BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II STUDI PUSTAKA

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.A. Gde Agung Yana 1

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

ANALISA BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE FAST TRACK PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung di Kabupaten Badung)

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

PERCEPATAN PROYEK PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

PERENCANAAN PERCEPATAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT


BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM)

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI Proyek Pengertian Proyek Menurut D.I. Cleland dan W.R. King definisi proyek sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Motto... iii. Halaman Persembahan... iv. Kata Pengantar... v. Daftar Isi...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 8 MEMULAI USAHA

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proyek konstruksi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu kegiatan rutin dan. jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2002).

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: SANDIKA HENDI SURYO ANGGORO

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

OPTIMASI JADWAL PELAKSANAAN PROYEK JEMBATAN BETON BERTULANG TUKAD UNDA, KLUNGKUNG

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terlambat. Penyebab keterlambatan yang sering terjadi adalah akibat

Pertemuan 5 Penjadwalan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan. 2.2 Teknik Penjadwalan Penjadwalan merupakan penggambaran dari suatu diagram waktu untuk tiap item pekerjaan yang menentukan kapan suatu aktivitas dimulai, ditunda dan diakhiri sehingga pemakaian sumber daya dapat disesuaikan dengan waktunya dan menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Soeharto, 1999). Teknik penjadwalan untuk proyek konstruksi dapat dilakukan dalam bentuk : 1. Diagram Balok (Bar Chart) 2. Diagram Jaringan (Network) Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagi suatu langkah penyempurnaan metode bagan balok, karena dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode tersebut seperti : 1. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan penyelesaian proyek. 2. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara menyeluruh. Keuntungan dan kerugian Diagram Balok terhadap Diagram Jaringan antara lain : 1. Diagram Balok mudah dibuat. 2. Diagram Balok mudah dipahami oleh semua level manajemen. 3. Tidak menunjukkan secara nyata hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain sehingga sulit untuk mengetahui 4

dampak keterlambatan dari satu kegiatan terhadap kegiatan yang lain dan terhadap jadwal pekerjaan secara menyeluruh. 4. Untuk proyek dengan skala besar dan bersifat komplek penggunaan Diagram Balok akan menghadapi kesulitan karena butir ketiga tersebut di atas. Jaringan kerja merupakan metode yang yang berguna untuk menyusun urutan dan kurun waktu kegiatan unsur proyek, dan selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Terdapat dua macam jaringan kerja sebagai berikut : 1. Kegiatan pada anak panah atau activity on arrow (AOA). 2. Kegiatan ditulis dalam kotak, yang disebut activity on node (AON). Jaringan kerja yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis (CPM) yang meliputi Metode Diagram Panah (ADM), Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT), dan Metode Diagram Preseden (PDM). Metode ADM dan PERT termasuk dalam klasifikasi AOA sedangkan PDM adalah AON. 2.2.1 Metode Diagram Balok (Bar Chart) Bargraph schedule atau di Indonesia biasa disebut Diagram Balok (Bar Chart) ditemukan oleh H.L. Gantt pada tahun 1917, oleh karena itu sering juga disebut Gantt Chart. Bar chart dimaksudkan untuk mengidentifikasi unsur waktu dari tiap-tiap kegiatan secara berurutan dari awal sampai akhir kegiatan dan suatu proyek, sampai saat ini diagram balok masih dipakai karena mudah dibuat serta mudah dipahami oleh setiap level manajemen. Masing-masing garis menunjukkan awal sampai dengan akhir waktu penyelesaian suatu pekerjaan dan serangkaian pekerjaan yang ada di suatu proyek. Karena pembuatan dan penampilan informasinya sederhana dan hanya menyampaikan dimensi waktu dari masing-masing kegiatan, maka bar chart lebih tepat menjadi alat komunikasi untuk melukiskan kemajuan pelaksanaan proyek. Bar chart tidak menginformasikan ketergantungan antar kegiatan dan tidak mengindikasi kegiatan mana saja yang berada dalam lintasan kritisnya. Pada umumnya, bar chart digambarkan sekaligus dengan kurva S ( S Curve atau Hanum Curve). Kurva S dibuat untuk mengetahui rencana prestasi 5

