Abstract. Penelitian empiris tentang hubungan pengukuran kinerja akuntansi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Siklus Hidup Perusahaan dalam Pengujian Value Relevance dari Earnings dan Cash Flow (Bukti Setelah Periode Krisis dengan Analisis Faktor)

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan. lingkungan. Dalam kondisi demikian, kemampuan manajemen untuk

Pengaruh Life-Cycle Perusahaan terhadap Incremental Value-Relevance Informasi Laba

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. menerapkan strategi bersaing agar tetap dapat bertahan. Miles dan Snow (dalam

perusahan. Nilai perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu assets in place dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan go public memiliki tujuan untuk menghimpun dana dari

ABSTRACT. Key Words: prospector and defender, common factor analysis, income and sales growth, dividend pay out, life cycle theory, abnormal return

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. peneliti di luar negeri maupun di dałam negeri. Beberapa hasil pengujian empiris

KAJIAN TEORITIS MENGENAI INCREMENTAL VALUE RELEVANCE INFORMASI LABA DAN ARUS KAS DENGAN MEMPERTIMBANGKAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN ABSTRAKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak perusahaan yang bermunculan sehingga dalam mempertahankan keberadaan dan usahanya,

Pengembangan Produk Baru 3/15/2012 1

PENGARUH LABA, ARUS KAS, DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PROSPECTOR DAN DEFENDER

Kata Kunci : Laba, Nilai Pasar Ekuitas, Siklus Hidup Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

HUBUNGAN TIPE STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI PEMASARAN DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN TENAGA PENJUAL

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua perusahaan dipengaruhi oleh siklus seperti masa ekspansi dan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

ANALISIS PENGARUH PENGEMBALIAN INVESTASI DAN PENERIMAAN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA)

Berlian Jurnal MIX, Volume V, No. 3, Oktober 2015

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP IMPLEMENTASI STRATEGI PROSPEKTOR DAN DEFENDER

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan strategi keunggulan bersaing. Perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas,

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAAN. Heince R.N. Wokas (

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRACT. Key words: profitability ratio, capital market ratio, Return on Equity, Price Earnings Ratio, and stock price

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN: RASIO AKTIVITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya perkembangan perekonomian dunia, peluang dan hambatan

ABSTRACT. Keywords: Financial statements analysis, accounting analysis, and financial statements. vii. Universitas Kristen Maranatha

Deskripsi Mata Kuliah: AK 408 MANAJEMEN KEUANGAN, S-1, 3 SKS, Semester 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap

KEBIJAKAN DISTRIBUSI LABA (PROFIT DISTRIBUTION POLICY)

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

PENURUNAN BIAYA-BIAYA OPERASI UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PADA PT. XYZ

KULIAH 6 THE INFORMATION PERSPECTIVE ON DECISION USEFULNESS

TIALONY. Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk - Jakarta Barat MURNIADI PURBOATMODJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba secara tegas disebutkan dalam Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini

ARDI HAMZAH Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo, Madura ABSTRACT

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN EARNING TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go Public di BEI Tahun )

ABSTRACT. The effect of ROE and DER on the stock return of listed companies in LQ-45

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi. dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

ANALISIS KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN ARUS KAS DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 95. Laporan

ABSTRAK. Kata kunci: Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Earning PerShare, Laba Bersih.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pasar modal Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu

ABSTRAK. Keywords: Balanced Scorecard, Low Cost Strategy, financial, sales volumes, customer, internal business processes, learning and growth.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan

BAB II DASAR TEORI. antara aktiva riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa

Jurnal Dinamika Manajemen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan adalah pihak internal yang terdiri dari pemilik,

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang

Introduction to. Chapter 16. Financial Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

BAB II LANDASAN TEORI

COST ANALYSIS CONSIDERATIONS AND MANAGERIAL APPLICATION OF VALUE CHAIN

Siklus Hidup Perusahaan sebagai Determinan Struktur Organisasi: Suatu Pendekatan Kontinjensi Oleh Abdul Hamid Habbe Universitas Hasanuddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia terus berkembang dan semakin menarik bagi para

ANALISIS HUBUNGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) BERDASARKAN NILAI PASAR DAN NILAI BUKU DENGAN REALISASI PERTUMBUHAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Ratio Analysis Limitations of ratio analysis Du Pont system

ANALISIS FUNDAMENTAL. 1

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.

Pengaruh Atribut Perusahaan terhadap Relevansi Laba dan Arus Kas

BAB I PENDAHULUAN. ketika berinvestasi, para investor akan melihat apakah perusahaan yang akan ia

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya seefisien dan seefektif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Transkripsi:

