Oleh: Ir. Agus Pambagio, M.Eng.Mgt., CPN

dokumen-dokumen yang mirip

Prof. Dr. Ari Purbayanto. Ketua Tim Penyusun Statuta IPB Sekber 7 PT BHMN Sekretaris Komisi C SA IPB Ketua Komisi D Senat FPIK IPB

BAB I PENDAHULUAN. (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bandung, 13 Juli 2017

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 02/I3/KU/2009 Tentang PENGELOLAAN DANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN

SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RANCANGAN PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /PER/MWA UPI/2016

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 46/PUU-XII/2014 Retribusi Terhadap Menara Telekomunikasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIV/2016 Pengalihan Pengawasan Ketenagakerjaan dari Pemerintah Kabupaten/ Kota ke Pemerintah Provinsi

SALINAN KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 08/SA-IPB/2004

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

Menelisik Kembali Kondisi Ventura UI

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 005/I3/KU/2007 Tentang REKENING DANA MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Organisasi. Oleh: Muhammad Ridha Intifadha 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia

KETENTUAN MENGENAI TOLOK UKUR DAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA PIMPINAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018

Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 65 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Ringkasan Putusan. Philipus P. Soekirno

16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 06/IT3/DT/2013 TENTANG STANDAR MUTU DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PADA PROGRAM

PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 25919/UN4.0/OT.05/2016 TENTANG TATA KERJA ANTARORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 102/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Institut Seni Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 15/IT3/LK/2012 Tentang PERUBAHAN ATAS PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/I3/PP/2011 Tentang PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING DI INSTITUT

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XIV/2016 Pembatasan Masa Jabatan dan Periodesasi Hakim Pengadilan Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XIII/2015 Hak Tersangka Untuk Diadili Dalam Persidangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KAJIAN SAKSI AHLI KEBIJAKAN PUBLIK ATAS PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP UUD REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERKAIT DENGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DALAM PERKARA NOMOR 33/PUU-XI/2013 Oleh: Ir. Agus Pambagio, M.Eng.Mgt., CPN Munculnya permohonan Judicial Review (JR) terhadap UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang baru berusia enam bulan oleh enam mahasiswa Universitas Andalas, Sumatra Barat yang tergabung dalam Forum Peduli Pendidikan (FPP), menurut saya (dari sisi tenaga ahli Kebijakan Publik) merupakan langkah yang terburu-buru. Sebuah UU belum dapat dikatakan salah atau kurang tepat jika belum teruji pelaksanaannya minimal dalam kurun waktu 3 tahun sejak UU tersebut resmi diberlakukan.bagaimana dapat mengatakan sebuah UU kurang tepat atau salah jika belum dilaksanakan, kecuali memang UU tersebut sangat bertentangan dengan UUD RI tahun 1945. Dalam JR yang dipermasalahkan oleh pemohon dari FPP (sesuai yang mereka sampaikan di beberapa media) adalah Pasal 65, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 86 dan Pasal 87 yang kemudian dimaksudkan oleh para pemohon supaya UU No. 12 tahun 2012 dibatalkan secara keseluruhan. Ke enam Pasal yang digugat tersebut membahas persoalan tentang:otonomi pengelolaan kampus, seleksi mahasiswa baru, akses mahasiswa miskin untuk mendapatkan pendidikan yang setara, dan kemandirian akademik kampus. Dari sudut pandang kebijakan publik, definisi otonomi bisa beragam tetapi kata otonomi yang berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979). Sedangkan Otonomi, menurut Ateng Syafruddin (1985: 23) adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Pembahasan Pasal-Pasal Yang Digugat Otonomi 1. Otonomi Pengelolaan Kampus Otonomi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dalam bidang akademik meliputi norma dan kebijakan operasional. Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi tidak akan 1

