PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III

ANCAMAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum gloeosporioides) PADA TANAMAN KAKAO DAN PENGENDALIANNYA

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

LAMPIRAN 1 DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS (TESIS)

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

UJI COBA PENGENDALIAN PENYAKIT KANKER BATANG KAKAO DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

ANALISIS FLUKTUATIF SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT BIDANG SADAP

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim)

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KOTA SAMARINDA.

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

SERANGAN BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) DI JAWA TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2014

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Alumnus Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Budidaya Kakao PENDAHULUAN II. PERSIAPAN LAHAN III. PEMBIBITAN

MODUL BUDIDAYA KARET

KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

]PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC)

2 Tipe Serangan dan Pengendalian Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh ( BPKC) di Wilayah Pasuruan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP.

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH PELUANG USAHA PERKEBUNAN KARET MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) : PENYAKIT BARU PADA TANAMAN KAKAO DI SULAWESI

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Teknik Budidaya Tanaman Durian

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Serangan Penyakit Cacar Daun Cengkeh

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

SERANGAN PENYAKIT LANAS Phytopthora nicotianae PADA TEMBAKAU DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN AGUSTUS 2013

Penyebaran Busuk Buah Kakao di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya. Oleh: Feny Ernawati, SP dan Effendi Wibowo, SP POPT Pertama BBPPTP Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Organik (Karunia, Tablet Plus dan Bokashi) terhadap Perkembangan Tanaman Kakao (Theobroma cacao Linneaus)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

Transkripsi:

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT Sry Ekanitha Br. Pinem dan Syahnen Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan Jl. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec. Medan Helvetia 20126. Telp. (061) 8470504, Fax. (061) 8466771, 8445794, 8458008, 8466787 http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/ ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengembangkan teknologi PHT yang teruji dan efektif dalam pengendalian penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) pada tanaman kakao di Propinsi Sumatera Barat. Beberapa komponen Metode PHT yang digunakan dalam pengendalian penyakit Vascular Streak dieback (VSD) adalah PHT 1 (P1) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan fungisida Anti rot F95 + sanitasi; PHT 2 (P2) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan Pseudomonas fluorescens (Pf); PHT 3 (P3) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan fungisida kimia berbahan aktif heksakonazol; dan P4 = Kontrol (tanpa perlakuan) Hasil pengujian menunjukkan perlakuan pemupukan, sanitasi, pemangkasan dan penyemprotan fungisida kimia (heksakonazol 50 gr/l) dan penyemprotan bakteri Pf dapat menekan intensitas dan persentase serangan VSD. Kata Kunci : Kakao, VSD, Oncobasidium theobromae. PENDAHULUAN Penyakit-penyakit penting pada tanaman kakao di Indonesia, diantaranya penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora), penyakit kanker batang (Phytophthora palmivora), penyakit antraknose-colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides), penyakit jamur upas (Corticium salmonicolor). Selain itu dikenal penyakit pembuluh kayu atau vascular streak dieback (VSD). Perkembangan penyakit VSD sudah semakin meluas. Apabila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa menjadi masalah besar di masa yang akan datang (Balitri, 2012). Penyakit pembuluh kayu atau Vascular Streak Dieback (VSD) pertama kali ditemukan pada akhir tahun 1930 an di Papua New Guinea. Kemudian penyakit ini menyebar ke negara Asia lainya dan sekarang terdapat di India Selatan, Pulau Hainan-Cina, Burma, Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan sejumlah pulau di Oseania (Balitri, 2012). 1

Penyakit ini dinamakan Vascular Streak Dieback (VSD) karena gejala khas dari penyakit ini adalah adanya garis-garis berwarna cokelat pada berkas pembuluh (vascular streak), yang terlihat pada penampang membujur cabang, dan ranting-ranting mati dari ujungnya (dieback). Penyakit ini disebabkan oleh Oncobasidium theobromae yang merupakan sejenis jamur. Oncobasidium theobromae terbawa angin pada malam hari yaitu saat kondisi sekitarnya lembab dan sejuk. Spora yang terbang akan melekat pada daun, batang pohon, ranting ataupun tunas (Agroculture, 2008). Penyakit ini terutama berkembang di daerah basah. Bukan hanya curah hujan yang menentukan disini, tetapi juga pembagiannya. Jika jumlah malam basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa tiga sampai lima bulan kemudian penyakit akan tampak meningkat Prior (1977) dalam Semangun (2000). Hal ini disebabkan karena untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus basah di waktu malam. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu penyebaran penyakit. Gejala Serangan Pada tanaman yang sudah tua, gejala pada daun sering ditemukan pada bagian tengah cabang, sedangkan pada tanaman muda gejala dapat terjadi pada daun mana saja. Selain gejala tersebut di atas, terjadi pula perubahan warna jaringan vasculer pada scars daun segar yang jatuh, pembengkakan lentisel pada kulit dalam daerah daun yang jatuh, serta sprouting tunas aksilar (Rosmana, 2005). Gejala menguningnya daun mulai terlihat tiga sampai lima bulan setelah spora jatuh pada daun yang bersangkutan, sewaktu daun masih sangat muda. Menurut Syahnen 2011 gejala serangan penyakit VSD ini adalah: i. Daun-daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau. Biasanya daun tersebut terletak pada daun kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh. ii. Daun gugur setelah beberapa hari menguning. 2

