BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB II LANDASSAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

C. TEKNIK DASAR PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus manusia untuk mengulangi masalah-masalah yang di hadapi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

MEMBANGUN FONDASI PEMBINAAN SEPAKBOLA USIA DINI YANG LEBIH KOKOH UNTUK MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN SEPAKBOLA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dribbling Dalam Pembelajaran Permainan Sepak Bola Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

I. PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

, 2015 HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN FUTSAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL ASPROV PSSI JAWA BARAT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB II KAJIAN TEORI. teori makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan cukup.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

2015 ANALISIS KEBUTUHAN LATIHAN TEKNIK PEMAIN SEPAKBOLA DALAM LIGA SUPER INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAHASA KIASAN DAN VARIASI DIKSI PADA TUTURAN KOMENTATOR SEPAKBOLA INDONESIA SUPER LEAGUE 2008/2009 DI ANTV

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola adalah olahraga yang paling terpopuler di dunia dan permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh Zul Andri Syamsul Gultom Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola tergolong kegiatan olahraga yang sebetulnya sudah

Respect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penamaan ini telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam rangka penyusunan skripsi. Dalam penelitian tersebut, penamaan dikaji berdasarkan ilmu semantik. Penelitian tersebut lebih mengutamakan pada bidang semantik karena membahas tentang makna, jenis makna, dan jenis penamaan. Menurut pendapat Kambartel dan Verhaar (dalam Pateda, 2010: 7), makna semantik adalah studi tentang makna atau teori makna. Penelitian tentang penamaan yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto antara lain: 1. Penelitian Prasetyo (2010) dalam skripsinya yang berjudul Konsep Penamaan Rumah Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas berisi tentang klasifikasi penamaan dan konsep penamaan rumah makan di daerah Purwokerto kabupaten Banyumas. 2. Penelitian Nofiyanti (2013) dalam skripsinya yang berjudul Kajian Semantik Pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas berisi tentang klasifikasi penamaan, jenis penamaan dan makna yang terkandung dalam nama-nama tempat kos di Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaanya adalah sama-sama menggunakan teori semantik. Perbedaan penelitian 8

9 ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah data penelitian. Data yang digunakan pada penelitian yang telah dilakukan berupa nama-nama rumah makan di daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas dan nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, sedangkan data yang digunakan pada penelitian ini berupa nama-nama julukan klub sepakbola di Liga Super Indonesia dan Divisi Utama Liga Indonesia musim kompetisi 2013-2014. Penelitian mengenai jenis perubahan makna dan faktor-faktor perubahan makna nama julukan klub sepakbola di Liga Super Indonesia dan Divisi Utama Liga Indonesia musim kompetisi 2013-2014 juga belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto sehingga perlu dilakukan penelitian. B. Pengertian Semantik Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna, dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dan dari bahasa Yunani sema (nomina) tanda atau dari verba semaino menandai, berarti. Slametmujana (dalam Djajasudarma, 2009: 22), menyatakan bahwa semantik adalah penelitian makna, bagaimana mula adanya makna sesuatu (misalnya, sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul, bangaimana perkembanganya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa). Menurut Chaer (2009: 2), semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, semantik.

10 Pendapat yang berbunyi semantik adalah studi tentang makna juga dikemukakan oleh Kambartel (dalam Pateda, 2010: 7). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Verhaar (dalam Pateda, 2010: 7) mengatakan semantik berarti teori makna atau teori arti. Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa semantik yaitu bidang studi dalam linguistik yang mempelajari ilmu tentang makna atau tentang arti. C. Pengertian Makna Kridalaksana (2008: 149), menyebutkan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat yaitu: (1) maksud pembicaraan, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, dan (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Sedangkan Saussure (dalam Chaer, 2009: 29), mengatakan bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang diartikan signifie dan yang mengartikan signifian. Yang diartikan sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan itu adalah tidak lain dari pada konsep bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Menurut Grice (dalam Aminudin, 2011: 53), makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar. Hubungan antara bahasa dengan dunia luar itu telah

