PENERAPAN SEVEN JUMP METHOD (SJM) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA. Sabar Nurohman. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

II. KERANGKA TEORITIS. dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesimpulan (Hohenberg, 2010). Langkah-langkah metode ilmiah ini dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (Science Proccess Skill Approach) SUSILOWATI, M.Pd.

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

II. KERANGKA TEORETIS. menjadi pasif dan malas untuk mengembangkan keterampilannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan kecakapan untuk melaksanakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

Analisis Keterampilan Proses Sains Mahasiswa pada Mata Kuliah Konsep Sains

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PMIPA FKIP UR pada semester satu. Mata kuliah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN PENGEMBANGAN RPP BERBASIS INKUIRI DENGAN PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pada komunikasi siswa dengan guru saja, tetapi adanya interaksi siswa dengan

Sabar Nurohman Pujianto

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS LKPD SEL DI SMA NEGERI KOTA BEKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Student Center Learning

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

Oleh: Asmawati Munir Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. individu dan kita dituntut untuk dapat memperoleh, memilih, serta mengolah

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

PENGEMBANGAN INTEGRATED ASSESSMENT UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnama (2008: 115) sikap ilmiah merupakan sikap yang. pembentukan sikap ilmiah. Sikap ilmiah siswa dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIK

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

I. PENDAHULUAN. Rasionalitas atau kemampuan manusia untuk berpikir secara rasional adalah

BAGAIMANA MELAKUKAN PENILAIAN PROSES PADA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI?

LESSON STUDY: BELAJAR DARI, TENTANG, DAN UNTUK PEMBELAJARAN

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PRAKTIKUM. KELAS..

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

I. PENDAHULUAN Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan UUD 45 pada alinea ke empat, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

REKONSTRUKSI INSTRUKSIONAL. Oleh : Drs. Toto Fathoni,MPd. Universitas Pendidikan Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA KULIAH KONSEP SAINS II

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

Transkripsi:

PENERAPAN SEVEN JUMP METHOD (SJM) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA Sabar Nurohman Abstrak Pembelajaran klasikal yang masih didominasi oleh kegiatan dosen di depan kelas telah banyak dikritik sebagai pembelajaran yang tidak membelajarkan. Namun pada kenyataannya, mayoritas dosen, termasuk di lingkungan FMIPA UNY, masih menggunakan pola teacher centered tersebut dalam pembelajarannya di kelas. Pembelajaran teacher centered kurang memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melakukan proses sains. Akibatnya, mahasiswa tidak memiliki keterampilan proses sains yang memadai. Oleh karena itu, perlu ada terobosan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. Kajian ini akan mencoba mengurai penerapan Seven Jump Methods (SJM) sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. Keterampilan proses sains terdiri dari: 1) Keterampilan mengamati, 2) Keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, 3) Membuat hipotesis, 4) Merancang eksperimen, 5) Melakukan eksperimen, 6) Menganalisis data, dan 7) Mengkomunikasikan hasil. Adapun SJM adalah sebuah metode pembelajaran yang terdiri dari tujuh langkah, yaitu: 1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami, 2) Mendefinisikan Permasalahan, 3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara, 4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan, 5) Menformulasi tujuan belajar, 6) Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri, 7) Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi penguatan hasil belajar. Berdasarkan kajian teoritis dengan menganalisis komponen keterampilan proses dan sintak metode SJM, maka dapat disimpulkan bahwa: metode SJM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang selaras dengan pengembangan keterampilan proses sains mahasiswa. Oleh karena itu, metode SJM secara teoritis dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Kata Kunci: Seven Jump Method, Keterampilan Proses Sains Alamat korespondensi: sabarnurohman@yahoo.com

