Siti Fatimah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode... 117 MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 3 SUKOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2013/2014 SEMESTER II Oleh: Siti Fatimah SD Negeri 3 Sukorejo, Gandosari, Trenggalek Abstrak: Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui kepala sekolah dalam mendorong kemampuan guru menggunakan pendekatan CTL dalam membimbing siswa kelas V melakukan improvisasi dan lebih giat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS dan untuk mengetahui penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Siswa Kelas V Semester II SDN 3 Sukorejo Tahun 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Sukorejo pada siswa Kelas V Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Tahun 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 58,00 dengan ketuntasan sebesar 25,00%, siklus pertama 69,00 dengan ketuntasan belajar sebesar 70,00%, dan pada siklus kedua rata-ratanya sebesar 79,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 95,00%. Kata Kunci: pendekatan CTL, IPS, motivasi, prestasi belajar Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor, manajer dan administrator. Kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran merupakan salah atus tugas pokok pada institusi pendidikan yang berkaitan dengan pengawasan di bidang pengajaran mencakup perencanaan pengajaran dan evaluasi pengajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pengajaran. Supervisor atau pengawasan pengajaran dilakukan agar setiap aktovitas guru, murid dan staf administrasi tetap mengarah pada tercapainya tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan pendidikan secara nasional. Dengan demikian, maka kegiatan supervisi dan motivator yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan mampu mendorong kemampuan guru membimbing siswa melakukan improvisasi dan lebih giat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, memperbaiki sarana dan praarana serta kendala-kendala yang menghambat pertunbuhan dan perkembangan anak, agar proses pembelajaran berjalan lancar penuh semangat, nyaman dan konduktif. Agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan secara kondusif kepala sekolah perlu membuat koordinasi dalam semua komponen, memberi nasihat, memupuk semangat kerja, memimpin sekaligus menilai guru, siswi dan staf administrasi. Memperbaiki dan mengembangkan pengajaran, kurikulum merencanakan secara kontinyu, sistematis, prosedural, menggunakan instrument, data obyektif dan realistis. Memberikan layanan dan bantuan serta melakukan koordinasi stimulasi dan support kearah kemajuan profesi guru, memperbaiki situasi pembelajaran dengan lima keterampilan dasar yakni, hubungan kemanusiaan, proses kelompok, kepemimpinan pendidikan, mengatur personalia dan evaluasi. Dengan adanya koordinasi yang baik maka pendidikan sebagai usaha sadar dan
118 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional pasal 3 dijelaskan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2003:2). Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka inti dan tujuan pendidikan adalah pembentukan dan pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dalam rangkaian pelaksanaan pendidikan tersebut perlu diambil langkah-langkah yang memungkinkan adanya tingkah laku disiplin dalam masyarakat dan terutama di sekolah. Belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relative tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Teori belajar yang menganggap belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan computer. Menurut model ini yang disebut model pemrosesan teknologi, proses model belajar dianggap sebagai transformasi input (Adriana dalam Gagne, 1992:13). Dalam pembelajaran bidang studi IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. Fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. (Suryana, 2002) Walaupun siswa memiliki nilai yang tinggi dari mata pelajaran selain IPS, tetapi dalam sikap dan perbuatannya dia tidak memahami, mengerti dan melaksanakan apa yang terkandung dalam ilmu IPS maka dia tidak akan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Bagi bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban agar siswa nanti menjadi anak yang peduli, tangguh, dan mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan sosial sehingga tumbuh sebagai warga Indonesia dan warga dunia yang baik. Karakteristik pembelajaran IPS yang efektif ialah bila siswa sanggup menemukan sendiri melalui pengalaman dalam pemecahan masalah. Dengan dapat menemukan sendiri dalam pemecahan masalah tentunya siswa dapat memahami konsepkonsep yang dibahas, agar siswa berhasil dalam belajarnya, dalam arti mampu menemukan dan membentuk pengetahuan. Realita yang terjadi di lapangan adalah motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Tahun 2013/2014 masih rendah, hal ini berpengaruh pada rendahnya hasil ulangan harian siswa, masih banyak siswa berada di bawah KKM IPS (75) yang ditentukan. Hal ini diduga disebabkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak tepat, sehingga proses pembelajaran IPS yang dilakukan kurang menarik dan bermakna. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat. Bila dibiarkan terus menerus kenyataan ini dikhawatirkan hasil belajar siswa tidak ada peningkatan pada jenjangnya. Kurangnya minat siswa untuk aktif dalam pembelajaran serta kurangnya
