dengan melakukan uji kelompok kecil pada 12 responden atau siswa kelas IX IPA, dengan cara memilih empat siswa dengan kemampuan tinggi, empat siswa dengan kemampuan cukup, dan empat siswa dengan kemampuan rendah. Berdasarkan skor data penelitian model skala Likert (1 sampai 4) yang digunakan untuk menguji keterbacaan modul oleh siswa, maka skor minimal 1 x 324 = 324 dan skor maksimal 4 x 324 = 1296, dengan jumlah kelas 4 dan panjang kelas interval (p) = 243. Sehingga kategori dan interpretasi yang diperoleh secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Kriteria Keterbacaan Modul Menurut Pendapat Siswa pada Uji Coba Kelompok Kecil Kelas Kategori Interval Nilai Penilaian 4 Sangat Setuju (S min + 3p) S S mak 1053 S 1296 3 Setuju (S min + 2p) S (S min + 3p) 810 S 1052 2 Cukup Setuju (S min + p) S (S min 2p-1) 567 S 809 1 Kurang Setuju S min S (S min + p-1) 324 S 566 Berdasarkan hasil penghitungan menunjukkan bahwa skor keseluruhan responden adalah 1017 apabila dilihat berdasarkan Tabel 3. di atas maka nilai tersebut berada antara 810 S 1052 keterbacaan modul oleh siswa secara keseluruhan berada pada kategori setuju dan diartikan bahwa siswa memahami materi, memahami bahasa yang digunakan pada modul dan tertarik dengan tampilan modul. Data hasil uji coba kelompok besar di dapat dengan melakukan uji kelompok besar pada satu kelas yaitu kelas XI IPA 4 dengan jumlah siswa 26. Berdasarkan skor data penelitian model skala Likert (1 sampai 4) yang digunakan untuk menguji keterbacaan modul pembelajaran oleh siswa, maka

skor minimal 1 x 702 = 702 dan skor 4 x 702 = 2808, dengan jumlah kelas 4 dan panjang kelas interval (p) = 527. Sehingga kategori dan interpretasi yang diperoleh secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Kriteria Keterbacaan Modul Menurut Pendapat Siswa pada Uji Coba Kelompok Besar Kelas Kategori Interval Nilai Penilaian 4 Sangat Setuju (S min + 3p) S S mak 2283 S 2808 3 Setuju (S min + 2p) S (S min + 3p) 1756 S 2281 2 Cukup Setuju (S min + p) S (S min 2p-1) 1229 S 1755 1 Kurang Setuju S min S (S min + p-1) 702 S 1228 Menurut data tersebut di atas, berdasarkan keterbacaan modul oleh siswa menunjukkan bahwa skor keseluruhan responden adalah 2383 apabila dilihat berdasarkan Tabel 4. di atas maka nilai tersebut berada antara 2283 S 2808, keterbacaan modul oleh siswa secara keseluruhan berada pada kategori sangat setuju. Data Hasil Belajar Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Modul Data hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu berupa data nilai pre-test dan post-test siswa. Data hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Rata-rata Rata-Rata Kenaikan Persentase Kenaikan( %) Pre-test 51,03 46,31 90,75 Post-test 97,34 Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata nilai pre-test siswa kelas XI IPA4 adalah sebesar 51,03 rata-rata nilai post-test adalah sebesar 97,34 dan rata-rata kenaikan nilai siswa adalah sebesar 46,31 dengan pesentase kenaikan 90,75%. Pembahasan Kualitas modul yang dikembangkan dapat ditinjau dari validitas modul tersebut [3]. Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata validasi untuk modul oleh seluruh validator ahli adalah 69,75%, artinya,modul yang telah dikembangkan tersebut mencapai kategori valid dengan revisi sesuai dengan saran dan komentar para validator. Validasi oleh ahli bertujuan untuk menemukan dan mengkaji kesalahan, kelemahan dan kekurangan yang ada untuk segera diadakan penyempurnaan,

koreksi dan perbaikan [4]. Selain divalidasi oleh validator ahli, modul yang dikembangkan juga divalidasi oleh validator pengguna yaitu guru mata pelajaran Sejarah Budaya dari tiga sekolah yaitu guru SMA Negeri 1 Giri, SMA Negeri 1 Glagah dan SMA Negeri 1 Banyuwangi. Setelah dilakukan validasi oleh validator ahli dan validator pengguna serta sudah direvisi sesuai dengan saran dan komentar para validator maka dilakukan uji kelompok kecil. Pada uji kelompok kecil ini subjek yang digunakan sebanyak 12siswa dari kelas XI. Berdasarkan hasil penghitungan menunjukkan bahwa skor keseluruhan responden adalah 1017 apabila dilihat berdasarkan Tabel 3. di atas maka nilai tersebut berada antara 810 S 1052 keterbacaan modul oleh siswa secara keseluruhan berada pada kategori setuju dan diartikan bahwa siswa memahami materi, memahami bahasa yang digunakan pada modul dan tertarik dengan tampilan modul. Selanjutnya adalahtahap uji kelompok besar atau uji lapangan yang dilakukan pembelajaran denganmenggunakan modul di kelas XI IPA4 SMA Negeri 1 Giri Banyuwangi. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengadakan pre-test. Pre-test dilaksanakan selama 15 menit. Setelah itu peneliti yang bertindak sebagai guru menjelaskan bahwa pembelajaran kali ini menggunakan modul. Guru memperkenalkan terlebih dahulu apa itu etnobotani karena pada dasarnya materi etnobotani merupakan materi baru bagi siswa sekolah menengah. Setelah itu siswa diminta untuk membaca materi yang ada pada modul kemudian menanyakan apa yang tidak dipahami kemudian siswa mengerjakan tugas dan latihan-latihan yang ada pada modul. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan post-test. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran yang dipelajari jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih rumit. Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan [4]. Kepada siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara individual maupun secara klasikal. Dalam pembelajaran modul secara klasikal guru berlaku sebagai fasilitator, dengan menyebutkan materi yang akan dipelajari. Siswa akan membaca untuk memahami materi pelajaran