tercapai tanpa otonomi non-akdemik yang meliputi organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan, serta sarana dan prasarana. Hal ini menjadi faktor pendorong agar PTN Berbadan Hukum (PTNBH), sesuai Pasal 97 huruf c UU No. 12 tahun 2012, tidak terjebak dalam pola pengelolaan (keuangan, organisasi, kemahasiswaan, ketenagaan, serta saran dan prasarana) yang rumit, birokratis dan politis.tanpa diberikan otonomi, akan sulit sebuah PTN BH melaksanakan perintah UUD 45 serta UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Tridarma Perguruan Tinggi. Pemberian otonomi di PTN BH sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas dan diatur dalam UU Dikti diharapkan dapat mempercepat tercapainya apa yang menjadi tujuan pelaksanaan pemenuhan atas pelaksanaan hak azasi manusia mengenai mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum. Khususnya hak mendapatkan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 c ayat (1), 28 d ayat (1), 281 ayat (4) dan Pasal 31 UUD RI tahun 1945. Implementasi otonomi PTN, seperti di Institut Pertanian Bogor (IPB) terbukti dapat meningkatkan mutu dan relevansi pelaksanaan Tridarma PTN, menguatkan tata kelola dan akuntabilitas PTN serta transformasi budaya kerja dan layanan pada PTNBH. Ini bukti bahwa otonomi pengelolaan kampus tidak mengurangi akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas dan terjangkau. Otonomi PTN yang dilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu, efektivitas dan nefisiensi telah mampu meningkatkan mutu pelaksanaan Tridarma PT, memperluas akses bagi seluruh masyarakat untuk mengikuti pendidikan tinggi, dan meningkatkan daya saing IPB di tingkat global. 2. Seleksi Mahasiswa Baru dan Akses Mahasiswa Miskin Untuk Mendapatkan Pendidikan Tinggi Yang Setara Berdasarkan data yang kami dapat dari Kantor Rektorat Bidang Kemahasiswaan terkait dengan seleksi mahasiswa baru, minimal per tahun ada 40% dari total mahasiswa baru yang diterima masuk dengan kualifikasi akademik tinggi adalah mahasiswa dari golongan tidak mampu (penghasilan orang tua berkisar antara Rp. 500.000 Rp. 2.500.000/bulan) dan presentase ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu IPB memberikan bantuan biaya pendidikan melalui 2

Program Bidiksi sejak tahun 2010 yang presentasenya terus meningkat setiap tahun. Selain itu kualitas input mahasiswa S1 IPB dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat. Jumlah mahasiswa baru yang berasal dari SNMPTN lebih dari 80% menunjukkan bahwa pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional dan mandiri tidak menimbulkan diskriminasi untuk memperoleh hak atas pendidikan bagi warga Negara Indonesia. Fakta fakta tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengukur keluaran implementasi kebijakan Pemerintah terkait otonomi penyelenggaraan pendidikan tinggi atau PTNBH. 3. Kemandirian Akademik Kampus Dalam lima tahun terakhir (2008-2012), proporsi rata-rata penerimaan IPB masih di dominasi oleh APBN. Adapun komposisi penerimaan sumber dana IPB adalah sebagai berikut : Penerimaan IPB yang bersumber dari penerimaan mahasiswa sebesar 26,75% Penerimaan IPB yang bersumber dari APBN sebsar 41,06% Penerimaan IPB yang bersumber dari dana pihak ketiga sebesar 32,19% Jadi kemandirian kampus, dalam hal ini IPB, pendanaan untuk penyelenggaraan program dan kegiatan IPB yang dananya dari APBN masih cukup tinggi dan sekaligus menunjukkan tanggung jawab negara terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi masih dominan. Dengan demikian kemandirian akademik kampus dalam bidang nonakademik tidak mungkin dapat melepaskan tanggung jawab negara terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi karena kegiatan perguruan tinggi (termasuk PTN BH) tidak bertujuan untuk mencari laba. Setelah diundangkannya UU.No. 12 Tahun 2012 (UU Dikti), bantuan Pemerintah baik kepada IPB maupun individu mahasiswa terus meningkat. Pemerintah diwajibkan menyediakan biaya operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) yang proporsional terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atau dana yang berasal dari masyarakat, yang dimasukkan dalam APBN. Dengan adanya BOPTN ini, maka PNBP atau dana yang berasal dari masyarakat termasuk SPP mahasiswa tidak lagi meningkat. Menurut IPB, UU Dikti sangat berpihak kepada Perguruan Tinggi Negeri dan kepada mahasiswa, termasuk mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi. Secara jelas dalam UU ini 3

