BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS,

DAFTAR PUSTAKA. Achwan, Rochman, 2000, Good Governance: Manifesto Politik Abad ke 21,

ASAS DAN PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan Negara Kesatuan Republik

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bersama. Pelayan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. ASN. Revolusi Mental. Kode Etik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

La m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG

Revitalisasi Nilai Int-FLL (Integrity and Five Leadership Level) Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik KOPRI

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. transparansi kinerja akan pengelolaan lembaga-lembaga publik, baik pusat maupun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Re

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

BAB I PENDAHULUAN. membangun, dan mempunyai tipe welfare state, yaitu negara yang berusaha

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan citacita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal ini hidupnya negara ialah semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara Negara meliputi Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara 2 dan Menteri 3 yang artinya bahwa Presiden yang dibantu oleh Menteri memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kementerian Agama merupakan salah satu lembaga yang dibentuk guna membantu Presiden dalam rangka membangun kesadaran umat beragama dalam bernegara dan berbangsa. Kementerian Agama adalah kementerian yang memiliki fungsi dalam hal: 4 a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggun jawabnya; 1 Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) 2 Lihat Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) 3 Lihat Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) 4 Lihat Pasal 8 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916) 1

2 c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah haji. Maka dari itu pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan membentuk lembaga khusus yang berwenang untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut yaitu Kementerian Agama. Dalam menjalankan tugas serta fungsi pelayanan publik, Kementerian Agama sejak 18 September 2014 pemerintah memberlakukan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Agama. Pemberian tunjangan kinerja di lingkungan Kementerian Agama dinilai penting karena dalam pelaksanaan reformasi birokrasi ketentuan ini dibuat dengan tujuan agar tercipta iklim kerja yang profesional, produktif, penuh integritas dan peduli pada perbaikan pelayanan. Dalam pelaksanaan peraturan tersebut sumber keuangan yang dipakai berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun anggaran bersangkutan. Selanjutnya, pemberian tunjangan kinerja ini berorientasi pada pemaksimalan potensi aparatur negara yang berada di lingkungan Kementerian Agama. Artinya aparatur negara digaji sesuai dengan kinerja yang diberikan kepada negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut

3 mencerminkan efektifitas dan efisiensi dalam bekerja, dimana hal efektivitas dan efisiensi merupakan bagian dari prinsip yang ada dalam good governance. Prinsip good governance dapat ditemui dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Diantaranya menyebutkan asas Kepastian Hukum, asas Tertib Penyelenggaraan Negara, asas Kepentingan Umum, asas Keterbukaan, asas Proporsionalitas, asas Profesionalitas dan asas Akuntabilitas. Dalam penjelasan Pasal 2 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang merumuskan Kepemerintahan yang Baik (good governance) sebagai kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh rakyat. Berikutnya dalam penyelenggaraan negara terkait good governance terdapat pada penjelasan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyatakan tentang Asas Umum Penyelenggaraan Negara diantaranya: a. asas "kepastian hukum" yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara; b. asas "tertib penyelenggaraan negara" yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara; c. asas "kepentingan umum" yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif; d. asas "keterbukaan" yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskrimantif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap

4 memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara; e. asas "proporsionalitas" yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara; f. asas "profesionalitas" yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan g. asas "akuntabilitas" yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerapan asas efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan negara di Indonesia menjadi sebuah indikator sebagai negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Indonesia dalam penyelenggaraan negara mendasarkan pada good governance yang didalamnya mengatur tentang asas efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dan efisiensi merupakan proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber-sumber yang tersedia. 5 Dapat dipahami bahwa dalam penyelenggaraan negara, efektivitas dan efisiensi merupakan kegiatan yang berorientasi pada hasil dengan pendekatan proses yang sederhana serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang ada. Hal ini menunjukan bahwa dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan secara tepat. Asas efektivitas adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna. 6 Selanjutnya asas efisiensi adalah asas yang berorientasi pada 5 Sedarmayanti, 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) bagian kedua: Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance, Mandar Maju, Bandung, hlm. 5. 6 Penjelasan Pasal 58 huruf i Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587)