Gambar 1. Gejala ompong pada ranting terserang iii. Pada bekas duduk tangkai daun bila disayat terlihat tiga titik (noktah) berwarna cokelat kehitaman. iv. Bila ranting dibelah terlihat garis-garis cokelat kehitaman pada jaringan kayu (xylem) yang bermuara ke bekas duduk daun terserang. Pada serangan lanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang bahkan ke batang. Pada tingkat ini tanaman hampir mati.. Cara Pengendalian Menurut Syahnen (2011) pengendalian penyakit VSD secara terpadu dapat dilakukan sebagai berikut: a. Pangkasan sanitasi Pangkasan sanitasi dilakukan dengan cara memotong ranting sakit sampai batas garis cokelat pada jaringan kayu (xylem) ditambah 30 cm kearah cabang atau batang yang sehat. Pangkasan tunas air (mewiwil) pada batang atau cabang wajib dilakukan 1 minggu sekali. b. Memperbaiki kultur teknis/sistem budidaya tanaman Perbaikan kultur teknis dilakukan dengan perbaikan drainase pada lahan datar yang sering tergenang, pembuatan terasering pada lahan miring, pemangkasan pelindung yang terlalu lebat/rimbun, penggantian pelindung yang tidak sesuai, penjarangan tanaman yang terlalu rapat dan pemberian pupuk berimbang. c. Rehabilitasi tanaman Untuk tanaman produktif yang telah terangsang dapat dilakukan rehabilitasi tanaman dengan cara sambung samping/sambung pucuk dengan 3

entres dari klon yang tahan. Untuk tanaman yang sudah tua dan tidak produktif sebaiknya dilakukan replanting dengan klon tahan. d. Penanaman bibit sehat Untuk areal penanaman baru, bibit yang ditanam haruslah betul-betul sehat dan bukan berasal dari daerah terserang VSD. Bibit yang berasal dari lokasi serangan VSD sebaiknya tidak digunakan lagi. Adapun klon kakao yang toleran kultivar kakao mulia (Criollo) yang banyak ditanam di Jawa dewasa ini (DR 1, DR 2, DR 38, DRC 13, dan DRC 16), semuanya termasuk Trinitario yang mempunyai ketahanan yang cukup. Kakao lindak (Trinitario) yang dianjurkan antara lain adalah ICS 60 x Sca 6; DR 2 x Sca 12; Sca 12 x ICS 60; ICS 60 x Sca 12; DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; dan Sca 6 x ICS 6. (Semangun, 2000). Untuk penanaman baru dianjurkan menanam hibrida/klon yang toleran misalnya DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; ICS 60 x Sca 6; Sca 12 x ICS 60; Sca 6 x ICS 6; klon DRC 15 (Sulistiowaty, 2006). Sedangkan menurut Prawoto dkk (2010) dalam BALITRI (2012) Penanaman baru dianjurkan menanam klon ICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi, 2 atau hibrida dengan induk klon Sca 6 dan Sca 12. e. Penanaman klon tahan Untuk penanaman baru kakao pada daerah endemis VSD jangan menggunakan klon yang sudah terbukti peka atau telah banyak terserang. Tindakan yang paling efektif dalam pengendalian penyakit VSD adalah penanaman klon tahan. Untuk mendapatkan bahan tanaman/bibit klon tahan VSD khusus untuk Propinsi Sumatera Barat sebaiknya dikonsultasikan dengan Pusat Penelitian Kakao dan Kopi (Puslit koka) Jember. f. Penggunaan fungisida kimia Penggunaan fungisida untuk pengobatan belum dapat dianjurkan sebab jamur terdapat di dalam berkas pembuluh kayu (xylem) sehingga sukar dicapai oleh fungisida. Selain itu infeksi terjadi melalui daun muda yang tumbuh dengan cepat, sehingga sukar dilindungi dengan protektan secara merata. Pada umumnya fungisida sistemik yang ada dewasa ini diangkut melalui berkas pembuluh tapis (floem). Fungisida kimia dan ZPT (b.a. Azoksistrobin 200 gl dan Difenokonazol 125 g/l) sedang di uji coba perusahaan Sygenta di Sumatera 4

