Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia

Pola Kegiatan Keseharian - 1

LISENSI PEMAKAIAN. Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu.

Pengembangan Berbasis Minat-Bakat

Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia

Menumbuhkan Budaya Baca Di Lingkungan PKBM PELITA RIAU. : Adimir A. Baluka

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI SOCIO HUMANISM BERBANTU WEBSITE PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Directed Learning. Menurut Gibbons (2002; ) self-directed learning adalah usaha yang

KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE


BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

SUKSES DI KAMPUS. Dr. Rini Nurahaju, M.Si., Psikolog 29 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Masa Kini dan Masa Depan. Lintang Yuniar Banowosari

PUSTAKAWAN MENULIS, APAKAH SUATU KEHARUSAN Purwani Istiana Pustakawan Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

Strategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan Karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

MENULIS ITU BERCERITA!

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

Kurikulum, Materi Belajar & Pola Kegiatan Homeschooling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan ICT untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencerna informasi dan mengadaptasi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

Konsep Pembelajaran Mandiri. Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD

EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

Panduan Sukses Bisnis BebasBayar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

2

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada Bab V ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang

Materi Webinar.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

Transkripsi:

Belajar Mandiri Self-Directed Learning Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com

1 "The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn." (Alvin Toffler, Rethinking the Future )

Mengapa Perlu Belajar Mandiri? 2 Pendidikan anak adalah ikhwal mengantarkan anakanak kita pada masa depannya. Sebab, anak-anak bukanlah hidup untuk masa kini, tetapi untuk masa mereka sendiri. Kendatipun kita tak mengetahui dengan pasti bagaimana masa depan yang akan terjadi dan akan dijalani anak-anak kita, setidaknya secara manusiawi kita melakukan usaha untuk mempersiapkannya. Itulah sebabnya, kita perlu memikirkan pendidikan seperti apa yang sesuai untuk anak-anak kita pada masa yang akan datang berdasarkan sedikit hal yang kita ketahui pada saat ini. Dalam konteks lingkungan sosial ekonomi, saat ini kita mengalami banyak sekali lompatan perkembangan, yang bukan hanya terjadi secara linier, tetapi melalui lompatan-lompatan yang mengejutkan. Semua itu

mempengaruhi bagaimana kita beraktivitas, bekerja, dan 3 juga pandangan kita mengenai berbagai hal. Abad yang sedang kita jalani saat ini adalah awal dari abad informasi, setelah kita melalui abad industri yang dampaknya masih kita rasakan hingga saat ini. Walaupun kita baru mengalami awal dari abad informasi, kita perlu memerhatikannya lebih cermat karena abad ini dengan segala karakteristiknya- adalah tempat anak-anak kita tumbuh dan akan menjadi dunianya dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai perbandingan singkat, Robert T. Kiyosaki, seorang penulis keuangan membuat tabel perbandingan perbedaan karakter pekerjaan di abad informasi (tempat anak-anak kita tumbuh) dan abad industri (tempat kita dibesarkan dan hidup saat ini).

Abad Industri Keamanan dan masa kerja Senioritas Satu pekerjaan Bekerja sampai umur 65 Bekerja sesuai jam kantor Sekolah (formal Titel dan surat kepercayaan Pengetahuan lama Rencana pensiun perusahaan Rencana pensiun pemerintah Rencana medis pemerintah Bekerja di perusahaan Abad Informasi Agen bebas, perusahaan virtual Dibayar karena hasil Banyak profesi Pensiun dini Bekerja bila tertarik untuk bekerja Seminar Bakat Gagasan-gagasan baru Portofolio Tidak membutuhkannya Tidak membutuhkannya Bekerja di rumah 4 Sumber: Rich Kid Smart Kid, Robert T. Kiyosaki *** Jika karakter dan keadaan di masa depan berbeda dengan yang saat ini kita alami, lalu bagaimana kita menyiapkan masa depan anak-anak kita? Ada baiknya kita merenungkan beberapa pemikiran Alfin Toffler seorang futurolog yang menggeluti studi tentang masa depan.

Sebagaimana kutipan yang dimuat di awal tulisan ini, 5 futurolog Alvin Toffler menuliskan gagasan tentang pendidikan bahwa Kebutahurufan pada abad 21 ini bukanlah orang-orang yang tak bisa membaca dan menulis. Tetapi buta huruf pada masa kini adalah mereka yang tak bisa belajar (learn), membongkar pengetahuan (unlearn), dan belajar ulang (relearn). Toffler menjelaskan tentang sebuah pola baru pendidikan yang perlu kita simak dan siapkan untuk masa depan anak-anak kita. Pola itu berupa siklus belajar yang berlangsung terus-menerus: belajar (learn), membongkar pengetahuan (unlearn), dan belajar ulang (relearn). Di masa datang (yang mulai bisa kita rasakan pada saat ini), anak-anak harus mampu mempelajari pengetahuan/ketrampilan baru. Pada saat yang sama, anak-anak harus siap untuk membongkar pengetahuan yang telah mereka kuasai karena datangnya pengetahuan/ ketrampilan baru.

