Mukhlis Imam Bashori, Muakibatul Hasanah, dan Endah Tri Priyatni Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

ABSTRACT

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

BAB 3 METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM EKRANISASI

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 27 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4 No.2 Juli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

KARAKTERISTIK PUISI SISWA SMP NEGERI KELAS VIII DI KABUPATEN SLEMAN CHARACTERISTICS OF POETRY CLASS STUDENT VIII SMP IN THE DISTRICT SLEMAN

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

PENGARUH TEKNIK MENULIS PUISI BERDASARKAN CERITA TERHADAP MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

EFETIVITAS PENGGUNAAN METODE NATURE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGEMBANGAN BUKU TEKS MENULIS PUISI KEINDAHAN ALAM SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINEKTIK PADA SISWA KELAS VI SDN JAYARAGA 2 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

MAKALAH PENELITIAN. Nama : ENDAH RUHAENDAH NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM WRITING

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 1 TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Journal of Primary Education

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENILUS PUISI DENGAN METODE KARYA WISATA SISWA KELAS VII-A MTs WAHID HASYIM BALUNG-JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar.

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

SKRIPSI. oleh Diah Nurwidasari NIM

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

Transkripsi:

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI BAHASA MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Mukhlis Imam Bashori, Muakibatul Hasanah, dan Endah Tri Priyatni E-mail: mukhlisimambashori@ymail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengukur kemampuan menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi siswa kelas XI Program Studi Bahasa MAN 3 Malang tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa tes tentang menulis puisi, pedoman wawancara, dan angket. Sumber data berupa naskah puisi karya siswa. Data penelitian berupa skor dari setiap aspek kemampuan dan kemampuan totalitas. Analisis data menggunakan tabel konversi skala dan rumus f%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi masih di bawah standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. Kata kunci: pembelajaran menulis puisi, pengalaman pribadi, kemampuan menulis puisi. ABSTRACT: This research is used to describe and measure the ability to write poems based on personal experience class XI Language Courses MAN 3 Malang in the academic year 2011/2012. This research used a descriptive research design. The instruments used in the form of a test on writing poetry, interview, and questionnaires. Sources of data in the form of manuscripts of poems by students. The research data in the form of scores of every aspect of the totality of skills and abilities. Analysis of data using conversion tables and formulas f% scale. The results showed that students' ability to write poems based on personal experience is still below the standard minimum passing grade is set. Keyword: poem writing learning, personal experience, poem writing ability. Puisi merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam karya sastra (Rahmanto, 1988:118). Ekspresi tersebut didukung dengan keindahan kata-kata yang diramu oleh penulisnya. Sarumpaet (2002:148) mengatakan, hakikat menulis puisi adalah pengungkapan tabir dengan susunan kata yang kaya akan imajinasi. Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, ide, dan imajinasi lewat susunan kata yang bermakna. Puisi dibangun oleh struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi meliputi tipografi, diksi, pengimajian, kata konkret, majas, dan rima. Struktur batin puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat (Siswanto, 2008: 113-126). Salah satu rangsangan sebagai sumber ide dalam menulis puisi adalah rangsangan pengalaman pribadi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Roekhan bahwa salah satu faktor penyubur kreativitas dan proses kreatif adalah faktor pengalaman. Pengalaman ibarat bahan bakar. Pengalaman dapat diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung. Pengalaman pribadi merupakan salah satu contoh pengalaman yang diperoleh secara langsung (Roekhan, 1991:23). 44 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

