BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB 1 PENDAHULUAN. tanda ini disebut semiotik. Oleh karena itu, analisis semiotik itu tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. Penelitian tentang kajian semiotik dengan berbagai macam objek penelitian sudah sering dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. a) Sancaya (1985) dalam skripsinya Analisis Novel Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang Karya Jelantik Santha Bedasarkan Pendekatan Sosiologi Sastra: Dalam Perbandingan. Pada penelitian tersebut, Sancaya meneliti mengenai nilai-nilai sosiobudaya Bali yang terkandung di dalam novel TLASK dan beberapa cerpen. Dalam penelitian Sancaya mempergunakan pendekatan sosiologi untuk menganalisis novel TLASK. Penelitian ini sebatas pada karya sastra dan sejauh mana kaitan sosiobudaya Bali tercermin di dalamnya, Sancaya juga mengaitkan antara nilai-nilai tersebut dengan pengarangnya. Objek penelitian Sancaya ini memiliki persamaan dengan yang digunakan oleh penulis, yaitu karya sastra yang menceritakan tentang cita-cita yang 9

kandas dalam masalah percintaan yang terhalang oleh kesenjangan status sosial (sistem catur wangsa). Tetapi perbedaannya adalah penelitian Sancaya meneliti hubungan karya sastra dengan masalah kemasyarakatan sedangkan yang dilakukan oleh penulis membahas karya sastra sebagai wacana dalam kesatuan pemikiran yang utuh. Dengan demikian masalah yang ditulis dalam penelitian ini asli atau belum pernah diteliti sebelumnya. b) Purnamasari (2011) dalam skripsinya Satua I Bulan Kuning Analisis Struktur dan Semiotik. Untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun cerita makna yang terkandung di dalam satua I Bulan Kuning dilakukan dengan penafsiran umum dan menyeluruh. Permasalahan dipecahkan dengan menggunakan teori struktural dan semiotik. Teori struktural merupakan pemahaman tentang satu unsur dengan unsur lainnya dan teori semiotik bekerja dalam proses pemaknaan karya sastra yang dilakukan dengan pembedahan heuristik dan hermeneutika. Hasil analisis menekankan pada struktur naratif dan makna. Makna penelitian satua I Bulan Kuning ditekankan pada makna sebagai suatu konsepsi atau pemikiran. Dari segi objek penelitian yang digunakan, penelitian ini memiliki persamaan dengan yang dilakukan oleh penulis, yaitu menggunakan cerita tentang cita-cita yang kandas. Satua I Bulan Kuning menceritakan tentang kesenjangan status sosial yang menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga. Akan 10

tetapi, makna yang dapat dipetik dari penelitian Analisis Struktur, Fungsi, dan Makna Enam Cerpen dalam Kumpulan Teks Cerpen Layu Satonden Kembang adalah menjaga pranata sosial dan konsep ajaran Catur Warna. c) Yulia (2013), dalam skripsinya yang berjudul Wacana Persahabatan dalam kumpulan Satua I Punyan Kepuh teken I Goak. Kumpulan satua I Punyan Kepuh teken I Goak ini berisi empat judul satua yang terdiri atas I Punyan Kepuh teken I Goak, I Gajah Nyapa Kadi Aku. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural, teori fungsi, dan semiotik. Teori struktural yang digunakan berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Teeuw, Ratna dan Nurgiantoro. Teori fungsi yang digunakan berpedoman pada Luxemburg, Damono dan Bascom. Teori semiotik yang digunakan berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Saussure. Fungsi dari masing-masing satua yakni fungsi pendidikan yang lebih menekankan ajaran filsafat dan etika sebagaimana terdapat di dalam ajaran Hindu. Entitas makna pada wacana persahabatan dalam kumpulan Satua I Punyan Kepuh teken I Goak adalah arti positif persahabatan untuk membina rasa persatuan, keikhlasan dan tercapainya kesejahteraan. Sedangkan makna dalam penelitian Analisis Struktur, Fungsi, dan Makna Enam Cerpen dalam Kumpulan Teks Cerpen Layu Satonden Kembang adalah menjaga pranata untuk mencapai kesejahteraan. 11