Datangnya pengetahuan/ketrampilan baru itu 6 mungkin menuntut revisi terhadap terhadap pengetahuan lama. Tetapi, bisa juga pengetahuan baru itu membuat pengetahuan yang lama menjadi kehilangan relevansinya. Dan sebagai konsekuensi lanjutan, anak harus memiliki ketrampilan untuk mempelajari pengetahuan/ketrampilan baru dengan cepat. Kita sudah menyaksikan, inovasi yang luar biasa dalam dunia komputer dan telekomunikasi telah mengubah bukan hanya bentuk bisnis, tetapi juga aturan permainan bisnis (game plan). Hampir semua bidang bisnis terpengaruh oleh teknologi ini, yang membuat para pemain yang ada di dalamnya dipaksa untuk belajar dan menyesuaikan diri, atau tersingkir dari medan permainan. Kondisi yang digambarkan untuk masa depan itu sudah mulai kita rasakan pada masa sekarang. Begitu seorang anak lulus kuliah, ilmu pengetahuan yang dipelajarinya di bangku kuliah tak dapat begitu saja

digunakan di dalam industri. Pekerja baru membutuhkan 7 pendidikan di perusahaan sebagai proses adaptasi pengetahuan-pengetahuan baru yang berkembang dan digunakan di dalam industri. Demikian pun, selama seseorang bekerja berbagai pelatihan diberikan untuk memperbarui berbagai pengetahuan dan ketrampilan baru yang dibutuhkan dalam bisnis. Teknologi internet juga membuat proses belajar berubah dengan revolusioner. Kini, siapapun bisa belajar apapun dan dari manapun, tanpa tergantung pada bentukbentuk konvensional seperti guru, ruang kelas, dan jadwal belajar. Inilah peluang besar yang perlu dimengerti dan dimaksimalkan kemanfaatannya oleh para orangtua. *** Untuk membekali anak-anak agar menjadi seorang pembelajar mandiri, kita membutuhkan sebuah revousi dalam cara pandang kita terhadap pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan untuk anak-anak kita. Belajar

bukan sekedar menguasai mata pelajaran tertentu, lulus 8 dari sebuah jenjang pendidikan tertentu, atau memiliki ijazah tertentu. Pola belajar lama sebagaimana yang pernah kita dapatkan di bangku sekolah tak lagi mencukupi sebagai bekal untuk masa depan anak-anak kita. Inilah tantangan kita, para orangtua dan pendidik untuk anak-anak kita. Di manapun anak-anak belajar, baik di lembaga formal (sekolah) maupun informal (homeschooling), tantangan itu tetap ada dan nyata. Yang penting bukan di mana anak-anak belajar, tetapi bagaimana mengantarkan anak-anak kita menjadi pembelajar mandiri.

Apa Itu Pembelajar Mandiri? 9 Menurut M. Knowles, penulis buku Self-Directed Learning: A Guide for Learners and Teachers, proses belajar mandiri adalah "a process in which individuals take the initiative, with or without the help of others," to diagnose their learning needs, formulate learning goals, identify resources for learning, select and implement learning strategies, and evaluate learning outcomes. Proses belajar mandiri adalah ketika seseorang membuat inisiatif dengan mandiri atau dengan bantuan orang lain untuk mengenali kebutuhan belajar mereka, memformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi bahan yang dibutuhkan untuk belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar, serta mengevaluasi hasil dari proses belajar. Berikut ini beberapa ciri dari pembelajar mandiri, yang menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk direalisasikan:

Dorongan Internal 10 Seorang pembelajar mandiri memiliki dorongan internal untuk belajar. Dorongan itu yang memotivasi dirinya untuk berinisiatif dan melakukan proses belajar. Dia tidak menunggu seseorang (guru atau orangtua) ataupun dorongan eksternal untuk melakukan proses belajar yang diinginkannya. Belajar bukanlah beban, tetapi adalah sebuah kebutuhan dan hal yang menyenangkan sekaligus menantang. Berorientasi Tujuan Banyak tujuan belajar, mulai sekedar untuk mengetahui, menambah wawasan, menguasai ketrampilan, serta tujuan-tujuan lainnya. Seorang pembelajar mandiri tahu apa yang ingin dicapainya. Dia tak hanya melakukan standar minimum tugas/ pekerjaan yang dibebankan kepadanya, tetapi mencari cara dan kepuasan pribadi dalam proses

