Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens Pengendali Hayati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

Yati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Hama Lepidoptera dan Parasitisasinya pada Beberapa Tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID TELUR YANG BERASOSIASI DENGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI KUNING PADA PERTANAMAN PADI DI KABUPATEN TABANAN

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Juli - Desember 2014 # 1

commit to users I. PENDAHULUAN

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

STRUKTUR POPULASI Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) PADA BEBERAPA TIPE LANSEKAP DI SUMATERA BARAT

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur yang Berasosiasi dengan Hama Penggerek Batang Padi Kuning pada Pertanaman Padi di Kabupaten Tabanan

KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID TELUR, Telenomus spp. (HYMENOPTERA: SCELIONIDAE) DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

Inventarisasi Parasitoid Hama Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Utara. Inventory Parasitoid on Rice Crop Pest in The North District Minahasa

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

DAMAYANTI BUCHOR1, ERNA DWI HERAWATI, ADHA SARI. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU DAN KONVENSIONAL TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN PADI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Januari - Juni 2015 # 1

PARASITISASI DAN KAPASITAS REPRODUKSI COTESIA FLAVIPES CAMERON (HYMENOPTERA: BRACONIDAE) PADA INANG DAN INSTAR YANG BERBEDA DI LABORATORIUM

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

AUGMENTASI DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN PARASITOID : ANALISIS EKOLOGI AGROEKOSISTEM UNTUK. Damayanti Buchori, IPB Nurindah, BALITTAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Agroindustri, Palembang 7 Oktober 2002

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

Pengaruh Instar Larva Inang Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) terhadap Keberhasilan Hidup

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN INANG PADA SUHU RENDAH TERHADAP PREFERENSI SERTA KESESUAIAN INANG BAGI

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

KAJIAN PARASITOID: Eriborus Argenteopilosus Cameron (Hymenoptera : Ichneumonidae) PADA Spodoptera. Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Yati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi, *)

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid telur Telenomus spp. diklasifikasikan dalam Klas : Insekta;

PERKEMBANGAN PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH ABSTRACT

KEANEKARAGAMAN JENIS PARASITOID TRICHOGRAMMATIDAE MORFOLOGI PADA TANAMAN JAGUNG DI SULAWESI UTARA

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

76. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN:

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

Hidrayani dan Yulmira Yanti 2

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Keanekaragaman dan Parasitisasi Parasitoid Telur Leptocorisa Acuta pada Berbagai Pola Tanam Padi

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

II. TINJAUAN PUSTAKA

H. armigera. Berdasarkan pengaruh ketiga faktor lingkungan tersebut, pada

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIII TAHUN II/2006

Pengaruh Fipronil Terhadap Kelimpahan Populasi dan Tingkat Parasitisasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning di Kabupaten Tabanan

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal


PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Populasi Ternak Besar Dan Unggas Pada Kawasan Agribisnis Peternakan Di Sumatera Barat

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Transkripsi:

Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens Pengendali Hayati EDDY SUSIAWAN DAN NETTI YULIARTI Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Jl. Raya Negara KM 7 Tj. Pati Payakumbuh 26271 (diterima Desember 2005, disetujui Agustus 2006) ABSTRACT Distribution and Abundance of Egg Parasitoids Telenomus spp. in West Sumatra: Their Status and Potential as Biological Control. Exploration of egg parasitoids was conducted by collecting host eggs from soybean, vegetable crops, peas, corn and rice fields in West Sumatra. We found six species Telenomus distributed throughout studied locations in West Sumatera. Four species have been identified, namely T. remus Nix., T. rowani Gah., T. dignus Gah., T. dignoides Nix., whereas two others have not been identified yet because there is no appropriate identification key. The results showed that the both T. rowani Gah. and T. dignus Gah were distributed in all studied locations with different individual number, but they could be potentially be used as biocontrol agents in the future. The highest numbers of species was found in Tanah Datar and Solok with different abundance, whereas the lowest number of species were in Agam and Lima Puluh Kota. KEY WORDS: exploration, identification, species abundance. PENDAHULUAN Telenomus spp. (Hymenoptera : Scelionidae) merupakan tabuhan kecil, yang biasanya berwarna hitam dan secara eksklusif merupakan parasitoid pada telur serangga lain (Polaszek & Kimani 1990). Inang Telenomus spp. kebanyakan adalah ordo Lepidoptera dan Hemiptera, namun ada juga yang diketahui muncul dari telur serangga ordo Diptera dan Neuroptera (Johnson 1984). Telenomus spp. sangat penting dan potensial dalam menekan populasi inangnya yang berupa hama secara alami. Di Indonesia tercatat T. rowani Gah. dan T. dignus Gah. yang berperan dalam menekan populasi penggerek batang padi (Kalshoven 1981; Sasmita & Baehaki 1997). Di Afrika terdapat T. busseolae Polasz. yang memarasit penggerek tanaman serealea (Polaszek et al. 1993) dan di California Selatan, Honda & Trjapitzin (1995) menemukan T. hugi Hond & Trjap. dari telur hama alpukat Sabulodes aegrotata (Guenee ) (Lepidoptera: Geometridae). Telenomus spp. panjang tubuhnya lebih kurang 1 mm (Kalshoven 1981; Polaszek & Kimani 1990). Ukuran yang sangat kecil ini merupakan hambatan dalam melakukan identifikasi sehingga sering menyebabkan kesalahan dalam identifikasi spesies. Diduga karena ukuran yang 104