IKREMENTAL VALUE-RELEVANCE PENGUKURAN KINERJA AKUNTANSI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN HARGA SAHAM Usulan Pengujian Life-Cycle Theory dan Strategi Persaingan Abdul Hamid Habbe (Dosen Fakultas Ekonomi Unhas Makassar) Abstract This paper proposes two contextual factors that influence the relationship between accounting performance measurement and stock prices. These two factors are characteristics of firms in each stage of life cycle and competitive strategy. The idea is motivated by inconsistency of the previous research regarding the value relevance of accounting measurement in explaining stock price behavior. Based on prescriptive literature and empirical results, the life cycle theory and competitive strategy can give incremental value relevance of accounting performance measurement in relating to stock prices. Keywords: Accounting Performance Measurement, Stock Prices, Life Cycle Theory, Competitive Strategy, Incremental Value Relevance Pendahuluan Penelitian empiris tentang hubungan pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham telah banyak dilakukan oleh peneliti. Diantara peneliti yang telah meneliti hal tersebut adalah Ball dan Brown (1968), Beaver (1968), O Conner (1973), Ismail dan Kim (1989), Ou dan Penman (1989), Bernard dan Stober (1989), Barle v dan Livnat (1990), Livnat dan Zarowin (1990), Antony dan Rames (1992), Holthausen dan Larcker (1992), Machfoedz (1993), Dechow (1994), Ali (1994), Kane (1997), Tandelilin (1998), Purnomo (1998). Namun hasil penelitian mereka masih menunjukkan hasil yang belum stabil dan berbeda satu dengan lainnya sekalipun untuk variabel yang sama. 1

Lev (1989) menelaah 19 bukti -bukti empiris tentang hubungan pengukuran kinerja akuntansi (earnings) dengan harga saham yang dimuat oleh tiga jurnal terkemuka ( The Accounting Review, Journal of Accounting Research, Journal of Accounting and Economics) antara tahun 1980-1988. Lev berkesimpulan bahwa hubungan antara earnings dan return saham adalah sangat lemah, bahkan sering tidak berarti. Kontribusi laba dalam menjelaskan variasi pergerakan harga saham hanya antara 2%-5%, dan kandungan informasi laba yang dilaporkan yang berkaitan dengan hasil sekuritas dimasa yang akan datang adalah lemah. Lev menilai bahwa penyebab kelemahan hubungan tersebut diakibatkan oleh aspek metodologi, investor irasional (pasar tidak efisien). Faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham, misalnya kondisi makro suatu negara, kondisi internal perusahaan, industrial effect, size effect, regulasi, budaya negara, dan industry lifecycle, pilihan strategi perusahaan. Variabel-variabel tersebut merupakan faktor kontinjensi yang apa bila dapat dikontrol atau dilibatkan dalam model penelitian akan memberikan hasil ada yang berbeda. Dalam makalah ini penulis akan mengajukan dua faktor yang berpengaruh terhadap hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham, yaitu faktor industry life cycle dan faktor strategi persaingan perusahaan (karakter perusahaan). Penulis baru menemui satu peneliti yaitu Antony dan Ramesh (1992), yang mempertimbangkan faktor industry life cycle dalam hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham. Sedangkan faktor strategi 2

persaingan (karakter perusahaan), penulis belum sama sekali menemukan peneli tian yang mempertimbangkannya, khususnya dalam hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga/volume perdagangan saham. Pembahasan makalah ini diawali dengan menelaah beberapa bukti empiris hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham, karakteristik teori life cycle, bukti empiris pengaruh teori life-cycle terhadap hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham, strategi persaingan perusahaan, dan terakhir simpulan dan saran. Beberapa Bukti Empiris Hubungan Pengukuran Kinerja Akuntansi Dengan Harga Saham Penelitian empiris tentang hubungan pengukuran kinerja akuntansi (laporan neraca, laba-rugi, arus kas, dan fund statement, maupun rasio-rasio keuangan yang diekstraksi dari laporan tersebut) dengan harga saham telah banyak diperlihatkan oleh peneliti di bidang akuntansi, misalnya seperti Ball dan Brown (1968), Beaver (1968), O Conner (1973), Ismail dan Kim (1989), Ou dan Penman (1989), Bernard dan Stober (1989), Barlev dan Livnat (1990), Livnat dan Zarowin (1990), Antony dan Ramesh (1992), Holthausen dan Larcker (1992), Machfoedz (1993), Dechow (1994), Ali (1994), Kane (1997), Tandelilin (1998), Purnomo (1998). Ball dan Brown (1968) meneliti hubungan antara perubahan laba tahunan dengan rata-rata tingkat pengembalian abnormal return selama satu tahun terakhir sebelum laba diumumkan. Temuannya menunjukkan bahwa laba akuntansi secara tepat merepleksi perubahan nilai saham yang bersangkutan. Beaver (1968) melakukan 3

studi yang sama dengan Ball dan Brown (1968) dengan menggunakan pergerakan harga saham dan volume mingguan untuk mengukur kandungan informasi atas pengumuman laba akuntansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa prilaku harga dan volume disekitar tanggal pengumuman mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan. Sekalipun temuan Ball dan Brown (1968), Beaver (1968) menunjukkan hasil yang positif, namun Lev (1989) menilai kemanfaatan laba dalam hubungannya dengan harga saham selama dua dekade (1963-1983) adalah lemah, bahkan sering tidak berarti. Kontribusi laba dalam menjelaskan pergerakan harga saham hanya berkisar antara 2%-5%. Ini berarti terdapat variabel lain yang juga berpengaruh terhadap pergerakan harga saham (sekitar 95%). Kesimpulan ini didasarkan telaah 19 bukti-bukti empiris yang dimuat oleh tiga jurnal terkemuka ( the accounting review, journal of accounting research, dan journal of accounting and economics) dari tahun 1980-1988. O Conner (1973) dan Ou dan Penman (1989) menguji manfaat rasi o keuangan dalam memprediksi return saham dimasa mendatang. Dalam penelitian O Conner memperlihatkan bahwa rasio keuangan tidak menunjukkan kemampuan untuk memprediksi return saham ( rate of return). Begitupula Ou dan Penman menemukan bukti bahwa informasi akuntansi (rasio keuangan) mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Berbeda dengan Kane (1997) yang mereplikasi penelitian Ou dan Penman (1989). Kane menguji hubungan 82 rasio keuangan dengan return saham pada 4

