BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Hotel Resort Di Gunungkidul

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab IV. Konsep Perancangan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

18 HOME LIVING desember 2013

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

b e r n u a n s a h i jau

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

International Fash on Institute di Jakarta

KONSEP PERENCANAAN PERANCANGAN. Konsep Dasar Taman Bermain Anak di Balikpapan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang terbuka hijau dan jalur sirkulasi khusus dengan tujuan untuk mempertegas fungsi rekreasi sebagai bagian dari desain. Inner garden atau desain lansekap merupakan aplikasi konsep recreative design yang dimasukkan ke dalam bangunan. Sedangkan view perbukitan disisi Timur site merupakan konsep recreative design yang berasal dari site. Tabel 5.1: Penjabaran lingkup konsep pada desain Lingkup Makro Lingkup Messo Lingkup Mikro Perancangan Fasilitas Panti untuk wilayah Karanganyar (bagian Timur) Pemilihan site yang bersesuaian dengan pendekatan recreational therapy Aplikasi recreative design pada site eksisting sebagai poin penunjang desain Pembuatan fasilitas recreative design di dalam fasilitas bangunan Tata letak massa yang dibuat agar mampu melihat view dari kondisi eksisting yang berkontur Pengaplikasian recreative design pada jalur penghubung antar masa bangunan Pembuatan masa bangunan transparan untuk memaksimalkan view lingkungan eksisting Sumber :analisis penulis Prinsip desain recreative dipakai dalam perancangan model konfigurasi masa. Peletakan masa bangunan diatur sedemikian hingga agar tidak menutup area sekitar site yang berpotensi sebagai point of interest pada desain. Yang paling menonjol adalah area perbukitan dan area hutan di belakang site terpilih. Peletakan masa diatur agar setiap fungsi ruang memiliki view langsung ke arah perbukitan. 5.1.1. Hubungan Ruang Desain lansekap (garden) merupakan bagian utama dari konsep desain terapi rekreasi dan lansekap merupakan pusat dari sirkulasi. Setiap zona dapat diakses melalui lansekap. Pada sisi timur site adalah perbukitan dan area ini memiliki potensi sebagai point of interest dari desain, oleh karena itu area hunian dari fasilitas ini diletakkan pada sisi timur dari site terpilih. 75

Gambar 5.1: Hubungan Ruang Meskipun lansekap adalah pusat dari pusat sirkulasi (terbuka), akan tetapi terdapat jalur sirkulasi lain ke setiap kelompok ruang. Terdapat jalur akses langsung sehingga sirkulasi lebih cepat. Akan tetapi jalur penghubung tersebut tetap diletakkan di sekitar ruang terbuka hijau sebagai aspek rekreasi dan point of interest dari jalur sirkulasi. 5.1.2. Massa Bangunan Massa bangunan yang akan dirancang didasarkan pada perbedaan prioritas dan penggunaan ruang. Terdapat tiga sifat sebuah ruangan yang umum pada sebuah bangunan, terutama adalah bangunan instansi kesehatan, yaitu ruang public, semi public dan private. Tabel 5.2: Klasifikasi sifat ruang SIFAT RUANG RUANG KARAKTERISTIK RUANG PUBLIK Area lobby Lalu lintas sirkulasi Pusat informasi tinggi Kantor administrasi Penghubung area luar bangunan dan di dalam fasilitas SEMI PUBLIK Aula Inner court Klinik PRIVATE Area hunian (residensial) Area servis Lalu lintas sirkulasi sedang Privasi tinggi Tingkat kebisingan rendah Diusahakan lalu lintas sirkulasi rendah 76

