DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Economics Development Analysis Journal

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

ANALISIS INPUT OUTPUT PENGOLAHAN TEMBAKAU DI PROVINSI JAWA TIMUR. Input Output Analysis of Tobacco Proccessing in Jawa Timur Regency

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Pendapatan Regional/ Regional Income

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN SEKTOR EKONOMI DI JAWA TENGAH ABSTRAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 2, September 2017

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERANAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI. Oleh. Nurul Qomaria NIM

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input Output)

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

ANALISIS POTENSI DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN PADA PEREKONOMIAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAA DENGAN PENDEKATAN INPUT-OUTPUT TESIS

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

Pendapatan Regional/ Regional Income

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Pengertian Produk Domestik Bruto

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERANAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA: PENDEKATAN INPUT OUTPUT TESIS

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

Transkripsi:

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012... 3 Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan Kapasitas di atas 6.000 m³/tahun per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.4 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2006--2012... 7 Gambar 4.1 Produksi Kayu Bulat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006--2012... 56 Gambar 4.2 Posisi Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun 2006... 66 Gambar 4.3 Posisi Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun 2010... 67 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur ADHK 2000 Tahun 2006--2012... 80 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 21 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 (miliar rupiah)... 81 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 21 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 (miliar rupiah)... 82 Klasifikasi Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2006... 83 Klasifikasi Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2010... 86 Lampiran 6 Kode IO 21 Sektor dan Inisial Sektor... 89 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Klasifikasi Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2006 dan 2010... 90 Matriks Leontief Inverse Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 21 Sektor Tabel I-O Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 (miliar rupiah)... 91 Matriks Leontief Inverse Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 21 Sektor Tabel Tabel I-O Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 (miliar rupiah)... 92 Lampiran 10 Kontribusi Output (Output Share) Sektoral Provinsi Jawa Timur Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2006 dan 2010... 93 Lampiran 11 Kontribusi Permintaan Antara (Intermediate Demand Share) Sektoral Provinsi Jawa Timur Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2006 dan 2010... 94 Lampiran 12 Kontribusi Permintaan Akhir (Final Demand Share) Sektoral Provinsi Jawa Timur Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2006 dan 2010... 95 Lampiran 13 Pengganda Output (Output Multiplier) Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 96 xiii

Lampiran 14 Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 97 Lampiran 15 Nilai Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 98 Lampiran 16 Indeks Daya Penyebaran Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 99 Lampiran 17 Nilai Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 100 Lampiran 18 Indeks Derajat Kepekaan Seluruh Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 101 Lampiran 19 Klasifikasi Sektor Unggulan dalam Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010... 102 xiv

INTISARI Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki kawasan hutan terluas dan potensi produksi kayu terbesar di Pulau Jawa. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk kurun waktu tujuh terakhir nilainya relatif kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan sektor kehutanan yang sesungguhnya dalam perekonomian Jawa Timur melalui kontribusinya terhadap PDRB, keterkaitannya dengan sektor-sektor perekonomian lainnya dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Data yang digunakan adalah data dari Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 dan 2010. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kontribusi, analisis angka pengganda (multiplier analysis), analisis keterkaitan (linkage analysis), dan analisis sektor-sektor unggulan (key sectors analysis) dengan menggunakan metode Rasmussen/Hirschman. Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur, baik terhadap output, permintaan antara maupun permintaan akhir terbesar disumbangkan oleh industri kehutanan. Secara umum, industri kehutanan memiliki angka pengganda output dan pendapatan yang lebih besar daripada kehutanan primer. Hal ini menunjukkan industri kehutanan memiliki kemampuan tinggi dalam meningkatkan output dan pendapatan. Keterkaitan ke belakang sektor kehutanan lebih tinggi daripada nilai keterkaitan ke depannya. Berdasarkan analisis sektor-sektor unggulan, industri kayu, furniture, dan kerajinan termasuk dalam kategori sektor unggulan, sedangkan industri kertas, kayu, dan hasil hutan lainnya termasuk dalam kategori sektor non unggulan. Kata kunci: sektor kehutanan, tabel input-output, kontribusi, keterkaitan ke depan, keterkaitan ke belakang, pengganda, sektor unggulan. xv

