II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

ED PSAK 62 KONTRAK ASURANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 1, APRIL 2017; p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah keseluruhan elemen yang dijadikan objek penelitian. Populasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN

IMPLEMENTASI PSAK NO. 62 MENGENAI KONTRAK ASURANSI DAN PSAK NO.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya tidak hanya mengelola risiko perusahaan secara korporasi, namun

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Selama lima tahun belakangan yaitu tahun 2011 hingga 2015, aset industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

LAPORAN NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan rupiah)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 62. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan pedoman atau petunjuk

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. akhir dari proses akuntansi, yang disajikan sebagai bahan informasi bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Salah satu dari lembaga-lembaga keuangan tersebut yang

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap Audit Delay tidak terdukung. Dengan demikian profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk. dipastikan perusahaan beroperasi secara maksimal. Profitabilitas dapat

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder ini dapat diperoleh melalui situs dan juga

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi dalam pengakuan dan pengukuran transaksi yang berkaitan secara khusus pada perusahaan asuransi kerugian. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan mengenai Akuntansi Asuransi Kontrak Kerugian ini dimaksudkan untuk menjembatani antara standar akuntansi keuangan lainnya dengan praktek akuntansi asuransi. Karakteristik akuntansi asuransi Asuransi kerugian pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat. Digolongkan ke dalam asuransi kerugian antara lain Asuransi Kebakaran, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Rangka Kapal Laut, Asuransi Rangka Kapal Udara, Asuransi Rekayasa (Engineering) dan Asuransi Aneka seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi pengiriman dan penyimpanan surat berharga, dan lain-lain.

8 Beberapa karakteristik dari akuntansi perusahaan asuransi kerugian antara lain: Pertanggungjawaban perusahaan asuransi yang besar kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan khususnya neraca. Penentuan beban tidak dapat sepenuhnya dihubungkan dengan pendapatan premi, karena timbulnya beban klaim tidak selalu bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi. Laporan laba rugi sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya: estimasi mengenai besarnya premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income) dan estimasi mengenai besarnya klaim yang menjadi beban pada periode berjalan (estimasi klaim tanggungan sendiri). Perusahaan asuransi harus memenuhi ketentuan pemerintah dalam hal batas tingkat solvabilitas (solvency margin). PSAK 28 telah mengalami beberapa kali perubahan atau revisi. Revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2012 merupakan tindak lanjut dari konvergensi IFRS 4 terhadap industri asuransi di Indonesia. Revisi tersebut mengubah beberapa paragraf yang dianggap sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di masa kini. PSAK 28 (Revisi 2012) tidak memuat hal-hal baru, namun hanya mengubah paragraf yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan asuransi kerugian di Indonesia yang sebelumnya dinyatakan dalam PSAK 28 (Revisi 1996): Akuntansi Asuransi Kerugian (Pamungsu, 2012). Selain itu adopsi IFRS 4: Insurance Contract dengan munculnya PSAK 62: Kontrak Asuransi membuat beberapa perubahan antara PSAK 28 (Revisi 1996) dengan PSAK 28 (Revisi 2012) yang diringkas dalam tabel berikut:

9 Tabel 2.1 Perbedaan PSAK 28 (Revisi 2012) dan PSAK 28 (Revisi 1996) Perihal PSAK 28 (Revisi 2012) PSAK 28 (Revisi 1996) Tujuan Sebagai pelengkap PSAK 62: Tidak diatur. Kontrak Asuransi. Ruang Lingkup Diterapkan untuk asuransi kerugian, namun harus masuk dalam ruang lingkup PSAK 62: Kontrak Asuransi. Penyajian laporan keuangan asuransi kerugian tanpa mengacu kepada PSAK 62: Kontrak Asuransi. Pendapatan Premi Dibedakan antara Tidak diatur. pendapatan premi untuk kontrak asuransi jangka pendek dengan pendapatan premi selain kontrak asuransi jangka pendek. Tidak terlihat perbedaan antara pendapatan yang berasal dari premi kontrak asuransi atau premi kontrak Dipisahkan antara kontrak asuransi dan kontrak investasi. investasi. Biaya Akuisisi Tangguhan Biaya akuisisi harus ditangguhkan sesuai dengan ketentuan berikut: Langsung diakui saat premi terjadi. Untuk kontrak asuransi jangka pendek diakui bersamaan dengan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan; Dibebankan pada saat terjadinya akuisisi untuk kontrak