Dari ketiga sifat ruang yang ada (private, semi public dan publik), ruang semi public dan ruang public dijadikan dalam satu massa bangunan, sedangkan ruang private di pisahkan dari keduanya. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik penggunaanya, dimana ruang private (area hunian) merupakan ruang dengan tingkat privasi tinggi dan diusakan merupakan zona yang tenang (lalu lintas sirkulasi yang rendah) terkait dengan keberadaan area hunian. Berikut ini adalah diagram pemisahan massa bangunan berdasarkan sifat ruang : Gambar 5.2 : Pembagian kelompok massa bangunan Connector atau area penghubung kedua massa diperlukan karena sebisa mungkin sirkulasi antara massa bangunan yang satu dengan yang lain adalah sirkulasi tertutup, dimana sirkulasi yang ada masih berada di dalam dinding pelingkup dan terlindung dari gangguan luar seperti hujan atau panas matahari. Area di sekitar site merupakan area yang tergolong masih jarang penduduk dan hanya terdapat beberapa bangunan saja, misalnya adalah deretan ruko dan bangunan gedung olahraga. Bentuk massa bangunan dibuat tidak terlalu berbeda dengan bangunan yang sudah ada sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi yang sudah ada. Berikut ini adalah urutan pembentukan massa bangunan panti lansia 77

Tabel 5.3 : Transformasi massa bangunan 1 Massa berbentuk L yang merupakan bentuk penyesuaian terhadap site terpilih Dengan massa tersebut, terdapat ruang negative yang terbentuk (area berwarna merah), dimana area ini tidak mudah untuk dijangkau dan terletak di sudut site 2 Sisi bidang massa bangunan disesuaikan dengan kemiringan site sehingga ruang negative (dikarenakan non-accessible) yang sebelumnya ada menjadi accessible Terbentuk ruang negative baru yang terletak di tengah site. Ruang ini terbentuk dari perpotongan bidang massa 3 Massa bangunan dibentuk dari penggabungan antara prisma segi empat dan prisma trapesium Bidang massa ini untuk sementara dirasa telah sesuai dengan bentuk site (dari pertimbangan di dalam site) 4 Massa dibagi menjadi dua berdasarkan pengelompokan fungsi ruang : residensial (biru) dan non residensial (ungu) Kedua massa memiliki sifat yang beda (residensial : private dan non residensial : semi public dan publik) Diperlukan pemisah antar massa sebagai konsekuensi perbedaan sifat ruang 78

5 Massa tunggal terbagi menjadi dua Gedung residensial diletakkan disisi belakang karena memiliki potensi view yang baik, lebih tenang dan privasi yang terjaga Gedung non residensial (kantor dan lainya) diletakkan di depan untuk memudahkan akses administratif 6 Dibuat konektor untuk kedua massa sebagai jalur transportasi antar kedua gedung Pelingkup konektor dibuat transparan (karena zona ini memiliki potensi view yang baik) dan lebar Bentuk penyesuain desain terhadap lingkungan yang terlihat pada desain misalnya adalah desain dinding pada area hunian. Dinding dibuat berlipat dengan alas an untuk mengedalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Hal ini dikarenakan orientasi bangunan menghadap barat dan timur. Gambar 5.3: eksterior gedung residensial Sumber : analisa penulis 79

5.2. Ruang Dalam Beberapa fasilitas panti menggabungkan dua atau lebih pasien di dalam satu unit ruangan residensial. Konsep one people-one room digunakan sebagai tuntutan atas privasi dari user. Dari studi kasus diperoleh bahwa seorang lansia akan merasa lebih nyaman ketika memiliki kamar sendirir. Selain itu, meskipun fasilitas panti memiliki fitur sebagai tempat perawatan, desain interior maupun eksterior yang terkesan seperti fasilitas rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain sebisa mungkin ditiadakan. Berikut ini adalah daftar kebutuhan ruang yang ada: Unit Ruang Unit Hunian Residensial Unit Kesehatan (Klinik) Tabel 5.4 : Tabel kebutuhan ruang Sifat Ruang Luas (m 2 ) Ruang Privat Ruang single bedroom 24 Tempat tidur Kamar mandi (WC) Ruang double bedroom 36 Tempat tidur Kamar mandi (WC) Privat Klinik 72 Ruang tunggu Ruang pemeriksaan Ruang obat Ruang arsip Ruang kerja dokter Ruang kerja staf Kamar mandi Unit Perawat 26 Tempat tidur Kamar mandi Loker Ruang istirahat Unit Service Privat Dapur Dapur Ruang makan staff Storage room Laundry Ruang cuci Area jemur Area menyetrika Storage room Cleaning service Storage room Ruang pegawai/staff Ruang istirahat 24 18 9 50 80