2.2 Konsep Konsep merupakan gagasan pemikiran suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat yang perlu diamati dalam proses penelitian. Menurut Adi (2010: 27) konsep merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti. Dalam penelitian terhadap enam cerpen yang terdapat dalam kumpulan teks cerpen LSK ini memakai empat buah konsep, diantaranya konsep teks cerpen Layu Satonden Kembang, fungsi, dan makna. 2.2.1 Teks Cerpen Layu Satonden Kembang Secara filologis teks berarti kandungan atau isi naskah. Teks terdiri atas isi dan bentuk. Isi adalah ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, sedangkan bentuk adalah cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan (Hasjim, 1985: 56). Dalam konteks penelitian ini teks yang dimaksud adalah teks cerpen Layu Satonden Kembang. Menurut Karmini (2011: 102) cerpen adalah suatu cerita yang menggambarkan sebagian kecil dari keadaan, peristiwa kejiwaan, dan kehidupannya. Krisis yang terjadi tidak menyebabkan terjadinya perubahan nasib. Secara garis besar Layu Satonden Kembang terdiri atas tiga kata. Yang pertama kata layu dalam kamus Bali Indonesia artinya layu (Tim Penyusun, 2009: 400). Kata kedua adalah satonden yang berasal dari kata tonden yang artinya belum (Tim Penyusun, 2009: 757). Kemudian yang terakhir adalah kata 12

kembang artinya mekar, kembang, pucat, atau bunga (Tim Penyusun, 2009:330). Dalam konteks ini, Layu Satonden Kembang artinya sesuatu yang layu sebelum kembang. Jadi teks cerpen Layu Satonden Kembang merupakan cerita yang menggambaran hambatan-hambatan yang dialami oleh tokoh-tokoh cerita dalam menjalani kehidupannya sehingga hal yang diharapkannya tidaklah selalu berjalan dengan indah. Teks cerpen LSK yang diciptakan oleh pengarang merupakan karya sastra berbentuk prosa naratif yang menceritakan cita-cita yang tidak sesuai harapan atau kandas di tengah jalan. 2.2.2 Fungsi Menurut KBBI (2005: 322) menyatakan salah satu definisi fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat. Fungsi berarti hubungan aktif antara objek dan tujuan dipakainya objek tersebut (Endraswara, 2008: 71). Karya sastra tersebut akan berguna bagi masyarakat apabila memiliki sebuah fungsi. Fungsi tersebut tidak sepenuhnya bersifat pribadi tetapi bersifat sosial kemasyarakatan. Fungsi enam cerpen dalam kumpulan teks cerpen LSK diharapkan dapat memberikan pembelajaran agar masyarakat mendapat gambaran atau pencitraan tentang yang baik dan benar dalam menjalani kehidupan sehingga kehidupannya sesuai dengan harapan yang diinginkan dan tidak mengalami kegagalan. 13

2.2.3 Makna Menurut KBBI (2005: 703) makna adalah arti dan maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Djajasudarma (1993: 5) mengemukakan bahwa makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna merupakan suatu pemberian arti baik yang bersifat denotatif ataupun bersifat konotatif. Karya sastra sebagai sebuah artefak adalah benda mati yang akan mempunyai arti apabila diberi arti oleh pembacanya. Makna enam cerpen dalam kumpulan teks cerpen LSK adalah sebagai simbol untuk menjaga pranata kehidupan masyarakat. 2.3 Landasan Teori Sebuah penelitian ilmiah memerlukan suatu teori yang dipakai sebagai landasan atau dasar acuan untuk membahas permasalahan yang ada dan sebagai penunjuk jalan agar penelitian tidak kehilangan arah. Untuk itu dalam membedah karya sastra yang dibuat oleh pengarang maka diperlukan teori yang relevan dengan objek penelitian. Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin) yang berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan dunia keilmuan, teori berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai korelasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2009: 1). Pada 14

suatu penelitian, teori sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penelitian tersebut. Melihat judul dari penelitian dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka teori yang dipergunakan sebagai dukungan pendekatan untuk mengukuhkan penelitian ini adalah teori struktural dari Teeuw, teori semiotika Saussure, dan dibantu dengan teori resepsi. Ketiga teori tersebut diharapkan mampu memberikan arah dan memecahkan masalahmasalah yang ada agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2.3.1 Teori Struktural Teori pertama yang dilakukan adalah teori struktural. Pengertian struktur pada pokoknya berarti, bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dengan keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif seperti misalnya pertentangan dan konflik (Luxemburg, 1984: 38). Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyarankan pada pengertian hubungan antar unsur (instrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 36). Nurgiyantoro (2010: 37), menegaskan struktural bertujuan 15

memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lainnya tetapi lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu. Hal senada juga diungkapkan oleh Teeuw (1984: 135) analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Ditegaskan kembali oleh Damono (1979: 37) bahwa analisis struktur sangat mementingkan adanya keutuhan atau totalitas dari jaringan yang ada antara bagian-bagian sebagai pembentuknya. Hal ini merupakan suatu sistem yang utuh serta anasir-anasirnya tidak bisa didekati secara terpisah. 2.3.2 Teori Semiotika Teks hadir dalam karya sastra tidak dalam kesendirian atau kekosongan, namun teks hadir membawa makna. Untuk menganalisis karya sastra selain berdasarkan strukturalisme perlu juga dianalisis berdasarkan teori semiotik yaitu untuk dapat memahami sastra sepenuh-penuhnya sebagai struktur haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda, tanda itu baru diberi makna oleh pembaca berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya (Pradopo, 1994: 126). Menurut Pradopo (1995: 118), strukturalisme tidak dapat dipisahkan 16

dengan semiotik, karena karya sastra itu merupakan unsur tanda-tanda yang bermakna, tanpa memperhatikan sistem tanda, maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Faktor-faktor historis, geografis, metodologis, dan faktor kepribadian, adalah penyebab timbulnya perbedaan pandangan mengenai semiotika (Zoest, 1993: 6). Menurut Zoest (1993: 1) semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. Sedangkan menurut Karmini (2011: 112), semiotik adalah ilmu tanda-tanda, yang mempunyai dua aspek, yaitu penanda (signifer) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu, yaitu artinya. Hal senada juga diungkapkan oleh Saussure (Nurgiyantoro, 2010: 43), bahasa sebagai sebuah sistem tanda memiliki dua unsur yang tak terpisahkan, signifier dan signified, signifiant dan signifie, atau penanda dan petanda. Wujud signifiant (penanda) dapat berupa bunyi-bunyi ujaran, sedangkan signifie (petanda) adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang terkandung dalam penanda tersebut. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer. Artinya, hubungan antara wujud formal bahasa dengan konsep atau acuannya, bersifat semaunya berdasarkan kesepakatan sosial. 17

Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna (Nurgiyantoro, 2010: 40). Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal. Jadi semiotika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong (Ratna, 2009: 105). 2.3.3 Teori Resepsi Karya sastra merupakan artefak yang mati sebagai monumen dan baru dihidupkan lewat pembacaan oleh pembaca yang berbeda di tempat yang berbeda pada waktu yang berbeda dan dalam situasi sosial budaya yang berbeda dengan karya yang bersangkutan (Teeuw, 1984: 149). Menurut Ratna (2009: 165-167) bahwa secara definitif resepsi sastra, berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris), yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat memberikan respons terhadapnya. Dalam penelitian resepsi dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu resepsi secara sinkronis dan resepsi secara diakronis. Resepsi sinkronis meneliti karya sastra dalam hubungannya dengan pembaca sezaman. 18

Sedangkan resepsi diakronis meneliti pembaca dan karya sastra yang berada pada periode yang berbeda. Teori resepsi adalah teori yang mengedepankan tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra. Tanggapan ini dapat selalu berkembang mengikuti waktu. Resepsi hadir diakibatkan teks sastra sifatnya tidak stabil tergantung situasi dan kondisi dari pembacanya. Hal inilah yang menyebabkan teks sastra bersifat dinamis, seperti yang diungkapkan oleh Endraswara (2008: 122) teks sastra akan bermakna tergantung pembacanya atau penerimanya. Dengan kata lain teks sastra diserahkan kepada pembacanya atau penikmatnya untuk dinilai, evaluasi, dan interpretai sesuai dengan pemikiran pembaca, yang sesungguhnya sudah memiliki pengalaman empirik sebelumnya. Menurut Jausz (Teeuw, 1984: 197) setiap penelitian sastra mau tak mau bersifat historik, dalam artian bahwa resepsi sebuah karya dengan pemahaman dan penilaiannya tidak dapat diteliti lepas dari rangka sejarahnya seperti terwujudnya dalam horizon harapan pembaca masing-masing. Baru dalam kaitannya dengan pembaca karya sastra mendapat makna dan fungsi, dan pembaca mau tak mau bertempat dalam rangka sejarah tertentu. Teori resepsi dalam penelitian ini digunakan untuk memahami makna enam cerpen dari kumpulan teks cerpen LSK. Melalui resepsi pembaca berupa respons, penerimaan, penyambutan, tanggapan, reaksi, sikap, dan interpretasi dengan demikian dapat diketahui sejauh mana apresiasi serta pemaknaan terhadap kumpulan teks cerpen LSK. 19