Keberhasilan sebuah puisi tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek. Keharmonisan unsur fisik dan unsur batin akan membentuk totalitas makna. Hal itu diungkapkan oleh Sayuti ( 1985:185) bahwa unsur pokok sebuah puisi adalah unsur kualitas (tema, ide) dan unsur bentuk formal (struktur fisik), keduanya harus secara harmonis membangun sebuah puisi. Oleh sebab itu, penulis puisi harus mampu mengharmoniskan aspek-aspek tersebut. Dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah atas khusunya pada siswa kelas XI Program Studi Bahasa, terdapat kompetensi dasar menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan. Berpijak dari itu, maka siswa dituntut mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman dengan baik. Agar dapat mencapai kompetensi tersebut, proses menulis puisi perlu diarahkan pada tahapan yang mampu melatih siswa dalam menentukan tema secara unik dan menarik, memilih diksi dengan tepat, membentuk majas secara orisinal, menghadirkan imaji secara variatif, membuat penataan bunyi yang baik, serta membuat sarana retorika dengan pola yang baik. Endraswara (2003:218) mengemukakan bahwa tahap-tahap kreativitas dalam menulis meliputi tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi, dan tahap verifikasi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Roekhan (1991:1) bahwa menulis puisi merupakan sebuah proses kreatif yang melibatkan sejumlah aktivitas berupa pemunculan ide, perenungan ide, pematangan ide, pembahasaan ide, dan penulisan ide dalam bentuk karya sastra. Tahapan tersebut seyogianya diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi di kelas. Jika pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan indikator, maka perlu diukur tingkat ketercapaian kemampuan siswa dalam menulis puisi. Hal ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi guru maupun siswa. Jika kemampuan siswa masih rendah, guru dapat memberikan remedial. Jika kemampuan siswa sudah baik, siswa bisa terus dilatih agar kemampuannya semakin bagus. Penelitian yang relevan dan pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian tentang Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Blitar oleh Tri Yuliana (2011) dan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Kisah Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tongas Kabupaten Probolinggo oleh Muhamad Lukman (2011). Berdasarkan paparan tersebut, maka penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa berdasarkan pengalaman pribadi dari aspek (1) tema, (2) penataan bunyi, (3) pemilihan kata/diksi, (4) penghadiran imaji, (5) pembentukan majas, dan (6) penggunaan sarana retorika; serta mendeskripsikan kemampuan menulis puisi secara totalitas (keseluruhan). METODE Penelitian ini menggunakan rancang penelitian deskriptif yaitu memaparkan fenomena di lapangan apa adanya tanpa ada perlakuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Program Studi Bahasa Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Penelitian ini juga dapat disebut penelitian populasi karena seluruh subjek diteliti. Instrumen yang digunakan berupa tes, panduan wawancara, dan angket. Pengumpulan data dilakukan dengan tes menulis puisi, wawancara serta pengisisan angket oleh siswa. Peneliti dapat melakukan serangkaian kegiatan sebelum melaksanakan tes, meliputi (1) menentukan tujuan tes menulis puisi, (2) melakukan pembatasan tema, (3) pemilihan bentuk tugas dan format tes, (4) 45 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

penentuan teknik penilaian dan pembuatan pedoman penilaian, serta (5) uji coba instrumen. Sumber data dalam penelitian ini berupa naskah puisi hasil karya siswa. Data berupa skor hasil tes menulis puisi berdasarakan pengalaman pribadi siswa dari aspek (1) tema, (2) penataan bunyi, (3 ) pemilihan kata/diksi, (4 ) penggunaan citraan, (5) pembentukan majas, serta (6) penggunaan sarana retorika. Analisis data dilakukan sesuai dengan langkah yang dikemukakan Arikunto (2006:235) meliputi persiapan, tabulasi, dan penafsiran. Performansi siswa dalam tes menulis puisi yang masih berupa skor mentah dihitung menggunakan rumus berikut. = び 100 (Sudijono, 2001:318) Untuk menentukan kualifikasi kemampuan siswa, digunakan Tabel Konversi Skala 4 dengan kualifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Persentase untuk menghitung frekuensi siswa (f %) menggunakan rumus sebagai berikut. % = 100% (Sudjana dan Ibrahim, 2009:129) Penilaian mengacu pada standar ketuntasan minimal (SKM) yang ditentukan oleh pihak sekolah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu sebesar 75 atau 75%. Siswa dikatakan mampu atau tuntas apabila mendapat nilai 75 atau 75%. Siswa dikatakan tidak mampu atau tidak tuntas apabila mendapat nilai < 75 sehingga wajib mengikuti remedial. HASIL Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Tema Kemampuan menulis puisi dari aspek tema menunjukkan bahwa siswa tidak mampu mengungkapakan tema dalam puisi secara orisinal, unik, dan spesifik.. Siswa berkategori baik mencapai sepertiga bagian, yaitu 3 siswa (33,3%), kategori cukup berjumlah separuh, yaitu 5 siswa (55, 6%), sisanya berkategori kurang, yaitu 1 siswa (11,1%). Penilaian dilihat dari kebaruan, keunikan, dan kespesifikan tema. Siswa dikatakan berkategori baik apabila tema cukup menunjukkan kebaruan dan keunikan disertai penggarapan puisi secara cukup baru. Siswa dikatakan berkategori cukup apabila tema cukup menunjukkan kebaruan dan keunikan disertai penggarapan puisi secara kurang baru. Siswa dikatakan berkategori kurang apabila Apabila tema tidak menunjukkan kebaruan dan penggarapan puisi tidak baru. Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penataan Bunyi Kemampuan menulis puisi dari aspek penataan bunyi digolongkan pada kategori mampu. Siswa berkategori baik berjumlah separuh, yaitu 5 siswa (55,6%). Siswa berkategori cukup kurang dari separuh, sejumlah 4 siswa (44,4%). Penilaian didasarkan pada keselarasan dan kerapatan variasi bunyi. 46 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