ABSTRACT East Java Province is a province that has the largest forest area and the biggest timber production potential on Java island. But, the Central Statistics Agency (BPS) shows that the contribution of the forestry sector to the Gross Domestic Regional Product (PDRB) for the last seven is relatively small. This study is conducted to determine the actual role of forestry sector in East Java's economy, through its contribution to the PDRB, linkages with other sectors of the economy, and its ability to promote the economic growth. The data used in this study are the data from Input-Output Table of East Java Province in 2006 and 2010. Several analysis consisting of contribution analysis, multiplier analysis, linkage analysis, and key sectors analysis are performed by Rasmussen/Hirschman method. The analysis result shows that the contribution of forestry sector is the biggest to the economy of East Java province, either to output, intermediate demand, or final demand. In general, the forest industry has a greater output and income multiplier than primary forest. This reveals the forestry industry has a high capability to increase output and income. Backward linkage value of forestry sector is higher than its forward linkage. Based on key sectors analysis, the wood, furniture, and crafts industry belongs to leading sector category. On the other hand, the paper, lumber, and other forest products industry belongs to non-leading sector category. Keywords: forestry sector, input-output table, contribution, forward linkage, backward linkage, multipliers, leading sectors. xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan elemen kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan memberikan manfaat multiguna bagi kehidupan manusia. Forest Watch Indonesia (2011: 1) menyatakan bahwa manfaat hutan dapat berupa manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai sumber berbagai jenis barang yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia ataupun sebagai bahan baku untuk berbagai industri, yang hasilnya digunakan untuk memenuhi hampir semua kebutuhan manusia. Adapun manfaat hutan yang tidak langsung meliputi sebagai sumber keanekaragaman hayati, sebagai pengatur iklim mikro, penyerap CO² dan penghasil oksigen, fungsi hidrologi/pelindung tata air, sumber bahan obat-obatan, ekoturisme, dan lain-lain. Hutan tropis Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Total wilayah daratan Indonesia adalah ± 187.670.600 hektar dan sekitar 52,4 persen atau 98,56 juta hektar diantaranya merupakan kawasan hutan (Kemenhut, 2012: 6). Kawasan hutan tersebut terdiri atas kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (KSA/KPA) seluas 15,92 juta hektar, hutan lindung (HL) 24,80 juta hektar, hutan produksi terbatas (HPT) 18,97 juta hektar, hutan produksi (HP) 20,63 juta hektar, dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) 10,61 juta hektar serta areal penggunaan lain (APL) 8,63 juta hektar (Kemenhut, 2012: 20). 1

Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010--2014 menuntut agar sektor kehutanan memiliki peran baik dalam pembangunan ekonomi maupun pembangunan lingkungan. Sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan pendapatan negara secara nyata. Selain itu, sektor kehutanan juga dituntut untuk dapat memberikan dukungan bagi terselenggaranya pembangunan sektor lain secara berkelanjutan melalui penyediaan produk dan jasa ekologi, termasuk didalamnya stabilitas tata lingkungan, perlindungan keanekaragaman hayati, pelestarian, dan pemanfaatan plasma nutfah, serta pengaturan tata air dan udara (Kemenhut, 2010: 1). Sebagaimana diketahui bahwa isu pengelolaan lingkungan merupakan salah satu rumusan tujuan pembangunan milenium (millennium development goals/mdgs). Keberadaan kawasan hutan sebagai bagian penting dari pembangunan, telah diakui oleh dunia internasional diakui sebagai ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara. Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan millenium (Kemenhut, 2010: 4). Data Potensi Desa pada Sensus Ekonomi (PODES SE) tahun 2006 menunjukkan bahwa dari 222,75 juta penduduk Indonesia, terdapat 17,93 juta orang yang tinggal sekitar kawasan hutan, dan sekitar 5,5 juta orang diantaranya termasuk kategori miskin (Dephut, 2007: 44). Secara tradisi, pada umumnya masyarakat yang bermata pencaharian langsung dari hutan melakukan 2

pemanfaatan berbagai jenis produk-produk hasil hutan, baik berupa kayu maupun non kayu seperti damar, gaharu, sutera, rotan, madu dan lain-lain. Namun, seiring dengan semakin menurunnya potensi sumber daya hutan dan adanya perubahan kebijakan nasional, kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional nilainya relatif kecil dan cenderung menunjukkan penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2006, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB nasional hanya sebesar 0,90 persen (Rp16,69 miliar), dan sebesar 0,67 persen (Rp17,42 miliar) pada tahun 2012 (BPS, 2012: 556), sebagaimana pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012 Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan (diolah) Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi di Pulau Jawa, yang secara geografis terletak pada 111,0-114,4 Bujur Timur dan 7,12-8,48 Lintang Selatan. Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa (Pulau Kalimantan) di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, Selat Bali (Pulau Bali) di sebelah timur, dan Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat (BPKH Jawa Madura, 2009: 1). Sementara itu, data statistik Kementerian Kehutanan (2013: 3