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran klasikal yang masih didominasi oleh kegiatan dosen di depan kelas telah banyak dikritik sebagai pembelajaran yang tidak membelajarkan. Namun pada kenyataannya, mayoritas dosen, termasuk di lingkungan FMIPA UNY, masih menggunakan pola teacher centered tersebut dalam pembelajarannya di kelas. Keadaan ini menyebabkan mahasiswa kesulitan menemukan makna IPA dalam belajar. Belajar IPA akhirnya dipahami sebagai sekedar menghafal teori dan mengoperasikan hitunghitungan matematis. IPA akhirnya berubah menjadi ilmu hafalan dan hitungan, bukan lagi belajar tentang fenomena alam. Pembelajaran teacher centered kurang memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melakukan proses sains. Akibatnya, mahasiswa tidak memiliki keterampilan proses sains yang memadai. Boleh jadi banyak mahasiswa yang hafal teori dan mampu mengoperasikan persamaanpersamaan matematika, namun mereka tidak mengetahui bagaimana teori dan persamaan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena proses penemuan teori/konsep tersebut berlangsung secara dipaksa (terima jadi) dan bernuansa text book. Suatu metode pembelajaran diperlukan untuk membelajarkan mahasiswa secara benar. Lawson (19995: 4) mengatakan teach science as science is done. Dosen jika ingin pembelajarannya berhasil, maka ketika mengajarkan sains harus menggunakan metode yang memungkinkan untuk menunjukan tentang bagaimana sains bekerja. Seven Jump Method (SJM) merupakan salah satu metode yang telah banyak digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode tersebut digunakan mengingat pada dunia pendidikan kedokteran diberlakukan model Problem Based Learning. Pembelajaran dimulai dari pemunculan suatu masalah, kemudian mahasiswa bersama dosen akan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan tujuh langkah yang dikenal sebagai Seven Jump Method (SJM). Sejauh ini duni pendidikan kedokteran masih menggunakan metode

tersebut untuk mendidik para calon dokter. Pertanyaannya, mungkinkah SJM dapat dipilih sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa? Kajian ini akan mencoba menganalisis secara teoritis tentang hubungan antara penerapan SJM dengan peningkatan keterampilan proses sains mahasiswa. 2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi fokus kajian pada tulisan ini adalah: apakah Seven Jump Method dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa? 3. Urgensi Masalah Kajian tentang penerapan Seven Jump Method (SJM) sebagai upaya peningkatan keterampilan proses sains mahasiswa memiliki beberapa nilai strategis untuk pengembangan pembelajaran baik dari sisi proses maupun out come. a. Dari aspek proses pembelajaran, kajian ini dapat dijadikan sebagai rujukan teoritis bagi para dosen dalam mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. b. Dari sisi out come, diharapkan keterampilan proses sains mahasiswa FMIPA UNY akan meningkat seiring dengan penerapan SJM oleh para dosen di lingkungan FMIPA UNY. B. PEMBAHASAN 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains/ scientific methods. Padilla (1990) menyebutkan bahwa keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu 1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1) Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, dan 5) Classifying, Predicting. Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3) Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting dan, 6) Formulating models.

Longfield (2003) membagi keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced (Tabel 1). Tabel 1. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield) Basic Mengobservasi Menggunakan Indera untuk mengumpulkan informasi Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadians. Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau kategori berdasarkan bagian-bagiannya. Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi, atau objek. Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek Merekam Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka. Intermediate Inferring Membeuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang masuk akal. Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa. Edvanced Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Merancang Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis Percobaan Menginterpretasikan data Membuat dan menggunakan tabel, grafik, atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi Merujuk pada pendapat Padilla dan Longfield, dapat disederhanakan bahwa keterampilan proses sains yang harus dimiliki oleh mahasiswa setidaknya terdiri dari: 1) Keterampilan mengamati, 2) Keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, 3) Membuat hipotesis, 4) Merancang eksperimen, 5) Melakukan eksperimen, 6) Menganalisis data, dan 7) Mengkomunikasikan hasil. Tujuh komponen keterampilan proses sains tersebut selengkapnya ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen Keterampilan Proses Sains Mahasiswa (dikembangkan berdasarkan Padilla dan Longfield) Keterampilan Proses Mengamati Menafsirkan Pengamatan Membuat hipotesis Merancang eksperimen Melakukan Eksperimen Menganalisis data Mengkomunikasikan hasil Sub Keterampilan Proses Menggunakan Indra Mengumpulkan fakta yang relefan Mencari kesamaan dan perbedaan Mencatat setiap pengamatan secara terpisah Menghubungkan hasil pengamatan Menemukan suatu pola pada satu seri pengamatan Menarik kesimpulan sementara Mengemukakan dugaan/kemungkinan yang akan terjadi Menentukan alat, bahan dan sumber yang digunakan Menentukan variabel Menentukan apa yang akan diamati Menentukan prosedur kerja Melaksanakan prosedur kerja yang telah dibuat Mengumpulkan data Menampilkan data dalam bentuk tabel, diagram ataupun grafik Menafsirkan tabel, diagram ataupun grafik Membuat laporan tertulis Mempresentasikan secara lisan 2. Seven Jump Method (SJM) SJM merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995) sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan Problem Based Learning. Sesuai dengan namanya, pada metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dialami oleh peserta didik, yaitu 1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami, 2) Mendefinisikan Permasalahan, 3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara, 4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan, 5) Menformulasi tujuan belajar, 6) Mengumpulkan informasi melalui belajar