Siti Fatimah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode... 119 rasa ingin tahu siswa untuk berfikir kritis dalam pembelajaran IPS, karena itu peneliti memilih menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Pembelajaran IPS dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan. (M. Khafid, 2004) METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahanperubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Observasi (Observation), dan Refleksi (Reflection). HASIL PENELITIAN Siklus I Refleksi Awal Refleksi awal merupakan hasil pencerminan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh peneliti selaku kepala sekolah pada masa pra tindakan. Kegiatan pra tindakan ini terdiri dari kegiatan supervisi kelas, pembinaan guru kelas, studi dokumentasi administrasi pembelajaran guru. Dari hasil kajian observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terekam bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPS masih sangat konvensional dan terkesan monoton. Guru banyak melakukan kegiatan ceramah dan umpan balik dilakukan sebatas tanya jawab untuk mengembalikan konsentrasi belajar siswa. Hal ini dilakukan Karena guru belum mengetahui metode pembelajaran yang tepat, terbukti dari RPP yang belum tersedia. Dari hasil kajian observasi awal, kepala sekolah melakukan dialog dengan guru kelas untuk mendiskusikan hasil temuan supervise. Kepala melakukan dialog secara terstruktur mengenai kendala dan dampak pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan proses pembelajaran yang monoton dikahawatirkan prestasi belajar siswa akan terhambat, karena motivasi belajar siswa rendah. Untuk itu peneliti memberikan motivasi dan inovasi dalam pembelajaran IPS di Kelas V dengan menggunakan pendekatan CTL. Dalam pendekatan CTL peserta didik digiring ke ranah situasional dan kontektual pola pikir anak. Melalui pendekatan ini diharapkan aktivitas belajar siswa lebih berkembang sehingga prestasi belajar anak terus tumbuh. Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah (a) menyusun rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Pendekatan CTL, (b) menyusun petunjuk kegiatan siswa, (c) melaksanakan kegiatan penelitian, dan (d) penilaian hasil kegiatan penelitian. Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan rencana pembelajaran sebagai berikut: Pertemuan 1, meliputi: (1)
120 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 Pendahuluan. Guru mengeluarkan sebuah kotak. Siswa diminta untuk menebak isinya sampai bisa dengan arahan sebagai berikut: (a) Benda yang berada di dalam kota ini sangat berharga bagi bangsa kita. Banyak pengorbanan yang dilakukan agar benda ini tetap berdiri kokoh. Benda apa ini?; (b) Siswa diberi kesempatan untuk menebak isi kotak; (c) Setelah tertebak siswa menjawab pertanyaan dari guru; (d) Siapa sekarang yang harus menjaga sang saka merah putih? ; (2) Kegiatan inti. Siswa digiring untuk mengenang kembali masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, siswa dapat menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, menyebutkan tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, menugaskan siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi perjuangan fisik yang terjadi, menceritakan jasa dan peranan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan; (3) Kegiatan penutup. Menyimpulkan materi dan memberi motivasi. Pertemuan 2, meliputi: (1) Pendahuluan. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan sesuai materi; (2) Kegiatan inti. (a) Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang cara mengenang tokoh perjuangan kemerdekaan, (b) Secara bergantian siswa menunjukkan sikap menghargai para tokoh perjuangan, (c) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, (d) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan; (3) Kegiatan penutup, meliputi: Menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan mengadakan tes tertulis (uji kompetensi) Observation (Pengamatan) Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa serta dari hasil kinerja siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa aktivitas guru sudah menunjukkan aktivitas pembelajaran yang baik dengan perolehan skor sebesar 60,00%. Hal ini berakibat berkembangnya aktivitas pembelajaran siswa sebesar 61,25%. Artinya guru dan siswa sudah mampu melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan dan pendekatan pembelajaran yang telah dirancang. Pada kegiatan apersepsi guru berhasil membawa anak kembali mengingat kembali masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hanya saja pada saat siswa bertanya, guru langsung menjawab pertanyaan siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I dapat penulis sajikan pada Tabel 1. Dari data Tabel 1 terlihat jelas bahwa kemampuan siswa untuk memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan dengan kualifikasi baik masih sangat rendah. Tingkat ketuntasan mencapai 70,00% atau 14 siswa dari 20 siswa yang diteliti yang berarti lebih rendah dari syarat ketuntasan minimum yaitu 85% siswa dengan nilai minimum 75. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu saat siswa bertanya hendaknya, guru melempar dulu pertanyaan kepada siswa lain dan kegiatan diskusi, guru belum menjadi fasilitator dan motivator secara merata, sehingga siswa harus memanggil berulang-ulang agar guru mendekati kelompoknya tidak tefokus pada kelompok tertentu saja.
