BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah. Banjir yang terjadi belakangan ini sudah merupakan hal yang tiap waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kota merupakan salah satu bagian

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan dalam pasar global tersebut, dan Indonesia sendiri

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

para1). BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada. bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang pembangunan dan tata kota yang menjunjung estetika seni tinggi yang sedang banyak digalakan oleh pemerintahannya. Bandung ditata menjadi kota yang penuh karya seni dan keteraturan pembangunan yang dapat memperindah dan membuat warganya semakin nyaman untuk tinggal di kota ini, hal tersebut pun menjadi salah satu alasan bagi banyak orang untuk menjadikan Bandung sebagai tempat tinggal. Setiap tahun kepadatan penduduk di kota Bandung semakin meningkat, tercatat setiap tahunnya pertambahan penduduk kota Bandung mencapai hampir 16.000 jiwa, kepadatan penduduk pun telah mencapai 14.228 orang per kilo meter persegi, dengan tingkat kepadat tersebut Bandung masuk dalam kawasan terpadat ke 4 terpadat di Indonesia. (http://nasional.tempo.co/read/news/2010/09/01/178275625/bandung-kota terpadat-di-jawa-barat diakses tanggal 29 Desember 2015) banyak kawasan-kawasan di kota bandung yang masih belum dapat menata dirinya dengan lebih baik, banyak kawasan padat penduduk masih belum tertata dengan baik oleh pemerintahnya, pembangunan masih terfokus pada kawasan tengah kota sehingga kawasan-kawasan pinggiran masih sangat kurang diperhatikan. 1

2 Semakin berkembangnya zaman banyak kawasan pinggiran yang dijadikan kawasan untuk tempat tinggal oleh penduduk, namun kawasankawasan tersebut semakin hari semakin tidak layak disebut sebagai kawasan untuk tempat tinggal yang memenuhi standar kesehatan, hal tersebut dikarenakan jumlah warga yang menempati satu kawasan tidak berbanding lurus dengan luas kawasannya. Kelayakan hunian dan kondisi kesehatan lingkungan banyak diabaikan oleh masyarakat karena keterdesakan kebutuhan akan tempat tinggal, masyarakat menengah kebawah lebih banyak mengabaikan hal tersebut karena dengan kondisi perekonomian yang rendah mereka tidak punya cukup dana untuk membeli rumah dikawasan yang lingkungannya jauh lebih sehat dan lebih nyaman. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 menjelaskan mengenai rumah yang sehat dan layak adalah rumah yang mampu memenuhi kebutuhan psikologis penghuninya, ketersediannya ruang psikologis seperti privacy bagi setiap anggota keluarga, komunikasi yang sehat dan harmonis yang berpengaruh pada psikologis penghuninya. Rumah yang layak mencangkup ketersediannya ruang ventilasi udara, ruang untuk berkumpul, ruang untuk istirahat, ketersediannya jamban dan pengolahan limbah tinja yang baik, bebas penyakit, serta hal-hal lain yang dapat dikelola dengan baik dan sehat.

3 Salah satu kawasan padat penduduk yang berada pinggiran kota Bandung adalah Kawasan Cicadas, kawasan ini bukan hanya terpadat di Bandung tetapi sudah menjadi kawasan terpadat di Asia Tenggara. Dengan luas wilayah sekitar 55 Ha (Luas pemukiman 40,5 Ha, luas taman 2 Ha, perkantoran 0,5 Ha, dan Prasarana umum 9 Ha) dengan jumlah 15 Rukun Warga (RW) dan 86 Rukun Tetangga (RT). Lahan pemukiman sebesar 40,5 Ha ini ditempati sekitar 6200 jiwa laki-laki dan 6018 jiwa perempuan atau dengan keseluruhan 12.218 Jiwa (Tahun 2008). Data yang ditunjukan naik bila dibandingkan dengan tahun 2007 lalu. Berdasarkan data monografi tahun 2007, kepadatan penduduk cicadas berhisar 234 jiwa/ha atau 23,429 jiwa/km 2 Padahal standar WHO adalah 96 jiwa/ha. Artinya tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Cicadas sangat tinggi. (http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-elviravict-30413-4- 2007ts-3.pdf) Cicadas yang masuk dalam kategori kawasan ke-tiga terpadat di Asia Tenggara ini telah mengindikasikan bagaimana keadaan warga dan hunian-hunian warga yang hampir seluruhnya tidak masuk dalam kategori rumah layak huni menurut Departemen Kesehatan, dengan lingkungan yang terlalu padat dan jumlah warga yang terlalu banyak. Kawasan Cicadas terbagi oleh beberapa beberapa Rukun Warga serta Rukun Tetangga, RW 09 khususnya merupakan salah satu lingkungan dengan kepadatan yang juga tinggi, kawasan yang disebut dengan kawasan bedeng karena luas yang kecil namun jumlah warga yang menempati lebih tinggi dibandingkan

