: MARISA RAMADHANI PUSPITASARI NIM : C.

dokumen-dokumen yang mirip
: MARISA RAMADHANI PUSPITASARI NIM : C.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Persoalan yang timbul kemudian adalah apabila dalam waktu yang

TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR SEPARATIS YANG TIDAK DAPAT MELAKSANAKAN HAK EKSEKUSINYA DALAM MASA INSOLVENSI

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN PERKARA HUTANG PIUTANG ANTARA BANK CIMB NIAGA DENGAN PT. EXELINDO CELULLAR UTAMA

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

WEWENANG KREDITOR SEPARATIS DALAM EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERKENAAN DENGAN KEPAILITAN. Abstrak

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT. Saryana * ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

KEDUDUKAN HUKUM KREDITUR SEPARATIS ATAS BENDA JAMINAN HAK ATAS TANAH DEBITUR PAILIT

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

ABSTRACT. Bankruptcy is a general confiscation of all property and the administration

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

TESIS KEWENANGAN KURATOR UNTUK MENETAPKAN HARTA PAILIT TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN ATAS NAMA PRIBADI

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

KEWENANGAN KREDITOR SEPARATIS TERHADAP EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITOR PAILIT Anton Ismoyo Aji, R.Suharto, Siti Malikhatun Badriyah Abstrak

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

LAPORAN PENELITIAN EKSEKUSI JAMINAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET

KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

Christine Widyawati (Mahasiswa S2 Program MKN UNS) Pranoto, Hartiwiningsih (Dosen Fakultas Hukum UNS) Abstract

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

TANGGUNG JAWAB KURATOR ATAS PENJUALAN ASET MILIK DEBITOR YANG TELAH DINYATAKAN PAILIT DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA KREDITOR ABSTRAK

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan perekonomian yang berkesinambungan, banyak sekali

TINJAUAN YURIDIS HAK KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN PERTAMA DALAM PELELANGAN BUDEL KEPAILITAN FENNI CIPTANI SARAGIH ABSTRACT

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Benda Tetap Berupa Hipotik Atas Kapal Laut dan Hak Tanggungan Atas Tanah Dalam Hal Terjadi Kepailitan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN EKSEKUSI BENDA JAMINAN YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN PADA DEBITUR PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

KEPAILITAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM GRUP

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

BAB II KEDUDUKAN KREDITUR PREFEREN DALAM KEPAILITAN

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berarti adanya interaksi berlandaskan kebutuhan demi pemenuhan finansial.

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

JURNAL. Penulis : Richardo Purba Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB III TINJAUAN UMUM. pembangunan nasional perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN

KEWAJIBAN PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP HUTANG PAJAK YANG BELUM DIBAYAR (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I. tidak dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI PENJUALAN DI BAWAH TANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PD.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Keywords: The debtor, creditor, fiduciary, Bankruptcy

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

Transkripsi:

Perlindungan Hukum Kreditur Selaku Pemegang Jaminan Fidusia Dalam Kepailitan Atas Harta Kekayaan Debitur yang Telah Dinyatakan Pailit Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : MARISA RAMADHANI PUSPITASARI NIM : C. 100. 090. 179 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1

HALAMAN PENGESAHAN Naskah publikasi ini telah diterima dan disahkan oleh Dewan penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta pada : Pembimbing I Pembimbing II (Septarina Budiwati S.H.,C.N.,M.H.) (Inayah S.H.,M.H.) Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (Muchamad Iksan, SH., MH)

Perlindungan Hukum Kreditur Selaku Pemegang Jaminan Fidusia Dalam Kepailitan Atas Harta Kekayaan Debitur yang Telah Dinyatakan Pailit Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang MARISA RAMADHANI PUSPITASARI NIM : C. 100. 090. 179 Fakultas Hukum Unniversitas Muhammadiyah Surakarta 2013 ABTRAKSI Di dalam dunia bisnis kebutuhan akan dana merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk mempertahankan dan menunjang kelangsungan kegiatan usahanya, sehingga untuk mengatasi persoalan kebutuhan dana tersebut pinjaman modal dalam bentuk utang piutang merupakan solusi yang sering ditempuh oleh pelaku usaha. Persoalan yang timbul kemudian adalah apabila dalam waktu yang telah ditentukan atau sudah dalam keadaan jatuh tempo utang debitor tersebut, akan tetapi debitor justru tidak memiliki kemampuan ataupun kemauan untuk mengembalikan pinjaman berupa utang beserta bunga yang telah ditetapkan tersebut kepada salah satu atau beberapa kreditornya. Seringkali dalam kepailitan terdapat permasalahan yang harus dihadapi oleh para kreditor, adalah untuk mendapatkan pelunasan piutangnya terhadap debitor yang telah dinyatakan pailit, di sisi lain permasalahan yang mungkin dihadapi adalah ketidakmampuan atau adanya itikad buruk dari kurator dan hakim pengawas dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta kekayaan pailit (boedel pailit). Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui perlindungan bagi kreditor pemegang jaminan fidusia terhadap harta kekayaan debitur yang telah dinyatakan pailit berdasarkan Undang-Undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang dan mengetahui permasalahan apa yang dihadapi oleh kreditur pemegang jaminan fidusia bila