kondisi resesi. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan 27 rasio keuangan yang secara signifikan berhubungan dengan return saham pada kondisi resesi tersebut. Purnomo (1998) melakukan pengujian keterkaitan kinerja keuangan dengan harga saham terhadap 30 emiten yang aktif sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa empat rasio dari lima rasio yang digunakan terbukti secara signifikan dapat menerangkan perubahan harga saham pada taraf uji 5%. Penelitian lain yang menguji hubungan kinerja keuangan dengan return saham dan membandingkan antara dua negara adalah Machfoedz (1993) dan Tandelilin (1998). Machfoedz (1993) menguji hubungan kinerja keuangan (7 rasio) dengan return saham terhadap perusahaan Jepang dan Amerika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh variabel pengukuran akuntansi tersebut berhubungan secara signifikan dengan harga saham pada perusahaan Amerika, tetapi tidak signifikan untuk perusahaan Jepang. Sedangkan Tandelilin yang menguji hubungan harga saham dengan return saham pada 30 perusahaan Indonesia dan 30 perusahaan Philipina, menemukan 2 rasio keuangan (dari 11 rasio yang diuji) yang berhubungan secara signifikan dengan return saham pada perusahaan Philipina, dan tiga rasio keuangan yang signifikan untuk perusahaan Indonesia. Hanya satu rasio yang sama dalam signifikansi tersebut diantara kedua negara. Ismail dan Kim (1989), Bernard dan Stober (1989), Livnat dan Zarowin (1990), Dechow (1994), Ali (1994), menguji kandungan informasi arus kas se bagai salah satu pengukuran kinerja akuntansi. Secara umum hasil penilitian menujukkan 5

bahwa informasi arus kas memberikan nilai tambah bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi saham. Namun beberapa studi menujukkan hasil yang bertentangan (lihat Board da Day, 1989; Clubb 1995). Secara garis besar studi tersebut menyatakan bahwa informasi arus kas tidak mempunyai kandungan informasi dalam hubungannya dengan harga saham. Berdasarkan telaah beberapa penelitian empiris tersebut di atas menunjukkan bahwa hubungan kinerja akuntansi dengan harga saham belum konsisten. Banyak sekali faktor selain persoalan metodologi dan pasar tidak efisien, yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut, diantaranya kondisi makro suatu negara (misalnya resesi), industrial effect, size effect, regulasi, contemporaneus factors, industry life cycle, strategi persaingan. Untuk kesempatan ini, penulis menguraikan dua faktor yang berpengaruh namun masih kurang diperhatikan oleh para peneliti khususnya di bidang akuntansi keuangan dan pasar modal, yaitu industry life cycle dan strategi persaingan. Kedua faktor tersebut merupakan variabel kontekstual yang diprediksi dapat memberikan penjelasan tambahan relevansi pengukuran kinerja akuntansi dalam menjelaskan perilaku harga saham. Karakteristik Pase Life-Cycle Teori product life cycle beranggapan bahwa produk (produk = industri) akan mengalami evolusi. Evolusi tersebut melalui beberapa pase uatama yaitu pase perkenalan (start-up), pase pertumbuhan (growth), pase matang (maturity), dan pase 6

penurunan ( decline atau stagnant). Tiap pase evolusi tersebut akan berpengaruh terhadap strategi, kompetisi, dan kinerja perusahaan (Porter 1980, hal.158-161; Grant 1995 hal. 237). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 1. Untuk memahami lebih jauh karakteristik pase-pase dalam life-cycle, ada baiknya jika dikaitkan dengan teori valuation yang dikemukakan oleh Myers (1977). Menurut Myers (1977), nilai perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu assets in place dan growth opportunities. Bila diungkapkan dalam bentuk persamaan maka nampak sebagai berikut: Value of firm = Value of Assets in Place + Value of Growth Opportunities Proporsi kedua komponen tersebut berbeda pada setiap pase dalam life-cycle perusahaan. Lebih jauh, berikut ini dikemukakan uraian Black (1998a, 1998b) tentang karakteristik pase-pase dalam life-cycle yang merujuk uraian Stickney (1996) dan White, Sondhi, dan Fried (1997). Black (1998a, 1998b) mengemukakan bahwa pada pase start-up, masih sedikit aktiva ril (asset in place), oleh karena itu, kalaupun ada, arus kas positif dari operasi perusahaan atau laba sangat sedikit. Informasi operasi perusahaan mungkin tidak terlalu relevan untuk penilaian retun saham pada pase ini. Proporsi besar nilai perusahaan pada pase ini justru terletak pada nilai kesempatan tumbuhnya. Perusahaan pada pase ini membutuhkan dana untuk dapat melakukan investasi agar mampu menghasilkan net present value postif dari kesempatan tumbuhnya. 7