mandiri, 7) Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi penguatan hasil belajar. Senada dengan Gijselaers, Global Supply Chain Management Blog menyebutkan tujuh langkah SJM sebagai berikut: 1) Identify and define unknown terms and concepts, 2) Identify and describe the problem in the case, 3) Analyze the problem by brainstorming possible solutions, 4) Critique the results of your brainstorming session and choose the most appropriate solutions, 5) Define the learning issues and objectives. What must you learn to implement the solutions? 6) Engage in self-direct study to collect information and knowledge to fill the gaps specified by the learning issues, 7) Synthesize the information and evaluate its utility in resolving the original problem. Ketujuh tahap tersebut dilakukan dalam tiga sesi belajar, yaitu tatap muka pertama, belajar mandiri, dan tatap muka kedua. Selengkapnya, tahaptahap SJM disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tahap Pelaksanaan SJM Jump Aktivitas Sesi 1 Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami 2 Mendefinisikan Permasalahan Menganalisis permasalahan dan menawarkan 3 penjelasan sementara Menginventarisir berbagai penjelasanan yang 4 dibutuhkan 5 Menformulasi tujuan belajar 6 Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri 7 Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar. Sesi Pertama: Pertemuan Pertama Sesi Kedua: Antar pertemuan Sesi ketiga: Pertemuan kedua

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa SJM memiliki tiga sesi belajar, yakni 1) pertemuan klasikal pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan klasikal pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh mahasiswa sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang terminologi atau konsep baru yang mungkin belum difahami oleh mahasiswa. Mahasiswa dengan difasilitasi dosen akan mendefinisikan permasalahan dan menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk menjawab permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahasiswa akan menentukan tujuan belajarnya. Setelah pertemuan klasikal pertama, mahasiswa akan belajar secara mandiri untuk mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Mahasiswa ditugaskan untuk melakukan kaji pustaka dengan cara mencari referensi baik di perpustakaan maupun internet atau sumber informasi yang lain. Selanjutnya pembelajaran memasuki sesi ketiga, yaitu pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan kedua ini, mahasiswa bersama dosen akan menggunakan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mensintesis jawaban atas permasalahan yang diajukan pada sesi pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, mahasiswa bersama dosen akan melakukan refleksi dan sekaligus penguatan atas proses dan hasil belajar yang telah dilakukan. 3. Hubungan SJM dengan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Permasalahan utama yang diangkat pada kajian ini adalah apakah Seven Jump Method (SJM) dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sain mahasiswa? Untuk memperoleh jawaban tersebut, secara teoritis dapat dilakukan dengan cara mencermati langkah-langkah pada metode SJM dengan komponen-komponen/indikator-indikator keterampilan proses sains. Apakah langkah-langkah pembelajaran pada SJM menfasilitasi peningkatan tiap-tiap komponen keterampilan proses sains? Jika jawabannya ya, maka dapat dikatakan bahwa SJM dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa.