Siswa dikatakan berkategori baik apabila mampu menggunakan variasi penataan bunyi yaitu rima vokal, rima konsonan, asonansi, aliterasi, konsonansi, dan bunyi mesodiplosis dengan baik dengan kerapatan pemakaian yang proporsional di tiap larik maupun bait. Siswa dikatakan berkategori cukup apabila mampu menggunakan dan menata variasi bunyi dengan cukup baik dan kerapatan pemakaian cukup proporsional. Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Pemilihan Kata-kata (Diksi) Kemampuan menulis puisi dari aspek pemilihan kata/diksi digolongkan pada kategori mampu. Siswa berkategori sangat baik sejumlah 2 anak (22,2%). Siswa berkategori baik sejumlah 4 oanak (44,4%). Siswa berkategori cukup sejumlah 3 orang (33,3%). Penilaia n didasarkan pada ketepatan pemilihan serta kerapatan penggunaan variasi diksi. Siswa dikatakan berkategori sangat baik apabila mampu memilih berbagai variasi pilihan kata mulai dari kata konkret, kata konotasi/kiasan, kata khusus (hiponimi), kata sinonimi, kata/frase baru, serta kata arkaik disertai kerapatan penggunaan yang proporsional. Siswa dikatakan berkategori baik apabila mampu menggunakan kata kata konotasi, kata konkret, kata hiponimi/kata khusus, dan kata sinonimi tanpa ada kata yang menimbulkan kesan baru serta kata arkaik. Siswa dikatakan berkategori cukup apabila mampu menggunakan pilihan kata berupa kata konotasi dan kata konkret, tanpa ada pilihan kata yang lainnya dan kerapatan pemakaian yang kurang proporsional. Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penghadiran Citraan atau Imaji Kemampuan menulis puisi dari aspek penghadiran citraan atau imaji menunjukkan bahwa siswa tidak mampu menghadirkan citraan dengan baik. Siswa berkategori baik, kurang dari separuh, yaitu sebanyak 4 siswa (44,4%), sedangkan siswa berkategori cukup berjumlah separuh, yaitu sebanyak 5 siswa (55,6%). Penilaian didasarkan pada kemampuan menghadirkan imaji/citraan secara variatif dengan kerapatan proporsional. Siswa dikatakan berkategori baik apabila keseluruhan puisi mampu menghadirkan daya bayang (imaji) dengan baik disertai variasi pemakaian imaji baik imaji visual, imaji auditif, imaji, taktil, serta imaji gerak cukup proporsional. Siswa dikatakan berkategori cukup apabila sebagian puisi mampu menghadirkan citraan cukup variatif dengan kerapatan kurang proporsional di tiap larik maupun bait. Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Pembentukan Majas Kemampuan menulis puisi dari aspek pembentukan majas menunjukkan bahwa siswa tidak mampu membentuk majas secara orisinal dengan kerapatan pemakaian yang proporsional. Siswa berkategori sangat baik berjumlah 1 anak (11,1%). Siswa berkategori baik berjumlah 1 anak (11,1%). Siswa berkategori cukup sejumlah 5 anak (55,6%), serta siswa berkategori kurang, sejumlah 2 anak (22,2%). Siswa dikatakan berkategori sangat baik bila variasi pembentukan majas secara orisinal dengan kerapatan pemakaian yang proporsional dalam keseluruhan puisi. Siswa dikatakan berkategori baik bila variasi pembentukan majas cukup menunjukkan kebaruan (orisinalitas) dengan kerapatan penggunaan cukup 47 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

