TEMUAN PENYAKIT BARU

dokumen-dokumen yang mirip
Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :

Alumnus Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan,

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

MAKALAH SEMINAR UMUM BUDIDAYA PERTANIAN. PEMULIAAN KETAHANAN KAKAO (Theobroma cocoa L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

KEEFEKTIFAN MINYAK CENGKEH, SERAI WANGI, DAN EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (Ceratobasidium theobromae) PADA KAKAO

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Pengendalian Penyakit Pembuluh Kayu (Vascular Streak Dieback) pada Tanaman Kakao Menggunakan Fungisida Flutriafol

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4 Tahun 2014

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

SEBARAN PENYAKIT AKAR PUTIH BEBERAPA CENDAWAN ANTAGONIS. Oleh A

Hubungan Antara Karakteristik Pertunasan dengan Ketahanan Kakao (Theobroma Cacao L.) Terhadap Penyakit Pembuluh Kayu

Pengendalian Penyakit Hawar Daun Phytophthora pada Bibit Kakao dengan Trichoderma asperellum

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

Dampak Penyakit Tanaman terhadap Pendapatan Petani Kubis-kubisan di Daerah Agropolitan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

INSIDENSI PENYAKIT BUSUK BUAH (Phythopthora palmivora BULT.) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SENTRA PRODUKSI KAKAO KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGENDALIAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK PADA BIBIT KAKAO DENGAN KOMBINASI KOMPOS BAHAN ORGANIK DAN Trichoderma asperellum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

HUBUNGAN KEPADATAN INOKULUM DENGAN INTENSITAS PENYAKIT VSD PADA PERTANAMAN KAKAO DI DUA LOKASI KEBUN WILAYAH PTPN XII

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

IDENTIFIKASI PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) DAN TINGKAT SERANGAN SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN KAKAO DI TIGA DESA KEC. PALOLO KAB.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KONSEP, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI PENYAKIT TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

PENAPISAN GENOTIPE KAKAO TAHAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) DI ACEH BESAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

JSIKA Vol. 5, No ISSN X

BAHAN DAN METODE. Bahan

2 Tipe Serangan dan Pengendalian Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh ( BPKC) di Wilayah Pasuruan

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) : PENYAKIT BARU PADA TANAMAN KAKAO DI SULAWESI

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

Transkripsi:

ISSN: 0215-7950 Volume 12, Nomor 4, Juli 2016 Halaman 142 147 DOI: 10.14692/jfi.12.4.142 TEMUAN PENYAKIT BARU Vascular Streak Dieback: Penyakit Baru Tanaman Kakao di Sumatera Barat Vascular Streak Dieback: A New Disease of Cacao in West Sumatera Jumsu Trisno*, Reflin, Martinius Universitas Andalas, Padang 25163 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan salah satu sentra produksi kakao di Indonesia. Penyakit mati ranting yang diduga sebagai penyakit vascular streak dieback (VSD) dijumpai di beberapa lokasi pertanaman kakao. Insidensi penyakit dengan keparahan yang tinggi dapat menyebabkan kematian tanaman. Informasi tentang penyebab penyakit mati ranting di Sumatera Barat hingga kini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi patogen VSD. Metode penelitian deskriptif dilakukan berdasarkan pada gejala penyakit di lapangan dan karakteristik cendawan penyebab. Sampel tanaman sakit diambil dengan metode acak terpilih dari 3 lokasi sentra produksi kakao di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang. Cendawan diisolasi dari daun dan ranting yang menunjukkan gejala VSD, kemudian diinkubasi dalam kotak hitam dengan kelembapan tinggi dan metode tanam langsung pada medium agar-agar air dan agar-agar dekstrosa kentang. Pengamatan gejala dan tanda penyakit seperti ciri-ciri hifa, basidium, basidiospora, dan basidiokarp menunjukkan ciriciri khas infeksi Ceratobasidium theobromae. Penyakit tersebut telah tersebar luas pada pertanaman kakao di Sumatera Barat dengan insidensi penyakit berkisar dari 58.82 100% dan keparahan penyakit 24.29 44.71%. Hasil ini merupakan laporan pertama tentang C. theobromae yang berasosiasi dengan penyakit VSD di Sumatera Barat. Kata kunci: Basidiospora, Ceratobasidium theobromae, insidensi penyakit, keparahan penyakit ABSTRACT Vascular streak dieback (VSD) symptoms was reported recently in several cacao plantations in West Sumatera. Disease incidence reached 58.82 100% with disease intensity of 24.29 44.71%. In some cases, dead plant was also found. Fungal isolation was performed to identify the agents associated with VSD. Plant samples showing VSD symptoms was collected from 3 locations of cacao production center in West Sumatera, i.e. Limapuluh Kota regency, Padang Pariaman regency, and Padang city. Small pieces of leaf and twig were plated on water agar and potato dextrose agar medium for fungal isolation. Morphology of hifa, basidiocarp, and basidiospora observed from fungi colonies indicated the presence of Ceratobasidium theobromae on infected plant samples. This is the first report on the association of C. theobromae on cacao in West Sumatera. Key words: Basidiospora, cacao, Ceratobasidium theobromae, survey *Alamat penulis korespondensi: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163 Tel: 0751-7059087, Faks: 0751-72702, surel: jumsutrisno1969@gmail.com 142

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan di Indonesia, karena dapat berperan mendorong pengembangan wilayah dan agroindustri. Tahun 2005, Sumatera Barat mulai mencanangkan diri sebagai salah satu daerah pengembangan kakao di Indonesia. Pada tahun 2014 luas pertanaman kakao 154 129 ha, dengan produksi mencapai 88 967 ton per tahun (Nasrul 2015). Perkebunan kakao di Sumatera Barat sebagian besar dikelola oleh rakyat, dengan produktivitas dan mutu yang masih rendah. Produktivitas kakao di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama kurangnya pemeliharaan yang dilakukan oleh petani dan adanya gangguan dari organisme pengganggu tanaman (OPT). Dua penyakit penting pada kakao di Indonesia ialah busuk buah phytophthora (BBP), dan vascular streak dieback (VSD) (Sukamto dan Junianto 2010). Penyakit VSD merupakan salah satu kendala utama dalam budi daya kakao karena perkembangan dan penyebarannya yang cepat. Di Indonesia penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1983 di Pulau Sebatik Kalimantan Timur dan pada tahun 2006 sudah tersebar dihampir seluruh pertanaman kakao di Indonesia (Halimah dan Sukamto 2006), tahun 2009 di Jembrana Bali (Dewi 2011), dan tahun 2013 di Sumatera Utara (Dhana et al. 2013). Pada bulan September-Oktober 2015 di beberapa lokasi pertanaman kakao di Sumatera Barat ditemukan gejala penyakit yang menyerupai penyakit VSD dengan gejala: daun menguning sampai ke ujung ranting, pada bekas duduk daun terlihat tiga noktah berwarna cokelat. Gejala lanjut menunjukkan daun gugur, ranting gundul, dan pucuk mati. Tanaman yang terserang akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan. Pada beberapa lokasi insidensi penyakit mencapai 100% dengan keparahan 24.29 44.71% (Tabel 1). Informasi keberadaan penyakit VSD dan patogen penyebabnya di Sumatera Barat belum pernah dilaporkan. Guest dan Keane (2007) melaporkan bahwa penyakit VSD tanaman kakao di Papua New Guinea dan Asia Selatan disebabkan oleh Oncobasidium theobromae. Samuels et al. (2012) menambahkan bahwa penyakit VSD kakao di Malaysia dan Indonesia disebabkan oleh Ceratobasidium theobromae. Harni dan Baharuddin (2014) juga menyebutkan patogen penyebab penyakit VSD di Sulawesi ialah C. theobromae. Tulisan ini menjelaskan tentang identifikasi cendawan penyebab penyakit VSD pada tanaman kakao di Sumatera Barat. Pengambilan sampel tanaman yang menunjukkan gejala penyakit VSD dilakukan dengan metode acak terpilih di 3 lokasi pertanaman kakao di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Padang Pariman, dan Kota Padang. Pada saat bersamaan juga dihitung tingkat serangan dengan metode pengambilan sampel secara acak sistematik. Insidensi penyakit (IP) dihitung dengan ; jumlah tanaman bergejala VSD IP = jumlah tamanan yang diamati Penghitungan keparahan penyakit menggunakan skala : KP= (n s ) i i (N S) 100%, dengan n i, tanaman ke i; s i, skala intensitas tanaman ke i; N, jumlah tanaman yang diamati; S, skala intensitas tertinggi. Skala 0, daun tidak menunjukkan gejala; 1, 1 10% daun bergejala klorosis; 2, 11 50% daun menunjukkan gejala kolorosis, nekrosis, daun gugur, sudah ada pembengkakan lenti sel; 3, 51 75% daun bergejala klorosis, daun gugur, pembengkakan lentisel, ranting ada yang gundul dan; 4, >75% daun bergejala nekrosis, daun gugur, Tabel 1 Insidensi dan keparahan penyakit vascular streak dieback di sentra produksi kakao di Sumatera Barat pada tahun 2015 Lokasi sampel Insidensi penyakit (%) Keparahan penyakit (%) Kabupaten Lima Puluh Kota 100 44.71 Kabupaten Padang Pariaman 59 45.33 Kota Padang 100 24.29 143