pekerjaan per satuan waktu dan saat dimulainya pekerjaan sampai selesai, yang digambarkan dengan persen (%) kumulatif biaya terhadap satuan waktu pekerjaan. 2.2.2 Metode Diagram Anak Panah / Arrow Diagram Method (ADM) Diagram anak panah (arrow diagram) terdiri dari anak panah dan lingkaran. Kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkaran yang menggambarkan kejadian / peristiwa (event). Untuk lebih jelasnya, penggambaran hubungan peristiwa dari kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini. Ekor anak panah merupakan awal kegiatan dan ujungnya merupakan akhir kegiatan. Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah. Kejadian di awal dari anak panah disebut node i, sedangkan kejadian di akhir anak panah disebut node j. Peristiwa (node / event) Peristiwa (node / event) terdahulu berikutnya i Kegiatan Kurun Waktu (D) Gambar 2.1 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM j Total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek akan tergantung pada waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan komponen pekerjaan dari proyek tersebut. Oleh karena itu, akurasi perkiraan kurun waktu penyelesaian masing-masing komponen mempunyai pengaruh langsung terhadap perkiraan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Dalam memperkirakan atau menentukan kurun waktu suatu kegiatan atau pekerjaan dapat menggunakan ADM. Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut perlu diperhatikan : 1. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk suatu proyek. 6

2. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan. 3. Berdasarkan kedua hal tersebut di atas (kegiatan dan hubungan ketergantungan) dapat dibuat diagram jaringannya. 4. Memasukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada jaringan diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek. 5. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada. 2.2.3 Metode Diagram Preseden /Precedence Diagram Method( PDM) Disamping bentuk AOA (activity on arrow) juga dikenal bentuk AON (activity on node) atau kegiatan berada di node. Metode Diagram Preseden (PDM) adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON. Di sini kegiatan dituliskan di dalam node yang berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan ketergantungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Denah pada node PDM dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini. Kelebihan Precedence Diagram Method dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah : 1. Tidak diperlukan kegiatan fiktif / dummy sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana. 2. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan. Dalam ADM dummy diperlukan untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, sedangkan di dalam PDM tidak diperlukan. Untuk proyek dengan rangkaian kegiatan yang tumpang tindih dan berulang- ulang memerlukan garis dummy yang banyak, sehingga tidak praktis dan kompleks. Sedangkan pada metode PDM akan menghasilkan diagram yang relatif sederhana, karena PDM mengenal adanya konstrain antara kegiatan yaitu SS (start to start), SF (start to finish), FS (finish to start) dan FF (finish to finish), yang memungkinkan menggambarkan kegiatan tumpang tindih lebih sederhana. 7

Nomor urut ID Durasi Tanggal mulai Tanggal selesai ID dan nama kegiatan Tgl Mulai : ES/LS Durasi Tgl Selesai : EF/LF Total Float Progress Penyelesaian % Gambar 2.2 Denah pada node PDM Keterangan : ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai. EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek. ID : nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja. Durasi : kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam satuan waktu seperti jam, hari, atau minggu. Total Float : Tenggang waktu total Progress Penyelesaian : Presentase kemajuan proyek Telah disinggung di atas bahwa pada PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja ADM (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang mendahului selesai), maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa 8

kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai (start) = (S) dan ujung akhir atau selesai (finish) = (F), maka ada 4 macam konstrain yaitu awal ke awal ( SS = start to start ), awal ke akhir ( SF = start to finish), akhir ke akhir (FF = finish to finish), dan akhir ke awal (FS = finish to start). 2.2.3.1 Konstrain Selesai ke Mulai - FS Jenis konstrain ini identik dengan kaidah utama jaringan kerja ADM, yaitu suatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang mendahuluinya selesai (predecessor) telah selesai. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = yang berarti kegiatan (j) mulai satuan waktu setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Notasi waktu disebut lag time. Contohnya kegiatan pondasi baru dapat dimulai setelah kegiatan galian selesai. Penggambaran konstrain Finish to Start ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini. FS(i-j) = Kegiatan (i) Kegiatan (j) Gambar 2.3 Konstrain Finish to Start 2.2.3.2 Konstrain Mulai ke Mulai - SS Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS(i-j) = b yang berarti kegiatan (i) mulai setelah b satuan waktu setelah kegiatan terdahulu (i) mulai. Notasi waktu b disebut lead time. Contohnya kegiatan pembersihan lapangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembuatan Direksi Kit. Penggambaran konstrain Start to Start ini dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini. Kegiatan (i) F (i-j) = b Gambar 2.4 Konstrain Start to Start Kegiatan (j) 9