10 asuransi jangka panjang. Liabilitas Diadakan tes kecukupan liabilitas Memberikan pengaturan tentang: Liabilitas Polis Masa Depan, Premi yang Belum Merupakan Pendapatan, dan Liabilitas Klaim. Aset Reasuransi Tidak boleh saling hapus antara pendapatan atau beban dari kontrak asuransi. Data Olahan Penulis, 2015 Tidak diatur tentang tes kecukupan liabilitas. Mengatur tentang Hutang Klaim, Hutang Reasuransi, dan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan. Boleh saling hapus antara: pendapatan atau beban dari kontrak asuransi dan reasuransi. 2.1.2 Asuransi kerugian 2.1.2.1 Definisi asuransi kerugian Asuransi kerugian pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat (Darmawi, 2008: 4). 2.1.2.2 Pihak-pihak yang terkait dalam asuransi kerugian, yaitu: Pihak tertanggung (insured) yang berjanji akan membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau mengangsur.

11 Pihak penanggung (insurer) yang akan berjanji akan memberikan proteksi tertanggung (insured) yang menerima proteksi. Insurance Broker, yaitu pihak ketiga selain penanggung dan tertanggung yang bergerak secara independen yang mempertemukan pihak penanggung dan tertanggung. Perusahaan reasuransi, yaitu perusahaan yang menerima pertanggungan ulang dari perusahaan asuransi atas sebagian atau keseluruhan risiko yang telah atau tidak dapat ditanggung kembali oleh perusahaan asuransi. 2.1.2.3 Karakteristik perusahaan asuransi kerugian Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan tersendiri dari perusahaan lainnya. Menurut Darmawi (2010:17) terdapat empat karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh perusahaan asuransi, sebagai berikut: 1. Kegiatan umum yang merupakan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan, dan sebagainya. 2. Kegiatan teknik yang merupakan kegian khusus perusahaan seperti Underwriting, Klaim, Reasuransi, dan sebagainya. 3. Kegiatan produksi dan pemasaran, sebagaimana perusahaan lainnya, dalam usaha untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan aktivitas pemasaran, seperti pengembangan produk, promosi, penjualan melalui perantara,serta membina hubungan dan komunikasi dengan konsumen. 4. Kegiatan yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi. Kegiatan ini mencakup perencanaan atas kebutuhan dan sumber dana, serta pengalokasian

12 dana. Tugas lain yang terkait adalah membuat laporan keuangan dan menyiapkan laporan analisis kondisi keuangan untuk digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan atau oleh pihak lain untuk tujuan tertentu. 2.1.2.4 Fungsi dan Manfaat Asuransi Kerugian Fungsi utama asuransi kerugian (Abbas, 2007 : 58-67) yaitu sebagai berikut: 1. Pengalihan risiko (risk transfer) Asuransi merupakan mekanisme pengalihan risiko. Seseorang atau perusahaan dapat mengalihkan risikonya kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi asuransi dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada kerugian yang mungkin terjadi. Tanpa asuransi, seseorang atau sebuah perusahaan akan menghadapi banyak ketidakpastian, baik mengenai kerugian itu sendiri maupun besarnya kerugian apabila kerugian itu benar-benar terjadi. 2. Wadah dana bersama (the common pool) Premi-premi yang diterima oleh perusahaan asuransi (penanggung) dari para tertanggungnya akan dikumpulkan pleh penanggung ke dalam suatu wadah bersama (pool) untuk setiap jenis risiko yang sama, kemudian setiap ganti rugi yang dibayar diambil dari pool tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama asuransi kerugian adalah memberikan mekanisme pengalihan risiko melalui penggunaan wadah dana bersama, setiap pemegang polis membayar premi dalam jumlah yang seimbang sesuai dengan tingkat risiko kerugian yang ditimbulkan.

13 Manfaat asuransi: 1. Memberikan rasa aman. 2. Melengkapi persyaratan kredit. Misalnya pada pembiayaan untuk membeli kendaraan, maka perusahaan pembiayaan akan mensyaratkan untuk membeli perlindungan asuransi atas objek tersebut. 3. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Dana-dana yang dikumpulkan oleh perusahaan asuransi biasanya akan ditanamkan diberbagai instrumen investasi. Dana ini disalurkan oleh istitusi keuangan seperti perbankan kepada sektor riil untuk membiayai pembangunan. 4. Mengurangi biaya modal. Dengan pengalihan risiko ke pihak perusahaan asuransi, maka cadangan modal untuk menutupi risiko dapat dibagi. 5. Menjamin stabilitas usaha. Dengan penjaminan dari asuransi di saat musibah melanda maka kerugian usaha dapat dengan segera dipulihkan. 6. Memastikan biaya untuk risiko usaha. Setiap usaha membutuhkan kepastian untuk memperoleh laba. Pembayaran uang premi telah memastikan biaya untuk menjalankan usaha dari risiko-risiko murni, seperti kebakaran. 2.1.3 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan satu di antara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Kasmir, 2009: 30).

14 Manfaat yang didapatkan dari penilaian kinerja adalah: Mengukur prestasi yang dicapai oleh organisasi, dalam hal ini adalah perusahaan asuransi secara keseluruhan. Sebagai dasar penentuan pengambilan keputusan di masa mendatang bagi para pengguna informasi keuangan perusahaan asuransi. Sebagai dasar penentuan kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan efiesensi dan produktivitas perusahaan. Analisis laporan keuangan yang berbeda tergantung dari kepentingan atau tujuan analisis yang selalu melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan terutama neraca dan laporan laba rugi (Hanafi dan Halim, 2007). 2.1.4 Rasio Keuangan untuk Penilaian Kinerja Menurut Kasmir (2009: 67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut. Menurut Husnan (2007:70), di antara alat-alat analisis kinerja keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang yang dihadapi oleh perusahaan dibidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu, oleh karena itu faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang, akan mempengaruhi posisi

15 keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk itu seorang analis dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi yang baik dan cermat, sebab hasil analisis akan bermanfaat dalam menentukan kebijakan manajemen keuangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai proxy dari penilaian kinerja keuangan perusahaan asuransi adalah rasio Early Warning System. Rasio Early Warning System pertama kali di gunakan di Amerika oleh The National Association of Insurance Commissioners Insurance Regulatory Information Systems (NAIC IRIS) yaitu lembaga pengawas badan usaha asuransi di Amerika Serikat untuk menentukan tingkat kesehatan dan kinerja perusahaan asuransi (Satria, 1994: 19-25). Sistem ini merupakan salah satu alat yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan untuk kemudian diolah menjadi informasi-informasi yang berguna. 1. Rasio Profitabilitas Salah satu rasio yang termasuk dalam pengukuran profitabilitas perusahaan asuransi adalah Return On Assets Ratio. Return On Assets (ROA) yang sering disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) digunakan untuk mengukur hasi (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio

16 ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. (Kasmir, 2009: 203-204). Rumus: ROA = 2. Rasio Solvabilitas Rasio yang digunakan dalam pengukuran solvabilitas asuransi dalam penelitian ini adalah rasio batas solvabilitas atau biasa disebut Risk Based Capital (RBC). Pengertian Risk Based Capital berdasarkan peraturan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-02/BL/2008 adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajibansemua perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi wajib memiliki tingkat solvabilitas (Risk Based Capital) minimal 120% dari risiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban atau serendahnyarendahnya mencapai angka 100% sehingga dapat diberi kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan meningkatkan batas solvabilitasnya dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan Risk Based Capital menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 dapat diketahui dengan rumus: Risk Based Capital = Tingkat Solvabilitas merupakan hasil dari Aktiva Yang Diperkenankan (Admitted Assets) dikurangi Jumlah Liabilitas. Sedangkan Batas Tingkat Solvabilitas

17 Minimum atau Modal Minimum Berbasis Risiko berbeda-beda tergantung yang ditetapkan perusahaan. 3. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas atau Liability to Liquid Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Rumus: LR = Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.10/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, besanya nilai admitted assets atau aset yang diperkenankan adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Nilai Aset yang Diperkenankan Jenis Kegiatan Deposito Investasi Sertifikat Bank Indonesia Penyertaan Langsung Kas dan Bank Piutang Premi Non Investasi Piutang Reasuransi Aset Tetap Jumlah Data Olahan Penulis, 2015 Besarnya nilai rasio likuiditas adalah maksimal 120% atau 1,2. Nilai rasio yang lebih besar dari 120% menunjukkan adanya masalah likuiditas dan kemungkinan besar perusahaan berada dalam keadaan tidak solven, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve adequacy) dan kestabilan dan likuiditas admitted assets.

18 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang Revisi PSAK setelah adopsi IFRS telah dilakukan. Yustisia (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Implementasi PSAK 13 (Pasca Adopsi IFRS) dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan menggunakan uji beda t-paired test dan mendapat hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 pasca adopsi IFRS terhadap laba perusahaan. Pamungsu (2012) melakukan penelitian Dampak Perubahan PSAK 28 (Revisi 2011) dan PSAK 62 terhadap Pelaporan Keuangan dan Audit atas Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Asuransi Kerugian menggunakan metode studi kasus deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah revisi PSAK 28 menyebabkan semakin tingginya beban operasional perusahaan, juga munculnya akun baru yaitu aset reasuransi yang mempengaruhi nilai RBC (Risk Based Capital) perusahaan. Hidayat (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Implementasi PSAK Berbasis IFRS (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) dengan menggunakan uji beda Wilcoxon Signed Rank. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan PSAK yang berbasis IFRS. Kusuma (2013) dengan penelitiannya berjudul Analisis Penerapan PSAK 62 Tentang Kontrak Asuransi dan PSAK 28 (Revisi 2012) Tentang Asuransi Kontrak Kerugian (Studi Kasus PT. Multi Artha Graha Tbk.) mendapatkan hasil bahwa penerapan PSAK 62 dan PSAK 28 (Revisi 2012) berpengaruh pada jumlah aset

19 dan jumlah liabilitas dalam laporan posisi keuangan, serta pendapatan, beban, dan laba pada laporan laba rugi komprehensif. Lainez (2000) melakukan penelitian dengan judul The Effect of Accounting Diversity on International Financial Analysi: Empirical Evidence dan menggunakan analisis uji beda Wilcoxon Signed-rank Test. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan pada rasio likuiditas, solvabilitas, dan indebtedness ratio, dan rasio profitabilitas pada 73% sampel. 2.3 Rerangka Teoritis Mengacu pada landasan teori dan permasalahan diatas, peneliti telah merumuskan ringkasan tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan dalam model penelitian berikut: Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) Kinerja Keuangan Perusahaan: 1. Profitabilitas 2. Solvabilitas 3. Likuiditas Gambar 2. Model Penelitian. 2.4 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 2.4.1 Pengaruh Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) terhadap Rasio Profitabilitas Perusahaan Asuransi Rasio profitabilitas adalah salah satu alat penilaian kinerja keuangan perusahaan yang mengukur tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh

20 perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian oleh Hidayat (2012) bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK yang berbasis IFRS sehingga diterapkannya PSAK 28 (Revisi 2012) sebagai adopsi IFRS memungkinkan adanya perubahan yang dapat mempengaruhi nilai profitabilitas asuransi di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) berpengaruh terhadap Rasio Profitabilitas. 2.4.2 Pengaruh Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) terhadap Rasio Solvabilitas Perusahaan Asuransi Rasio solvabilitas memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan asuransi dalam menyelesaikan kewajibannya untuk menutup risiko yang ada. Sementara itu, penerapan PSAK 62 dan PSAK 28 (Revisi 2012) berpengaruh pada jumlah aset dan jumlah liabilitas dalam laporan posisi keuangan (Kusuma, 2013), sehingga dapat berpengaruh juga terhadap nilai solvabilitas perusahaan asuransi. Begitu juga dengan hasil penelitian dari Pamungsu (2012) menunjukkan bahwa munculnya aset reasuransi secara tidak langsung akan mempengaruhi rasio Risk Based Capital perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2: Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) berpengaruh terhadap Rasio Solvabilitas.

21 2.4.3 Pengaruh Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) terhadap Rasio Likuiditas Perusahaan Asuransi Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio likuiditas, maka perusahaan dianggap dalam keadaan tidak solven atau tidak likuid. Yaitu, kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancar yang dimiliki semakin kecil. PSAK 28 (Revisi 2012) mengatur mengenai liabilitas dengan menambahkan akun liabilitas kontrak asuransi yang tidak diatur pada PSAK 28 sebelumnya. Penambahan akun baru dalam laporan posisi keuangan diduga dapat mempengaruhi rasio likuiditas perusahaan asuransi. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3: Perubahan PSAK 28 (Revisi 2012) berpengaruh terhadap Rasio Likuiditas