Tabel 4. berikut menyajikan tahap-tahap SJM dan komponen keterampilan proses sains berdasarkan kajian teori. Tabel 4. Langkah-langkah SJM vs Komponen Keterampilan Proses Sains Langkah-Langkah SJM 1. Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami 2. Mendefinisikan permasalahan 3. Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara 4. Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan 5. Menformulasi tujuan belajar 6. Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri 7. Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar. Komponen Keterampilan Proses Sains 1. Mengamati 2. Menafsirkan Pengamatan 3. Membuat hipotesis 4. Merancang eksperimen 5. Melakukan Eksperimen 6. Menganalisis data Mengkomunikasikan hasil Apakah tiap-tiap tahap pembelajaran yang menggunakan SJM dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa? Berikut akan disajikan ulasan dari masing-masing tahap pembelajaran dengan metode SJM dan hubungannya dalam meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian kajian teori, bahwa tujuh tahap pembelajaran yang menggunakan metode SJM secara garis besar dapat dilakukan dalam tiga sesi kegiatan belajar. Sesi pertama: dilaksanakan suatu kegiatan pembelajaran klasikal untuk menyelesaikan langkah petama sampai langkah kelima. Sesi kedua: dilaksanakan kegiatan belajar mandiri untuk menyelesaikan langkah keenam. Sesi ketiga: kembali dilakukan kegiatan belajar klasikal untuk melaksanakan langkah ketujuh SJM. Pada sesi kegiatan belajar pertama berlangsung tahap-tahap sebagai berikut: 1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami, 2) Mendefinisikan permasalahan, 3) Menganalisis permasalahan dan

menawarkan penjelasan sementara, 4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan, dan 5) Menformulasi tujuan belajar. Pada awal sesi pertama, dosen menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan oleh mahasiswa (hal ini sebagai ciri khas Problem Based Learning). Setelah permasalahan dilontarkan, mahasiswa dengan bimbingan dosen akan mendiskusikan terminologi atau konsep-konsep baru yang mungkin belum diketahui oleh sebagian atau keseluruhan mahasiswa. Agar permasalahan lebih kongkrit, dosen perlu untuk membawa permasalahan tersebut di dalam kelas, baik melalui demonstrasi, pemutaran video, maupun penggunaan model dari suatu permasalahan. Jalan ini ditempuh agar mahasiswa dapat mendefinisikan permasalahan secara utuh. Setelah masalah berhasil didefinisikan secara utuh oleh mahasiswa, diskusi kelas dikembangkan untuk menganalisis permasalahan dan sekaligus menawarkan solusi sementara. Solusi sementara ini dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan mahasiswa sebelumnya dan oleh karena itu harus diuji kebenarannya. Untuk itu dilakukan kajian pustaka dalam rangka menginventarisir berbagai penjelasan yang dibutuhkan dalam rangka menguji solusi sementara yang telah dilontarkan. Sehingga diakhir sesi pertama ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan cara yang tepat untuk membuktikan kebenaran solusi sementara melalui serangkaian kegiatan mandiri yang akan dikerjakan pada sesi kedua pembelajaran. Berdasarkan uraian kegiatan pembelajaran pada sesi pertama, dapat dibuat hubungan antara sesi ini dengan komponen-komponen keterampilan proses sains. Langkah pertama dan kedua SJM, yakni 1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami, dan 2) Mendefinisikan permasalahan, dapat dimanfaatkan dosen untuk meningkatkan keterampilan pengamatan dan menafsirkan hasil pengamatan. Hal ini dapat berlangsung dengan baik jika permasalahan yang diajukan diperlihatkan langsung oleh dosen baik melalui demonstrasi, penggunaan model, ataupun pemutaran video yang relefan. Aktivitas ini akan melatih mahasiswa mengamati sebuah

fenomena, kemudian mencerna obyek amatan tersebut sehingga dapat member tafsir atas apa yang baru saja diamati. Langkah ketiga SJM, yakni menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun hipotesis. Setelah mahasiswa berhasil menafsirkan hasil pengamatan, maka berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa diminta untuk menganalisis permasalahan yang baru saja diamati sekaligus menawarkan penjelasan sementara. Penjelasan sementara ini dapat dikatakan sebagai hipotesis. Jadi langkah ketiga SJM dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun hipotesis. Langkah keempat dan kelima SJM adalah menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan dan menformulasi tujuan belajar. Inventarisir permasalahan dilakukan dengan jalan kajian pustaka dan atau diskusi baik dengan dosen maupun antar mahasiswa sendiri. Pada langkah ini mahasiswa melakukan kajian pustaka untuk menyusun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menguji hipotesis yang sudah dibuat sebelumnya. Jadi langkah keempat dan kelima SJM dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal merancang eksperimen. Artinya, dalam konteks pembelajaran sains, produk dari aktivitas menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan dan menformulasi tujuan belajar adalah sebuah kajian teori dan sekaligus prosedur eksperimen. Rancangan eksperimen ini dibuat untuk menguji hipotesis dalam rangka menemukan jawaban yang lebih valid atas permasalahan yang diajukan pada awal perkuliahan. Sesi kedua kegiatan belajar pada SJM adalah kegiatan mandiri, yaitu mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri yang merupakan langkah keenam SJM. Dosen perlu memodifikasi langkah keenam ini dengan cara memaknai aktifitas mengumpulkan informasi sebagai mengumpulkan data/informasi melalui eksperimen. Modifikasi berikutnya adalah pada teknik pengumpulan informasinya, yakni dilakukan secara berkelompok dan bukan