2.2.3.3 Konstrain Selesai ke Selesai - FF Konstrain ini memberi penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dengan rumus FF(i-j)=c yang berarti kegiatan (j) selesai setelah c satuan waktu setelah kegiatan terdahulu (i) selesai. Notasi waktu c disebut lag time. Contohnya kegiatan pembuatan taman selesai bersamaan dengan kegiatan pembuatan pagar. Penggambaran konstrain Finish to Finish ini dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini. FF(i-j) = c Kegiatan (i) Kegiatan (j) Gambar 2.5 Konstrain Finish to Finish 2.2.3.4 Konstrain Mulai ke Selesai - SF Konstrain ini memberi penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dengan rumus SF(i-j) = d yang berarti kegiatan (j) selesai setelah d satuan waktu setelah kegiatan terdahulu (i) mulai. Notasi waktu d disebut lead time. Contohnya kegiatan pembuangan sampah ke dalam lubang diakhiri bila kegiatan penimbunan lubang akan dimulai. Penggambaran konstrain Start to Finish ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini Kegiatan (i) SF(i-j) = d Kegiatan (j) Gambar 2.6 Konstrain Start fo Finish 10

2.3 Biaya Proyek Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyeleggaraan kegiatan proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1999). Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). 2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume / kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah sebagai berikut: 1. Biaya bahan / material Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material, dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. 2. Biaya pekerja atau upah (labor / man power) Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini dibedakan atas : a. Upah harian Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara untuk menentukan besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain. 11

b. Upah borongan Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini tergantung dari besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan. c. Upah berdasarkan produktivitas Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam satuan waktu tertentu. Upaya mengejar banyaknya pekerjaan ini tentunya harus tetap memenuhi kualitas pekerjaan yang diisyaratkan. d. Biaya peralatan Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan. 2.3.2 Biaya Tak Langsung Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah: 1. Biaya overhead Biaya yang termasuk overhead adalah komponen biaya yang meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek (menyewa kantor, rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, yang jaminan dan ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting). 2. Biaya tak terduga (contingence) Kontingensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data dan informsi, sehingga masalah yang belum menentu pun akan banyak, demikian halnya dengan 12

kontingensi. Pada umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5% - 5% dari total proyek. Yang termasuk biaya tak terduga ini adalah : 1. Kesalahan a. Kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan. b. Gambar yang kurang lengkap. 2. Ketidak pastian yang subjektif a. Ketidak pastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang subjektif terhadap bestek. b. Ketidak pastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi harga material dan upah buruh yang tidak tepat diperkirakan. 3. Ketidak pastian yang objektif Ketidak pastian yang objektif adalah ketidak pastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidak pastian itu ditentukan objek di luar kemampuan manusia. 4. Varian efisiensi Varian efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan dan material. 5. Keuntungan / profit Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan. Penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan biaya total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu penyelesaian proyek. Keduanya berubah sesuai dengan kemajuan proyek. Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatifnya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1999). Seperti yang terlihat dalam grafik yang menunjukan hubungan antara biaya langsung, biaya tak langsung dan total biaya dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimal didapat dengan mencari biaya proyek terkecil. 13