Pada pase growth, Black (1998a, 1998b) mengemukakan bahwa investasi dalam kesempatan untuk tumbuh telah dimulai, dan perusahaan telah mendapatkan sejumlah pendanaan. Rasio asset in place terhadap nilai perusahaan adalah lebih besar pada pase growth dibanding pada pase sebelumnya. Asset in place tersebut lebih membuka tersedianya kesempatan tumbuh bagi perusahaan dan akan menghasilkan laba bersih dan arus kas operasi. Akan tetapi, kesempatan tumbuh masih merupakan komponen 8

Tabel 1. Prediksi Product Life Cycle Theories tentang Strategi, Kompetisi, dan Kinerja Introduction Growth Maturity Decline Buyers and High income purchaser j,k,l Idening buyer group j Mass market l Customers are sophisticated Buyer Behavior Buyer interia a Consumer will accept uneven Saturation a buyers of the product i Buyers must be convinced quality i Repeat buying a,j to try the product a,j Choosing among brands is the true a Products and Poor quality l Products have technical Superior quality l Little product differentiation h,i Product Change Product design and development key g and performance differentiation h Less product differentiation b,f,i Spotty product quality l Many different product variation; Reliability key for complex products g Standardization f,k no standards k Competitive product improvements j Less rapid product change more Frequent design changes j,k Good quality l minor annual model changes i,j Basic product designs l Trade-ins become significant j Marketing Very high advertising sales (a/s) b,h High advertising, b but lower percent Market segmentation a,j,l Low a/s and other marketing b,j Creaming price strategy k of sales than introductory b,h Efforts to extend life cycle d,i High marketing cost j Most promotion of ethical drugs c Broaden line j Advertising and distribution Service and deals more prevalent a,j key for nontechnical products g Packaging important a Advertising competition a Lower a/s a,b Manufacturing Overcapacity l Undercapacity l Some overcapacity a Substantial overcapacity a,l and Distribution Short production runs j,k Shift toward mass production j,k Optimum capacity l Mass production h High skilled-labor content k Scramble for distribution j Increasing stability of manufacturing Speciality channels l High production costs j Mass channels l process e Specialized channels l Lower labor skills k Long production runs with stable techniques k Distribution channels pare down their lines to improve their margins j High physical distribution costs due to broad lines j Mass Channels l R&D Changing production techniques k Foreign Trade Some exports k Significants exports k Falling exports k No exports k Few imports k Significant imports k Significant imports k Overall Strategy Best period to increase market share e Practical to change price or Bad time to increase market share e Cost control keys g,i R&D, engineering are key functions i quality image i Particularly if low-share company e Marketing the key function i Having competitive costs become key j Bad time to change price image or quality image i "Marketing effectiveness" key g Competition Few companies a,j,k,l Entry a Price competition a,i,j,k Exits a Many competitors a,d,j,l Shakeout j,k Fewer competitors j,l Lots of mergers and casualties l Increase in private brands d,e Risk High risks a Risks can be taken here Cyclicality sets in j because growth covers them up i Margins and High prices and margins b.j.l High profits b,j,l Falling prices b,i Low prices and margins a Profits Low profits g.i Highest profits h Lower profits l Falling prices b,j Prices elasticity to individual Fairly high prices b Lower margins b,i Prices migh rise in late decline j,l seller not as great as in maturity k Lower prices than intro- Lower dealer margins i,j ductory phase j Increased stability of market Recession resistant j shares and price structure e High P/E j Poor acquisition climate-- Good acquisition climate j tough to sell companies j Lowest prices and margins l a Levitt (1965) d Buzzel et al. (1972) g Clifford (1965) j Staudt, Taylor, and Bowersox (1976) b Buzzel (1966) e Catry and Chevalier (1974) h Forrester (1959) k Wells (1972) c Cox (1967) f Dean (1950) i Patton (1959) l Smallwood (1973) Diadaptasi dari: Porter (1980, p.159-161). Competitive Strategy: Techneques for Analyzing Industries and Competitors. The Free Press. 9

utama dari keseluruhan nilai perusahaan, dan perolehan pendanaan masih merupakan fokus perusahaan. Pada pase mature, dia mengemukakan bahwa nilai kesempatan tumbuh dibanding dengan nilai asset in place lebih kecil dibanding dengan dua pase sebelumnya. Perusahaan berada pada pase moderat atau pertumbuhan yang rendah. Kebutuhan kas perusahaan lebih banyak dihasilkan secara internal. Asset in place sebagai repersentasi kesempatan tumbuh perusahaan akan terlihat dalam bentuk akspansi, misalnya membangun fasilitas pabrik yang sama di tempat yang berbeda. Pada pase decline (stagnant), dia mengemukakan bahwa nilai asset in place, dalam jumlah yang besar, masih merupakan nilai arus kas masa datang yang dihasilkan dari operasi aset-aset tersebut. Kesempatan tumbuh dalam pase ini terbatas, karena persaingan semakin tajam, pasar potensil semakin sempit, dan skala ekspansi kurang menguntungkan. Perusahaan yang berada pada pase ini, tidak berarti menuju kepada kegagalan. Perusahan dapat menghasilkan dengan melakukan investasi line prodik baru dan tehnologi baru, dan secara otomatis kembali pada pasepase awal siklus ini. Prilaku laba sebagai salah satu proksi value of growth opportunities mempunyai prilaku yang berbeda dalam menjelaskan nilai pasar equitas (harga saham) pada setiap pase. Pase start-up, laba perusahaan diekspektasi negatif atau perusahaan masih menderita kerugian. Sekalipun demikian, pada pase ini perusahaan mempunyai harapan tumbuh dimasa yang akan datang. Dengan harapan ini 10