proporsional. Siswa dikatakan berkategori cukup bila variasi pembentukan majas kurang orisinal dengan kerapatan kurang proporsional. Siswa dikatakan berkategori kurang bila pembentukan majas sangat tidak proporsional dengan keseluruhan isi puisi. Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penggunaan Sarana Retorika Kemampuan menulis puisi dari aspek sarana retorika menunjukkan bahwa siswa mampu menggunakan sarana retorika dengan pola yang baik. Siswa berkategori baik lebih dari separuh, sejumlah 6 siswa (66,7%). Siswa berkategori cukup sejumlah 3 siswa (33,3%). Siswa dikatakan berkategori baik apabila mampu menggunakan variasi sarana retorika dengan pola yang baik disertai dengan kerapatan cukup proporsional. Siswa dikatakan berkategori cukup apabila mampu menggunakan variasi sarana retorika dengan pola cukup baik disertai kerapatan kurang proporsional. Kemampuan Totalitas (Keseluruhan) Menulis Puisi Kemampuan totalitas dalam menulis puisi menunukkan bahwa hanya 2 siswa (22,2%) dengan rentang nilai 75-89 atau berkategori baik, sebanyak 2 siswa (22,2%) dengan rentang nilai 60-74 atau berkategori cukup, serta 5 siswa (55,6%) dengan rentang nilai 0-59 atau berkategori kurang. Kemampuan totalitas rata-rata kelas diperoleh sebesar 62,0%. Kemampuan tersebut masing di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) yang ditetapkan, yakni sebesar 75% sehingga dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI Program Bahasa MAN 3 Malang tidak mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi dengan baik. PEMBAHASAN Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Tema Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa, sehingga menjadi landasan utama dalam penulisannya (Waluyo, 1987:106). Aminuddin (2010:151) mengatakan bahwa tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam puisi. Tema dalam puisi sangat beragam atau bervariasi. Ada tema tentang ketuhanan (religius), tema tentang kepahlawanan, tema tentang kemanusiaan, tema tentang keadilan, tema tentang protes sosial, tema kasih sayang, tema percintaan (Waluyo, 2005:18). Temuan hasil analisis puisi siswa menunjukkan tema yang dihasilkan siswa beragam mulai dari tema ketuhanan, tema kecintaan terhadap nabi Muhammad, tema kembali kepada Tuhan, tema kerinduan terhadap ibunda, dan selebihnya adalah tema tentang sebuah rasa cinta pada remaja, baik rasa cinta yang berbuah manis ataupun rasa cinta yang menimbulkan sebuah kedukaan dan kekecewaan. Tema yang berhubungan dengan cinta atau rasa cinta memang dominan mengingat siswa juga berada pada usia remaja. Ada yang cukup baik dalam menyajikan tema tentang rasa cinta tersebut, namun ada pula ada yang kurang berhasil. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Sarumpaet (2002:219) bahwa karena penulis belum sungguh menghayati dan menenggelamkan persoalan cinta dalam pikiran, perasaan dan mengkajinya ulang serta membandingkannya dengan pengalaman cinta dalam bentuk dan warna yang lain, maka banyak puisi yang lahir bagaikan terlalu pagi. 48 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