Biaya Biaya minimum proyek Total biaya proyek Biaya tak langsung Biaya langsung 2.4 Prosedur Percepatan Durasi Proyek Secara garis besar prosedur mempercepat durasi adalah sebagai berikut (Nugraha,1986) : 1. Menghitung waktu pelaksanaan proyek dan menentukan jalur kritis dengan jaringan kerja, memakai kurun waktu normal. Dalam penulisan tugas akhir ini jaringan kerja yang dipakai adalah metode Diagram Balok (Bar Chart). D jenuh 2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan. 3. Menentukan kurun waktu dan biaya percepatan masing-masing kegiatan. 4. Menghitung cost slope masing-masing kegiatan. 5. Mempercepat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai cost slope terkecil. 6. Meneruskan mempercepat waktu kegiatan sampai mencapai waktu percepatan yang maksimal. D optimum D normal Gambar 2.7 Hubungan biaya total, biaya tak langsung, dan biaya langsung Sumber: Nugraha, 1986 7. Setelah selesai mempercepat durasi pelaksanaan proyek, kumulasikan kenaikan biaya dan biaya total proyek akibat percepatan waktu. Kurun waktu Salah satu cara untuk memprediksi apakah jalur kritis yang baru akan terjadi atau tidak, ialah dengan memperhatikan float dan kegiatan- kegiatan yang tidak kritis. Float merupakan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan 14

boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Float ini bersifat independen terhadap saat dimulainya kegiatankegiatan yang lain. Maka apabila pada saat dilakukan percepatan terhadap kegiatan-kegiatan kritis terjadi pengurangan harga float kegiatan lain dari positif menjadi nol, kegiatan kritis tidak boleh dipercepat lagi tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena ada kemungkinan bahwa kegiatan dengan float nol ini menjadi kegiatan kritis. 2.5 Metode Least Cost Analysis Metode Least Cost Analysis digunakan untuk menentukan kondisi optimal biaya dan waktu dalam proses pelaksanaan dimana proses tersebut mengindikasikan percepatan durasi pada proyek tesebut. Dalam kondisi normal, proyek akan mempunyai waktu yang maksimum dan biaya yang minimum, sedangkan pada kondisi yang mengalami pecepatan durasi pelaksanaan maka akan diperoleh waktu minimum dengan biaya maksimum yang dapat diterima. 2.6 Penggunaan Microsoft Project Microsoft Project merupakan program yang sangat baik untuk menyusun sebuah perencanaan proyek konstruksi, selain itu di dalamnya juga terdapat berbagai aplikasi yang dapat digunakan untuk proses pengendalian maupun menyusun sebuah proyek (Andi, 2008). Dalam menyusun rencana sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu masukkan data-data kegiatan. Data-data tersebut meliputi : jenis kegiatan (Task Name), durasi kegiatan (Duration), awal kegiatan (Start), serta hubungan masing-masing kegiatan dimasukkan dalam lembaran kerja (Spread Sheet). Dan secara otomatis, Microsoft Project akan membuat Gantt Chart (Diagram Balok) dari kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, Microsoft Project memberi kemudahan dalam membuat suatu laporan, karena di dalam program ini tersedia beberapa format dasar sebuah laporan yang terdapat dalam beberapa kelompok besar, diantaranya: 15

1. Over view, memuat beberapa bentuk laporan umum proyek secara keseluruhan, berupa kegiatan-kegiatan utama, kegiatan-kegiatan kritis, dan sebagainya. 2. Current activity, memuat laporan mengenai kegiatan proyek baik yang akan dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan. 3. Cost, memuat beberapa laporan mengenai biaya proyek. 4. Assignment, memuat beberapa jenis laporan mengenai pemakaian sumber daya. 5. Work load, memuat laporan mengenai beban yang ditanggung oleh sumber daya dan proyek yang bersangkutan. 6. Custom, memuat laporan-laporan yang ingin ditambahkan serta ditentukan oleh pembuat laporan. Setelah menyusun pekerjaan dengan Microsoft Project dapat ditemukan pekerjaan apa saja yang termasuk dalam kegiatan kritis. Yang dimaksud dengan pekerjaan dalam kegiatan kritis adalah pekerjaan yang tidak mempunyai waktu tenggang (float). Pekerjaan yang termasuk dalam kegiatan kritis inilah yang selanjutnya akan dilakukan percepatan, karena dengan melakukan percepatan pada kegiatan kritis dapat mempengaruhi item pekerjaan yang mengikutinya sehingga berpengarug juga pada durasi proyek secara keseluruhan. 2.7 Menghitung Biaya Percepatan dengan Least Cost Analysis Least Cost Analysis dipakai sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam melakukan percepatan waktu dan suatu proyek untuk mendapatkan total biaya percepatan yang minimal (Soeharto,1999). Pada prinsipnya teori Least Cost Analysis dipakai untuk menentukan kondisi optimal biaya dan waktu dalam proses pelaksanaan suatu proyek dimana proses tersebut menuntut untuk dilakukannya percepatan terhadap proyek itu. Dalam kondisi normal (tidak perlu percepatan), proyek akan mempunyai waktu maksimum dan biaya yang minimum, sedangkan pada kondisi dibutuhkan percepatan durasi pelaksanaan maka akan diperoleh waktu minimum dengan biaya yang maksimum yang dapat diterima. 16