diharapkan nilai equitasnya tinggi. Dengan demikian, pada pase ini, laba diprediksi berhubungan negatif dengan nilai pasar equitas Pada pase utama ataupun pada pase peralihan, kecuali pase stagnant, perusahaan telah menunjukkan laba positif. Diharapkan laba positif ini akan menaikkan nilai pasar equitas. Sehingga pada pase-pase ini, laba diprediksi berhubungan positif dengan nilai equitas perusahaan. Pada pase terakhir perusahaan akan mengalami laba negatif. Laba negatif ini akan membuat nilai pasar equitas turun. Dengan demikian, sekalipun perusahaan menderita kerugian, informasi labanya diprediksi berhubungan positif dengan nilai pasar equitas. Porter (1980, hal.158-161) mengemukan bahwa perusahaan yang berada pada pase pertumbuhan, pase kematangan, dan pase penurunan, mempunyai margin dan profit yang rendah. Sedangkan perusahaan pada pase pertumbuhan mempunyai margin dan profit yang tinggi. Hal ini telah dibuktikan secara empiris oleh Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993). Dari sisi sistem pengendalian manajemen, Shank dan Govindarajan (1993) secara implisit mengemukakan bahwa perusahaan yang berada pada pase perkenalan dan pertumbuhan menerapkan sistem pengendalian yang tidak ketat, tetapi bila sudah mencapai pada pase kematangan dan penurunan, maka akan menerapkan sistem pengendalian yang ketat. Sistem pengendalian ini apabila diterapkan secara konsisten akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan sistem pengendalian tersebut, Mak (1989) menemukan secara empiris 11

signifikansi hubungan antara sistem pengendalian yang diterapkan secara internal consistency dengan kinerja keuangan. Berdasarkan karakteristik life-cycle perusahaan tersebut di atas Anthony dan Ramesh (1992) mengemukakan matriks ekspektasi keterkaitan antara empat variabel akuntansi dengan pase-pase life-cycle, sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Expectations for firm-specific decriptors of life cycle stages* Life cycle descriptors Life cycle stage DP SG CEV AGE Growth Low High High Young Mature Medium Medium Medium Adult Stagnant High Low Low Old *DP=Dividend pay out; SG=Sales Growth; CEV=Capital Expenditure divided by value of the firm; AGE=Age of the firm. Beberapa Bukti Empiris Pengaruh Life-Cycle Theory terhadap Pengukuran Kinerja Akuntansi Beberapa penelitian yang telah menguji pengaruh life-cycle perusahaan terhadap hubungan pengukuran kinerja akuntansi dengan nilai pasar equitas. Diantara mereka adalah Anthony dan Ramesh (1992), Black (1998a, 1998b), Habbe dan Hartono (2001), Atmini (2001), Habbe (2001). 12

Anthony dan Ramesh (1992) menguji respon pasar saham terhadap pengukuran kinerja akuntansi yang merupakan fungsi dari pase life-cycle perusahaan. Dengan mengunakan sampel 11.768 sampai 13.882 tahun perusahaan yang diklasifikasi ke dalam lima pase life-cycle, mereka menemukan bukti empiris bahwa pertumbuhan penjualan dan capital investment adalah fungsi dari pase life-cycle perusahaan, dan sesuai dengan apa yang dihipotesiskan bahwa respon koefisien pertumbuhan penjualan kejutan dan capital investment kejutan menurun secara monoton dari pase growth sampai pase stagnant terbukti secara empiris. Black (1998a) menguji pengaruh life-cycle terhadap inkremental valuerelevance arus kas dan laba. Black menggunakan 22.082 tahun-perusahaan observasi yang terdistribusi ke dalam empat pase life-cycle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling tidak satu dari tiga komponen utama arus kas (arus kas operasi) bermanfaat dalam menjelaskan retun saham dalam tiap pase life-cycle. Demikian pula informasi laba mengalami ikremental value-relevance setelah melibatkan life-cycle perusahaan. Pada tahun yang sama Black (1998b) melanjutkan penelitiannya dengan menguji kekuatan value-relevance antara laba dan arus kas pada setiap pase life-cycle. Black berhasil memilih 37.961 tahun-perusahaan dari tahun 1977-1995 yang diklasifikasi ke dalam lima pase life-cycle. Dengan menggunakan Wald X 2 test, Black menemukan bukti empiris bahwa laba lebih value-relevance dibanding dengan tiga komponen arus kas pada pase mature. Akan tetapi, pada pase start-up, arus kas 13