4 RW lainnya. RW 09 didalamnya terdiri atas 10 RT dan salah satu kawasan yang paling padat dan seringkali disebut warga sekitar sebagai kawasan bedeng, letaknya dilingkungan RT 09 kawasan ini merupakan kawasan terpadat dilingkungan RW 09 dengan luas kurang lebih sekitar 200 x 200 meter, dengan warga yang berjumlah lebih dari 40 Kepala Keluarga, ada hampir 30 rumah yang ditempati oleh kurang lebih 180 orang di kawasan tersebut. Keterbatasan ruang serta tempat sudah pasti terjadi pada warga disana, rata-rata satu rumah ditempati oleh 5-6 orang anggota keluarga, tidak setiap rumah memiliki jamban di dalam bahkan untuk ruang tidur dan dapur saja sangat terbatas, satu rumah rata-rata hanya memiliki satu kamar tidur dan dapur saja, Kebutuhan akan air bersih terpenuhi dengan ketersediannya jamban umum yang dibangun oleh warga. Banyak warga yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun lamanya di kawasan tersebut, mereka merasa betah dan nyaman meskipun banyak hal yang jauh dari kata layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, kebersamaan dan keakraban dengan tetangga menjadikan warga masyarakat merasa nyaman tinggal disana, jika dilihat dari fasilitas maka fasilitas yang tersedia sangatlah minim seperti tidak tersedianya fasilitas kesehatan, ruang hijau terbuka, ruang untuk warga diskusi serta fasilitas lainnya yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh warga. Namun tidak sedikit juga warga yang mengeluhkan kondisi lingkunganny. keluhan lebih banyak datang dari mereka yang sudah memasuki umur dewasa madya usia antara 40-60 an. Banyak aktivitas serta waktu luang yang mereka habiskan

5 dilingkungan tempat tinggalnya tersebut sehingga mereka jauh lebih sering merasakan ketidaknyamanan dilingkunganya dibandingkan dengan mereka yang banyak melakukan aktifitas jauh dari lingkungan rumahnya. tempat kerja yang tidak jauh dengan tempat tinggal serta waktu luang banyak mereka habiskan dengan kegiatan dilingkungan rumah hal tersebutlah yang menyebabkan penghayatan mereka terhadap lingkunga lebih besar dibandingkan dengan warga lain yang jarang berada di rumahnya. Meskipun warga-warga tersebut banyak merasakan ketidak nyamanan tinggal disana namun banyak kegiatan yang warga RT 09/09 lakukan dilingkungannya, kegiatan-kegiatan yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat didalamnya baik pengurus RT maupun RW dan warga setempat untuk meningkatkan hubungan baik dengan tetangga disekitarnya dan juga untuk meningkatkan rasa nyama tinggal dilingkungannya, kegiatan-kegiatan tersebut berupa kerja bakti, pengajian mingguan, senam bareng, lomba memancing untuk laki-laki sedangkan untuk warga perempuan mereka sering melakukan kegiatan PKK. Penggerak dari kegiatan-kegitan tersebut banyak berasal dari warga yang sudah memasuki usia tua, mereka masih sangat bersemangat dan masih sering menjadi ketua dari kegitan-kegitan tersebut, Warga merasa dengan melakukan kegitan-kegitan tersebut mereka jauh merasa lebih dekat dengan lingkungannya, lebih dapat menikmati kehidupannya dan jauh lebih dapat mensyukuri kehidupannya, karena bagi warga kegitan-kegitan tersebut membuat mereka jauh lebih bahagia karena bisa saling melengkapi, saling

6 mengerti dan saling berbagi dengan kesuliutan-kesulitan hidup dan tinggal di lingkungan mereka yang serba terbatas. Warga yang aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut banyak yang memasuki usai dewasa madya, dimulai dari usia 40 tahun, usia yang sangat rentan akan perubahan sangat mementingkan mengenai simbol kesuksesan hidup dilihat dari pencapaian yang telah dimiliki, masa transisi dan usia penyesuai dan pemunculan perilaku baru, usia yang sangat berhubungan erat dengan perkembangan emosi yang jauh lebih matang dari usia sebelumnya, yang menyebabkan orang menjadi lebih sensitif dengan halhal yang bersangkutan dengan kesuksesan kehidupannya. Masa evaluasi terhadap prestasi yang telah dicapainya atau harapan-harapan dari dirinya keluarga dan ketika individu merasa tidak berhasil mencapainya maka akan menyebabkan munculnya stress yang dapat mempengaruhi pada kondisi fisik, sehingga mereka cukup rentan terhadap stress. Hal tersebut pun dapat terjadi pada warga Cicadas yang memasuki usia madya ini karena harapan-harapan mereka belum dapat terwujud khususnya pada masalah perekonomian, tempat tinggal serta kesejahteraan hidup. Tidak sedikit warga yang merasa masih tidak nyaman dengan keadaannya sekarang, warga merasa hidup yang mereka jalani belum begitu membanggakan, rumah yang kecil berdempetan, keuangan yang selalu kekurangan serta kebutuhan sehari-hari yang terkadang masih tidak dapat dipenuhi seluruhnya, anak-anak mereka yang sering mengeluhkan keadaan ekonomi sosial juga hal lain yang membuat mereka terkadang

7 merasa tidak bangga dan puas dengan apa yang sudah mereka miliki. Warga merasa bahwa kesejahteraan hidup sudah dicapai jika kondisi ekonomi dan sosial mereka sudah sesuai dengan yang mereka harapkan seperti tersedianya hunian yang lebih layak, pekerjaan yang tetap, keuangan yang stabil dan mampu memiliki barang-barang yang berharga memiliki tabungan yang cukup serta kelayakan hidup sehari-hari yang sudah terjamin. Banyak hal yang sudah mereka usahakan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi namun kenyataanya masalah tersebut masih belum dapat tertasi dengan baik karena seringkali antara pengeluaran dengan pemasukan masih tidak seimbang, banyak kebutuhankebutuhan lainnya yang masih belum bisa mereka penuhi seluruhnya, meskipun begitu beberapa warga lain ada yang merasa bahwa hidupnya sekarang sudah cukup mapan bagi dirinya dan keluarganya baik kondisi ekomoni maupun sosial bagi mereka hal tersebut bukan sesuatu yang mengecewakan, karena tinggal dilingkungan padat seperti Cicadas tersebut bukan sebuah patokan keberhasilan seseorang. Meskipun rumah mereka kecil, berdempetan ekomoni rendah lingkungan tidak cukup memadai namun mereka merasa tetap sejahtera berada ditengah-tengah kondisi seperti itu. Keamanan serta kenyamanan warga sangatlah minim, dengan predikat sebagai kawasan yang paling rawan akan kejahatan, warga berusaha untuk dapat menciptakan kenyamanan ditengah kondisi lingkungan yang tidak mendukung tersebut, warga di RT 09/09 ini sering

8 melakukan musyawarah dengan RT lainnya guna menciptakan keamanan sehingga seringkali mereka melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan keamanan seperti ronda dengan jadwal yang sudah ditentukan dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjalankan kewajibannya dengan baik jika sedang mendapatkan tugas untuk menjaga keamanaan. Mereka bersama-sama saling menjaga lingkungannya tersebut, warga merasa bahwa orang-orang dilingkungan rumah mereka bukan hanya sekedar tetangga tetapi mereka sudah seperti saudara yang harus saling menjaga satu-sama lain. Kenyamanan pun diciptakan sedemikian rupa oleh warga terhadap lingkungannya, karena selain sudah lebih dari 30 tahun tinggal disana mereka merasa bahwa keakraban dan kerukunan dengan tetangga merupakan hal yang paling penting sehingga dapat menciptakan perasaan nyaman yang mungkin tidak akan didapatkan oleh warga jika tinggal di kawasan elite yang hampir sesama tetagga tidak saling mengenal, tingkat ekonomi yang hampir rata di kawasan ini pun membuat warga menjadi saling mengerti keadaan sesamanya, merasa satu nasib. Berdasarkan hasil wawancara pada 9 orang yang tinggal dikawasan cicadas terdapat 3 yang memandang negatif terhadap hidupnya, pandangan negatif ini muncul dikarena banyaknya negatif afek yang dirasakan serta kurangnya kepuasan hidup mereka, warga merasa bahwa apa yang selama ini menjadi harapannya belum dapat terwujud dengan baik, hal-hal yang tidak diinginkan justru lebih banyak terjadi dibandingkan dengan dengan yang diharapkan, kebutuhan-kebutuhan sehari-hari, pekerjaan, lingkungan