penyelesaian tugas dan standar tugas yang ingin 11 diraihnya. Terampil mencari Bahan Belajar Untuk menuju tujuan belajar yang ingin diraihnya, pembelajar mandiri memiliki ketrampilan mencari bahan belajar yang diinginkannya. Bukan berarti dia menguasai seluruh informasi, tetapi dia tahu dari mana harus memulai belajar. Seandainya pun dia tidak mengetahuinya, dia tahu bagaimana mencarinya, kepada siapa dia bertanya, dan ke mana dia mencari. Pandai Mengelola Diri (Self-management) Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia tahu, metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan

evaluasi atas proses yang dilakukannya dan 12 bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas.

Proses Menjadi Pembelajar Mandiri 13 Mengembangkan pendidikan yang mendorong anak menjadi pembelajar mandiri adalah sebuah usaha jangka panjang. Pendidikan itu bukan hanya mengenai materi belajar yang dipelajari (content), tetapi melibatkan setidaknya dua aspek penting yang lain, yaitu budaya belajar (learning culture) dan ketrampilan belajar (learning skills). Budaya Belajar Budaya adalah sekumpulan nilai-nilai (values), sikap (attitudes), tujuan (goals), dan praktek yang terefleksi dalam kegiatan sehari-hari secara konsisten. Untuk menjadi sebuah budaya, sebuah nilai membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa terinternalisasi. Proses internalisasi itu biasanya dilakukan melalui penanaman nilai dan pembiasaanpembiasaan dalam aktivitas sehari-hari.

Dalam konteks belajar mandiri, pembudayaan 14 nilai-nilai yang penting untuk dipelihara dan terus ditumbuhkan pada anak antara lain adalah keingintahuan (curiosity), inisiatif, kepercayaan diri, disiplin, dan semangat eksploratif. Nilai-nilai tersebut pada dasarnya sudah dimiliki oleh anakanak. Tetapi karena faktor budaya eksternal yang berbeda atau pola pengasuhan yang kurang tepat, nilai-nilai tersebut tidak berkembang, atau justru menjadi pudar. Sebagai contoh, keingintahuan dan eksplorasi merupakan sifat yang alami pada anak-anak. Keingintahuan dan eksplorasi mulai berkembang sejak bayi. Pada saat anak mulai mengalami perkembangan pada lima tahun pertama, anak banyak bertanya apa ini-apa itu, mengapa beginimengapa begitu; juga melakukan berbagai eksplorasi dengan mencoba melakukan bermacam hal yang ada di sekitarnya tanpa rasa takut.

Apakah keingintahuan dan semangat 15 eksploratif anak itu bertahan, berkembang, atau pudar tergantung pada pengasuhan keluarga dan penyikapan lingkungan terdekat anak. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan kultur belajar yang sehat pada anak antara lain: Stimulus yang sesuai Stimulus adalah membangun sikap orangtua untuk terlibat aktif dalam proses perkembangan anak. Stimulus dapat berwujud hal-hal sederhana, seperti mengajak anak berkomunikasi sejak masih bayi, bermain bersama, serta melakukan ekspose anak pada beragam hal.

Sistem insentif-disinsentif yang konsisten 16 Untuk membangun sebuah nilai yang menginternal, orangtua perlu belajar menjaga konsistensi nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Jika orangtua berharap anak yang aktif dan mandiri, insentif (penghargaan) harus diberikan secara konsisten untuk setiap inisiatif anak. Insentif itu bukan sebuah hal yang besar ataupun hadiah, tetapi dapat berupa senyum, tawa, tepuk tangan, pujian, ucapan terima kasih, usapan di kepala atau bahu, dan bentuk-bentuk lain yang dikenali anak sebagai sebuah pujian. Sebaliknya, disinsentif yang perlu diwaspdai adalah yang tak berwujud kemarahan (karena kemarahan relatif lebih mudah dikenali), tapi dapat mengambil bentuk-bentuk yang lebih halus, misalnya tak menjawab pertanyaan, menghindar,

menjawab dengan nada kejengkelan, atau menjawab sekenanya. Respon yang sehat untuk keingintahuan Walaupun orangtua memiliki harapan yang besar agar anak menjadi aktif, pada kenyataannya praktek yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sering tidak konsisten. Orangtua yang kelelahan atau sedang sibuk terkadang tanpa sadar mengabaikan pertanyaan dan keingintahuan anak. Bahkan, tak jarang memberikan disinsentif melalui suara keras, kejengkelan, ataupun kemarahan. Di sinilah tantangan besar bagi orangtua untuk memperluas ruang kesabaran demi proses pendidikan anak yang lebih baik. Ruang untuk eksplorasi Salah satu resiko dari eksplorasi adalah kegagalan. Resiko ini melekat dan harus diterima sebagai konsekuensi pengembangan nilai-nilai

