26 BAB III ETODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub kawasan Kabupaten Bolaang ongondow Timur. Dilaksanakan selama 3 bulan (April Juni 2013), mulai dari tahap persiapan sampai penyusunan laporan akhir penelitian. 3.2 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah tumbuhan paku (Pteridophyta) yang terdapat di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub kawasan Kabupaten Bolaang mongondow Timur, pada ketinggian 700 m dpl 1750 m dpl. 3.3 etode Penelitian etode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan untuk mendapatkan informasi tentang pola penyebaran tumbuhan paku. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan awal yang dilakukan adalah observasi, kegiatan ini bertujuan untuk mengamati langsung kondisi lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian dan objek yang akan diteliti. Kemudian menyiapkan semua alat yang akan digunakan dalam penelitian. embersihkan dan mengecek apakah semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian dapat berfungsi dengan baik. Teknik pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling berdasarkan keberadaan tumbuhan paku yang dianggap mewakili tempat tersebut.
27 Pengamatan dan pengambilan koleksi tumbuhan paku dilakukan dengan menggunakan petak. enentukan stasiun berdasarkan topografi atau ketinggian. Stasiun 1 pada ketinggian 700 m dpl, stasiun 2 pada ketinggian 1000 m dpl, stasiun 3 pada ketinggian 1200 m dpl, stasiun 4 pada ketinggian 1450 m dpl dan stasiun 5 pada ketinggian 1750 m dpl dengan menggunakan altimeter. Pada masing-masing stasiun akan dibuat 10 plot dengan ukuran masing-masing plot 20 x 20 m, di sepanjang jalur perjalanan secara purposive sampling (Gambar 24). engambil data tumbuhan paku yang ditemukan dalam setiap plot, mengukur faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban dan intesitas cahaya. Selanjutnya mengambil dokumentasi tumbuhan paku dan sampel tumbuhan untuk keperluan identifikasi dan herbarium. (a) (b) Gambar 24. (a) Jalur dan (b) Plot Pengamatan
28 3.4.1 Identifikasi Tumbuhan Paku Identifikasi tumbuhan paku didasarkan pada ciri-ciri morfologi. Bentuk morfologinya dicocokkan dengan gambar-gambar, tulisan-tulisan dan buku yang relevan. Indentifikasi tumbuhan paku merujuk pada buku Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2011) dan The Fern Diversity Of South East Sulawesi (Hidayat, 2011). 3.4.2 Tahap Pembuatan Herbarium Pembuatan herbarium merupakan suatu aktifitas pengawetan tanaman untuk keperluan penelitian lebih lanjut. Adapun tahapan pembuatan herbarium (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2012) adalah sebagai berikut : 1. Sampel tumbuhan termasuk etiket gantung yang menyertai dikeluarkan dari kantong plastik dan diletakkan di dalam kertas merang. 2. Posisi sampel diatur sedemikian rupa yang mepresentasikan keseluruhan bagian tumbuhan pada kondisi aslinya (keadaan saat tumbuhan tersebut hidup) dan menunjukkan semua bagian sampel untuk memaksimalkan informasi tumbuhan tersebut. 3. Penyusunan sampel saat dipres juga harus memperhatikan spesies sampel yang dikoleksi. Tumbuhan dengan organ tebal, kaku atau spesies tumbuhan sekulen oleh ketas karton disusun di bagian luar dekat dengan sasak pres, pada posisi tegak terkena panas lebih banyak dan mempercepat proses pengeringan. 4. Setiap 3-5 tumpukan kertas merang dibatasi oleh kertas karton, kemudian sejumlah maksimal 10 tumpukan karton tersebut diatur sedemikian rupa dijepit sasak pres. Kemudian diikat dan dikencangkan dengan sabuk sasak.
29 5. Sampel tumbuhan yang telah dipres kemudian dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50 0 C. Proses pengeringan berkisar 2-3 hari tergantung pada spesies tumbuhan, kelembaban dan temperatur tempat yang digunakan. 6. Spesies yang telah dikeringkan kemudian di pindahkan secara hati-hati ke kertas herbarium. 7. Tempel spesimen menggunakan selotip. 8. Bagian tumbuhan yang mudah lepas atau rontok dari bagian lainnya misalnya bunga dan biji maka bagian tersebut disimpan di dalam emplop. Kemudian ditempelkan di kanan atas pada kertas herbarium. 9. Tempel label herbarium dibagian kanan bawah kertas herbarium menggunakan lem. 3.5 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : GPS (Global Position System) digunakan untuk menetukan titik koordinat lokasi pengambilan sampel, kamera digital digunakan untuk mengambil dokomentasi, roll meter digunakan untuk mengukur stasiun, tali rafia digunakan untuk membuat plot, lux meter digunakan untuk mengukur intansitas cahaya, hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu, buku identifikasi digunakan untuk panduan indentifikasi, catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua pengamatan yag dilakukan di lapangan, gunting tanaman, sasak, kantong plastik, label spesimen, etiket gantung, kertas merang, selotip, oven, spritus dan sampel tumbuhan paku.
30 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah deskripstif kuantitatif. Untuk identifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta) dianalisis dengan mendeskripsikan ciri-ciri dari tumbuhan paku yang ditemukan dengan menggunakan buku identifikasi Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2011) dan The Fern Diversity Of South East Sulawesi (Hidayat, 2011). Untuk mengetahui pola penyebaran tumbuhan paku digunakan rumus: Ket : Id n Σx Σx 2 Id = n = Index penyebaran orista = Jumlah petak ukur x x ( x) x = Jumlah individu suatu spesies setiap petak ukur = Jumlah kuadrat individu suatu spesies setiap petak ukur Ket : x 975 = 13.1 x 0,25 = 40.6 u = c =, I = 0,5 + 0,5 u = Uniform indeks (seragam) c = Clumped indeks (berkelompok) Untuk mengetahui ketiga pola distribusi di atas, maka dalam metode menggunakan rumus indeks morista standar dispersi, apabila hasil analisis datanya mendapat nilai 0, maka pola penyebarannya terjadi secara acak (random), tetapi jika mendapatkan nilai di atas 0 maka pola penyebarannya bergerombol
31 (clumped), sedangkan pola seragam (uniform) dapat diketahui apabila nilai didapatkan di bawah 0 (Krebs, 1989). Sugianto (1994) untuk mengetahui apakah penyebaran tersebut benar-benar berkelompok atau tidak, maka diuji lanjut dengan menggunakan rumus distribusi chi-square : x 2 = (n X 2 / N) N Ket : x 2 = uji statistik distribusi chi-squere ΣX 2 = Jumlah kuadrat individu suatu spesies setiap petak ukur n = Jumlah petak ukur N = Jumlah individu total yang diperoleh Nilai x 2 hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai x 2 tabel dengan derajat bebas (df = n-1). Jika x 2 hitung < x 2 tabel maka dapat dikatakan bahwa bentuk pola penyebarannya tidak beda nyata dengan pola penyebaran berkelompok. Jika x 2 hitung > x 2 tabel maka dapat dikatakan bahwa bentuk pola penyebarannya berbeda nyata dengan pola penyebaran berkelompok.