tersebut, mengerjakan tugas yang ada. Sehingga suasana kelas menjadi tenang dan tidak terdengar suara guru menjelaskan materi pelajaran. Mungkin hanya sesekali guru memberi penjelasan secara klasikal namun selebihnya guru hanya memberi penjelasan perindividu sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing individu dalam menyerap materi pelajaran [4]. Kemampuan masingmasing individu yang berbeda ada yang cepat paham akan materi pelajaran, ada yang kurang bahkan belum paham. Mereka yang cepat paham tentu tidak perlu minta penjelasan kepada guru, namun bagi yang kurang atau belum paham mungkin perlu bertanya kepada guru, bertanya kepada teman kelompokknya atau mencari solusi lain untuk membantu pemahaman terhadap materi pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul dapat mengetahui bahwa siswa mampu mengerjakan modulnya lebih cepat daripada siswa yang lain. Hal tersebut disebabkan karena siswa tersebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa yang lain. Siswa yang lambat mengerjakan modulnya mendapat kesempatan untuk menambah waktu belajar sehingga dapat menguasai seluruh materi walaupun lebih lama dibandingkan dengan siswa lain. Guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa bersangkutan serta mengikuti remidial [5]. Pada penelitian kali ini peneliti menerapkan pembelajaran modul secara klasikal. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai pre-test dan post-test. Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator dari efektivitas penerapan modul yang telah dikembangkan. Pada uji kelompok besar ini dilakukan pada satu kelas dengan jumlah 26 siswa. Soal pre-test dan post-test yang diberikan terdiri dari 5 soal uraian. Pada pre-test tidak ada siswa yang tuntas, sedangkan pada post-test siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa dan yang tidak tuntas 2 siswa. Hasil belajar yang diperoleh pada penelitian ini adalah hasil belajar setelah siswa melaksanakan kegiatan belajar satu pada modul. Secara keseluruhan hasil belajar mengalami peningkatan, yaitu rata-rata nilai pre-test sebesar 51,03 sedangkan rata-rata nilai post-test adalah sebesar 97,34 dan selisih rata-rata nilai pre-test dan post-test adalah sebesar 46,34 dengan persentase kenaikan sebesar 90,75%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata validasi modul pembelajaran muatan lokal etnobotani masyarakat Using di SMA negeri 1 Giri Banyuwangi oleh para ahli mancapai 70,50% dan nilai ini termasuk kategori valid dengan melakukan beberapa revisi. Rata-rata validasi modul oleh para pengguna mencapai 90,33% dan nilai ini termasuk kategori sangat valid. Rata-rata validasi oleh seluruh validator mencapai 80,41% dan nilai ini termasuk kategori sangat valid. Artinya modul siap dimanfaatkan untuk

pembelajaran sebenarnya.tahap uji coba kelompok kecil dengan 12 siswa hasilnya keterbacaan modul oleh siswa secara keseluruhan berada pada kategori setuju artinya siswa memahami materi, memahami bahasa yang digunakan pada modul dan tertarik dengan tampilan modul. Pada tahap uji coba kelompok besar dengan 26 siswa dalam satu kelas hasilnya secara keseluruhan berada pada kategori sangat setuju artinya siswa sangat memahami materi, sangat memahami bahasa yang digunakan pada modul dan sangat tertarik dengan tampilan modul. Hasil belajar siswa meningkat setelah menggunkan modul. Hal ini dapat dilihat dari selisih rata-rata nilai pre-test dan pos-test sebesar 78,34. Saran Pada penelitian pengembangan hendaknya diperhatikan dalam memilih validator yang benar-benar ahli, karena sangat terkait dengan hasil modul yang dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan harus benar-benar mengacu pada metode pengembangan modul, perlunya melihat buku pedoman yang memang pakarnya pengembangan bahan ajar.bagi peneliti lanjut, sebaiknya penelitian pengembangan ini juga dilakukan pada materi etnobotani lain yang lain karena masih ada materi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Using yang dapat dikembangkan dalam bentuk modul pembelajaran. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada tim peneliti Hibah Fundamental yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Sulthon Mashyud, M.Pd. yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih atas bantuan dana demi kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta :Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. [2] Mashyud, Sulthon. 2013. Manajemen Profesi Kependidikan. Edisi 3. Cetakan 1. Jember: Lembaga Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan (LPMPK). [3] Mulyatiningsih, Endang. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Jakarta:Alfabeta. [4] Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Bumi Aksara. [5] Sungkono. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta : Diva Pres. [6] Vembriarto, St. 1981. Pengantar Pengajaran Modul. Yoyakarta. PT. Bina Aksara.

[1]Mahasiswa S-1 Angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember (email: rahmiastutik@gmail.com) [2]Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember [3]Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember