ANALISIS KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI PETERNAKAN DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Ibrahim Rachman, Analisis Kinerja Ekspor...

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

PERDAGANGAN. T r a d e 7

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2016

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

ANALISIS PROYEKSI EKSPOR PRODUK UTAMA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA INDONESIA

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI PETERNAKAN DI SULAWESI SELATAN (Performances Analysis of Exports and Imports of Livestock Commodities in South Sulawesi) M. Ridwan, I. M. Saleh, dan A. Fitriani Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245 Email: muhridwanrizal@yahoo.com ABSTRACT This research aim was to evaluate performance of South Sulawesi Province in the implementation of export and import of livestock commodities using such indicators as the value of export and import, the share value of export, trade balance and ratio. The study was conducted in the Department of Industry and Trade, the Center Statistics Agency, and the Customs and Excise Duty of Makassar using a combinaton of interview method and literature review. Research results showed that export import performance has improved as indicated by an increase export volume and value of livestock commodities, a decrease import volume and value of livestock commodities. The positive trade balance was an indicator of trade domination of livestock commodities, and fluctuated ratio of trading with a tendency to increase. One aspect that did not show an improvement compared to other non-oil export value of South Sulawesi was export share of livestock commodities. Key words: Export and import performance, Share of export, Trade balance, Ratio of trading. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja Provinsi Sulawesi Selatan dalam pelaksanaan ekspor dan impor, dengan menggunakan indikator nilai ekspor dan impor, pangsa nilai ekspor, neraca dan rasio perdagangan. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik dan Dinas Bea dan Cukai Makassar dengan menggunakan metode wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan kinerja ekspor impor mengalami perbaikan atau peningkatan, hal ini terlihat dari peningkatan volume dan nilai ekspor komoditi peternakan, penurunan volume dari nilai impor komoditi peternakan. Neraca perdagangan yang bernilai positif yang berarti bahwa perdagangan komoditi peternakan dikuasai oleh ekspor, serta rasio perdagangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Salah satu aspek yang belum menunjukkan perbaikan yaitu pangsa nilai ekspor komoditi peternakan yang masih rendah terhadap nilai ekspor non migas lainnya di Sulawesi Selatan. Kata kunci: Kinerja ekspor dan impor, Pangsa nilai ekspor, Neraca perdagangan, Rasio perdagangan. 48

JITP Vol. 1 No. 1, Juli 2010 PENDAHULUAN Peranan perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi cukup menonjol. Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik mengungkapkan betapa pentingnya perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara, yang disebut sebagai mesin pertumbuhan. Perdagangan luar negeri (ekspor-impor) mempunyai arti yang sangat penting bagi negara. Bilamana suatu negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah. Dari perdagangan luar negeri ini, maka negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2003). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan target dari setiap negara maupun setiap daerah. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti tersedianya lapangan kerja yang lebih luas dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan kemakmuran yang lebih baik bagi negara atau daerah tersebut. Dapat kita lihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan Tahun PDRB harga berlaku (juta rupiah) 2003 43.023.895 2004 48.749.624 2005 52.042.724 2006 55.712.043 2007 57.541.289 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006. Tabel 1 menunjukkan bahwa PDRB Sulawesi Selatan selama tahun 2003 sampai 2007 mengalami peningkatan. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa ekspor merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam peningkatan ekonomi suatu negara/wilayah. Apabila dilihat dari data PDRB menurut harga berlaku, ternyata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan terus mengalami peningkatan. Guna memperkuat struktur perekonomian, pemerintah perlu untuk segera melakukan upaya dalam peningkatan pembentukan PDRB. Selain investasi, ekspor merupakan salah satu alternatif yang dapat menjadi motor penggerak perekonomian. Hal ini sesuai dengan konteks ekonomi makro yang menyatakan ekspor neto dapat dijadikan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (the engine of growth). Upaya mendorong ekspor dapat dimulai dengan melakukan berbagai kajian mengenai permasalahan ekspor. Pemahaman tentang permasalahan ekspor dapat ditindaklanjuti dengan berbagai upaya maupun kebijakan yang sesuai, sehingga hal ini diharapkan dapat menjadi stimulus untuk meningkatkan kinerja ekspor. 49

M. Ridwan, dkk. Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sub sektor peternakan yang cukup potensial. Berbagai jenis komoditi peternakan dihasilkan oleh wilayah ini seperti daging, kulit, makanan dari hasil ternak, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa selain melakukan berbagai jenis ekspor komoditas peternakan, Sulawesi Selatan tetap melakukan impor komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Sulawesi Selatan). Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan perdagangan luar negeri produk peternakan di Sulawesi Selatan yaitu baik ekspor maupun impor komoditas peternakan cenderung fluktuatif. Beberapa komoditas peternakan mengalami peningkatan maupun penurunan volume dan nilai ekspor impor komoditi tersebut. Hal ini akan berakibat pada fluktuasi kinerja ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan yang tentunya akan berdampak pada peningkatan pertumbuhahn ekonomi. Karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk melihat kinerja Provinsi Sulawesi Selatan dalam pelaksanaan ekspor dan impor, dengan menggunakan indikator nilai ekspor dan impor, pangsa nilai ekspor, neraca dan rasio perdagangan. MATERI DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2008. Tempat penelitian adalah Sulawesi Selatan dengan alasan Sulawesi Selatan mempunyai potensi peternakan yang cukup besar. Jenis penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan memberikan gambaran atau penjelasan mengenai kinerja ekspor impor komoditi peternakan di Sulawesi Selatan. Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan yaitu : 1. Data kualitatif; yaitu data yang berupa kata, kalimat, gambar dan lain sebagainya yang diperoleh dalam penelitian baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi, seperti kebijakan pemerintah tentang eskpor impor komoditi peternakan. 2. Data kuantitatif; yaitu data yang berupa angka-angka produksi komoditi eskpor impor peternakan Sulawesi Selatan, volume ekspor dan nilai ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, meliputi Dinas Peternakan Sulawesi Selatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Bea Cukai. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari insatansi-instansi terkait, Biro Pusat Statistik, pemerintah setempat dan lain-lain yang telah tersedia. 50

JITP Vol. 1 No. 1, Juli 2010 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian yaitu wawancara dengan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang menangani kegiatan ekspor impor komoditi peternakan di Sulawesi Selatan meliputi gambaran pelaksanaan ekspor impor serta kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan ekspor impor komoditi peternakan, selain itu juga dipelajari dokumen atau laporan mengenai volume dan nilai ekspor impor komoditi peternakan di Sulawesi Selatan. Analisa data Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan melihat perkembangan volume dan nilai ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan serta neraca ekspor impor (Sugiyono, 2004). Selanjutnya dilakukan pula analisis menurut Widodo (2004) dalam Drajat (2004) sebagai berikut : ekspor komoditas peternakan = nilai ekspor daging + nilai ekspor kulit + nilai ekspor makanan hasil ternak + nilai ekspor komoditas peternakan lainnya seperti telur, susu dan lain-lain. impor komoditas peternakan = nilai impor daging + nilai impor kulit + nilai impor makanan hasil ternak + nilai impor komoditas peternakan lainnya seperti telur, susu dan lain-lain. Pangsa nilai ekspor komoditi peternakan terhadap nilai ekspor non migas = (nilai ekspor komoditas peternakan : nilai ekspor non migas) x 100%. Neraca perdagangan = ekspor komoditi peternakan impor komoditi peternakan. Rasio perdagangan = (nilai ekspor komoditi peternakan nilai impor komoditi peternakan) : (nilai ekspor peternakan + nilai impor komoditi peternakan). Jika nilai rasio positif (+) berarti neraca perdagangan dikuasai oleh ekspor. Jika nilai rasio negatif (- ) berarti neraca perdagangan dikuasai oleh impor. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan ekspor dan impor komoditas peternakan Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan luar negeri yang memiliki peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau suatu negara. Kecenderungan terhadap membaiknya perekonomian dunia akan berpengaruh terhadap perekonomian suatu wilayah terutama aktivitas perdagangan luar negeri atau ekspor impor, artinya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan ekspor impor adalah kondisi perekonomian dunia. Jika kondisi perekonomian dunia membaik maka akan berdampak positif terhadap aktivitas atau kegiatan perdagangan dunia, termasuk ekspor impor komoditi peternakan. Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang melakukan kegiatan perdagangan dunia atau kegiatan ekspor impor komoditi peternakan. Meskipun komoditi peternakan bukan merupakan komoditi unggulan Sulawesi Selatan akan tetapi kegiatan ekspor impor komoditi tersebut tetap memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Sulawesi Selatan. 51

M. Ridwan, dkk. a. Perkembangan ekspor komoditi peternakan Komoditi peternakan merupakan salah satu komoditi yang diekspor Sulawesi Selatan kebeberapa negara di dunia. Komoditi peternakan Sulawesi Selatan yang diekspor tersebut, yaitu daging, kulit, madu, kepompong ulat sutera, dan beberapa jenis komoditi lainnya. Beberapa komoditi tersebut diekspor ke negara Australia, Amerika Serikat, Singapura, Korea dan Thailand. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perusahaan pengekspor, negara tujuan dan komoditi peternakan yang diekspor Sulawesi Selatan Nama perusahaan/lembaga Komoditi Negara tujuan Dinas Peternakan Sinjai Daging Australia UD. Anugrah Abadi Kulit Singapura PT. Sarmas Utama Produk susu Malaysia CV. Sutera Harapan CV. Elintan Kokon ulat sutera Kokon ulat sutera Korea Jire Korea PT. Bina Atra Balima Urat sapi kering Siel Coaste Thailand PT. Sucita Olahan dari daging Amerika Serikat Sumber: Dinas Pelayanan Bea dan Cukai Makassar, 2008. Tabel 2 menunjukkan beberapa perusahaan/lembaga eksportir antara lain Dinas Peternakan Sinjai, UD. Anugrah Abadi, PT. Sarmas Utama, CV. Sutera Harapan, CV. Elintan, PT. Bina Atra Balima, dan PT. Sucita, dengan negara tujuan ekspor komoditi tergantung permintaan negara tersebut. Beberapa komoditi peternakan Sulawesi Selatan mampu memasuki pasar ekspor, menunjukkan bahwa komoditi peternakan Sulawesi Selatan memiliki daya saing yang cukup tinggi. Hal ini tentu menjadi salah satu peluang bagi pengembangan usaha peternakan di masa yang akan datang. Perkembangan ekspor komoditas peternakan Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi volume dan nilai ekspor dan impor komoditi peternakan dalam kurun waktu lima tahun (2003-2007). Tahun 2003 volume ekspor komoditi peternakan sebesar 26.817 ton dengan nilai ekspor sebesar 412.264 US$ sedangkan tahun 2004 volume ekspor sebesar 57.104 ton dengan nilai ekspor sebesar 439.533 US$. -nilai tersebut terlihat bahwa volume ekspor komoditi peternakan untuk tahun 2004 naik lebih 100% dibandingkan dengan volume ekspor tahun 2003, tetapi nilai ekspor komoditi peternakan tahun 2004 tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tahun 2003. Hal yang sama tahun 2005 mengalami penurunan hampir 100% namun nilai ekspornya justru meningkat 50% dari tahun 2004. Demikian pula untuk tahun 2006 dan 2007, meskipun volume ekspor meningkat, tetapi jika komoditi tersebut memiliki nilai jual yang rendah maka tentunya nilai ekspor komoditi peternakan tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan bahkan bisa terjadi sebaliknya. Terjadinya fluktuasi nilai ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dapat disebabkan berbagai hal antara lain kondisi perekonomian dunia, nilai tukar rupiah 52

JITP Vol. 1 No. 1, Juli 2010 terhadap dolar, produksi komoditi peternakan Sulawesi Selatan dan kebijakan pemerintah. Kondisi ini tentunya berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi peternakan di Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nongsina dan Hutabarat (2007) bahwa pertumbuhan ekspor antara lain disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor dan harga satuan ekspor beberapa komoditi ekspor. Tabel 3. Perkembangan ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan Komoditi 2003 2004 2005 2006 2007 Vol Vol (Ton) Vol (Ton) Vol (Ton) Vol (Ton) Daging - - - - 542 2.920 650 3.250 - - Kulit 19.124 398.800 23.412 411.750 32.941 669.606 25.637 414.712 2.985 91.709 Madu alam Produk susu Kokon ulat sutera Urat sapi kering Olahan dari daging 2.356 2.564 5.643 5.643 - - - - - - - - 20.546 18.631 42 39 - - 32 30 4.312 8.750 6.149 1.009 - - 8.250 11.225 2.995 2.364 - - - - 0.19 1.520 11.664 90.207 - - 1.025 2.150 1.354 2.500 - - 150 336 650 1.254 Total 26.817 412.264 57.104 439.533 32.983 671.165 45.701 516.480 6.662 95.357 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, 2008. Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Mengantisipasi keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal, memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik, mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah (Firman dkk., 2008). b. Perkembangan impor komoditi peternakan Kegiatan impor merupakan kegiatan membeli atau memasukkan produk maupun jasa dari luar kedalam negeri. Jadi selain kegiatan eskpor, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sulawesi Selatan terhadap komoditi peternakan, maka dilakukan impor yaitu kegiatan pembelian barang atau komoditi dari negara lain. Beberapa negara yang menjadi negara importir komoditi peternakan ke Sulawesi Selatan yaitu Malaysia, Australia, Jepang, China, Korea Selatan, Singapura dan lain-lain. Nama perusahaan yang menjadi importir ke Sulawesi Selatan dapat diiihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa perusahaan yang bekerja sama dengan Indonesia menjadi importir komoditi peternakan cukup bervariasi, dengan berbagai macam 53