11) mencatat bahwa Provinsi Jawa Timur adalah provinsi yang memiliki kawasan hutan terluas di Pulau Jawa, yaitu 1.361.146 hektar atau 28,32 persen dari total luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Tabel 1.1 Luas dan Fungsi Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Timur No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Persentase 1. Kawasan Hutan Konservasi 230.248,3 16,96 2. Kawasan Hutan Lindung (HL) 315.505,3 23,25 3. Kawasan Hutan Produksi a. Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) 811.452,7 59,79 b. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) 0,0 Total Luas Kawasan Hutan 1.357.206,3 100,00 Luas Daratan Provinsi Jawa Timur 4.800.069 100,00 Persentase Luas Kawasan Hutan Prov. Jatim 28,32 Sumber: Kemenhut, 2013 Pembangunan sektor kehutanan di Provinsi Jawa Timur meliputi pengelolaan hutan negara dan hutan rakyat. Pembangunan hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur kurun waktu lima tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan. Jika pada tahun 2008 luas hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur adalah 452.345,51 hektar, meningkat menjadi 681.365,47 hektar pada tahun 2012 (Dishut. Prov. Jatim, 2013: 49). Keberadaan hutan rakyat sangat berarti bagi sektor kehutanan di Provinsi Jawa Timur, karena selain mendukung kebutuhan kayu bagi pasar dan industri kehutanan di dalam provinsi, juga sebagai sarana untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis di Provinsi Jawa Timur. Meningkatnya luasan hutan rakyat tersebut telah menempatkan Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan produksi log/kayu bulat terbesar di Pulau Jawa pada tahun 2012, yaitu sebesar 2.063.817,10 m³ (Kemenhut, 2013: 216). 4

Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012 Sumber: Kemenhut, 2013 (diolah) Keberadaan industri kehutanan, terutama industri kayu, furniture dan kerajinan yang cukup berkembang, dan mampu bertahan dari badai krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan bentuk peran nyata dari sektor kehutanan dalam perekonomian. Provinsi Jawa Timur terdata memiliki jumlah industri kehutanan kapasitas di atas 6.000 m³/tahun terbanyak dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa, sebagaimana pada Gambar 1.3 (Kemenhut, 2013: 210). Hasil produksi dari industri kehutanan ini, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam provinsi, juga merupakan salah satu sumber penghasilan devisa. Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan Kapasitas diatas 6.000 m³/tahun per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012 Sumber: Kemenhut, 2013 (diolah) 5

Peran penting sektor kehutanan dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur, terutama terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan kontribusi yang relatif kecil. Selama periode tahun 2006--2012, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur hanya berkisar 0,19--0,25 persen. Apabila dibandingkan dengan sektor lain, misalnya sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi terhadap PDRB sebesar 24,90--27,27 persen, maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 28,55--32,61 persen, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur memang jauh lebih kecil. Lebih jelasnya mengenai kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 1.2, dan Gambar 1.4 berikut. Tabel 1.2 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2006--2012 (miliar rupiah) No. Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 1 Pertanian 45.424,59 46.852,11 48.315,11 50.208,90 51.329,55 52.628,43 54.463,94 a. Tanaman Bahan Makanan 25.661,62 26.077,03 26.778,73 27.776,01 28.231,66 28.774,27 29.602,96 b. Tanaman Perkebunan 6.620,00 6.821,16 6.860,31 7.171,09 7.237,13 7.456,13 7.632,73 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 7.301,76 7.745,33 8.038,04 8.365,70 8.647,81 9.009,56 9.341,72 d. Kehutanan 538,40 545,25 647,78 639,15 728,38 773,92 975,93 e. Perikanan 5.302,80 5.663,33 5.990,24 62.566,94 6.484,56 6.615,55 6.910,60 2 Pertambangan dan Penggalian 5.508,98 6.079,02 6.645,09 7.104,82 7.757,32 8.228,63 8.401,26 3 Industri Pengolahan 74.118,63 77.651,26 81.033,88 83.299,89 86.900,78 92.171,19 98.017,06 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3.625,63 4.122,31 4.246,15 4.361,52 4.642,08 4.932,08 5.238,43 5 Bangunan 9.511,13 9.626,44 9.887,40 10.307,88 10.992,60 11.994,83 12.840,57 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 77.610,22 84.119,33 90.911,38 95.983,87 106.229,11 116.645,21 128.375,50 7 Pengangkutan dan Komunikasi 17.159,67 18.503,30 20.164,06 22.781,53 25.076,42 27.945,26 30.640,91 8 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 14.103,75 15.288,32 16.519,15 17.395,39 18.659,49 20.186,11 21.802,47 9 Jasa-jasa 24.735,32 26.162,22 27.816,46 29.417,37 30.693,41 32.251,53 33.886,30 PDRB dengan Migas 271.797,92 288.404,31 305.538,69 320.861,17 342.280,76 366.983,28 393.666,44 Persentase Kehutanan terhadap PDRB 0,20 0,19 0,21 0,20 0,21 0,21 0,25 Persentase Pertanian terhadap PDRB 16,71 16,25 15,81 15,65 15,00 14,34 13,84 Keterangan: *) Angka diperbaiki/revised figures **) Angka sementara/preliminary figures Sumber: BPS Prov. Jawa Timur, berbagai tahun terbitan (diolah) 6