Loker Unit Administrasi Privat Pimpinan Ruang kerja Ruang tamu Area tunggu Pengelola Ruang kerja karyawan Ruang arsip Lobby Ruang tunggu Kamar mandi WC Karyawan/Pegawai Loker karyawan Ruang istirahat Kamar mandi (WC) Unit Rekreasi Unit Pendidikan Semi Privat Semi Privat Unit Tambahan Publik Mushola Gudang Mini cafe Perpustakaan Ruang baca Rak buku Storage room Kantor petugas Aula (area sosialisasi) Program bimbingan kelas rohani, psikologi dan interaksi sosial (aula) Loker pengunjung Ruang Luar Publik Area parkir pegawai (staff) Area parkir pengunjung Taman 18 33 36 108 240 13-40 9 175 225-5.2.1. Ruang Terbuka 5.2.1.1. Inner Court Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ruang terbuka memiliki peranan yang vital. Selain sebagai ruang komunal, area terbuka juga merupakan ruang untuk berelaksasi. Ruang terbuka yang terletak diluar bangunan adalah berupa taman dengan ukuran yang besar. Sedangkan ruang terbuka di area dalam bangunan memiliki dimensi yang lebih kecil dan dengan jumlah aktivitas yang terbatas. Ruang terbuka ini digunakan sebagai pemisah antara kedua massa bangunan (masing-masing massa bangunan merupakan representasi dari dua fungsi yang berbeda). 81

Gambar 5.4: ruang terbuka di dalam bangunan 5.2.1.2. Ruang Terbuka di Atap Bangunan (roof-top) Area residensial merupakan area dengan potensi view yang baik, dimana pada sisi timur terdapat bukit, tempat wisata sapta tirta pada sisi selatan dan terasering persawahan pada sisi utara. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, maka pada bagian atap zona residensial dibuat sebuah ruang terbuka dengan fungsi utama sebagai area observasi. Area ini dilengkapi dengan tempa duduk dan beberapa fasilitas lain. Gambar 5.5: Roof-top open space 82

5.2.1.3. Taman Belakang (Back-yard Open Space) Area di belakang gedung residensial merupakan lahan kosong dengan orientasi utara-selatan sepanjang kurang lebih 50 meter. Keberadaan area ini bisa dijadikan sebagai zona terbuka sebagai tempat bersosialisasi para lansia. Zona ini merupakan zona dengan tingkat privasi yang cukup tinggi karena area ini terletak di sisi paling timur dari site, dimana pusat kegiatan terletak di dalam gedung disebelah tenggara. 5.2.2. Pencahayaan Ruang Gambar 5.6: ruang terbuka dibawah gedung residensial Gambar 5.8: Pencahayaan alami pada area residensial 83

Untuk menjawab isu efisiensi energi, pencahayaan alami dilibatkan dalam perancangan. Jumlah dan ukuran bukaan jendela diperbesar untuk memasukkan cahaya. Akan tetapi peran pencahayaan buatan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Untuk pencahayaan buatan digunakan lampu fluorescent untuk interior dan incandescent lamp pada kamar mandi dan lampu tidur. Kedua jenis lampu ini dipilih karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis lampu lain, yaitu : Tabel 5.5 : Karakteristik Lampu Jenis Lampu Kelebihan Aplikasi Fluorescent Sangat baik untuk pencahayaan berpendar, tingakt terang rendah, serta untuk ruang yang tergolong luas Color rendition baik Efficacy lampu baik Lampu fluorescent memiliki umur yang panjang Untuk pencahayang dipendar untuk area yang luas. Incandescent Pengendalian optik yang sangat baik (berkas cahaya yang dihasilkan) Memilii color rendition yang sangat baik Memberikan kesan hangat dan tidak menimbulkan efek silau berlebihan Fleksibel penggunaanya, Sumber : Heating Cooling Lighting by Robert Leichner Untuk pencahayaan: Spotligh Aksen Aplikasi dinding transparan untuk memasukkan cahaya sekaligus sebagai tempat untuk melihat pemandangan sekitar site adalah di area hunian. Dinding area residensial yang menghadap ke arah bukit dipasang dengan kaca. Akan tetapi, orientasi bangunan yang menghadap arah timur dan barat menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, yaitu ketika pagi hari jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruang berlebihan. Solusinya adalah merubah desain dinding. Gambar 5.9 : Dinding konvensional dengan jumalh cahaya yang masuk berlebihan 84