dari investasi lebih value-relevance dibanding dengan laba. Sedangkan pada pase growth dan decline, arus kas operasi lebih value-relevance dibanding dengan laba. Habbe dan Hartono (2001) menguji perbedaan kinerja akuntansi perusahaan bertipologi prospektor dan defender serta hubungannya dengan harga saham. Sampel diklasifikasi sebagai prospektor dan defender dengan menggunakan pendekatan teori life-cycle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penjualan dan laba perusahaan prospektor lebih besar dibanding dengan defender, tetapi kedua tipologi perusahaan tersebut tidak direspon secara berbeda oleh pasar. Atmini (2001) mereplikasi penelitian Black (1998a) dengan menggunakan sampel perusahaan pemanufakturan yang terdaftar di BEJ. Atmini mengamati laporan keuangan mulai tahun 1989-1996 dan dengan menggunakan metode pengklasifikasian seperti apa yang digunakan oleh Anthony dan Ramesh (1992) dan Black (1998a) berhasil memilih sampel sebanyak 54 tahun -perusahaan dari 788 tahun-perusahaan yang diklasifikasi ke dalam pase growth dan mature. Bukti empiris menunjukkan bahwa laba dan arus kas dari aktivitas pendanaan mempunyai valuerelevance pada pase growth, Sedangkan pada pase mature, hanya arus kas dari investasi yang mempunyai value-relevance. Hasil empiris ini, tidak mendukung secara keseluruhan hipotesis yang diajukan. Habbe (2001) menguji pengaruh life-cycle perusahaan terhadap inkremental value-relevance informasi laba. Penelitian tersebut menggunakan 706 tahunperusahaan dari 788 tahun-perusahaan yang tersedia selama tahun 1989-1996 (8 tahun). Sampel diklasifikasi menjadi lima pase dalam life-cycle perusahaan dengan 14

menggunakan common factor analysis. Hasil penelitian menunjukkan bukti empiris bahwa laba akuntansi berhubungan positif dengan nilai pasar equitas pada empat pase terakhir. Temuan ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Selain itu nampak bahwa laba mempunyai determinasi yang kuat terhadap pergerakan nilai pasar equitas pada semua pase life-cycle, namun pada pase peralihan growth/mature dan mature/stagnant, laba mempunyai value-relevance yang lebih baik dibanding dengan pase-pase lainnya. Temuan ini mendukung keseluruhan hasil empiris Anthony dan Ramesh (1992), dan apa yang dihipotesiskan oleh Black (1998a) dan Atmini (2001). Strategi Persaingan Strategi yang diterapkan oleh perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam riset akuntansi keuangan. Perbedaan strategi mengakibatkan perbedaan struktur keuangan dan kinerja keuangan (Hax dan Majluf, 1995). Miles dan Snow (1978) membagi empat tipe perusahaan berdasarkan karakter dan strateginya, yaitu prospector, defender, reactor, analyser. Miles dan Snow (1978, hal. 29) mendefinisikan masing-masing tipologi sebagai berikut: 1. Prospector adalah organisasi yang hampir setiap saat secara terus menerus mengamati peluang pasar, dan secara reguler melakukan percobaan-percobaan untuk memunculkan kecenderungan dalam lingkungan konsumen. Organisasiorganisasi ini sering membuat perubahan-perubahan dan ketidakpastian. Namun 15

karena konsentrasinya sangat kuat pada inovasi produk dan pasar, maka biasanya organisasi-organisasi ini kurang efisien. 2. Defender adalah organisasi-organisasi yang mempunyai domain product-market yang sempit. Manajer puncak dalam organisaisi tipe ini sangat ahli dalam membatasi daerah operasinya karena tidak cenderung mencari peluang baru yang keluar dari domainnya. Sebagai suatu hasil yang berfokus sempit, perusahaanperusahaan ini jarang membutuhkan penyesuaian penting dalam tehnologinya, struktur, atau metode operasinya. Sebagai gantinya mereka mencurahkan perhatian utamanya kepada peningkatan efisiensi operasi. 3. Analyzer adalah organisasi yang beroperasi dalam dua tipe yakni domain productmarket yang relatif stabil dan tetap melakukan perubahan-perubahan. Dalam areanya yang stabil, organisasi-organisasi ini beroperasi secara rutin dan efisien melalui penggunaan struktur-struktur dan proses-proses yang terformulasi. Dalam areanya yang lebih turbulen, manajer puncak memperhatikan secara dekat ide-ide baru pesaingnya dan kemudian secara cepat mengadopsinya. 4. Reactors adalah organisasi yang manajer puncaknya seringkali mempersepsikan bahwa telah terjadi perubahan dan ketidakpastian dalam lingkungan organisasionalnya, tetapi tidak dapat meresponnya secara efektif. Karena tipe organisasi ini kurang konsisten hubungan strategy-structure, maka jarang membuat penyesuaian yang dapat memberi kekuatan untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh lingkungannya. 16

Prospector dan defender adalah dua jenis tipe organisasi yang berada pada dua titik ekstrim. Karakter dan strateginya sangat bertolak belakang. Simon (1990) mengidentikkan kedua tipe organisasi tersebut dengan model strategi persaingan yang diklasifikasi oleh Porter (1980) yaitu strategi differentiation dan cost leadership, dan Mintzberg (1973) dengan nama entrepreneurial dan adaptive. Perusahaan prospektor dalam melakukan persaingan lebih mengutamakan aspek produk sebagai senjata atau core competence, sehingga nampak pada perusahaan prospektor memiliki karakter inovasi produk-produk baru, variasi dan diversifikasi produk (Porter 1985). Untuk menopang strategi tersebut, investasi dibidang pengembangan tenaga kerja, R/D expenditure dan capital expenditure lebih tinggi dibanding perusahaan defender (Ittner dkk. 1997). Karakter yang lain yang tidak kalah pentingnya dalam strategi prospektor adalah pengejaran pertumbuhan penjualan dan market share. Karakter ini sangat logis karena dengan adanya produkproduk baru serta variasi produk tersebut akan membuka peluang pasar baru yang berkonsekuensi pada peningkatan penjualan dan market share. Selanjutnya Miles dan Snow (1978) mengemukakan bahwa perusahaan prospektor lebih berkemampuan untuk tumbuh dibanding dengan perusahaan defender, baik pertumbuhan penjualan maupun pertumbuhan asset. Sehubungan dengan itu, Gaver dan Gaver (1993) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh lebih profitable dibanding dengan perusahaan yang kurang atau tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh. Hal yang sama ditemukan oleh McDaniel dan Kolari (1987). Dalam kaitannya dengan 17