Gambar 1.4 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB Prov. Jawa Timur Tahun 2006--2012 Sumber: BPS Prov. Jawa Timur, berbagai tahun terbitan (diolah) Peranan dan manfaat sektor kehutanan Provinsi Jawa Timur yang relatif kecil, namun bersifat strategis dapat dijelaskan melalui perhitungan ekonomi manfaat hutan, yang menghitung kontribusi kehutanan terhadap PDRB wilayah yang bersangkutan. Selama ini penghitungan manfaat ekonomi hutan tersebut hanya dikelompokkan ke dalam dua sektor, yaitu kayu dan hasil hutan lainnya (HHBK). Sementara itu, kontribusi dari industri kehutanan dimasukkan ke dalam sektor industri pengolahan. Hal ini menyebabkan penghitungan kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian domestik suatu wilayah menjadi semakin kecil. Seharusnya penghitungan kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian juga memperhatikan multiplier effect, dan keterkaitannya dengan sektor-sektor perekonomian lainnya, tidak hanya dilihat berdasarkan nilai dan kontribusinya terhadap PDRB. 7

1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang analisis input-output sektor kehutanan telah banyak dilakukan. Keaslian penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya terletak lokasi dan periode penelitian, serta alat analisis yang digunakan. Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen pada Tabel Input-Output tahun 2006 dan 2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kontribusi, analisis multiplier, analisis keterkaitan (linkage analysis), dan analisis sektor unggulan dengan metode Rasmussen/ Hirschman. Selengkapnya mengenai beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.3. No Tabel 1.3 Hasil Penelitian Terdahulu dengan Analisis Input-Output Sektoral Nama Peneliti Sumber Referensi Alat Analisis Kesimpulan 1. Ulya (2008) Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 5, No. 1, 57--68 Input-Output 1. Nilai keterkaitan ke depan sektor kehutanan berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan dipengaruhi oleh kondisi umum perekonomian. Nilai keterkaitan ke depan sektor kehutanan yang terbesar terjadi pada tahun 1971. Sementara itu, nilai yang terkecil adalah pada tahun 1985. 2. Nilai keterkaitan ke belakang sektor kehutanan berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan dipengaruhi oleh kondisi umum perekonomian. Nilai backward linkage sektor kehutanan yang terbesar terjadi pada tahun 1971. Sementara itu, nilai yang terkecil terjadi pada tahun 1980. 3. Sektor kehutanan bukan merupakan salah satu sektor kunci dalam perekonomian Indonesia, jika dilihat dari indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. 8

2. Chairiah (2008) 3. Dhubháin, et. al. (2009) Thesis Abstract, Graduate School of Development Studies, Institute of Social Studies, Netherlands. Jurnal Forest Policy and Economics, Vol. 11, 50--55 Tabel 1.3 Lanjutan Social Accounting Matrix (SAM) Input-Output 1. Tahun 2005, sektor kehutanan menyerap 0,53% dari total tenaga kerja Indonesia, dan memberikan kontribusi 0,78% terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia cenderung menurun selama rentang waktu sepuluh tahun terakhir. 2. Komoditas ekspor dari sektor kehutanan berkontribusi sebesar 0,26% terhadap total ekspor, sedangkan impor memberikan kontribusi sebesar 0,05% terhadap total impor Indonesia. 3. Dampak aktivitas total dari backward linkage adalah 8,512. Ini berarti efek dari 1 juta rupiah dari peningkatan permintaan akhir di sektor kehutanan akan naik 8.512.000 rupiah. 4. Dampak aktivitas total dari forward linkage adalah 2,449. Ini berarti efek dari 1 juta rupiah dari peningkatan permintaan akhir semua sektor perekonomian, meningkatkan produksi sektor kehutanan sebesar 2.449.000 rupiah. 1. Tahun 2003, sektor kehutanan menghasilkan output langsung sebesar 255,4 juta dengan multiplier output sebesar 1,25 (tipe I) dan 1,85 (tipe II). Sementara itu, multiplier tenaga kerja adalah sebesar 1,90. 2. Sektor kehutanan memiliki hubungan yang kuat terhadap perekonomian domestik dengan input antara lebih dari 74,1%. 3. Sektor kehutanan bersifat padat modal, karena upah dan gaji meliputi 20,9% dari total input primer. 4. Total dampak terhadap seluruh perekonomian sebagai akibat dari peningkatan output pada sektor kehutanan pada tahun 2003 diperkirakan sebesar 1,6 miliar, dengan total lapangan kerja yang dihasilkan lebih dari 70%. 9