Eddy Susiawan dan Netti Yuliarti : Distribusi dan Kelimpahan kecil ini juga menyebabkan penelitian tentang aspek taksonomi dan ekologi parasitoid ini masih sedikit dilaporkan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman, distribusi, dan kelimpahan spesies Telenomus spp. yang terdapat di berbagai Kabupaten di Sumatera Barat. Target khusus lainnya adalah untuk mengkaji keberadaan Telenomus pada berbagai ekosistem pertanaman seperti kedelai, padi, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan jagung. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai September 2005 di Sumatera Barat yakni di Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Padang Pariaman, Solok, dan Agam. Metode Sampel parasitoid dikoleksi dari pertanaman padi, kedelai, sayursayuran, kacang-kacangan dan jagung milik petani di beberapa lokasi terpilih dengan cara mengoleksi telur inang menggunakan metode transek sepanjang garis 100 m. Telur-telur yang didapat lalu dibawa ke laboratorium dan diinkubasi sampai imago parasitoidnya muncul. Parasitoid yang muncul diidentifikasi dan dihitung jumlah individunya untuk mengetahui kelimpahan serta tingkat parasitisasinya HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi parasitoid telur (Telenomus spp.) di beberapa wilayah nagari yang tercakup dalam 20 kecamatan yang tersebar di seluruh Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, serta Kabupaten Solok, berhasil mengoleksi telur-telur penggerek batang padi (Scirpophaga spp.), ulat grayak (Spodoptera spp.), dan Hesperidae yang terparasit oleh Telenomus. Setelah dipelajari dan diteliti secara seksama didapatkan parasitoid telur tersebut terdiri dari 6 (enam) spesies yakni T. rowani, T. dignus,t. dignoides, T. remus, serta dua spesies lainnya yang belum berhasil diidentifikasi dengan pasti, dan untuk selanjutnya dalam laporan ini disebut sebagai Telenomus sp-1 dan sp-2 (Tabel 1). Dari seluruh spesies Telenomus yang ditemukan tersebut, T. rowani yang memarasit telur Scirpophaga merupakan spesies yang memiliki kelimpahan individu paling tinggi serta tersebar di seluruh Kabupaten yang dijadikan lokasi penelitian. Sebaliknya T. remus yang memarasit telur Spodoptera hanya ditemukan di satu lokasi, yaitu Kecamatan Banuhampu (Agam), dan merupakan spesies Telenomus dengan 105