Analisis puisi siswa juga menemukan bahwa kebaruan dan keunikan tema sangat mempengaruhi penilaian puisi. Kebaruan (keorisinalitasan) tema akan semakin bagus, baik, dan indah jika didukung dengan penggarapan yang baik pula. Hal ini juga diutarakan oleh Sarumpaet (2002:74-75) bahwa setelah memahami sebuah tema, hal yang perlu dilakukan adalah berusaha menuliskan sesuatu secara tepat, pasti, dan kalau mungkin unik. Hal tersebut mengindikasikan sebuah penggarapan yang baik dan unik dari tema yang diambil tidak bisa diabaiakn dalam menulis puisi. Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penataan Bunyi Dalam puisi, bunyi bersifat estetik, yaitu unsur untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif (Pradopo, 2000:22). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Sayuti (1985:33) bahwa salah satu fungsi bunyi dalam puisi adalah untuk mencapai nilai estetika (keindahan). Unsur bunyi merupakan satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam penilaian sebuah puisi. Pembahasan aspek bunyi dalam puisi dapat dikelompokkan dalam pemakaian bunyi vokal dan konsonan, yaitu Asonansi, aliterasi, konsonansi, rima, rima vokal, serta bunyi mesodiplosis (Aminuddin, 1995:147). Variasi penataan bunyi dalam puisi sangat mempengaruhi kemerduan dan keindahan tiap larik dan bait puisi. Temuan tersebut diperoleh dari hasil analisis puisi siswa kelas XI Program Studi Bahasa MAN 3 Malang. Puisi dengan variasi penataan bunyi yang baik menunjukkan sebuah kepaduan yang indah dan merdu yang menghasilkan bunyi efoni. Hal tersebut dapat diamati pada puisi siswa yang termasuk dalam kategori baik. Puisi dengan variasi penataan bunyi yang baik tentunya berbeda dengan puisi yang cukup atau kurang. Hasil analisis juga menemukan bahwa tingkat kerapatan penggunaan variasi bunyi juga mempengaruhi keindahan bunyi dalam sebuah puisi. Puisi dengan kerapatan bunyi asonansi, aliterasi, konsonansi rima yang proporsional di sebuah larik atau baitnya tentu berbeda dengan puisi yang memiliki kerapatan yang cukup proporsional atau kurang proporsional. Gejala pemakain bunyi mesodiplosis juga ditemukan dalam puisi siswa. Pemakaian satuan bunyi pembentuk kata atau pengulangan kata yang serupa dalam sebuah larik dapat menimbulkan sebuah kemerduan, dapat pula menimbulkan sebuah penegasan atau penekanan karena bunyi mesodiplosis merupakan bagian dari gejala pengulangan (repetisi) kata. Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Pemilihan Kata/Diksi Pemilihan kata-kata dalam puisi lazim disebut diksi. Gaya pemilihan katakata adalah cara penggunaan kata/kata-kata dalam teks sastra sebagai alat untuk menyampaikan gagasan dan nilai estetis tertentu (Aminuddin, 1995:201). Menurut Waluyo (1987:72) penyair harus cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima, kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Pemilihan kata yang baik dan bermakna, penempatan kata yang tepat, penggunaan kata-kata yang mampu menguatkan isi puisi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendapatkan sebuah puisi yang estetis dan berkualitas. Hal tersebut ditegaskan oleh Sayuti (1985:62) bahwa diksi adalah 49 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

esensi penulisan puisi dan ada pula yang menyebutnya sebagai dasar bangunan setiap puisi. Kata-kata yang lazim dipakai dalam puisi antara lain kata konkret, kata kiasan (konotasi), kata denotasi, kata yang memiliki hubungan kehiponimian atau kata khusus, kata yang memiliki hubungan kesinonimian, kata atau frasa yang memberi kesan baru, dan kata yang lama sekali tidak dipakai sehingga terkesan sebagai kata arkaik. Kata-kata tersebut ditemukan dalam hasil analisis puisi kelas XI Program Studi Bahasa MAN 3 Malang. Akan tetapi tidak semua siswa mampu memanfaatkan pemilihan variasi kata tersebut secara keseluruhan. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pemilihan kata-kata dalam sebuah puisi dapat dipengaruhi oleh indikator, yaitu variasi pemilihan dan penempatan diksi serta kerapatan dalam penggunaan atau pemilihan diksi. Puisi dengan beragam variasi kata, mulai dari kata konkret, kata khusus, kata konotasi, kata yang memiliki hubungan sinonimi, kata arkaik, kata yang memberi kesan baru berbeda dengan puisi yang hanya menggunakan beberapa variasi diksi. Kerapatan pemakaian variasi pemilihan kata yang terdapat di tiap larik maupun bait dalam puisi juga menjadi indikator keestetisan dan kebermaknaan puisi. Kerapatan penggunaan pilihan kata secara proporsional tentunya berbeda dengan kerapatan penggunaan pilihan kata yang cukup proporsional atau kurang proporsional. Penggunaan kata kiasan (konotasi), kata, kata yang memberikan kesan baru, kata sinonimi akan lebih memperdalam makna puisi sehingga tampak lebih indah. Hal ini selaras dengan pendapat Atmazaki (1993:36) bahwa alasan penyair memilih atau menggunakan kata konotasi ialah untuk memperjelas bayangan, menjemput imaji dan mempertajam tanggapan pembaca terhadap objek yang dilukiskan penyair. Penggunaan kata konkret ataupun kata khusus (hiponimi) lebih memperjelas gambaran isi puisi yang diungkapkan oleh penyair. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (1987:81) bahwa dengan kata yang diperkonkret, pembaca (puisi) dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. Penggunaan kata-kata kuno juga dapat memberi nuansa estetis tersendiri dalam sebuah puisi seperti yang diungkapkan Pradopo (2000:51) bahwa seorang penyair juga dapat mempergunakan kata-kata kuna yang sudah mati. Di penataan kata yang tepat, penempatan urutan kata yang sesuai juga menjadi indikator agar puisi lebih estetis. Penempatan kata-kata yang sesuai, yang apik akan menghasilkan paduan bunyi kata yang bermakna. Waluyo (1987 :72) mengatakan bahwa di samping memilih kata yang tepat, penyair juga perlu mempertimbangkan urutan katanya. Hal tersebut diperkuat lagi oleh pendapat Sayuti (1985:62) bahwa dalam puisi, penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka menumbuhkan suasana puitik. Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penghadiran Citraan Citraan atau imaji berhubungan erat dengan penggunaan kata konkret ataupun kata khusus (kata yang memiliki hubungan kehiponimian). Hal ini sesuai dengan pendapat Siswanto (2008:118) bahwa citraan atau imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman inderawi dan berhubungan erat dengan kata konkret. Sementara Pradopo (2000:79-80) 50 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