11 disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna yaitu maksud atau arti suatu kata. Selain itu makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga mudah dipahami dan dimengerti. D. Jenis Makna Terdapat beberapa pendapat mengenai jenis makna. Palmer (dalam Pateda, 2010: 96), mengemukakan jenis-jenis makna: (1) makna kognitif, (2) makna ideasional, (3) makna denotasi, (4) makna proposisi. Menurut Pateda (2010: 97-131), jenis-jenis makna meliputi 29 makna, yaitu; makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotasi, makna konseptual, makna konstruksi, makna kontekstual, makna leksikal, maknan lokusi, makna luas, makna piktoral, makna proposional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, makna tekstual, makna tematis, makna umum, dan makna umum. Sedangkan Djajasudarma (2009: 8), mengemukakan berbagai jenis makna, antara lain makna sempit, makna luas, makna kognitif, makna konotatif/ makna emotif, makna gramatikal, makna leksikal, makna konstruksi, makna referensial, makna majas (kiasan), makna inti, makna idensional, makna proposisi, dan makna piktoral. Berkaitan dengan penelitian, penulis membatasi tiga teori jenis makna untuk menganalisis data yang akan diteliti. Penulis menggunakan jenis makna denotatif, jenis makna konotatif dan jenis makna kiasan. Teori ini digunakan untuk

12 mendeskripsikan makna yang terkandung dalam nama julukan klub sepakbola sebelum penulis meneliti jenis perubahan makna dan faktor-faktor perubahan makna yang terkandung dalam nama julukan klub sepakbola. 1. Makna Denotatif Chaer (2009: 65-66), mengemukakan bahwa makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang bersifat objektif (Pateda, 2010: 98). Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif (Komaruddin, 2007: 114). Menurut Sastromiharjo (2011: 13), makna denotatif adalah makna sesuai kamus, yaitu pengertian yang menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata itu. Kesimpulannya bahwa makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang bersifat objektif yang menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata itu dan didasarkan atas konvensi tertentu. 2. Makna Konotatif Menurut Djajasudarma (2009: 12), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna lain. Makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (Pateda, 2010: 112). Makna konotatif adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan

13 dengan sebuah kata (Komaruddin, 2007:114). Kesimpulannya, makna konotatif adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang yang muncul akibat asosiasi perasaan terhadap kata yang didengar dan dibaca. 3. Makna Kiasan Chaer (2009: 77), makna kiasan adalah semua bentuk bahasa (baik kata, frasa, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Menurut Alwi (2007: 566), makna kiasan adalah pertimbangan tentang suatu hal dengan perbandingan atau persamaan dengan hal lain dan merupakan arti kata yang bukan sebenarnya. Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa makna kiasan adalah pemakaian semua bentuk bahasa yang tidak merujuk pada arti atau makna sebenarnya. Misalnya pada kata bintang yang bermakna benda langit yang berkelip-kelip jika dilihat pada waktu malam hari. Apabila seseorang berkata Dia bintang lapangan. Urutan kata bintang lapangan bermakna kiasan orang yang terampil bermain sepak bola. Karena itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata bintang film dan bintang sinetron. Kata-kata tersebut berhubungan dengan makna orang yang diunggulkan. Dalam penggunaan makna kiasan ada berbagai jenis makna kiasan yang digunakan di dalam penggunaan penyebutan nama julukan klub sepakbola. Keraf (2010: 136), menjelaskan bahwa makna kiasan dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan, membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Dalam hal ini ada beberapa jenis kiasan yaitu (a) persamaan atau simile, (b) metafora, (c) alegori, parabel dan fabel, (d) personifikasi, (e) alusi, (f) eponim, (g) epitet, (h) sinekdoke, (i) metonimia, (j) antonomasia, (k) hipalase, (l) ironi, (m) satire), (n) inuendo, (o) antifrasis, dan (p) pun atau paronomasia.

14 Berkaitan dengan data penelitian, penulis membatasi pada makna kiasan metafora. Keraf (2010: 139), metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Menurut Alwi (2007: 739), metafora adalah kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Ullman (dalam Subroto, 2011: 120), menjelaskan bahwa metafora adalah suatu perbandingan antara dua hal yang bersifat menyatu (luluh) atau perbandingan yang bersifat langsung karena kemiripan/ kesamaan yang bersifat konkret/ nyata atau bersifat intuitif/ perceptual. Karena perbandingan itu bersifat menyatu atau luluh, maka tidak dinyatakan dengan kata-kata yang mengungkapkan perbandingan (seperti, bak, laksana, bagaikan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metafora adalah kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya yang membandingkan dua hal secara langsung karena kemiripannya yang bersifat nyata. E. Jenis Perubahan Makna Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah diketahui bahwa pemakaian bahasa diwujudkan di dalam bentuk katakata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu dan manusia pula yang menambah kosa kata yang sesuai dengan kebutuhannya. Karena pemikiran manusia berkembang, maka pemakaian kata dan kalimat berkembang pula dan dengan sendirinya maknanya pun berubah. Oleh karena itu Pateda (2010: 168-199), menyebutkan beberapa jenis perubahan makna yaitu (1) perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, (2) perubahan makna akibat perubahan

15 lingkungan, (3) perubahan makna akibat pertukaran indra, (4) perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata, (5) perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa, (6) perubahan makna akibat asosiasi, (7) perubahan makna akibat perubahan bentuk, (8) perluasan makna, (9) pembatasan makna, (10) melemahkan makna, (11) lambang tetap, acuan berubah, dan (12) makna tetap, lambang berubah. Dari beberapa jenis perubahan makna tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Perubahan Makna Dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia Di dalam bahasa Indonesia terdapat tiga kelompok bahasa, yakni bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing. Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia adalah perubahan makna yang terjadi antara penggunaan bahasa daerah yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata gembleng dalam bahasa Jawa yang memunculkan kata tergembleng, digembleng, bermakna menjadi satu, dipersatukan. Di dalam bahasa Indonesia kata menggembleng yang diturunkan dari leksem gembleng, bermakna melatih dan mendidik supaya berpendirian kuat dan berhati teguh. 2. Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan pada lingkungan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna kata yang digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak, bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak selalu dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Lain halnya bagi tukang bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata, mencetak batu bata pada cetakannya.

16 3. Perubahan Makna Akibat Pertukaran Indra Telah diketahui bahwa indra manusia meliputi indra penciuman, indra pendengaran, indra penglihatan, indra peraba, dan indra perasa. Masing-masing indra menimbulkan kelompok kata yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai bahasa. perubahan makna akibat pertukaran indra disebut sinestesi, yakni berasal dari bahasa Yunani (sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indra dimaksud, misalnya indra pendengaran dengan indra penglihatan, indra perasa dengan indra penglihatan. Sebagai contoh misalnya kata terang berhubungan dengan indra penglihatan yaitu bermakna cukup cahaya atau ada matahari, tetapi kalau ada seseorang berkata Suaranya terang, maka hal itu berhubungan dengan pendengaran yang maknanya berubah menjadi jelas. 4. Perubahan Makna Akibat Gabungan Leksem atau Kata Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata adalah perubahan makna karena paduan atau gabungan leksem yang mengakibatkan adanya perubahan makna. Misalnya di dalam bahasa Indonesia dikenal leksem daya, yang kalau digabungkan dengan leksem yang lain terjadi paduan leksem, sehingga muncul paduan leksem daya juang. Leksem daya bermakna dorongan, kekuatan, dan karena telah digabungkan dengan juang sehingga menjadi daya juang, maka maknanya menjadi dorongan atau kekuatan untuk berjuang. 5. Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa Perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa menjurus kepada hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal yang tidak menyenangkan. Makna yang

17 menjurus ke hal-hal yang menyenangkan, disebut makna amelioratif, sedangkan makna yang menjurus ke hal yang tidak menyenangkan disebut makna peioratif (Ullmann, 1972: 232). Misalnya dalam bahasa Indonesia terdapat kata gerombolan yang memiliki makna berkelompok, orang yang berkerumun. Kata gerombolan memiliki makna amelioratif apabila digunakan pada kalimat misalnya Berkerumun di dekat penjual obat, dan dapat memiliki makna peioratif apabila digunakan pada kalimat Gerombolan perampok itu beraksi tadi malam. 6. Perubahan Makna Akibat Asosiasi Slametmuljana (dalam Pateda, 2010: 178) mengatakan, yang dimaksud dengan asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru; yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa. Antara makna lama dan maknanya yang baru terdapat pertalian erat. Misalnya dalam bahasa Indonesia terdapat kata amplop yang memiliki makna asli sampul surat, tetapi sering dijumpai pemakaian kata amplop digunakan pada kalimat Beri ia amplop, di dalam sebuah percakapan yang terjadi dalam lingkungan kerja atau kantor, maka makna asosiasinya bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang berisi uang; uang pelicin, uang pelancar atau uang sogok. 7. Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk Perubahan makna akibat perubahan bentuk maksudnya adalah apabila dalam suatu kata atau leksem terjadi perubahan bentuk, terjadi pula perubahan maknanya.

18 Misalnya kata lompat dapat diturunkan kata: berlompatan, berlompat-lompat, dilompati, dilompatkan, melompat-lompat, pelompat, terlompat. Bentuk kata berlompatan tidak sama dengan kata melompat. 8. Perluasan Makna Perluasan makna yang dimaksud adalah perubahan makna yang terjadi karena adanya perluasan makna yang terjadi pada sebuah kata dan dilakukan oleh masyarakat pemakai bahasa dengan jalan analogi, atau dengan swadaya bahasa itu sendiri. Misalnya kata kunci biasanya dihubungkan dengan alat untuk mengunci rumah atau peti. Kini muncul urutan kata juru kunci, kunci buku, kunci perdamaian, kunci keberhasilan. Urutan kata mengunci rumah mengacu kepada kegiatan menutup dan membuka rumah dengan kunci. Kunci keberhasilan mengacu kepada kegiatan utama, kegiatan pembuka agar kita berhasil di dalam suatu usaha. Tampak di sini hubungan maknanya tetap ada, meskipun makna kata kunci telah meluas. 9. Pembatasan Makna Bahasa bersifat dinamais, oleh karena itu dalam proses perkembangan sebuah bahasa, kadang-kadang terjadi penambahan, pengurangan, bahkan kadang-kadang penghilangan sama sekali. Hal itu menjadikan perlunya suatu pembatasan makna sebuah bahasa. Misalnya kata sastra di dalam bahasa Sansekerta mempunyai makna yang luas, tetapi di dalam bahasa Indonesia dewasa ini kata tersebut lebih banyak dikaitkan dengan karangan yang bernilai keindahan atau menggugah perasaan. Itu sebabnya muncul urutan kata karya sastra, nilai sastra, buku sastra. Jadi dalam bahasa Indonesia kata sastra terbatas maknanya.

19 10. Melemahkan Makna Melemahkan makna adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan pertimbangan psikologis, politis, sosiologis, religius, kemanusiaan dengan tujuan agar orang yang dikenai kegiatan tidak tersinggung. Misalnya dalam bahasa Indonesia terdapat kata dipecat, kata dipecat dirasakan terlalu memukul bagi orang yang dipecat. Makna itu kemudian dilemahkan dengan jalan mengganti kata dipecat dengan urutan kata diberhentikan dengan hormat atau dipensiunkan. 11. Lambang Tetap, Acuan Berubah Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan bahasa, kadang-kadang terdapat lambang yang tetap, acuanya berubah. Misalnya urutan kata kereta api dahulu memang dihubungkan dengan kereta yang benar-benar dijalankan dengan pertolongan api atau kayu bakar. Kini, meskipun kereta api tidak dijalankan lagi dengan menggunakan kayu bakar, lambangnya tetap yakni kereta api. 12. Makna Tetap, Lambang Berubah Makna tetap, lambang berubah maksudnya adalah penggunaan bahasa yang dilakukan untuk mengatakan suatu hal tertentu dengan makna yang tetap, hanya lambangnya yang berubah atau diganti. Misalnya kata lembaga permasyarakatan sebagai pengganti kata bui, penjara dan tutupan. Urutan kata lembaga permasyarakatan dan kata-kata bui, penjara dan tutupan, memiliki makna yang sama akan tetapi lambangnya berubah. F. Faktor-Faktor Perubahan Makna Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa diwujudkan di dalam bentuk kata-kata dan kalimat yang

20 digunakan oleh manusia yang selalu bertambah sesuai dengan kebutuhannya. Karena manusia menggunakan kata-kata dan kalimat dan sejalan dengan hal itu maka dengan sendirinya makna kata dan kalimat pun berubah. Makna dapat saja berubah dalam perjalanan kata sebagai alat komunikasi manusia. Timbul pertanyaan, mengapa terjadi perubahan makna? Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan perubahan makna, yaitu sebagai berikut: 1. Sebab-Sebab Linguistik Menurut Parera (2004: 110), kebisaan memunculkan dua makna kata bersamasama dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Makna dari sebuah kata dialihkan begitu saja ke dalam makna kata yang sering muncul bersama. Ullmann (dalam Pateda, 2010:163), mengemukakan bahwa perubahan makna karena faktor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa faktor perubahan makna karena sebab-sebab linguistik muncul akibat kebiasaan penggunaan dua makna kata bersama-sama dan hal itu berkaitan dengan faktor kebahasan (fonologi, morfologi dan sistaksis). Misalnya pada kata sahaya yang pada mulanya maknanya dihubungkan dengan budak; akan tetapi karena kata ini berubah menjadi saya, maka kata saya selalu dihubungkan dengan orang pertama terhormat. 2. Sebab-Sebab Historis Parera (2004: 111), mengemukakan bahwa bahasa pada umumnya lebih konservatif daripada peradaban, teknologi, politik, dan sebagainya. Benda, lembaga, pikiran konsep-konsep ilmu pengetahuan berkembang terus sesuai dengan zamannya.

21 Semua perkembangan itu memerlukan bahasa sebagai sarana komunikasi dan perekam kemajuan kebudayaan. Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan perkembangan kata yang dapat dirinci karena faktor objek, faktor institusi, faktor ide dan faktor konsep ilmiah (Pateda, 2010: 164). Perubahan makna akibat sebab-sebab historis terjadi karena adanya kemajuan peradaban dan semua itu berhubungan dengan perkembangan kata yang dapat dibagi menjadi faktor objek, faktor institusi, faktor ide dan faktor konsep ilmiah. 3. Sebab-Sebab Sosial Parera (2004: 112), mengemukakan bahwa masyarakat pemakai bahasa mempengaruhi pergeseran dan perubahan makna. Berdasarkan pengalaman, pemakai bahasa Indonesia mempengaruhi makna kata untuk menggambarkan pengalaman mereka sedekat dan senyata mungkin. Perubahan makna yang disebabkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan makna kata dalam masyarakat (Ullmann dalam Pateda, 2010: 165). Kesimpulanya adalah perubahan makna yang terjadi karena faktor sosial dipengaruhi oleh masyarakat pemakai bahasa itu sendiri sesuai dengan perkembangan makna kata. 4. Sebab-Sebab Psikologis Perubahan makna sering mempunyai akar pada keadaan mental pemakai bahasa atau pada ciri-ciri tertentu yang permanen dalam bentukan mental pemakai bahasa yang berhubungan dengan sebab-sebab psikologis yakni faktor emotif dan faktor tabu atau pengharaman ( Parera, 2004: 114). Menurut Ullmann (dalam Pateda, 2010: 165), mengemukakan bahwa perubahan makna karena faktor psikologis yang dirinci lagi yaitu faktor emotif dan kata-kata tabuyang dapat dirinci (tabu karena

22 takut, tabu karena menginginkan kehalusan kata, dan tabu karena ingin dikatakan sopan). Kesimpulannya bahwa, faktor perubahan makna karena sebab-sebab psikologis berkaitan dengan mental pemakai bahasa yang berkaitan dengan faktor emotif dan tabu. 5. Pengaruh Asing Pengaruh antarbudaya dan antarbangsa tampak nyata dalam penerjemahan dan penyerapan kosakata antarbudaya dan antarbangsa. Penerjemahan kosakata yang berkaitan dengan budaya, konsep, dan pikiran sari satu bahasa ke bahasa yang lain pasti telah membawa pembaruan ke dalam bahasa penerima (Parera, 2004: 116-117). Menurut Ullmann (dalam Pateda, 2010: 116), faktor perubahan bahasa karena pengaruh asing tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesama bangsa. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan makna salah satunya adalah faktor pengaruh bahsa asing karena adanya interaksi antar budaya dan antar bangsa. 6. Adanya Perkembangan Iptek dan Pemakaian Kata (Kebutuhan Baru) Kemajuan kebudayaan, ilmu, dan teknologi dengan temuan dana pikiran baru memerlukan kosakata secukupnya untuk sarana komunikasi. Lahirlah banyak kosakata baru, inovasi kata baru, inovasi kata lama dengan makna baru, perluasan makna yang sudah ada, dan akhirnya juga digunakan metafora-metafora baru (Parera, 2004: 117). Menurut Ullmann (dalam Pateda, 2010: 167), perubahan makna karena faktor kebutuhan terhadap kata baru dapat dijelaskan dari segi kebutuhan pemakai bahasa. Telah diketahui bahwa pemikiran manusia berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut memerlukan nama atau kata baru, karena bahasa adalah alat komunikasi. Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa faktor perubahan