Permasalahan yang berkenaan dengan jumlah cahaya yang masuk kedalam ruang dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya adalah dengan penggunaan shading. Shading dinilai memiliki tingkat estetika yang tinggi karena shading saat ini memiliki banyak macamnya, dari perbedaan material yang digunakan hingga system pemasanganya. Cara lainya adalah merubah desain dinding dengan membuat semacam lipatan sebagai sarana untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk kedalam ruang. Gambar 5.10: Mengontrol cahaya dengan desain dinding ruang 5.2.3. Penghawaan Ruang Sistem penghawaan yang digunakan pada fasilitas ini menggunakan kombinasi antara penghawaan alami dan buatan. Penggunaankedua sistem penghawaan ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi ruang. Ruang yangd digunakan sebagai tempat penyimpanan dokumen, arsip medik atau koleksi buku diharuskan memiliki tingkat kelembaban udara yang rendah. Tabel 5.6 : Analisa penghawaan ruang Kelompok Ruang Jenis Penghawaan Keterangan Kantor Administrasi Air Conditioning AC digunakanpada ruang kantor dikarenakan keberadaan arsip (rentan terhadap kelembaban udara, terlebih lagi site terletak di dataran tinggi) Klinik Air Conditioning Klinik harus dalam keadaan steril dan tertutup dari lingkungan luar untuk menjaga kebersihan ruang Edukasi Campuran Untuk ruang penyimpanan dokumen digunakan AC untuk menjaga tingkat kelembaban udara Untuk ruang kelas sosialisasi menggunakan penghawaan alami. Proses pembelajaran kebanyakan dilakukan outdoor 85

Rekreasi Campuran Untuk area ruang baca (perpustakaan) digunakan AC untuk menjaga koleks buku tetap kering Untuk area santai menggunakan sistem cross ventilation. Meskipun ruangan terbilang besar, cross ventilation dinilai lebih dari cukup mengingat jumalh bukaan dan keberadaan bangunan di dataran tinggi Hunian Alami (Cross Ventilation) Khusus untuk hunian menggunakan penghawaan alami dibantu dengan sistem insulasi sehingga ruangan tetap hangat dan nyaman 5.2.4. Kenyamanan Thermal Ruang Berkenaan dengan pencapaian kenyamanan thermal pada ruang, tidak semua ruang membutuhkan insulasi pada pelingkup ruang. Penggunaan insulasi disesuaikan pada ruang-ruang tertentu saja, yaitu : Tabel 5.7 : Analisa kenyamanan thermal ruang Kelompok Ruang Insulasi Keterangan Kantor Administrasi Tidak perlu Bagian administrasi (kantor pengurus) dirasa tidak memerlukan insulasi thermal. Hal ini dikarenakan penggunaan bangunan yang kurang dari 12 jam serta bangunan tidak digunakan sebagai area tempat tinggal Klinik Tidak Perlu Klinik tidak memerlukan insulasi karena frekuensi penggunaan ruang yang jarang. Selain itu, keberadaan AC akan membuat keberadaan material insulasi kurang efisien Edukasi Tidak Perlu Karena sebagian dari ruang edukasi adalah ruang yang secara langsung menyatu dengan alam (outdoor). Sedangkan untuk aula indoor, telah dipasang AC sebagai alat untuk menstabilkan kondisi udara Rekreasi Perlu Ruang rekreasi adalah ruang dengan frekuensi penggunaan kedua paling besar setelah area hunian. Ruang rekreasi juga merupakan ruang komunal, dimana lansia yang ada bersosialisasi di ruang ini. Untuk memaksimalkan kenyamanan penggunaan ruang, insulasi dirasakan perlu digunakan Hunian Sangat Perlu Selain frekuensi penggunaan ruang yang sangat tinggi, area hunian adalah ruang yang tidak menggunakan AC. Kondisi lingkungan yang terletak di dataran tinggi mengharuskan ruang tinggal harus selalu dalam kondisi nyaman untuk ditinggali 86