Untuk mempercepat durasi proyek, maka yang harus dipercepat adalah kegiatan-kegiatan yang ada pada lintasan kritis. Percepatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menambah tenaga kerja, melakukan kerja lembur, menambah peralatan, merubah metoda pelaksanaan dan lain-lain. Dengan melakukan percepatan durasi kegiatan maka akan mengakibatkan tambahan biaya, sebagai contoh adalah bila ingin mempercepat tercapainya karakteristik kuat tekan beton yang disarankan dengan menggunakan bahan additive beton, maka kuat tekan beton yang disarankan dapat dicapai dalam waktu 14 hari yang biasanya dalam waktu 28 hari. Tambahan biaya akan terjadi untuk penggunaan additive, penambahan tenaga kerja, penambahan alat dan sebagainya. Untuk menganalisa lebih lanjut huhungan antara waktu dan biaya suatu kegiatan, dipakai definisi berikut : 1. Kurun waktu normal (Normal Time) Merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus lainnya, seperti menyewa peralatan yang lebih canggih. 2. Kurun waktu dipercepat (Crash Time) Merupakan waktu tercepat untuk menyelesaikan kegiatan yang secara teknis masih mungkin dilakukan. Dalam hal ini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan. 3. Biaya normal (Normal Cost) Merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. 4. Biaya untuk waktu dipercepat (Crash Cost) Merupakan jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu yang sudah dipercepat. Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan dalam seperti pada grafik di Gambar 2.8 di bawah ini. Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan B adalah titik dipersingkat, Garis yang menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu biaya. 17

Gambar 2.8 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat untuk satu kegiatan Sumber: Soeharto, 1999 Penambahan biaya akan memberikan besaran perbedaan biaya akibat percepatan waktu sesuai dengan banyaknya waktu percepatan. Besarnya penambahan biaya per satuan waktu dinyatakan dengan Cost Slope (CS) yang dapat dihitung untuk tiap jenis kegiatan yang dipercepat. Rumus yang dipakai untuk menghitung Cost Slope (CS) adalah : CS = Cc Tn Cn Tc (2.1) Keterangan : Cc = crash cost (biaya dipercepat) Cn = Tn = Tc = normal cost (biaya normal) normal time (waktu normal) crash time (waktu dipercepat) Seiring dengan berkurangnya waktu pelaksaan karena percepatan maka biaya overhead dan biaya lain yang besarnya tergantung waktu akan menjadi lebih kecil. Komponen biaya ini sering disebut biaya tidak langsung. 18

2.8 Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam Mempercepat Durasi Proyek Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja (Soeharto, 1999). Penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus meliputi perkiraan jenis dan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dan berbagai disiplin ilmu dan pekerja lapangan untuk tahap konstruksi. Perencanaan sumber daya proyek terutama yang berbentuk sumber daya manusia atau tenaga kerja diawali dengan mengkonversikan lingkup proyek dan jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja. Untuk ini diperlukan parameter penting yaitu produktivitas tenaga kerja. Dengan memakai parameter indeks produktivitas merupakan salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan antara lain : 1. kondisi fisik lapangan dan sarana bantu 2. supervisi, perencanaan, dan koordinasi 3. komposisi kelompok kerja 4. kerja lembur 5. ukuran besar proyek 6. kurva pengalaman (learning curve) 7. pekerja langsung versus subkontraktor 8. kepadatan tenaga kerja Dalam penulisan tugas akhir ini telah dibatasi bahwa kegiatan percepatan durasi proyek akan dilakukan dengan melakukan kerja lembur. 19