pembengkakan lentisel, ranting ada yang gundul dan mati (Susilo dan Anita 2011). Survei yang dilakukan di 3 lokasi pertanaman kakao di Sumatera Barat, masingmasing 2 lahan di setiap lokasi menunjukkan variasi gejala yang sama. Gejala khas dari penyakit VSD, yaitu klorosis pada daun dengan bintik-bintik berwarna hijau pada satu daun, biasanya pada flush kedua atau ketiga dari pucuk (Gambar 1a), nekrosis pada ujung atau lembaran daun (lamina), tetapi daunnya masih menempel pada ranting (Gambar 1b), ranting gundul karena sebagian daun gugur (Gambar 1c), pada bekas dudukan tangkai daun terlihat tiga titik (noktah) berwarna cokelat kehitaman (Gambar 1d), bila ranting dibelah terlihat garis-garis cokelat kehitaman pada jaringan xilem yang bermuara ke bekas dudukan daun yang terserang (Gambar 1e), gejala menyebar keseluruhan tanaman gundul (Gambar 1f). Isolasi cendawan penyebab VSD dilakukan dengan metode tanam langsung di medium agar-agar air (AA) dan agar-agar dektrosa kentang (ADK). Daun yang bergejala dipisahkan terlebih dahulu antara tangkai daun (petiole) dengan lembaran daun (lamina). Lembaran daun dipotong dengan ukuran 1 cm 1 cm (dengan tulang daun yang lebih besar). Potongan tersebut dicuci dengan akuades kemudian disterilisasi permukaannya dengan etanol 70% selama 2 menit. Potongan tersebut dicuci kembali dengan akuades steril selama 2 menit dan dikeringanginkan diatas kertas saring steril; selanjutnya ditanam dalam medium AA dan ADK kemudian diinkubasi selama 4 7 hari. Cendawan yang tumbuh dari ujung potongan tangkai dan daun menunjukkan koloni berwarna putih dan hifanya hialin bercabang dengan sudut percabangan 90 serta membentuk hifa monilioid diujung hifanya (Gambar 2a, d, dan e). a b c Gambar 1 Gejala penyakit vascular streak dieback pada tanaman kakao di Sumatera Barat. a, Klorosis pada daun dengan bintik-bintik bewarna hijau pada satu daun; b, Nekrosis pada ujung atau lembaran daun tetapi daunnya masih menempel pada ranting; c, Ranting gundul karena daun yang gugur; d, Tiga titik (noktah) berwarna cokelat kehitaman pada bekas dudukan tangkai daun; e, jaringan xilem berwarna cokelat dan; f, Keseluruhan tanaman gundul. 144 d e f