J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 kelimpahan individu paling rendah (Gambar 1 dan 3). Adapun spesies Telenomus yang paling sering ditemukan muncul dari telur-telur penggerek batang padi secara bersama-sama adalah T. rowani dan T. dignus. Jika dibandingkan dengan yang lain, kedua spesies tersebut ternyata juga lebih mampu menyebar dan beradaptasi pada ekosistem pertanian di berbagai wilayah kecamatan dari seluruh kabupaten yang ada. T. dignoides yang juga menyerang penggerek batang padi hanya ditemukan di beberapa lokasi tertentu. Begitu pula keadaan Telenomus sp-1 dan sp-2, kedua spesies ini memarasit telur Hesperidae dan hanya ditemukan di beberapa lokasi. Untuk lebih jelasnya, persebaran Telenomus di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa parasitoid Telenomus bersifat spesifik inang; yang berarti setiap spesies hanya memarasit satu jenis inang. Namun, sebaliknya pada tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa satu jenis inang dapat diserang oleh lebih dari satu jenis parasitoid. Tabel 1. Telenomus dan persebarannya di berbagai kecamatan di Sumatera Barat No. Spesies Inang Tanaman Inang Lokasi (Kecamatan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. T. rowani T. dignus T. dignoides T. remus Telenomus sp-1 Telenomus sp-2 Scirpophaga spp. Scirpophaga spp. Scirpophaga spp. Spodoptera litura Hesperiidae Hesperidae Padi Padi Padi Kubis Padi Padi Akabiluru, Baso, Harau, Payakumbuh, Lareh Sago Halaban, Luhak, Rambatan, Salimpaung, Sungai Tarab, Gunung Talang, Bukit Sundi (Muaro Paneh), Kubung (Koto Baru), Batang Anai,Lubuk Alung, Nan Sabaris, Kurai, Ampek Angkek, Ampek Koto Akabiluru, Baso, Harau, Payakumbuh, Lareh Sago Halaban, Luhak, Rambatan, Salimpaung, Sungai Tarab, Gunung Talang, Bukit Sundi (Muaro Paneh), Kubung (Koto Baru), Batang Anai, Lubuk Alung, Nan Sabaris, Kurai, Ampek Angkek, Ampek Koto Harau, Akabiluru, Luhak, Lareh Sago Halaban, Salimpaung, Sungai Tarab, Bukit Sundi (Muaro Paneh), Nan Sabaris, Kurai, Banuhampu, Rambatan Gunung Talang Batang Anai, Ampek Koto, Gunung Talang, Rambatan Sungai Tarab 106

Eddy Susiawan dan Netti Yuliarti : Distribusi dan Kelimpahan 1. Kelimpahan dan Dominasi Telenomus spp. di Berbagai Daerah di Sumatera Barat. Pada Gambar 2 di bawah ini dapat dilihat proporsi kelimpahan parasitoid Telenomus yang dikumpulkan di berbagai Kabupaten di Sumatera Barat. Dalam penelitian ini berhasil menemukan/mengoleksi sebanyak 9272 individu Telenomus yang terdiri atas enam spesies. Dari jumlah tersebut urutan proporsi kelimpahan individu Telenomus adalah sebagai berikut: Kabupaten Tanah Datar (40,36%), Solok (20,10%), Padang Pariaman (20,06%), Lima Puluh Kota (18,12%), sedangkan jumlah atau kelimpahan individu paling sedikit dijumpai di Kabupaten Agam (1,36%). S.Ampek L.Sikaping L.Basung Lb.Alung : * Bt.Anai : * Kurai : * Nan Sabaris : * Padang Baso : * Ampek Angkek: Ampek Koto: * Banuhampu: P.Panjang Harau : * Payakumbuh: * LS. Halaban: * Luhak* Akabiluru: * Kubung : * B.Sundi : * G.Talang : * Salimpaung: * S.Tarab: Limo Kaum : * Rambatan: * Dharmasraya Painan M. Labuah * : Telenomus rowani : Telenomus dignus : Telenomus dignoides : Telenomus sp-1 : Telenomus sp-2 : Telenomus remus Gambar 1. Peta persebaran Telenomus spp. di Sumatera Barat 107

J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 20.06% 1.36% 18.12% Limapuluh Kota Tanah Datar 20.10% Gambar 2. 40.36% Solok Pariaman Agam Proporsi kelimpahan Telenomus di berbagai Kabupaten di Sumatera Barat. Kelimpahan spesies atau jumlah individu parasitoid yang ditemukan di suatu daerah tidak selalu berkorelasi dengan jumlah spesies (ragam jenis parasitoid) yang ditemukan pada daerah tersebut. Sebagai contoh, di Kabupaten Solok dan Padang Pariaman yang memiliki kelimpahan individu hampir sama yakni 1864 dan 1860 ekor parasitoid, mempunyai jumlah spesies yang berbeda. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai jumlah spesies yang sama dengan di Kabupaten Agam; namun jumlah individu yang ditemukan jauh lebih banyak di Kabupaten Lima Puluh Kota. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa tingginya jumlah individu yang ditemukan bisa saja disusun oleh hanya satu spesies tetapi mempunyai kelimpahan yang tinggi. Pada penelitian ini didapatkan sesuatu yang menarik dimana kekayaan spesies tertinggi juga diikuti oleh kelimpahan individu yang tinggi. Begitu pula jumlah spesies di Kabupaten Agam yang paling rendah sekaligus juga mempunyai kelimpahan individu yang rendah. 2. Kelimpahan Telenomus pada Berbagai Inang Berdasarkan hasil eksplorasi didapatkan 3 macam inang Telenomus yakni Scirpophaga sp., Hesperidae (Lepidoptera), dan Spodoptera (ulat grayak). Gambar 3 memperlihatkan bahwa Telenomus yang berasal dari telur penggerek batang padi (Scirpophaga sp.) adalah paling tinggi kelimpahannya dibandingkan 2 jenis inang lainnya. Tabel 2. Kabupaten Jumlah spesies yang ditemukan dan kelimpahan individu Telenomus di berbagai Kabupaten di Sumatera Barat Jumlah spesies (macam) Kelimpahan (ekor) Lima Puluh Kota Tanah Datar Solok Padang Pariaman Agam 3 5 5 4 3 1680 3742 1864 1860 126 Total 9272 108