mengemukakan bahwa citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran yang dihasilkan oleh penangkapan terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata. Dalam puisi, citraan atau imaji berfungsi memperjelas pengungkapan makna dalam puisi sehingga tercipta suasana yang khusus. Hal ini selaras dengan pendapat Pradopo (2000:79) bahwa dalam puisi, citraan berguna untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, membuat lebuh hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan. Variasi imaji yang lazim dan sering digunakan dalam puisi antara lain adalah imaji visual (penglihatan), imaji auditif (pendengaran), imaji taktil (rasa), dan imaji kinestetik (gerak). Dari hasil temuan analisis puisi kelas XI Program Studi Bahasa MAN 3 Malang, diketahui bahwa kemampuan menulis puisi dari segi penggunaan imaji dapat dipengaruhi oleh faktor penghadiran imaji melalui kata-kata yang terdapat di dalamnya dan kerapatan penghadiran imaji dalam keseluruhan isi puisi. Kualitas puisi yang mampu menghadirkan daya bayang (imaji) dengan baik atau termasuk dalam kategori baik tentunya berbeda puisi yang hanya mampu menghadirkan daya bayang (imaji) yang cukup baik atau bahkan kurang. Hasil analisis juga menemukan bahwa kerapatan penghadiran imaji di dalam setiap larik dan bait juga mempengaruhi kualitas estetika puisi. Penghadiran imaji dengan kerapatan yang proporsional pada tiap larik atau bait tentunya berbeda dengan penghadiran imaji yang cukup proporsional, atau kurang proporsional. Semakin proporsional penggunaan imaji, maka semakin jelas gambaran yang ditampilkan sebuah puisi. Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Pembentukan Majas Majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu secara tidak langsung atau mengungkapkan makna kias. Pengungkapan kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Waluyo, 1987:83). Bahasa kias menyebabkan puisi menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Macam-macam bahasa kias antara lain Metafora, Metonimia, Simile, Personifikasi, Sinekdoke, dan Allegori (Pradopo, 2000:62). Dari temuan hasil analisis diketahui bahwa siswa menghadirkan pembentukan majas secara bervariasi. Akan tetapi, majas Majas Allegori sama sekali tidak muncul. Hasil analisis menemukan bahwa pembentukan majas dapat terjadi pada tataran kata, tataran frasa dan tataran kalimat yang mempunyai asosiasi makna yang sama dengan makna aslinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayuti (1985:75) bahwa bahasa kias mencakup semua jenis ungkapan yang berupa kata, frasa, ataupun kalimat yang memiliki makna lain dengan makna harfiahnya. Pembentukan majas secara orisinal mengindikasikan sebuah kreativitas berkarya. Hal itu selaras dengan pendapat Sayuti (1985:106) bahwa kreativitas seorang penyair dapat dilihat dari cara memanfaatkan penggunaan bahasa kias. Pengertian kreatif dapat diterjemahkan dengan penemuan baru atau ciptaan baru dan keaslian. Aminuddin (1995:267) menegaskan bahwa kreasi penciptaan karya sastra selain mengutamakan kekhasan juga mengutamakan kebaharuan. Oleh karena itu, kebaruan dalam pembentukan majas tidak bisa diabaikan dalam kreasi penciptaan karya sastra, khususnya dalam penciptaan sebuah puisi. 51 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