pertumbuhan, Antony dan Ramesh (1992) juga menemukan bahwa perusahaan yang sedang bertumbuh dan berinvestasi mempunyai dividen pay out ratio yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan prospektor memberikan dividen kepada pemegang saham relatif lebih kecil karena mangantisipasi reinvestasi. Dalam merespon tehnologi, Karimi dkk (1996) menemukan perusahaan prospektor lebih responsif terhadap perubahan dan perkembangan tehnologi dibanding dengan defender. Respon defender terhadap tehnologi hanya terbatas pada tehnologi untuk peningkatan efisiensi. Sebaliknya pada perusahaan yang menerapkan strategi defender menekankan pada efisiensi dan kos rendah, lebih rendah dari pesaingnya. Penekanan pada efisiensi terlihat pada pengontrolan biaya secara ketat, misalnya biaya-biaya R/D, pelayanan, biaya promosi diminimalisir, dan biaya overhead, pencapaian economic of scale productions untuk mendapatkan kos perunit yang rendah (Porter 1980). Selain itu perusahaan defender cenderung mempertahankan pasar yang ada (stabil) tanpa harus melihat pengembangan pasar. Informasi-informasi keuangan lebih ditekankan pada ROI dan cash flow operation (Ittner dkk. 1997) Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa strategi persaingan dapat mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan, misalnya profitabilitas, dividen pay out ratio, capital expenditure, R/D expenditure, sales growth, asset growth, cash flow. Dengan demikian sangat memungkinkan strategi persaingan akan sangat berpengaruh dalam hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham. 18

Penelitian lain yang menguji ini adalah Habbe dan Hartono (2001), namun gagal menunjukkan bukti empiris tentang pengaruh strategi organisasional terhadap hubungan perubahan laba, pertumbuhan penjualan dengan harga saham. Penjelasan yang dapat diberikan adalah tidak ditemukannya R&D dan peluncuran produk baru yang seharusnya dijadikan sebagai proksi startegi organisasional, sehingga besar kemungkinan terjadi salah klasifikasi sampel. Simpulan dan saran Berdasarkan telaah beberapa hasil empiris menunjukkan bahwa hubungan antara pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham adalah tidak konsisten. Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap hubungan tersebut diantaranya adalah industrial effect, size effect, kondisi makro suatu negara, prilaku investor, regulasi, tehnologi, industry life cycle, strategi persaingan, dan lain-lain. Industry life cycle menunjukkan perbedaan nilai variasi pengukuran kinerja akuntansi, khususnya pada dividend pay out, profitability, sales growth, capital expenditure, pada setiap pase. Perbedaan ini memberikan penjelasan tambahan atau inkremental value-relevance terhadap variabel pengukuran akuntansi (misalnya laba dan arus kas) yang dihubungkan dengan harga saham atau nilai pasar equitas. Demikian pula dengan strategi persaingan/tipologi perusahaan dapat berpengaruh terhadap struktur keuangan suatu perusahaan, seperti tingkat profitabilitas, dividen pay out ratio, capital expenditure, R/D expenditure, sales 19

growth, asset growth, cash flow. Perbedaan struktur keuangan tersebut kemungkinan pula akan menujukkan perbedaan dalam hubungannya dengan harga saham. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyarankan agar penelitian yang berkaitan dengan hubungan pengukuran kinerja akuntansi dengan harga saham hendaknya mempertimbangkan aspek industry life cycle dan strategi persaingan perusahaan (disamping faktor-faktor lain). Tiap pase dalam life cycle maupun strategi persaingan perusahaan dapat dijadikan sebagai variabel dummi atau variabel pengontrol, sehinga dengan demikian penilitian bisa semakin robust dan menambah value-elevance variabel pengukuran kinerja akuntansi dalam kaitannya dengan harga saham. 20

Referensi Ali, A. 1994. The Incremental Information Content of Earnings, Working Capital from Operation, and Cash Flows, Journal of Accounting Research (Spring): 61-73 Anthony H, Josep dan Ramesh.K. 1992. Association Between Accounting Performance Measures and Stock Prices. Journal of Accounting and Economics 15: 203-227. Atmini, Sari 2001, Asosiasi Siklus Hidup Perusahaan Dengan Incremental Value- Relevance Informasi Laba dan Cash Flow, Tesis S2 MSi UGM Ball, R., and Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research 6: 159-177. Barlev, B. dan J. Livnat. 1990. The Incremental Content of Fund Statement Ratios. Journal of Accounting, Auditing & Finance:441-433. Barnes, Paul. 1987. The Analysis and Use of Financial Ratios: A Review Article. Journal of Business Finance and Accounting, 14(4) (Winter): 449-461. Biddle, G.C., G.S. Sew, and A. Siegel, Relative versus incremental information content, Contemporary Accounting Research 12 (Summer 1995):1-23 Beaver H. William. 1968. The information Content of Annual Earnings Announcements,Journal of Accounting Research 6: 67-92. Bernard, V.L. dan T.L. Stober. 1989. The Nature and Amount of Information in Cash Flows and Accruals. Accounting Review 64 (October):624-652. Black, E. L., Life-Cycle Impacts on the Incremental Value-Relevance of Earnings and Cash Flow measures, 1998a, Working Paper, University of Kansas, Fayetteville, Arkansas. Black, E. L., Which Is More Value Relevant: Earnings or Cash Flow? A Life-Cycle Examination, 1998b, Working Paper, University of Kansas, Fayetteville, Arkansas. Board, J.L.G. dan J.F.S. Day. 1989. The Information Content of Cash Flow Figures. Accounting and Business Research (Winter):3-11. 21