Eddy Susiawan dan Netti Yuliarti : Distribusi dan Kelimpahan 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 3,203 1,593 2,658 T.rowani T.dignus T.dignoides T.remus T.sp1 T.sp2 1,000 500-586 325 - - - - - - - - - - 29 - Scirpopaga Hesperidae Spodoptera - Gambar 3. Kelimpahan Telenomus pada berbagai jenis inang Pembahasan Dari semua spesies Telenomus yang diperoleh, T. rowani dan T. dignus adalah 2 spesies yang selalu ditemukan di semua kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian, sedangkan T. dignoides hanya ditemukan di beberapa kecamatan (Tabel 1). Diketahui ketiga spesies ini berinang telur penggerek batang padi (Scirpophaga sp.). Sasmita & Baehaki (1997) melaporkan dua spesies Telenomus pada penggerek batang padi putih di Sukamandi yaitu T. rowani dan T. dignus. Selanjutnya Kalshoven (1981) menyatakan bahwa satu kelompok telur penggerek batang padi putih yang biasanya berjumlah sekitar 200 telur, 50 75% diantaranya terparasit dan parasitoid tersebut diyakini sebagai T. rowani dan T. dignoides. Yuliarti (2002) juga melaporkan keberadaan ketiga spesies tersebut dari beberapa daerah di Jawa. Nampaknya ketiga spesies parasitoid tersebut cukup mampu beradaptasi pada berbagai ekosistem pertanian sehingga mudah tersebar di beberapa wilayah serta potensial sebagai agens hayati di Jawa dan Sumatera. Di sisi lain, T. remus merupakan spesies parasitoid yang paling jarang ditemukan (Tabel 1 dan 2). Spesies ini diketahui keberadaannya hanya di Kecamatan Banuhampu (Agam). Tercatat pada saat eksplorasi di lapangan, inang dari parasitoid ini (Spodoptera sp.) sangat berlimpah, namun dari telur-telur yang didapatkan dan diinkubasi di laboratorium umumnya hanya menetaskan larva Spodoptera tanpa ada satupun parasitoidnya. Kenyataan ini amat disayangkan karena dalam hal ini 109

J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 berarti pengaruh faktor pengatur padat populasi serangga inang (hama) tidak bekerja secara optimal. Biasanya laju kepadatan populasi parasitoid mengikuti kepadatan populasi inangnya secara fluktuatif. Oleh karena itu diduga kondisi ini sebagai akibat praktik penggunaan pestisida yang intensif dan tidak rasional terutama pada areal pertanaman sayuran. Selain pengaruh praktek budidaya, kelimpahan populasi T. remus yang rendah di Sumatera Barat bisa juga disebabkan oleh tingkat kemampuan adaptasi lokal serta persebaran parasitoid yang relatif rendah. Perbedaan tingkat parasitisasi antar lokasi menunjukkan adanya perbedaan kemampuan adaptasi lokal, khususnya bagi spesies-spesies yang memiliki kemampuan dispersal rendah (Kruess 2003) mengemukakan bahwa perbedaan kelimpahan spesies antar lokasi menunjukkan adanya adaptasi lokal, khususnya bagi spesies yang kemampuan migrasinya rendah. Dalam kaitan ini, eksplorasi parasitoid yang telah dilakukan berhasil mengumpulkan lebih dari 200 kelompok telur Spodoptera. Setelah diinkubasi di laboratorium ternyata dari dalam telur inang tersebut tidak satupun muncul parasitoid. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat serta pengamatan lapangan secara cermat dapat dikemukakan bahwa tradisi penyemprotan tanaman dengan pestisida secara terjadwal 2 kali seminggu (jika musim hujan ditingkatkan 2 hari sekali) menyebabkan parasitoid tidak mampu lagi bertahan hidup. Akibatnya peran sebagai pengatur padat populasi inang (hama) oleh parasitoid tidak dapat bekerja secara normal. Keberadaan, kekayaan dan kelimpahan individu, serta keanekaragaman parasitoid pada ekosistem pertanian untuk mengatur populasi inangnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti garis lintang dan ketinggian (Noyes 1989; Skillen, Pickering, dan Sharkey 2000), praktek budidaya yang dilakukan (Ostman et al. 2001), pola penggunaan lahan (Usher 1993), tanaman pinggir (Thomas & Marshall 1999), serta kondisi lansekap pertanian (Altieri 1999). Oleh sebab itu, kekayaan, keanekaragaman, persebaran, dan kelimpahan spesies bervariasi menurut tempat dan selang waktu pengambilan contoh (Rieske & Buss 2001). Seperti diketahui, wilayah di sepanjang jalan raya Padang Panjang Bukitinggi sebelumnya merupakan salah satu sentra pertanian tanaman sayuran dan padi bagi Kabupaten Agam, tetapi sejak 5 tahun belakangan mengalami perubahan pesat menjadi areal pertokoan dan bangunan perumahan. Diduga hal ini (selain penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang intensif) berpengaruh terhadap keanekaragaman spesies yang terdapat pada lansekap pertanian Kabupaten Agam. 110

Eddy Susiawan dan Netti Yuliarti : Distribusi dan Kelimpahan Kelimpahan individu parasitoid di Kabupaten Tanah Datar menunjukkan angka yang paling tinggi dengan proporsi kelimpahan 40,36% (Gambar 2) dengan jumlah individu sebanyak 3742 (Tabel 2). Hal ini jauh berbeda dengan Kabupaten Agam yang proporsi kelimpahan parasitoidnya hanya 1,36% dengan jumlah 126 individu T. remus saja. Jika diamati lebih jauh parasitoid penghuni lansekap pertanian di kedua kabupaten ini memang sangat berbeda. Di Kabupaten Agam komponen penyusun lansekap pertaniannya telah banyak mengalami perubahan akibat ulah manusia dalam mewujudkan egonya. Diduga modifikasi ekosistem lansekap dan habitat yang terfragmentasi menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kelimpahan spesies dan persebarannya. Selain itu, pengaruh praktek budidaya yang mengandalkan bahan kimia juga dapat menjadi penyebab menurunnya populasi musuh alami hama khususnya parasitoid. Jika dilihat dari aspek dominasi Telenomus di berbagai Kabupaten, secara umum pada Gambar 3 terlihat bahwa kelimpahan Telenomus paling tinggi adalah T. rowani yang memarasit telur-telur penggerek batang padi. T. rowani dan T. dignus mendominasi hampir semua wilayah sasaran penelitian dibanding spesies lainnya. Pada Gambar 3 juga terlihat dominasi Telenomus sp-2 yang berasal dari telur Hesperidae. Hal ini menarik untuk dicermati karena parasitoid ini hanya ditemukan di dua lokasi yakni Kabupaten Solok dan Tanah Datar. Jika diamati lebih jauh pada Gambar 4 terlihat tingkat parasitisasinya yang sangat tinggi (46,17%) jauh melebihi kemampuan T. rowani dalam hal memarasit inangnya (17,36%). Yuliarti (2002) juga melaporkan keberadaan Telenomus sp-3 asal telur Hesperidae dari Jawa (Bantul) yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Telenomus sp-2 dengan tingkat parasitisasi 29,05%. Hal yang juga menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa persentase parasitisasi Telenomus di Sumatera Barat cukup tinggi pada hama yang tidak banyak menimbulkan masalah. Baik Hesperidae maupun penggerek batang padi adalah hamahama yang tidak tergolong menimbulkan kerusakan berat pada tanaman inangnya. Sebaliknya, Spodoptera litura pada berbagai jenis sayuran dan S. exigua pada bawang daun maupun bawang merah yang sangat merusak dan selalu menimbulkan masalah di Kabupaten Agam serta Tanah Datar justru mempunyai parasitoid (musuh alami) dengan kemampuan parasitisasi yang rendah. 111