5 minimalisasi penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja yang terbaik. 7 Asas efisiensi ini dapat dinilai dari perspektif pemberi layanan maupun pengguna layanan. Dari perspektif pemberi layanan, organinasi pemberi layanan harus mengusahakan agar harga pelayanan murah dan tidak terjadi pemborosan sumberdaya publik. Pelayanan publik sebaiknya melibatkan sedikit mungkin pegawai dan diberikan dalam waktu yang singkat. Demikian juga dari perspektif pengguna layanan, mereka menghendaki pelayanan publik dapat dicapai dengan biaya yang murah, waktu singkat, dan tidak membuang energi. 8 Masih sering terjadi kasus yang terkait dengan pelanggaran terhadap penerapan asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance dalam penyelenggaraan negara. Misalnya, nilai-nilai budaya kerja yang searah dan mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik saat ini belum memadai untuk penerapan prinsip-prinsipnya. Nilai budaya kerja yang berkembang justru sering kontra produktif dengan konsep Kepemerintahan yang Baik (good governance). Dalam konteks ini dapat diidentifikasi pada sebagian besar pemerintahan daerah dan juga pusat masih enggan melakukan pengukuran terhadap efektivitas program dan kegiatan mereka sendiri sebagai wujub akuntabilitas. Akibatnya mereka tidak 7 Lihat Penjelasan Pasal 58 huruf h Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) 8 Agus Dwiyanto, 2014, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 147.

6 pernah mengetahui kinerja yang riil dan juga tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur pemerintah. 9 Kemudian tingkat kesejahteraan yang masih rendah merupakan realitas yang dialami oleh aparatur negara baik di pusat maupun daerah. Beberapa daerah memang telah berhasil meningkatkan penghasilan aparaturnya ke tingkat yang relatif tinggi, tetapi secara umum penghasilan aparatur masih rendah dibandingkan dengan ragam kebutuhan hidup mereka. 10 Dalam kondisi kesejahteraan yang demikian, akan sulit diharapkan aparatur dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip Kepemerintahan yang Baik (good governance). Secara naluriah mereka akan lebih fokus pada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup ketimbang menampilkan prestasi kerja atau kinerja tinggi, efektif dan efisien. Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji, meneliti dan berupaya untuk memberikan solusi terbaik mengenai berbagai masalah terkait penerapan asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance terkait penyelenggaraan negara. B. Rumusan Masalah 1. Mengapa dalam penyelenggaraan negara oleh kementerian agama diatur tentang asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance? 9 Idup Suhady, 2009, Kepemerintahan yang Baik:Modul Pendidikan dan Pelatiahn Prajabatan Gol. I, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, hlm. 71. 10 Ibid, hlm. 69.

7 2. Mengapa masih terjadi pelanggaran terhadap asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance oleh kementerian agama dalam penyelenggaraan negara? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan objektif a. Untuk meneliti secara mendalam tentang orientasi dalam penerapan asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance oleh Kementerian Agama; b. Untuk mengetahui dan menyimpulkan bahwa penerapan asas efektivitas dan efisiensi dalam good governance masih memerlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam. 2. Tujuan subjektif a. Untuk memperoleh gelar Magister (S2) di Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada; b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan di bidang hukum tata negara khususnya mengenai pelaksanaan penyelenggaraan negara oleh eksekutif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menjadikan prinsip dalam good governance sebagai tolak ukur yang ideal dalam penyelenggaraan negara oleh kementerian negara. 2. Manfaat Praktis

8 Memberikan gambaran jelas mengenai penerapan good governance oleh Kementerian Agama yang telah dilaksanakan secara menyeluruh sehingga dapat dijadikan sebagai contoh lembaga maupun kementerian yang lain. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan, diketahui telah ada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan good governance. Prinsip public good governance dalam hubungan internasional melalui perjanjian sister city, yang ditulis oleh Ika Ariani Kartini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perjanjian sister city oleh pemerintah kota Bandung dan memahami hukum perjanjian internasional, kemudian mengetahui perjanjan sister city yang diimplementasikan oleh pemerintah kota Bandung apakah telah sesuai dengan prinsip public good governance dalam hubungan internasional dan mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh pemerintah kota Bandung berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian sister city. Sedangkan penulis sendiri membahas tentang kenapa dalam penyelenggaraan negara mengatur asas efektivitas dan efisiensi yang terdapat dalam prinsip good governance, kemudian selanjutnya membahas kenapa masih terjadi pelanggaran terhadap asas tersebut, dimana lingkungan penelitian penulis mengambil tempat di Kementerian Agama Republik Indonesia. Dengan demikian penelitian ini jelas berbeda dengan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, meskipun beberapa literatur atau referensi yang digunakan dalam penulisan ini sedikit memiliki kesamaan, akan tetapi substansi maupun masalah yang merupakan objek analisis dan pembahasannya sangat berbeda. Oleh

9 karena itu, penulis menyatakan bahwa karya ilmiah dalam bentuk tulisan ini adalah asli dan ditulis dengan beberapa referensi terkait.