M. Ridwan, dkk. produk peternakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sulawesi Selatan. Ini tidak terlepas dari kinerja pemerintah untuk terus berupaya mencukupi kebutuhan masyarakat, untuk mengetahui kinerja pengimpor di Sulawesi Selatan serta volume impor yang menunjukkan besarnya impor komoditi peternakan yang dinyatakan dalam ton atau kilogram sedangkan nilai impor menunjukkan nilai impor komoditi peternakan yang dinyatakan dalam US$. Untuk menekan laju pertumbuhan impor komoditi peternakan dapat dilakukan melalui peningkatan produksi komoditi peternakan dalam negeri atau dalam wilayah. Perkembangan import komoditas peternakan Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Perusahaan pengimpor komoditi peternakan Sulawesi Selatan Nama Perusahaan Komoditi Tujuan Crispin Bennet International Australia Daging Dinas Peternakan Sulawesi Selatan Development Company CLTD Jepang Produk susu PT. Cuarto Jaya Hock Leong Kulit Sulawesi Selatan Honamp J. Meon Bulu domba Sulawesi Selatan Fncyl Rich Olahan daging Sulawesi Selatan Sumber: Dinas Pelayanan Bea dan Cukai Makassar, 2008. Tabel 5. Perkembangan impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan Komoditi Vol. 2003 2004 2005 2006 2007 Vol. Vol. Vol. Vol. Daging 25.14 99.75 20.58 73.03 674 16.67 - - 620 15.24 Produk 5.268 3.46 4.29 2.637 810 425 - - 715 514 susu Olahan 352 658 264 471 250 414 1.02 1.907 1.25 2.22 daging Bulu - - - - 65 24 320 112 25 95 domba Kulit 4.114 100.24 - - 4.560 120.41 65 2031 132 5140 Total 4.876 204.11 25.13 76.14 6.359 137.94 1.41 4.050 2.75 23.21 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, 2008. Tabel 5 menunjukkan bahwa beberapa komoditi peternakan yang diimpor Sulawesi Selatan yaitu daging, produk susu, olahan daging, bulu domba dan kulit. Olahan daging merupakan salah satu komoditi peternakan yang selama tahun 2003 sampai dengan 2007 setiap tahunnya diimpor oleh Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk daging dan produk susu, Sulawesi Selatan tidak melakukan impor pada tahun 2006. Untuk komoditi bulu domba, Sulawesi Selatan mulai melakukan impor pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Sulawesi Selatan tidak melakukan impor pada tahun 2004 untuk komoditi kulit. Volume impor komoditi peternakan tertinggi yaitu pada tahun 2003 54