Unsur kerapatan penggunaan majas di setiap larik atau bait juga menjadi indikator keberhasilan sebuah puisi. Puisi dengan kerapatan pembentukan bahasa kias secara proporsional menampilkan keindahan yang berbeda dibanding puisi dengan kerapatan pembentukan majas secara cukup proporsional, kurang proporsional, atau bahkan tidak terdapat pembentukan bahasa kias sama sekali. Pembahasan Kemampuan Menulis Puisi dari Aspek Penggunaan Sarana Retorika Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa pikiran muslihat, yang dengan muslihat itu, penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair (Pradopo, 2000:94). Sarana retorika juga lazim disebut alat retorika. Pendapat Pradopo diperkuat oleh Sayuti (1985:124) bahwa alat retorika pada dasarnya merupakan tipu muslihat pikiran dengan menggunakan konstruksi bahasa yang sedemikian rupa sehingga pembaca dituntut untuk berpikir. Dalam puisi siswa dijumpai penggunaan sarana retorika yang beragam mulai dari Repetisi, Anafora, Paralelisme, Hiperbola, Ironi, Pertanyaan Retoris, Retorik Retisense, Paradoks, dan Pleonasme. Berbagai variasi alat retorika tersebut berguna sesuai dengan fungsinya masing-masing. Repetisi berfungsi memberikan penegasan atau penekanan terhadap bagian yang diulang. Hal ini sesuai pendapat Sayuti (1985:125) bahwa repetisi dalam puisi berfungsi sebagai penekan an sesuatu yang disampaikan penyair dan mungkin pula untuk melukiskan suasana yang terus menerus (berulang). Temuan hasil analisis puisi siswa menunjukkan bahwa sarana retorika atau alat retorika yang digunakan oleh siswa dalam puisinya tidak hanya berupa kata, akan tetapi dapat berupa frasa atau kalimat penuh. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Sayuti (1985:124) bahwa alat retorika membentuk sebuah arti melalui struktur sintaksis. Struktur sintaksis tersebut dapat berupa kata, frase, klausa maupun kalimat dalam puisi. Penggunaan sarana retorika dipengaruhi oleh pola pemakaian yang baik. Alat retorika dengan pola sintaktis yang baik akan memperindah dan memperjelas maksud puisi yang disampaikan. Hal ini selaras dengan pendapat Sayuti (1985:124) bahwa alat retorik membentuk arti melalui struktur sintaktis, kata-kata yang disusun dengan khas dalam jalinan konteks tertentu sehingga pembaca menjadi tertarik dan terpacu daya pikirnya untuk menangkap makna yang dikemukakan penyair. Keberhasilan penggunaan sarana retorika juga dipengaruhi tingkat kerapatan penggunaannya di tiap larik atau bait puisi dari keseluruhan isi puisi. Estetika puisi dengan kerapatan penggunaan sarana retorika yang proporsional berbeda dengan puisi dengan kerapatan pemakaian sarana retorika yang cukup proporsional atau kurang proporsional. Apalagi puisi yang tidak menggunakan sarana retorika sama sekali. Pembahasan Kemampuan Totalitas Pembahasan kemampuan totalitas adalah pembahasan keseluruhan kemampuan menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi kelas XI Program Studi Bahasa Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang tahun ajaran 2011/2012. Secara totalitas dapat diketahui bahwa sebesar 22% (nilai 75 89) atau 2 siswa yang 52 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