9 yang kurang memadai, pemanfaatan waktu luang yang tidak maksismal, hal tersebut masih dirasa kurang memberikan rasa bahagia pada kehidupannya dan juga pandangan dari anggota keluarga lain yang sering memojokan kehidupan mereka yang masih serba kekurangan. Merasa tepojok dengan keadaannya sekarang mereka menganggap dirinya masih gagal dalam mewujudkan harapan hidupnya, sering merasakan kecewa, sedih, tidak optimis, tidak berharga, tidak percaya diri, menjadikan beban hidupnya terasa lebih besar karena mereka lebih banyak berpandangan negatif terhadap hidupnya. Disisi lain peneliti menemukan ada enam orang merasa hidupnya bahagia tinggal dilingkungan Cicadas, mereka merasa nyaman tinggal dilingkungan tersebut, mereka selalu berpandangahn positif pada dirinya dan pada apa yang terjadi pada dirinya, semua yang terjadi dipandang sebagai sesuatu yang harus selalu disyukuri meskipun banyak hal yang kurang membahagiakan sering terjadi, seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang masih sering kurang, pendapatan yang tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, rumah yang kecil untuk ditempati, kondisi lingkungan yang kumuh serta kurang aman, seharusnya membuat warga merasa menjadi tidak nyaman namun justru warga merasa nyaman dan bahagia karena apa yang terjadi harus selalu disyukuri bukan disesali, lebih banyak bertindak bukan mengeluh adalah pilihan warga untuk mengatasi masalahnya tersebut, selalu optimis, percaya diri, bersemangat dan juga selalu berusaha lebih keras membuat warga menjadi merasakan

10 kebahagiaan dalam hidup karena mereka berpandangan positif terhadap hidupnya. Mereka tidak pasif dalam menerima keadaan hidupnya lebih banyak melakukan usaha yang dapat mereka lakukan semaksimal mungkin umtuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya evaluasi perasaan oleh warga yang tinggal dikawasan tersebut, ada yang mengevaluasi diri secara positif dan ada yang mengevaluasi diri secara negatif, Subjek yang mengevaluasi diri secara positif memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang hidupnya, mereka dapat memilah mana yang harus mereka utamankan dan tidak terlalu menyesali keadaan hidup mereka bukan lah hal yang utama, tetapi berusaha merubah keadaan hidupnya dan senantiasa selalu mensyukuri menjadi hal yang menurut mereka harus diutamakan, sehingga mereka merasa bahagia dan puas walaupun dengan kondisi hidup yang serba terbatas. Tinggal dikawasan padat penduduk dengan kondisi ekonomi sosial yang rendah bukan merupakan hal yang buruk, tempat tinggal buka patokan warga menjadi tidak bahagia dengan hidupnya meskipun banyak keterbatasan yang dirasakan oleh warga. Hidup dilingkungan padat penduduk sama saja dengan tinggal dikawasan lain hanya kuantitas yang membedakan, besar kecilnya rumah bukan patokan warga menjadi tidak sejahtera dengan hidupnya, rumah kecil tidak mebuat warga menjadi tidak sejahtera, kualitas hubungan yang baik dengan lingkungan rumah dan

11 keluarga lah yang membuat warega menjadi merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Berdasarkan uraian tersebut mengindikasikan adanya subjective well-being pada warga yang tinggal dikawasan padat penduduk Cicadas. Subjective well-being penting bagi setiap individu, karena dengan seseorang memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup, maka mereka cenderung bersikap lebih bahagia dan lebih puas (Muba, 2009). Subjective well-being merupakan evaluasi subyektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah (Diener, 2003). Ryan dan Diener menyatakan bahwa subjective well-being merupakan payung istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat well-being yang dialami individu menurut evaluasi subyektif dari kehidupannya (Ryan & Diener, 2008) Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Subjective Well-Being pada warga usia dewasa madya dikawasan padat penduduk RT 09/09 Cicadas Sukamulya Kelurahan Cibeunying Kidul Kota Bandung

12 1.2 Identifikasi Masalah Subjective well-being merupakan penilaian individu terhadap kepuasan hidup yang didalamnya menyangkut mengenai penilaian kognitif dan afektif, afek sendiri terbagi menjadi dua komponen yaitu positive affect dan negative affect, orang dengan subjective well-being yang tinggi jauh lebih banyak merasakan muatan emosi positive yang lebih besar daripada emosi negative, kebahagian yang dirasakan lebih bersumber dari diri sendiri atau lebih bersifat subjektif yang terbentuk karena persepsi dirinya sendiri. Dimensi-dimensi yang mempengaruhi munculnya subjective wellbeing antara lain adalah kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fullfilment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah, dimensi-dimensi tersebut lah yang membuat inidividu dapat merasakan bahagia atau tidak. Kepuasan hidup adalah bagaimana inidividu merasa puas dengan keadaan perekonomiannya, pendapatan, keluarga, lingkungan tempat tinggal, hubungan baik dengan teman sebaya dan pasangannya, bagaimana hal- hal tersebut membuat individu merasa bahwa apa yang sekarang mereka miliki mendatangkan rasa puas dan bahagia bagi dirinya. Sedangkan emosi yang menyenangkan adalah bagaimana emosi yang banyak terbentuk atau dirasakan oleh indiviu terhadap kejadian atau hal-hal yang ada didalam kehidupannya. Fulfillment adalah bagaimana inidividu mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan merasa bahawa semua kebutuhannya terpenuhi baik secara sandang, pangan, maupun papan,