JITP Vol. 1 No. 1, Juli 2010 sebesar 34.876,00 ton dengan nilai impor sebesar 204.115,00 US$ dan volume impor terendah yaitu pada tahun 2006 sebesar 1.405,00 ton dengan nilai impor sebesar 4.050,00 US$. Kondisi di Sulawesi Selatan menunjukkan banyaknya komoditi peternakan impor yang beredar seperti susu olahan, daging beku, jeroan dan produk lainnya, sedangkan data yang diperoleh tidak menunjukkan adanya impor komoditi tersebut. Hal ini disebabkan karena produk tersebut tidak langsung masuk ke Sulawesi Selatan akan tetapi melalui distributor-distributor yang berada di luar wilayah Sulawesi Selatan seperti Jakarta dan Surabaya. Beberapa kelemahan yang dihadapi dalam melaksanakan impor produk pertanian adalah tidak tersedianya data akurat seberapa besar kebutuhan impor suatu komoditi setelah dipenuhi produk dalam negeri dan banyak importir ilegal yang membuat angka komoditi tertentu melonjak (Anonim, 2005). Fenomena tersebut juga terjadi dalam import komoditi peternakan di Sulawesi Selatan. Terjadinya fluktuasi jumlah impor beberapa komoditi peternakan Sulawesi Selatan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kondisi perekonomian dunia, kondisi industri dalam negeri, nilai tukar rupiah, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan impor komoditi peternakan. Sebagai contoh pada komoditas susu, pelarangan pemerintah melakukan impor sementara susu olahan dari Cina karena terindikasi terkontaminasi atau mengandung melamine yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal tersebut menjadi salah satu yang menyebabkan komoditi tersebut atau komoditi lainnya mengalami penurunan volume maupun nilai impor. Pangsa nilai ekspor komoditi peternakan Pangsa nilai ekspor komoditi peternakan menunjukkan besarnya persentase nilai ekspor komoditi peternakan terhadap total nilai eskpor komoditi non migas lainnya di Sulawesi Selatan. Pangsa nilai ekspor ini juga menunjukkan besarnya bagian atau kontribusi suatu komoditi terhadap total nilai ekspor seluruh komoditi yang ada, khususnya komoditi non migas. Perkembangan pangsa nilai ekspor komoditi Peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa pangsa nilai ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan selama tahun 2003 sampai dengan 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terakhir mengalami penurunan. ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan tertinggi yaitu pada tahun 2005 sebesar 671.165,00 US$ sedangkan terendah yaitu pada tahun 2007 hanya sebesar 95.357 US$. Pangsa ekspor terbesar yaitu pada tahun 2005 sebesar 0,048% sedangkan pangsa ekspor terendah yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,003%, dengan rataan 0,033%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai ekspor komoditi peternakan menyebabkan peningkatan pangsa pasar ekspor komoditi tersebut. Oleh karena itu maka perlu adanya upaya peningkatan produksi untuk meningkatkan ekspor sehingga pangsa ekspor komoditi tersebut dapat ditingkatkan. Meskipun terlihat bahwa pangsa pasar komoditi peternakan sangat kecil terhadap total ekspor non migas lainnya di Sulawesi Selatan akan tetapi bukan berarti bahwa komoditi peternakan tidak memiliki peluang untuk terus dikembangkan guna meningkatkan pangsa pasar ekspor. Hal ini disebabkan karena potensi pengembangan komoditi peternakan di Sulawesi Selatan sangat besar antara lain lahan hijauan pakan 55

M. Ridwan, dkk. yang cukup luas, tenaga kerja yang murah serta dukungan pemerintah dalam pengembangan usaha peternakan untuk tujuan ekspor terus meningkat. Tabel 6. Pangsa nilai ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan tahun 2003 2007 Tahun Ekspor Komoditi Peternakan (US $) Total Ekspor Non Migas (US $) Pangsa (%) 2003 412.264,00 942.406.000 0,044 2004 439.533,00 1.106.004.729 0,039 2005 671.165,00 1.404.853.842 0,048 2006 516.480,00 1.655.320.754 0,031 2007 95.357,00 2.816.445.000 0,003 Rataan 0,033 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan setelah diolah, 2008. Neraca perdagangan ekspor impor menunjukkan selisih antara volume ekspor dengan impor serta selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor. Jika nilai positif maka menunjukkan bahwa nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sedangkan jika nilai negatif artinya bahwa impor lebih besar jika dibandingkan dengan ekspor. Hal ini sangat penting untuk mengetahui apakah suatu negara atau wilayah dikuasai oleh ekspor atau impor. Neraca perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Neraca ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan tahun 2003 2007 Tahun Volume (Ton) (Ribu USD) Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca 2003 26.817 34.876-8.059,00 412.264,00 204.115,00 208.149,00 2004 57.104 25.134 31.970,00 439.533,06 76.136,00 363.387,06 2005 32.983 6.359 26.624,00 671.165,00 137.942,00 533.223,00 2006 45.701 1.405 44.296,00 516.480,00 4.050,00 512.430,00 2007 6.662 2.746 3.916,00 95.357,06 23.205,00 72.152,06 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan setelah diolah, 2008. Tabel 7 menunjukkan bahwa neraca perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung berfluktuasi. Neraca perdagangan dari segi volume ekspor impor, terlihat bahwa pada tahun 2003 terjadi neraca minus sebesar -8.059,00 ton, hal tersebut menunjukkan bahwa volume perdagangan luar negeri komoditi peternakan Sulawesi Selatan dikuasai oleh impor. Akan tetapi, pada tahun-tahun selanjutnya neraca perdagangan mengalami nilai positif yang berarti bahwa volume perdagangan luar negeri komoditi peternakan Sulawesi Selatan dikuasai oleh ekspor. Selanjutnya neraca nilai perdagangan luar negeri komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2006 yaitu positif 56