secara individu. Bahkan jika perlu, pada sesi kedua kegiatan belajar ini dosen tetap menyertai kegiatan mahasiswa di laboratorium. Hal ini untuk memberikan peluang adanya diskusi antara dosen dan mahasiswa khususnya jika mahasiswa mengalami kesulitan. Dengan demikian, langkah keenam SJM dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan eksperimen. Sesi ketiga kegiatan belajar pada SJM adalah kegiatan klasikal: yang berisi langkah ketujuh SJM, yakni: Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi hasil belajar. Data dan atau informasi yang telah dikumpulkan pada sesi belajar sebelumnya, pada tahap ini akan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Jika kesimpulan telah doformulasikan, maka hal ini berarti permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran sudah terjawab. Setelah itu akan dilakukan diskusi klasikal untuk merefleksikan keseluruhan proses dan hasil belajar yang telah ditempuh. Langkah ketujuh SJM ini jika dikaitkan dengan keterampilan proses sains masuk dalam kategori kemampuan untuk menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil eksperimen. Dengan kata lain, tahap ketujuh SJM dapat meningkatkan kemampuan menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil eksperimen. Berdasarkan uraian yang baru saja disajikan, maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan langkah-langkah pembelajaran pada SJM dapat menfasilitasi perkembangan keterampilan proses sains mahasiswa. Secara lebih ringkas hubungan tersebut disajikan oleh Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan Antara Penerapan SJM dengan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Langkah SJM Keterampilan Proses yang Dapat Dikembangkan 1. Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami 1. Mengamati 2. Menafsirkan Pengamatan 2. Mendefinisikan Permasalahan 3. Menganalisis permasalahan dan 3. Membuat hipotesis menawarkan penjelasan sementara 4. Menginventarisir berbagai 4. Merancang eksperimen penjelasanan yang dibutuhkan 5. Menformulasi tujuan belajar 6. Mengumpulkan informasi melalui 5. Melakukan Eksperimen belajar mandiri 7. Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar. 6. Menganalisis data 7. Mengkomunikasikan hasil C. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: SJM dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. Hal ini karena langkah-langkah pada SJM dapat digunakan untuk meningkatkan komponen-komponen keterampilan proses sains. 2. Saran Berdasarkan simpulan, maka disarankan kepada para dosen dan atau peneliti di lingkungan FMIPA, agar melakukan penelitian secara eksperimental tentang hubungan antara SJM dengan keterampilan proses sains mahasiswa. 3. Rekomendasi Kepada para dosen di lingkungan FMIPA UNY, direkomendasikan untuk menggunakan SJM. Hal ini mengingat secara teoritis, metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa.

D. Daftar Pustaka Gijselaers (1995). The tutorial process in problem-based learning. Diakses pada tanggal 4 Februari 2009 dari http://www2.glos.ac.uk/offload/ceal/resources/tutorial.pdf. Global Supply Chain Management Blog. (2006). Seven Jump Method. Diakses pada tanggal 5 Februari 2009 dari http://apiaryinnovations.com/logistics/course/courseblog1.htm Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking.Wadswort: California Longfield, j. (2002). Science Process Skills. Diakses pada tanggal 1 Februari 2009 darihttp://www.indiana.edu/~deanfac/portfolio/examples/jlongfield/doc/ sci_process_skills.doc. Padilla, Michael J. (1990). The Scientific Process [Versi Elektronik]. Research Matters-to the Science Teacher Publication No. 9004, March 1, 1990