eksploratif pada anak. Jika orangtua menginginkan anaknya eksploratif, tetapi pada saat bersamaan memiliki toleransi yang rendah terhadap kesalahan anak dalam melakukan sesuatu; hampir dipastikan bahwa nilai-nilai eksploratif akan sulit berkembang pada anak. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan ruang bagi anak untuk melakukan percobaan, yang mungkin tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. Ketrampilan Belajar Ada beberapa ketrampilan belajar (learning skills) yang dapat dipelajari dan dikembangkan untuk pendidikan sebagai pembelajar mandiri, diantaranya adalah: Ketrampilan bertanya Ketrampilan bertanya dipelajari anak untuk membimbing mereka menemukan jawaban-jawaban dari keingintahuan mereka. Ketrampilan ini

dipelajari terutama melalui keteladanan dalam komunikasi sehari-hari. Salah satu bentuk ketrampilan bertanya yang perlu dipelajari dan dikuasai adalah ketrampilan mengajukan pertanyaan terbuka (open question). Ketrampilan membaca Ketrampilan membaca bukan hanya berarti dapat mengenali simbol-simbol yang dibaca, tetapi lebih menekankan pada pemahaman terhadap apa yang dibaca. Ada bermacam-macam aspek ketrampilan membaca yang perlu dipelajari dan dikuasai, diantaranya adalah ketrampilan membaca teks, tabel, grafik, persamaan matematika, persamaan kimia, dan membaca diagram. Ketrampilan mencari informasi Ketrampilan mencari informasi akan membimbing anak menelusuri proses-proses yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban atas hal-

hal yang ingin diketahui/dikuasainya. Ketrampilan ini dapat diajarkan dengan mengekspose anak pada ragam sumber informasi (buku, TV, orang, kamus, ensiklopedia, Internet, masyarakat, dsb). Ketrampilan ini dapat dilatih dengan membiasakan anak untuk melakukan riset, baik dalam bentuk sederhana (pengamatan terhadap sekitar), menggunakan alat belajar (buku, Internet, dsb), hingga riset dengan data nyata di lapangan. Ketrampilan menggunakan alat belajar Sebagai bagian dari ketrampilan mencari informasi, anak perlu menguasai ketrampilan menggunakan alat belajar, antara lain: komputer, kamus, Internet, buku, dan kalkulator. Penguasaan alat-alat tersebut bukan merupakan tujuan dalam proses belajar, tetapi merupakan prasyarat agar anak mampu mencari informasi yang dibutuhkannya.

Penulis Ebook ini ditulis oleh Sumardiono, biasa dipanggil dengan nama Aar, seorang praktisi home education yang tinggal di Jakarta, Indonesia. Keluarga Sumardiono melaksanakan HS/HE untuk ketiga anaknya sejak mereka lahir. Informasi mengenai homeschooling yang ditulis oleh penulis dapat dibaca di: buku Homechooling Lompatan Cara Belajar, penerbit Elex Media Komputindo. buku Warna-warni Homeschooling, dari Oregon hingga Sidoarjo, penerbit Elex Media Komputindo. Materi pendidikan anak yang telah ditulis Sumardiono dalam bentuk e-book antara lain: Belajar Mandiri, menyiapkan anak untuk masa depan 5 Tahap Belajar Mandiri, jenjang-jenjang stimulus untuk menyiapkan proses belajar mandiri Why Homeschooling? Apa yang membuat jutaan orang memilih homeschooling FAQ Homeschooling, menjawab 7 pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai homeschooling Memulai Homeschooling, panduan untuk orangtua yang tertarik dengan homeschooling

20 Ide Kegiatan Flashcard, inspirasi kegiatan bermain-belajar bersama anak Belajar Membaca dengan Flashcard, metode visual untuk proses belajar anak Selain menulis buku dan ebook, Sumardiono juga menulis jurnal praktek HS/HE di blog Rumah Inspirasi (http://www.rumahinspirasi.com). Di dalam blog tersebut, Anda juga dapat memperoleh berbagai materi yang dapat Anda download secara gratis. Secara periodik, Sumardiono menyelenggarakan webinar (seminar online) mengenai homeschooling dan parenting. Email: aar@rumahinspirasi.com Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono Twitter: @Rumah_Inspirasi, @AarSumardiono