J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 Agam Pariaman Solok Tanah Datar Telenomus sp 2 Telenomus sp 1 Telenomus remus Telenomus dignoides Telenomus dignus Telenomus rowani Limapuluh Kota 0 10 20 30 40 50 Tingkat Parasitisasi (%) Gambar 4. Tingkat parasitisasi Telenomus (%) di Sumatera Barat Setidaknya, hasil penelitian ini menuntut adanya tindakan lebih lanjut guna mengkaji dan mengembangkan potensi Telenomus yang sudah berhasil dieksplorasi. Spesies yang mempunyai kemampuan parasitisasi yang relatif cukup tinggi seperti T. rowani, T. dignus, dan Telenomus sp-2 harus tetap terpelihara dan terjaga kelestariannya. T. remus yang masih rendah kelimpahan populasi maupun kemampuan parasitisasinya dapat ditingkatkan melalui tindakan konservasi, melakukan pembiakan secara masal di laboratorium, augmentasi baik dalam bentuk inokulasi ataupun inundasi. KESIMPULAN Pada kawasan pertanian tanaman pangan di Sumatera Barat (Kabupaten Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Solok, dan Tanah Datar) ditemukan parasitoid telur, Telenomus spp. dengan berbagai tingkat parasitasi, keragaman spesies, maupun kelimpahan populasi, karena itu perlu dikonservasi agar peran dan potensinya sebagai agens hayati dalam pengendalian hama dapat diberdayakan serta ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Johnson NF. 1984. Systematics of nearctic Telenomus: Clasification and revision of the podisi and phymatae group. Bull of the Ohio Biological and Survey 6 (3): 1-113 Honda JY, Trjaptzin SV. 1995. A species description and biological comparison between a new species of Telenomus haliday (Hymenoptera: Scelionidae) and Trichogramma platneri Nagarkatti (Hymenoptera: Trichogrammatidae): Two egg parasitoids of Sabulodes aegrotata (Guene) (Lepidoptera: Geometridae). Pan Pacific Entomol 71 (4): 227-236 112

Eddy Susiawan dan Netti Yuliarti : Distribusi dan Kelimpahan Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. Revised and translated by PA van der Laan. Jakarta Kruess A. 2003. Effects of landscape structure and habitat type on a plant herbivore parasitoid community. Ecography 26: 283-290 Laba IW, Kartohardjono A, Djatnika K. 1997. Potensi Tetrastichus schoenobii Ferr., Telenomus rowani Gah. dan Trichogramma japonicum Ashm. sebagai parasitoid telur penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walk.) in Prosiding Seminar Nasional: Tantangan Entomologi Abad XXI. PEI Cabang Bogor. Jan. 1997. pp. 6-27 Menalled FD, Marino PC, Gage SH, Landis DA. 1999. Does agricultural landscape structure affect parasitism and parasitoid diversity. Ecol Appli 9(9): 634-641 Noyes JS. 1989. The diversity of Hymenoptera in the tropic with special reference to parasitica in Sulawesi. Ecol Entomol 14:197-207. Ostman O, Ekbom B, Bengtsson J. 2001. Landscape heterogenity and farming practice influence biological control. Basic Appl Ecol 2: 365-371 Polaszek A, Kimani SW. 1990. Telenomus species (Hymenoptera : Scelionidae) in Africa : a review and guide to identification. Bull of Entomol Res 80: 57-71 Polaszek A, Ubeku JA, Perez AB. 1993. Taxonomy of the Telenomus busseolae species complex (Hymenoptera: Scelionidae) Rieske LK, Buss LJ. 2001. Influence of site on diversity and abundance of ground and litter-dwelling Coleoptera in Applachin oak-hickory forest. Environ Entomol 30 (3): 484-494 Sasmita P, Baehaki SE. 1997. Kemampuan individu parasitoid telur penggerek padi putih Scirpophaga innotata Wlk. Dan fluktuasinya di pertanaman padi. Prosiding Seminar Nasional PEI Cab. Bogor. pp.177-187 Skillen EL, Pickering J, Sharkey MJ. 2000. Species richness of the Campopleginae and Ichneumonidae (Hymenoptera: Ichneumonidae) along a latitudinal gradient in Eastern North American old-growth forest. Environ Entomol 29 (3): 460-466 Thomas CFG, Marshall EJP.1999. Arthropod abundance and diversity in differently vegetated margins of arable fields. Agri c Ecol and Environt 72: 131-144 Usher MB. 1995. A world of change: landuse patterns and arthropods communities. In: Harrington R, Stork NE, editors. Insect in a changing environment New York: Academic Press. pp. 371-397 Yuliarti N. 2002. Karakter morfologi dan molekuler parasitoid telur, Telenomus spp. (Hymenoptera: Scelionidae) dari beberapa daerah di Jawa. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana IPB. 113