Siti Fatimah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode... 121 Tabel 1 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus I Siklus II Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, dengan materi yang sama. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yaitu lebih efektif dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Action (Pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Adapun langkah-langkah pembelajaran untuk siklus II adalah sebagai berikut: Pertemuan 1, terdiri dari: (1) Pendahuluan, meliputi: Guru mengeluarkan sebuah kotak. Siswa diminta untuk menebak isinya sampai bisa dengan arahan yaitu Benda yang berada di dalam kota ini sangat berharga bagi bangsa kita. Banyak pengorbanan yang dilakukan agar benda ini tetap berdiri kokoh. Benda apa ini?, siswa diberi kesempatan untuk menebak isi kotak, dan setelah tertebak siswa menjawab pertanyaan dari guru, Siapa sekarang yang harus menjaga sang saka merah putih? ; (2) Kegiatan inti, meliputi: Siswa digiring untuk mengenang kembali masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, siswa dapat menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dan menyebutkan tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, menugaskan siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi perjuangan fisik yang terjadi, menceritakan jasa dan peranan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, serta guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan pengu-atan dan penyimpulan; (3) Kegiatan penutup, meliputi: Menyimpulkan materi dan memberi motivasi. Pertemuan 2, terdiri dari: (1) Pendahuluan, untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru rnemperlihatkan gambar-gambar tokoh perjuangan, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan sesuai materi; (2) Kegiatan inti. (a) Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang cara me-ngenang tokoh perjuangan kemerdekaan, (b) Secara bergantian siswa menunjukkari sikap menghargai para tokoh perjuangan, (c) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, (d) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan; (3) Kegiatan penutup, meliputi: Menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan mengadakan tes tertulis (uji kompetensi). Observation (Pengamatan) Hasil observasi pada siklus II masih menggunakan format pengamatan yang sama pada siklus I. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlang sung menunjukkan bahwa aktivitas guru sudah menunjukkan aktivitas pembelajaran yang sangat baik dengan
122 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 perolehan skor sebesar 80,00%. Hal ini berakibat berkembangnya aktivitas pembelajaran siswa dengan sangat baik sebesar 82,50%. Artinya guru dan siswa sudah mampu melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan dan pendekatan pembelajaran yang telah dirancang. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I dapat penulis sajikan pada Tabel 2. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Dari Tabel 2 diketahui bahwa ketuntasan telah mencapai 95,00%, ketuntasan tersebut telah melebihi ketuntasan secara klasikal sebesar 85%, sehingga penelitian ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan lagi. Tabel 2 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus II Refleksi Dari hasil observasi ditemukan sudah adanya beberapa peningkatan, yaitu (a) teknik bertanya siswa kepada guru sudah baik, (b) motivasi guru terhadap siswa meningkat, (c) dalam kegiatan diskusi semua siswa terlibat aktif, dan (d) siswa dapat menghubungkan materi dengan kejadian yang dialami siswa Hasil Respon Siswa Setelah berakhirnya siklus ke II peneliti membagikan angket kepada siswa. Dari angket tersebut dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan CTL sangat positif. Hasil angket tersebut menunjukkan prosentase sebesar 1,93%. Interpretasi Data Data yang penulis sajikan tersebut berupa data Hasil Belajar Siswa dan data Pelaksanaan PBM Guru. Interpretasi terhadap data penulis fokuskan pada dua hal tersebut yakni Hasil Belajar Siswa dan pelaksanaan PBM Guru. Tindak lanjut terhadap hasil interpretasi ini berupa perencanaan tindakan siklus berikutnya, penulis sertakan atas dasar evaluasi untuk perbaikan kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan siklus berikutnya. Aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini juga terus mengalami peningkatan. Guru sudah lebih bisa memberikan motivasi kepada siswa. Sehingga prestasi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 60,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 80,00%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I persentasenya sebesar 61,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 82.50%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SDN 3 Sukorejo berhasil dengan baik. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 58,00 dengan ketuntasan sebesar 25,00%, siklus pertama: 69,00 dengan ketuntasan belajar sebesar 70,00%, dan pada siklus kedua rata-ratanya sebesar: 79,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 95,00%. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada grafik Gambar 1. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dengan diterapkannya proses pembelajaran dengan Pendekatan CTL
Siti Fatimah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode... 123 Gambar 1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa menjadikan: (1) Kepala sekolah berhasil dalam mendorong kemampuan guru menggunakan pendekatan CTL dalam membimbing siswa kelas V melakukan improvisasi dan lebih giat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru pada siklus I seebesar 60,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 80,00%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I prosentasenya sebesar 61,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 82.50%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SDN 3 Sukorejo berhasil dengan baik. (2) Dengan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Siswa Kelas V Semester II SDN 3 Sukorejo Tahun 2013/2014. Hal ini dapat diketahui dari nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 58,00 dengan ketuntasan sebesar 25,00%, siklus pertama 69,00 dengan ketuntasan belajar sebesar 70,00%, dan pada siklus kedua rata-ratanya sebesar: 79,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 95,00%. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran agar dalam menerapkan pendekatan CTL dapat mencapai hasil yang memuaskan yaitu: (1) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan; (2) Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS; (3) Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan CTL; (4) Untuk team dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja; dan (5) Dalam proses belajar mengajar guru perlu mem-berikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Ketentuan Umum. Jakarta: Depdiknas. Gagne, Robert M. 1992. Principles of Instruction Design. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers. M.Khafid/ Suyati. 2004. Pelajaran IPS. Dirjen Pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Erlangga. Suryana, D, 2002, Belajar Aktif IPS, Jakarta : Pusat Perbukuan, Depdiknas. Depdiknas. 2003. Pedoman CTL, Pedoman Penunjang Kurikulum 2004. Jakarta.