Selain metode tanam langsung, daun dan ranting bergejala diinkubasikan pada kotak plastik hitam lembap untuk merangsang pertumbuhan hifa dan basidiospora. Daun dan ranting yang bergejala dicuci dengan air steril kemudian dimasukkan kedalam kotak plastik hitam. Kotak hitam berisi air, diberi bantalan untuk peyangga kertas saring lembap tempat meletakkan daun dan ranting di atas kertas saring tersebut. Kotak hitam diinkubasi selama 2 7 hari pada ruangan dengan suhu 20 C. Cendawan yang tumbuh adalah sama seperti pada metode tanam langsung (Gambar 2b dan c). Hifa bersekat dan bercabang tegak lurus terhadap hifa utama (Gambar 2f). Dengan metode ini tubuh buah berbentuk gada terbentuk, dengan ukuran 16.0 μm 6.5 μm (Gambar 2g). Basidiospora yang berbentuk bulat telur dengan satu sisinya datar berukuran 16.5 μm 6.0 μm (Gambar 2h). Pengamatan langsung pada bagian tapak daun yang menunjukkan gejala juga diperoleh ciri-ciri hifa yang sama seperti pada metode sebelumnya. Pengamatan keberadaan hifa dalam jaringan xilem dilakukan dengan membuat preparat irisan jaringan yang sakit secara membujur. Hasil pengamatan juga didapatkan bentuk hifa cendawan yang sama, yaitu hialin dan bercabang tegak lurus terhadap hifa utama (Gambar 2i). Gejala VSD yang ditemukan pada ketiga lokasi di Sumatera Barat sesuai dengan yang a b c d e f (1) g h Gambar 2 Ceratobasidium theobromae yang berasosiasi dengan penyakit vascular streak dieback pada tanaman kakao di Sumatera Barat. a, Miselium yang tumbuh dari potongan tulang daun pada medium agar-agar air; b, Koloni hifa yang tumbuh dari tulang daun dan; c, tapak kedudukan daun setelah inkubasi pada ruang lembap hasil inkubasi pada kotak hitam; d, Percabangan hifa tegak lurus dengan hifa utama (dari hifa yang tumbuh dalam media air); e, Ujung hifa yang membentuk hifa monilioid; f, Hifa yang tumbuh dari tulang daun (hasil inkubasi dalam kotak hitam); g, Bentuk tubuh buah (basidiokarp) yang terdiri atas kumpulan sel-sel monilioid; h, Basidiospora (1) dan basidium (2) dari inkubasi kotak hitam tapak daun; i, hifa dalam jaringan xilem. Gambar mikroskop d i dengan perbesaran 400. (2) i 145