diatur tanggungjawab negara yang bukan semakin berkurang, namun tanggungjawabnya semakin besar dan memperoleh landasan hukum yang semakin kuat. Dari perspektif kebijakan publik, perbedaan antara pengelolan (manajemen) dan tata kelola (governance) badan hukum publik dengan badan hukum pivat atau perseroan terbatasberbeda karena : 1. Berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau badan hukum privat bahwa Perseroan Terbatas harus mempunyai Anggaran Dasar dengan tujuan utama mengejar keuntungan 2. PTNBH tidak bisa dikatakan badan hukum privat atau korporasi atau seperti korporasi karena PTNBH didirikan bukan dengan kumpulan modal dari pemegang saham seperti layaknya korporasi. Korporasi mengenal adanya pemegang saham atau shareholders tetapi di PTNBH dikenal dengan stakeholders (pemangku kepentingan) yang meliputi masyarakat dan alumni. Jadi jelas orientasinya bukan mencari keuntungan. 3. PTN BH juga menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern yang berlaku universal (seperti manajemen resiko, sistem manajemen kinerja, dan sistem manajemen pelayanan prima) yang selama ini juga diterapkan dalam pengelolaan PTNBH dan terbukti bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas. 4. Badan hukum untuk PTNBH hanya bersifat fungsi pengelolaan yang berorientasi pada mutu dan kinerja bukan merupakan bentuk badan hukum tertentu (sesuai dengan amar Putusan MK No. 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 tentang UU BHP) karena statusnya tetp PTN 5. Sistem pertanggungjawaban PTNBH dilakukan pada otoritas publik dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik independen. Berbeda dengan Perseroan Terbatas yang pertanggungjawabannya kepada pemegang saham, meskipun juga diaudit oleh akuntan publik independen. PTNBH tetap sebagai PTN. Jadi sulit atau tidak mungkin kalau PTN harus dijadikan barang privat 6. Pengelolaan PTNBH oleh PTN memiliki mekanisme kontrol (check and balance) dalam penyelenggaraan tata kelola (governance) yang dapat memastikan tidak akan terjadi privatisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi. 7. PTNBH memiliki organ Majelis Wali Amanat (MWA) yang mempresentasikan kepentingan Pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat yang memiliki 4

kewenangan diantaranya mengangkat dan memberhentikan Rektor, menetapkan Renstra, menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT). Keberadaan Majelis Wali Amanat (anggotanya merupakan representasi dari Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat), Dewan Audit, Senat Akademik dan Dewan Guru Besar akan menempati ruang-ruang publik yang berfungsi untuk mengontrol dan menyeimbangkan kekuatan-kekuatan yang ada di PTN BH. Sehingga diharapkan organ tersebut dapat berperan sebagai lembaga civil society dimana kepentingan dan kebutuhan masyarakat dapat lebih diprioritaskan daripada kepentingan komersial. Kekuatan civil society pada badan hukum publik merupakan pencerminan akses publik sebagai fungsi kontrol pengelolaan PTN BH, sekaligus merupakan faktor utama pembeda dengan badan hukum privat yang kontrolnya dilakukan oleh para pemegang saham. 8. PTNBH memiliki organ Senat Aksdemik (SA) yang memiliki fungsi pengawasan di bidang akademik, organ Dewan Audit (DA) yang melakukan fungsi audit secara independen, dan Dewan Guru Besar (DGB) yang berfungsi dalam menjaga tegaknya norma dan etika akademik. Penutup Sebagai penutup atas pandangan saksi ahli kebijakan publik, kami akan menyampaikan beberapa kesimpulan sebagai masukkan berikut perihal Pengujian UU No. 12 tahun 2012 oleh FPP : 1. UU No. 12 tahun 2012 ini baru di tanda tangani oleh Presiden RI dan baru mulai berlaku pada tanggal 10 Agustus 2012, sehingga menurut hemat kamipublik masih sulit untuk bisa menguji apakah UU ini masih bertentangan dengan UUD 45. Terlalu dini untuk menguji implementasi sebuah UU secara komprehensif dalam hitungan bulan. 2. UU No. 12 tahun 2012 ini merupakan perbaikan dari UU No. 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP)yang sudah dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam perkara No. 11-14-21-126-136 PUU-VII-2009 dan sejauh ini para pihak yang saat itu mengajukan Judicial Review UU BHP juga sudah tidak kebertan atas isi UU No. 12 tahun 2012 ini. 3. Dari sudut pandang kebijakan publik, peran kontrol atas UU No. 12 tahun 2012 ini sudah diakomodasi dengan baik pada BAB VII Peran Serta Masyarakat Pasal 91. Bagi publik yang merasa bahwa UU No. 12 tahun 2012 ini nantinya merugikan 5

publik dan menghambat hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan tinggi dapat dengan mudah disampaikan tanpa harus mempunyai legal standing. Artinya gugatan bisa dilkukan secara perorangan. 4. Jika uji materi FPP ini di kabulkan oleh MK, dari sisi pelaksanaan sebuah kebijakan akan menimbulkan ketidakpastian dan kekosongan kebijakan di sektor pendidikan. Mohon lanjutkan saja UU No. 12 tahun 2012 ini tanpa harus dikoreksi lagi demi kepastian hukum sebuah kebijakan di sektor pendidikan tinggi. Jakarta, 19 Juni 2013 Ir. Agus Pambagio, M.Eng. Mgt., CPN 6