Utara (Batu-bara). Fungisida ini diinformasikan perusahaan tersebut sukses mengendalikan VSD di Sulawesi. g. (monitoring) serangan penyakit Untuk mengetahui ada tidaknya serangan penyakit di dalam kebun perlu dilakukan pengamatan serangan penyakit secara teratur. Interval pengamatan adalah 1-2 minggu sekali. Pada areal yang telah terserang, pengamatan dilakukan bersamaan dengan saat panen buah dan mewiwil. Bila ditemukan gejala serangan segera dilakukan pemangkasan sanitasi. METODOLOGI Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2012 yang dilaksanakan di kebun kakao milik Bapak Chandra yang terletak di Desa Bawan Tuo, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Pada kegiatan ini akan dikembangkan pengujian beberapa komponen Metode PHT dalam pengendalian penyakit Vascular Streak dieback (VSD) pada tanaman kakao dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Pengujian dilakukan dengan 4 (empat) perlakuan dan 5 (lima) ulangan. PHT 1 (P1) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan fungisida Anti rot F95 + sanitasi; PHT 2 (P2) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan Pseudomonas fluorescens (Pf); PHT 3 (P3) = Pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan fungisida kimia berbahan aktif heksakonazol; dan P4 = Kontrol (tanpa perlakuan) Pemupukan, pemangkasan dan sanitasi dilakukan pada awal pengujian, sedangkan penyemprotan Pf dan fungisida kimia heksakonazol di laksanakan sebanyak 6 (enam) kali dengan interval waktu dua minggu sekali selama 3 bulan. Sebelum penyemprotan dilakukan pengamatan perkembangan penyakit. dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali dengan interval waktu sebulan sekali. Parameter yang diamati adalah i. Persentase (%) pucuk terserang. Untuk mendapatkan data ini, dihitung ii. jumlah pucuk keseluruhan dan jumlah pucuk yang terserang. Dari kedua data tersebut dapat diketahui persentase pucuk terserang. Untuk mengetahui tingkat serangan penyakit pada cabang, tingkat serangan dikategorikan atas kategori berikut: 5

a. Kategori serangan = 0 : Tidak ada serangan pada cabang b. Kategori serangan = 1 : Serangan terdapat pada cabang Pentier c. Kategori serangan = 2 : Serangan terdapat pada cabang Kuarter d. Kategori serangan = 3 : Serangan terdapat pada cabang Tersier e. Kategori serangan = 4 : Serangan terdapat pada cabang Sekunder f. Kategori serangan = 5 : Serangan terdapat pada cabang Primer Intensitas serangan penyakit dihitung dengan menggunakan rumus Intensitas Serangan menurut Mayee dan Datar (1986): I = x 100% Keterangan : I = Intensitas serangan n = Jumlah tanaman yang terserang dengan kategori tertentu V = Nilai skala (kategori) pada setiap tanaman yang terserang Z = Nilai skala yang tertinggi N = Jumlah tanaman yang diamati pada setiap serangan HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian dilakukan di Desa Bawan Tuo, Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Dari hasil pengujian diperoleh data intensitas serangan pada ranting dan cabang untuk setiap pengamatan tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Data intensitas serangan penyakit pada ranting atau cabang Kakao ( I s/d VII) Intensitas Serangan pada (%) Rata-Rata Perlakuan Intensitas I II III IV V VI VII serangan (%) PHT 1 21,85 10,00 5,19 7,18 5,19 3,06 1,11 7,49a PHT 2 21,39 8,33 6,25 6,44 2,87 0,83 0,19 6,59a PHT 3 20,42 7,36 5,51 4,96 1,80 0,83 0,56 5,84a Kontrol 20,83 15,42 15,90 16,16 16,58 16,11 13,15 14,43b Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan PHT 3 yaitu perlakuan pemupukan + pemangkasan dan 6

pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan fungisida kimia berbahan aktif heksakonazol, diikuti dengan perlakuan PHT 2 yaitu pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi + penyemprotan Pf dan diikuti lagi oleh perlakuan PHT 1 yaitu perlakuan pemupukan + pemangkasan dan pengolesan Fungisida Anti rot F95 + sanitasi. Intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol. Perlakuan PHT 1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan PHT 2 dan PHT 3, tetapi ketiga perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pemangkasan, pemupukan yang teratur, sanitasi kebun berpengaruh nyata dalam menekan perkembangan penyakit VSD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syahnen (2011) yang menyatakan bahwa berkembangnya penyakit disebabkan interaksi beberapa faktor antara lain: klon yang ditanam, iklim yang lebih basah, sistem budidaya tanaman yang tidak tepat (jarak tanam, pohon penaung, terasering, drainase), dan pemeliharaan tanaman yang minim (pemangkasan tanaman penaung, pemupukan, sanitasi kebun dan pengendalian hama dan penyakit). Bila dilakukan pengurutan keefektifan perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan) maka diperoleh urutan sebagai berikut: PHT 3, diikuti PHT 2 dan terakhir adalah PHT 1. Untuk melihat perbandingan antara efek diatas PHT 1, PHT 2, PHT 3 dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 2. 25,00 20,00 15,00 PHT1 10,00 PHT2 5,00 0,00 1 2 3 4 5 6 7 PHT3 Kontrol Gambar 2. Grafik Intensitas serangan penyakit VSD Pengaruh perlakuan terhadap persentase pucuk terserang pada pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 2. berikut. 7

Tabel 2. Data persentase pucuk kakao terserang pada I s/d VII Perlakuan Persentase Pucuk Terserangan pada (%) Rata-Rata perse tase I II III IV V VI VII serangan (%) PHT 1 26,56 16,06 12,78 9,00 2,83 1,78 0,94 9,86a PHT 4 23,00 14,34 9,11 4,11 1,06 0,45 0,22 7,44a PHT 3 24,22 12,72 9,78 3,72 1,17 0,78 0,67 7,48a Kontrol 21,28 20,67 20,11 19,65 18,95 18,17 17,01 16,97b Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Dari Tabel 2. perlakuan PHT 1, PHT 2 dan PHT 3 diatas berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tetapi antara perlakuan PHT 1, tidak berbeda nyata dengan perlakuan PHT 2 dan PHT 3. Bila diurutkan rata-rata persentase serangan terendah terdapat pada perlakuan PHT 2, diikuti PHT 3, dan terendah adalah perlakuan PHT 1 dan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol. Untuk melihat perbandingan keefektifan perlakuan diatas PHT 1, PHT 2, PHT 3 dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 3. 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 3. Grafik persentase serangan penyakit VSD PHT1 PHT2 PHT3 Kontrol Pengujian ini dilakukan pada saat curah hujan dan hari hujan di lokasi pengujian tinggi dimana rata-rata curah hujan adalah 185,27 mm/bulan dan hari hujan 10,36 hari/bulan. Penyakit VSD dapat berkembang dengan cepat pada kondisi lembab dan curah hujan yang sangat tinggi. Penyakit ini terutama berkembang di daerah basah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prior (1977) dalam Semangun (2000) yang menyatakan bahwa untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus basah di waktu malam. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu penyebaran penyakit. 8

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengendalian penyakit VSD dapat dilakukan secara terpadu yaitu dengan pemupukan, sanitasi, pemangkasan eradikasi dan penyemprotan bakteri Pseudomonas flourescens ataupun fungisida kimia berbahan aktif heksakonazol 50 g/l air. Saran 1. Dianjurkan bagi pemilik kebun untuk memperhatikan jarak tanam dan mengelola dengan baik drainase kebun, pemangkasan tanaman kakao dan penaung, dan pemupukan yang teratur serta sanitasi kebun DAFTAR PUSTAKA Agroculture, 2008. Laporan dari Sulawesi, Penyebaran Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Kakao. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI), 2012. Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) dan pengendaliannya. http://d:/folder%20kakao/98-penyakitvascular-streak-dieback-oncobasidium-theobromae-talbot-a-keanepada-tanaman-kakao-theobroma-cacao-l-dan-pengendaliannya.htm. Mayee, C.F. and V.V. Datar. 1986. Phytopathometry. Departement of Plant Pathology. Maratwada Agricultural Univ. India. 146 pp. Prior, C., 1977. Vascular streak die Back Disease in Papua New Guinea. Sixth Cocoa Res. Conf Caracas, Venezuela. Rosmana, A., 2005. Vascular Streak Dieback (VSD) : Penyakit Baru Pada Tanaman Kakao di Sulawesi. Proseiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel. ISBN: 979-95025-6-7 Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. Syahnen, 2011. Rekomendasi Pengendalian Penyakit VSD pada Tanaman Kakao di Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php?option-comcontent&view=article&id=116:pengendalian-penyakit-vascular-streakdieback-vsd-secara-secara-terpadu-di-sumatera-utara 9