dikemukakan oleh Keane et al. (1972), yaitu klorosis dengan bintik-bintik hijau pada satu daun, biasanya pada flush ke-2 atau ke-3 dibelakang pucuk, adanya garis cokelat (streak) pada batang atau ranting dari tanaman yang sakit. Menurut Guest dan Keane (2007) pada beberapa genotipe kakao juga menunjukkan nekrosis pada pinggir daun yang tampak seperti gejala defisiensi hara dan lentisel pada daun terinfeksi membesar sehingga permukaannya tampak kasar. Sebanyak tiga noktah hitam akan terlihat bila bekas tapak daun yang gugur pada ranting disayat. Patogen dapat menyebar secara internal ke cabang lain dan tanaman mati jika menyebarnya sampai batang. Ketika daun gugur pada cuaca basah, hifa patogen tumbuh dari tapak daun dan membentuk basidiokarp yang tampak seperti lapisan beludru putih. Ciri-ciri C. theobromae yang diisolasi dari sampel tanaman sakit dengan gejala VSD sesuai dengan yang dikemukakan oleh Talbot dan Keane (1971), Keane et al (1972), dan Samuels et al (2012). Hifa C. theobromae dicirikan dengan percabangan yang tegak lurus dan mempunyai sekat dolipori. Di alam, pada cuaca yang lembap miselium dapat tumbuh keluar dari tapak daun atau ranting yang telah terinfeksi. Miselium tetap menyelimuti tapak daun dan ranting serta membentuk tubuh buah yang terdiri atas sel-sel monilioid. Pada cuaca basah, basidiokarp akan membentuk basidia dan melepaskan basidiospora pada malam hari. Penyakit ini telah tersebar di pertanaman kakao Sumatera Barat dengan insidensi penyakit bervariasi antara 59 100% dan keparahan penyakit 24.29 44.71%. Pembuktian ini merupakan laporan pertama C. theobromae pada tanaman kakao di Sumatera Barat. Pembuktian lebih lanjut untuk memastikan penyebab penyakit VSD tersebut perlu dilakukan melalui uji postulat Koch. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas yang telah membiayai penelitian ini dengan Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2015, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor 02/PL/SPK/ PNP/Faperta-Unand 2015 Tanggal 6 Juli 2015. DAFTAR PUSTAKA Dewi FSRK. 2011. Identifikasi molekuler dan keragaman genetik patogen penyebab penyakit pembuluh kayu pada tanaman kakao berdasarkan sekuen Internal Transcribe Spacer (ITS) [tesis]. Bali (ID): Universitas Udayana. Dhana NP, Lubis L, Lisnawita. 2013. Isolasi cendawan Oncobasidium theobromae (Talbot & Keane) penyebab penyakit Vascular Streak Dieback pada tanaman kakao di laboratorium. J Online Agroekoteknologi. 2(1):288 293. Nasrul E. 2015 Des 7. Perkebunan kakao Sumatera Barat capai 150 ribu hektar. Republika. http://nasional.republika.co.id/ berita/nasional/daerah/14/12/22/ngywyw- perkebunan-kakao-sumbar-capai-150- ribu-hektar. Guest DI, Keane PJ. 2007. Vascularstreak dieback: a new encounter disease of cacao in Papua New Guinea and South-east Asia caused by the obligate basidiomycete Oncobasidium theobromae. Phytopathology. 97:1654 1657. DOI: http://dx.doi.org/10.1094/ PHYTO-97-12-1654. Halimah D, Sukamto S. 2006. Sejarah dan perkembangan penyakit Vascular streak dieback (VSD) di Indonesia. Warta Puslit koka Indonesia. 22:107 109. Harni K, Baharuddin. 2014. Keefektifaan minyak cengkeh, serai wangi, dan ekstrak bawang putih terhadap penyakit vascular streak dieback (Ceratobasidium theobromae) pada kakao. JTIDP. 1(3): 167 174. Keane PJ, Flentje NT, Lamb KP. 1972. Investigation of vascular streak dieback disease of cocoa in Papua New Guinea. Aust J Biol Sci. 25:553 564. DOI: http:// dx.doi.org/10.1071/bi9720553. 146

Samuels GJ, Ismaiel A, Rosmana A, Junaid M, Guest D, MacMahon P, Keane P, Purwantara A, Lambert S, Carres MR, Cubeta MA. 2012. Vascular streak dieback of cacao in Southeast Asia and Melanesia: in planta detection of the pathogen and a new taxonomy. Fungal Biol. 116(1):11 23. DOI:10.1016 /funbio.2011-07-009. Sukamto S, Junianto YD. 2010. Penyakit utama dan pengendaliannya. Di dalam : Lukito AM, Mulyono, Tetty Y, Iswanti H, Riawan N, editor. Budi daya Kakao. Jember (ID): Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. hlm 204 226. Susilo AW, Anita SI. 2011. Respon ketahanan beberapa hybrid kakao (Theobromae cacao L.) terhadap serangan penyakit pembuluh kayu (vascular streak dieback). Pelita Perkebunan. 27(2):77 84. Talbot PHB, Keane PJ. 1971. Oncobasidium, a new genus of tulasnelloid fungi. Aust J Bot. 19:203 206. DOI: http://dx.doi. org/10.1071/bt9710203. 147