13 individu tidak merasa kesulitan dalam pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan kepuasaan dalam area pernikahan dan pekerjaan lebih personal lagi, perasaan bahagia terhadap pasangan, lingkungan pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, dan juga terhadap keadaan keluarga dan anggota kelurga lain yang seperti bagaimana hubungan antar orang tua dan anak, anak dan anak serta komunikasi antara anggota keluarga yang dapat menumbuhkan perasaan bahagia dan puas terhadap kehidupan yang dimilikinya. Warga Cicadas yang bertempat tinggal dikawasan padat penduduk dengan segala keterbatasan tempat dan fasilitas masih dapat merasakan kenyaman tinggal dikawasan yang sangat padat dan jauh dari kata layak untuk dijadikan sebuah hunian rumah. Seperti fasilitas kesehatan, air bersih dan jamban yang terbatas tidak membuat mereka merasa tidak mensyukuri dan menikmati keadaannya sekarang, Kebahagian yang dirasakan warga tinggal dikawasan padat sepeerti itu lebih banyak dikarena cara pandang warga terhadap hidupnya lebih dipandang positif. Kejadian atau hal yang terjadi dalam hidup dianggap sebagai suatu yang memang harus selalu di syukuri meskipun tidak selalu sesuai dengan harapannya, pandnganpandangan positif membuat warga menjadi lebih merasa bahagia, dibandingkan dengan harus menyesali sesuatu ketika hal tersebut tidak sesuai harapannya. Banyak warga tidak bertindak pasif dalam menerima kondisi hidupnya, mereka lebih banyak melakukan usaha lain guna meningkatkan kesejahterannya.

14 Kepuasan hidup merupakan hal paling penting dirasakan oleh seseorang yang akan berhubungan langsung dengan kesejahteraan yang individu rasakan, seringkali kepuasan hidup yang menyebabkan orang merasa kurang sejahtera, karena mereka merasa bahwa hidup yang dimilikinya tersebut tidak memberikan rasa puas dan lebih banyak merasakan kekurangan dan ketidaksejahteraan. Keluhan-keluhan tersebut muncul lebih banyak dari warga yang memasuki usia dewasa madya karena pada usia tersebut orang ingin menunjukan rasa eksistensi diri, ingin menunjukan symbol-simbol keberhasilan yang telah didapatkan. Bangga terhadap apa yang sudah dapat dicapainya, usia yang sangat rentan terhadap stress ketika harapan mereka tidak tercapai. Pada usia ini pun subjective well-being nya dapat lebih jelas terlihat karena komponen yang membentuk subjective well-being sendiri sudah semua terpenuhi baik dari segi pernikahan, pekerjaan, serta fulfillment nya. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian tertarik untuk mengtahui Bagaimana Gambaran Mengenai Subjective Well-Being pada warga usia dewasa madya dikawasan padat penduduk RT 09/09 Sukamulya Kelurahan Cicadas Cibeunying Kidul Kota Bandung?

15 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian a. Maksud penelitian - Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat subjective well-being di kawasan padat penduduk pada warga masyarakat RT 09 RW 09 Sukamulya Kelurahan Cicadas Cibeunying Kidul Kota Bandung b. Tujuan penelitian - Untuk memperoleh data empiris mengenai subjective well-being subjective well-being pada warga yang tinggal dikawasan padat penduduk cicadas RT 09 RW 09 Sukamulya Kelurahan Cicadas Cibeunying Kidul Kota Bandung - Untuk memberikan informasi bagimana gambaran kondisi kesejahteraan warga yang tinggal dilingkungan padat penduduk RT 09 RW 09 Sukamulya Kelurahan Cicadas Cibeunying Kidul Kota Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian - Dari segi teoritis, teoritis,sebagai informasi tamabahan serta referensi bagi perkembangan psikologi positif - Dari segi praktis, sebagai gambaran bagi warga lain dikawasan Rw 09 Kelurahan Cibeunying Kidul bagaimana kehidupan yang mengarahkan pada perasaan well-being dengan keadaan lingkungan seperti mereka.