23 makna terjadi akibat adanya kemajuan kebudayaan, ilmu dan teknologi dengan temuan dan pikiran baru, maka diperlukan kosakata baru. G. Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Secara umum, hanya penjaga gawang saja yang berhak menyentuh bola dengan tangan atau lengan di dalam daerah gawangnya, apabila penjaga gawang menyentuh bola menggunakan tangan diluar daerah gawangnya, maka dikenakan hukuman. Sedangkan 10 pemain lainnya diijinkan menggunakan seluruh bagian tubuhnya selain tangan, biasanya dengan kaki untuk menendang, dada untuk mengontrol, dan kepala untuk menyundul bola. Aturan yang berkaitan dengan permainan sepakbola diatur dalam buku peraturan permainan. Diantara peraturan-peraturan tersebut mengacu tentang adanya lemparan ke dalam, tendangan sudut, pelanggaran, tendangan gawang dan lainya yang berkaitan dengan jalannya pertandingan. Klub yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan adalah pemenangnya. Jika hingga waktu berakhir permainan masih imbang, maka dapat dilakukan perpanjangan waktu maupun adu penalti untuk menentukan pemenangnya, tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan (FIFA, 2014: 5). 2. Sejarah Sepakbola Olahraga sepakbola dimulai sejak abad ke-2 dan -3 sebelum Masehi di China pada masa Dinasti Han. Masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke

24 jaring kecil. Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di italia permainan menendang dan membawa bola juga di gemari terutama mulai abad ke-16. Kelahiran sepakbola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub sepakbola berkumpul merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut. Selama tahun 1800-an, olahraga sepakbola diperkenalkan oleh para pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepakbola dunia Federation Internationale de Football Association (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan di berbagai negara. Sejarah sepakbola di Indonesia diawali dengan berdirinya Persatuan Sepakbola Seluruh Rakyat Indonesia (PSSI) di Yogyakarta pada 19 April 1930 dengan pimpinan Soeratin Sosrosoegondo. Sejak saat itu, kegiatan sepakbola semakin sering digerakkan oleh PSSI dan makin banyak rakyat yang bermain di jalan atau alun-alun tempat Kompetisi I Perserikatan diadakan. Dalam perkembangannya PSSI telah memperluas kompetisi sepakbola dalam negeri, diantaranya dengan menyelenggarakan Liga Super Indonesia (LSI), Divisi Utama (DU), Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non amatir, serta Divisi tiga untuk pemain amatir. Selain itu, PSSI juga aktif mengembangkan kompetisi sepakbola wanita dan kompetisi dalam kelompok usia tertentu yakni U-15, U-17, U-19, U-21, dan U-23 (PT Liga Indonesia). 3. Liga Super Indonesia dan Divisi Utama Liga Indonesia Liga Super Indonesia (disingkat LSI, bahasa Inggris: Indonesia Super League (ISL) adalah kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di Liga

25 Indonesia pada tahun 2008 hingga saat ini. Liga Super Indonesia diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia yang dimiliki oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). LSI dikuti 22 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh kompetisi. Sistem operasi untuk setiap klub peserta dengan promosi dari dan degradasi ke Divisi Utama. Pada musim 2009 10 AFC menobatkan Liga Super Indonesia adalah liga terbaik peringkat ke-8 se-asia, dan liga terbaik se-asia Tenggara (PT Liga Indonesia). Divisi Utama adalah kompetisis sepakbola antar klub profesiaonal di bawah Liga Super Indonesia atau dengan kata lain bahwa Divisi Utama adalah kompetisi kasta kedua setelah Liga Super Indonesia. Divisi Utama juga diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia di bawah naungan induk federasi sepakbola tertinggi di Indonesia yakni PSSI. Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2013-2014 diikuti oleh 63 klub sepakbola dari berbagai daerah kabupaten maupun kota yang ada di seluruh Indonesia (PT. Liga Indonesia).