JITP Vol. 1 No. 1, Juli 2010 yang berarti bahwa nilai perdagangan luar negeri komoditi peternakan Sulawesi Selatan dikuasai oleh ekspor. Tahun 2003 menunjukkan bahwa volume impor lebih tinggi dibandingkan dengan volume ekspor, sedangkan jika dilihat dari nilai ekspor terlihat bahwa nilai ekspor lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai impor, sehingga neraca perdagangan masih tetap menunjukkan nilai yang positif. Hal ini disebabkan karena harga komoditi yang diekspor oleh Sulawesi Selatan lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga komoditi yang diimpor, seperti komoditi kulit yang memiliki harga yang cukup besar jika dibandingkan dengan beberapa komoditi impor Sulawesi Selatan seperti daging, produk susu dan olahan daging. Rasio perdagangan Rasio perdagangan menunjukkan besarnya selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor terhadap total perdagangan dunia pada suatu wilayah atau negara. Besarnya rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan tahun 2003 2007 Tahun Ekspor Impor (US $) Ekspor + Impor (US $) Rasio 2003 208.149,00 616.379,00 0,34 2004 363.397.06 515.669,06 0,70 2005 533.223,00 809.107,00 0,66 2006 512.430,00 520.530,00 0,98 2007 72.152,00 118.562,00 0,61 Rataan 0,66 Sumber: Dinas perindustrian dan perdagangan Sulawesi Selatan setelah diolah, 2008. Tabel 8 menunjukkan bahwa rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung berfluktuasi. Rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan tertinggi pada tahun 2006 sebesar 0,98 sedangkan rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan terendah pada tahun 2003 sebesar 0,34. Hal tersebut menujukkan bahwa rasio perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 cenderung mengalami perbaikan atau peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi peningkatan ekspor komoditi peternakan Sulawesi Selatan yang cenderung membaik. Secara keseluruhan terlihat bahwa kinerja ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan cenderung mengalami peningkatan atau perbaikan. Hal ini terlihat pada beberapa indikator seperti peningkatan volume dan nilai ekspor, penurunan volume dan nilai impor, peningkatan jumlah komoditi peternakan yang dieskpor, neraca perdagangan yang menunjukkan nilai yang positif meskipun cenderung berfluktuasi menunjukkan bahwa perdagangan internasional komoditi peternakan di 57

M. Ridwan, dkk. Sulawesi Selatan dikuasai oleh kegiatan ekspor, serta rasio perdagangan yang terus mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa semakin membaiknya perdagangan ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan. Salah satu yang belum menunjukkan kinerja yang baik yaitu dalam segi pangsa nilai ekspor komoditi peternakan yang masih sangat rendah yaitu di bawah 1%, berarti bahwa kontribusi nilai eskpor komoditi peternakan Sulawesi Selatan terhadap total ekspor komoditi nonmigas masih sangat rendah. KESIMPULAN 1. Kinerja ekspor impor komoditi peternakan Sulawesi Selatan menunjukkan perbaikan atau peningkatan terlihat dari peningkatan volume dan nilai ekspor komoditi peternakan, penurunan volume dan nilai impor komoditi peternakan serta rasio perdagangan yang cenderung mengalami peningkatan. 2. Neraca perdagangan menunjukkan nilai yang positif yang berarti perdagangan komoditi peternakan dikuasai oleh ekspor. 3. Pangsa nilai ekspor komoditi peternakan yang masih rendah terhadap nilai ekspor non migas Sulawesi Selatan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Materi Bahan Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar. Anonim. 2005. Strategi Peningkatan Ekspor Komoditi Peternakan. E-farm Peternakan. www.eformnak/artikel/analisapeternakan.htm (31 Mei 2010). Badan Pusat Satatistik (BPS). 2006. Ekspor Impor Sulawesi Selatan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, Makassar. Badan Pusat Satatistik (BPS). 2007. Sulawesi Selatan dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik, Makassar. Drajat, B. 2004. Kinerja Subsektor Perkebunan. Evaluasi Masa Lalu (1994-1998) Dan Prospek Pada Era Perdagangan Bebas Dunia (2003-2008). Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Jakarta. Firman M., A. R. Salam dan A. D. Drio. 2008. Peta Ekspor-impor 2008 dan proyeksi ekspor Indonesia tahun 2009. Economic Review, No. 214, Desember 2008. Nongsina, F. S dan P. M. Hutabarat. 2007. Pengaruh Kebijakan Liberalisasi Perdagangan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekspor-Impor Indonesia. Pararle Session IB. Trade I (Policy). Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. 58