berkategori baik, sebesar 22% (nilai 60 74) atau 2 siswa yang berkategori cukup, dan sisanya 55,6% (nilai 0 59) atau 5 siswa yang berkategori kurang. Kemampuan totalitas rata-rata kelas diperoleh sebesar 62,0%. Kemampuan tersebut masih di bawah standar ketuntasan minimal, yakni sebesar 75% sehingga dapat dikatakan bahwa siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 3 Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 tidak mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi dengan baik. Kemampuan totalitas merupakan kemampuan secara keseluruhan dalam menulis puisi dari masing-masing aspek kemampuan yang dipadukan untuk diberikan sebuah penilaian. Dari temuan hasil analisis puisi siswa diketahui bahwa puisi yang termasuk dalam kategori baik ditandai dengan indikator penataan bunyi, pemakaian diksi, pembentukan majas, penghadiran imaji, penggunaan sarana retorika, serta pengungkapan tema menunjukkan kualitas yang baik. Berdasarkan hasil analisis data pendukung, yaitu hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sastra Indonesia dan hasil angket yang diisi siswa, ada beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan menulis puisi siswa di bawah SKM. Pertama, pembelajaran menulis puisi tidak dilaksanakan dengan tahapan yang mengarahkan siswa agar mampu menulis puisi dengan baik yaitu memperhatikan sarana atau unsur puitika. Kedua, lembar kerja yang dirancang untuk mengakomodasi proses menulis puisi tidak dimanfaatkan dengan baik untuk mendaftar pengalaman pribadi, mendaftar kosakata/diksi, memilih kata/frasa untuk membentuk majas, menulis pola sarana retorika, serta menghadirkan citraan secara variatif. Keberhasilan sebuah puisi tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek. Keseluruhan aspek dalam puisi mendukung satu sama lain. Sayuti (1985:185) mengatakan bahwa unsur pokok sebuah puisi adalah unsur kualitas (tema, ide) dan unsur bentuk formal (struktur fisik), keduanya harus secara harmonis membangun puisi. Puisi mempunyai nilai seni bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan ke dalam kata (Sayuti, 1985:185). PENUTUP Simpulan Penelitian ini mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa berdasarkan pengalaman pribadi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Secara totalitas diketahui, bahwa siswa berkategori baik sebesar 22% (nilai 75 89), siswa berkategori cukup sebesar 22% (nilai 60 74), serta siswa berkategori kurang sebesar 55,6% (ni lai 0 59). Kemampuan totalitas rata-rata kelas diperoleh sebesar 62,0%. Kemampuan tersebut masih di bawah standar ketuntasan minimal, yakni sebesar 75% sehingga dapat dikatakan bahwa siswa Kelas XI Program Bahasa MAN 3 Malang Tahun Pelajaran 2011/2012 tidak mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi dengan baik. Kedua, Keberhasilan sebuah puisi tidak ditentukan unsur pembangun, tetapi ditentukan oleh kepaduan antara struktur fisik dan struktur batin sebagai pembangunnya. Keharmonisan unsur fisik dan unsur batin membentuk totalitas makna dalam puisi. Ketiga, kreasi penciptaan karya sastra selain mengutamakan kekhasan juga mengutamakan kebaharuan. Kreativitas seorang penyair dapat 53 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

dilihat dari kebaharuan dari masing-masing aspek. Kebaruan dalam hal majas, kebaruan dalam hal pemilihan kata, kebaruan dalam penggunaan sarana retorika, kebaruan dalam pengungkapan tema akan mendukung nilai estetis sebuah puisi. Saran Dari hasil penelitian, dapat diberikan saran sebagai berikut. Pertama, guru disarankan untuk memberikan evaluasi ulang kepada siswa yang belum mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman yakni kepada siswa yang mendapat nilai di bawah SKM. Guru juga disarankan melatih siswa dalam mendaftar pengalaman mereka, memperkaya kosakata, membentuk majas secara orisinal, menghadirkan imaji secara variatif, Kedua, Siswa disarankan agar lebih banyak berlatih menulis puisi memperhatikan unsur pembangunnya. Siswa diharapkan banyak membaca puisipuisi di setiap angkatan atau periode agar memahami seluk beluk puisi yang baik Dengan cara interaksi membaca tersebut, diharapkan kepekaan siswa akan terasah secara perlahan sehingga sedikit demi sedikit siswa akan mampu menulis puisi dengan baik. Ketiga, Peneliti lanjutan disarankan melaksanakan jenis penelitian yang berbeda dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat diketahui metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa karena kemampuan karena kemampuan siswa masih di bawah standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: Penerbit IKIP Semarang Press. Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Angkasa. Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra: Sastra Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota kembang. Lukman, M. 2011. Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Kisah Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tongas Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pradopo, R. D. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Sarumpaet, R. K. T. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah Cinta. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Sayuti, S. A. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Semarang: Penerbit IKIP Semarang Press. 54 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013

Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudjana, N. dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Waluyo, H. J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Waluyo, H. J. 2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Yuliana, T. 2011. Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP 6 Blitar Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. 55 JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013