Clubb, C.D.B. 1995. An Empirical Study of the Information Content of Accounting Earnings, Funds Flows and Cash Flows in the UK. Journal of Business Finance & Accounting (January):35-52. Dechow, P.M. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance: the Role of Accounting Acruals. Journal of Accounting and Economics 18:3-42. Gaver, Jennifer. dan Gaver, Kenneth. 1993. Additional Evidence on the Association Between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation policies. Journal of Accounting and Economics 16:125160. Habbe, Abd. Hamid. 2001. Pengaruh Life-Cycle Perusahaan terhadap Value- Relevance Informasi Laba. Working Paper. Habbe, Abd. Hamid, dan Hartono, J. 2001, Studi Terhadap Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan Prospektor dan Defender, dan Hubungannya Dengan Harga Saham: Pengujian Dengan Pendekatan Life-Cycle Theory, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.4 Januari, 111-132. Hax, Arnold dan Majluf, Nicolas. 1996. The Strategy Concept and Process: A Pragmatic Approach, second edition, Prentice-Hall International, Inc. Holthausen,R,W, dan Larcker D.F. 1992. The Prediction of Stock Returns Using Financial Statement Information. Journal of Accounting and Economics, 15: 373-411. Ismail, B.E. dan M.K.Kim. 1989. On the Association of Cash Flow Variables with Market Risk: Further Evidence. Accounting Review:125-136. Ittner Christopher, Larcker. David, dan Rajan, Madhav. 1997. The Choice of Performance Measures in Annual Bonus Contracts. The Accounting Review, vol.72 no. 2 (April): 231-255. Kane, D, Gregory. 1997. The Effect of Recession on Ratio Analysis. The Mid- Atlantic Journal of Business, vol. 33 (March): 19-36 Karimi, Gupta.Y.P, dan Somers.T.M. 1996. Impact of Competitive Strategy and Information Technology Maturity on Firms' Strategic Response to Globalization. Joutnal of Management Information Systems (Spring):55-88. 22

Lev, B. 1989. On the Usefulness of Earnings and Earnings Research: Lessons and Directions from two Decades of Empirical Research. Journal of Accounting Research 27 (Supplement):153-201. Livnat, J. dan P. Zarowin. 1990. The Incremental Information of Cash Flow Components. Journal of Accounting and Economics 13:25-46. McDaniel, S.W.dan Kolari.J.W. 1987. Marketing Strategy Implications of the Miles and Snow Strategic Typology. Journal of Marketing (October ):19-30. Mak, Y.T. 1989. Contingency Fit, Internal Consistency and Financial Performance. Journal of Business Finance and Accounting (Spring):273-300. Mas ud Machfoedz. 1993. The Correlation Between Liquidity, Solvency, Earning Pershare and Stock Return. Working paper. Miles, Raymond dan Snow, Charles.C. 1978. Organizational Strategy, Structure, and Process. New York, NY: McGraw Hill Publishing Co. Myers, S.C.,1977. Determinants of Corporate Borrowing, Journal of Financial Economics 5, 147-175 O Conner, Melvin C. 1973. On the Usefulness of Financial Ratios to Investors in Common Stock. The Accounting Review (April): 339-352. Ou, Jane A. 1990. The Information Content of Nonearning Accounting Numbers as Earnings Predictors. Journal of Accounting Research (spring): 392-411. Ou, Jane A. dan S. H. Penman. 1989. Financial Analysis and the Prediction of Stock Return. Journal of Accounting and Economics 11: 295-329. Pashley, M.M., and G.C. Philipattos, 1990. Voluntary diversitures and corporate life cycle: some empirical evidence, Applied Economics 22, 1181-1196 Porter, E. Michael. 1980. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries Competitors. New York, NY: Free Press. Porter, E. Michael. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance. New York, NY: Free Press Purnomo, Yogo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham. Usahawan, no. 12 Th. XXVII Desember. 23

Shank, J.K.dan Govindarajan.V. 1993. Strategic Cost Management: the new tool for competitive advantage. The Free Press Simon, Robert. 1990. The Role of Management Control System in Creating Competitive Advantage: New Perspective. Accounting, Organization and Society, Vol. 15: 127-143. Smith, C.W. dan Watss. R.L. 1992. The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation policies. Journal of Financial and Economics 32:263-292. Tandelilin, Eduardus. 1998. Portfolio Diversification and Determinants of Stock Returns: Philippine and Indonesian Perspective, Disertasi 24