debitur dinyatakan pailit berdasarkan Undang-undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal yang kualitatif, merupakan penelitian hukum sosiologis, yaitu yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden. Hasil dari penelitian ini adalah Pasal 55 ayat (1) berdasarkan Undang- Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang memberi wewenang kepada kreditor preferent untuk melaksanakan hak eksekutorialnya sendiri berdasarkan titel eksekutorial yang melekat pada setiap benda yang dibebani jaminan kebendaan tertentu. Berdasarkan Pasal 27 ayat (10) dan (3) Undang-undang Fidusia, bahwa dalam kondisi debitur pailit barang masih menjadi menjadi milik kreditur, dalam arti merupakan debitur pailit, kreditur tetap berhak untuk mengambil pelunasan dari barang jaminan fidusia tersebut. Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan menyebutkan bahwa hak eksekusi kreditur preferent sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Ayat (1) Undang-undang Kepailitan ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putuisan pernyataan pailit diucapkan. Pelelangan jaminan hutang oleh kreditor separatis baru dapat dilakukan setelah berakhirnya penangguhan tersebut hingga 2 (dua) bulan sejak insolvensi harta pailit. Setelah lewat jangkwa waktu 2 (dua) bulan tersebut kewenangan pelelangan beralih kepada curator. Kata kunci : Jaminan Fidusia, Kepailitan, Debitur, Kreditur Preferent, Pelelangan. ABSTRACT In the world of business needs for funds is a basic requirement to be met by the perpetrator attempts to maintain and support the survival of his business activities, so as to address the question of the need for the loan funds in the form of debts is a solution which is often taken by businessmen. The question that arises then is when the allotted time or already in a State of maturing debts of the debtor, but the debtor thus does not have the ability or the will to return the loan in the form of debt and its interest has been assigned to one or several creditors. Often there are problems in bankruptcy to be faced by the creditors, is to obtain repayment of the debtor against piutangnya has been declared bankrupt, on the other hand, problems which may be encountered is the inability or bad faith of the curator and judge supervisor in conducting clearance and pemberesan property in bankruptcy (bankrupt boedel). The purpose of this research is to know the creditor protection for holders of a fiduciary guarantee of the property of the debtor that has been declared bankrupt according to law No. 38 of 2004 regarding bankruptcy and debt repayment obligations and delay knows what problems encountered by creditors

when debtors fiduciary guarantee holder declared bankrupt according to law No. 38 of 2004 regarding bankruptcy and debt payment suspension. Research methods used in this Research is based on legal research conducted with the doctrinal approach to qualitative research is legal, sociological, i.e. does it take to get primary data and find the truth by using the method of inductive thinking and truth kriterium correspondent. The results of this research are Article 55, paragraph (1) by virtue of law No. 38 of 2004 regarding Bankruptcy And Debt Payment Suspension authorize preferent creditors to exercise its own eksekutorialnya based on eksekutorial title attached to each object that certain material guarantee burdened. Based on article 27 paragraph (10) and (3) Fiduciary Law, that in the circumstances the debtor bankrupt goods remain the property of the lender, in the sense of a debtor in bankruptcy, the creditor remains entitled to take repayment of the fiduciary guarantee. Article 55, paragraph (1) Act No. 37 of 2004 about bankruptcy mentions that the rights of the execution creditor preferent as stipulated in article 56, paragraph (1) of the Bankruptcy Act is suspended for a period of not longer than 90 (ninety) days from the date of the bankruptcy Declaration is pronounced putuisan. The auction of debt guarantees by the breakaway new creditors may be made after the expiry of the suspension up to 2 (two) months from the insolvency estate bankrupt. After passing jangkwa a 2 (two) months of the authority the auction goes to the curator. Keywords: Fiduciary security, bankruptcy, debtors, preferent, creditors auction. A. Pendahuluan Debitur selaku pihak yang memerlukan dana akan melakukan pinjaman berupa utang kepada kreditor, seringkali terjadi debitor melakukan utang kepada lebih dari satu kreditor guna memenuhi kebutuhan dana tersebut. Kepailitan tersebut antara lain untuk memberikan kesempatan kepada debitur untuk tercapainya perdamian, melakukan negoisasi dengan pihak pembeli sehingga tercapai harga yang optimal dan memberi kesempatan kepada kuratot untuk bekerja secara optimal 1. 1 Hadi Subhan. 2002. Hukum Kepailitan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. Hal. 499.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk dapat mempelajari dan melakukan telaah yuridis mengenai perlindungan hukum terhadap hak kreditor untuk dapat memperoleh pelunasan pembayaran piutang yang dimilikinya dari harta kekayaaan yang dimiliki oleh debitor pailit berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Rumusan Masalah penulisan ini adalah sebagai berikut : Bagaimana perlindungan bagi kreditor pemegang jaminan fidusia terhadap harta kekayaan debitur yang telah dinyatakan pailit berdasarkan undang-undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang?; Permasalahan apa yang dihadapi oleh kreditur pemegang jaminan fidusia bila debitur dinyatakan pailit berdasarkan uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang? Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Mengetahui perlindungan bagi kreditor pemegang jaminan fidusia terhadap harta kekayaan debitur yang telah dinyatakan pailit berdasarkan Undang-Undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang; Mengetahui permasalahan apa yang dihadapi oleh kreditur pemegang jaminan fidusia bila debitur dinyatakan pailit berdasarkan Undang-undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang; tujuan subyektif adalah untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian; untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang hukum kepailitan khususnya

mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang berkaitan dengan jaminan fidusia; untuk meningkatkan dan mendalami berbagai teori tentang ilmu hukum yang sudah penulis peroleh, khususnya tentang teori-teori di bidang hukum perdata terutama dalam hukum fidusia; untuk memperoleh data yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripasali sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Manfaat penelitian ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu: Manfaat Praktis sebagai berikut dengan penelitian ini diharapkan bahwa hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai masukan serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian fidusiadan bagi masyarakat itu sendiri dan manfaat Teoritis, dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan doktrinal yang kualitatif. 2 Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang ingin menggambarkan tentang perlindungan hukum kreditur selaku pemegang jaminan fidusia. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan metode penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. B. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Hukum 2 SoetandyoWignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, tt. Hal. 1 dan 3

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara) 3. Menurut Philip S. James hukum adalah Sekumpulan aturan untuk membimbing perilaku manusia yang diterapkan dan ditegakkan di antara anggota suatu negara 4 Sedangkan menurut Utrechts, Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu 5. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum merupakan seperangkat peraturan yang telah dibuat oleh pihak yang berwenang atau pemerintah, berupa perintah dan larangan yang harus ditaati oleh masyarakat pada suatu negara dan dapat diancam pelaku pelanggarnya dengan pemberian sanksi. 2. Teori Perlindungan Hukum Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan 3 W.S Purwodarminto, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hal 235 4 Ade Maman Suherman. 2008, Teori Dasar dan Perkembangan Hukum Indonesia, Grafika Press. Surabaya. 2008, hal 6-7 5 Ibid, hal 7

keseimbangan.dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi 6. Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu: perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan hukum yang represif. Pada perlindungan hukum yang preventif, kepada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suat keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Dengan demikian, perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Dengan pengertian yang demikian, penanganan perlindungan hukum bagi rakyat oleh Peradilan Umum di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum yang represif 7. Perlindungan hukum yang represif biasanya merupakan perlindungan hukum yang paling efektif bagi rakyat untuk memperoleh perlindungan terhadap hak-haknya dari pihak yang tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan sengketa yang sedang terjadi diantara mereka. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat (di Indonesia) adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat 6 Sudikno Mertokusumo, 2003. Hukum Acara Perdata di Indonesia, Liberty. Jogjakarta hal 77. 7 Philipus M. Hadjon, 1987, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung. hal 2-3

manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan Pancasila. Pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dikatakan bersumber pada Pancasila, karena pengakuan dan perlindungan terhadapnya secara intrinsik melekat pada Pancasila dan seyogyanya memberi warna dan corak serta isi negara hukum yang berdasarkan Pancasila 8. 3. Pengertian Kepailitan Dalam bahasa Prancis, istilah faillite artinya pemogokan atau kemacetan dalam pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar hutangnya disebut Le failli. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillite yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan istilah failure 9 Pengertian kepailitan menurut Rahayu Hartini, adalah sita umum atas harta kekayaan debitor baik yang ada pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung untuk kepentingan semua kreditor pada waktu debitor dinyatakan pailit mempunyai utang, yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib 10. 8 Ibid, Hal 20. 9 Sunarmi, 2010, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar Jogjakarta, hal23 10 Rahayu Hartini, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Radja GrafindoPersada, Jogjakarta, hal 6).

Menurut Munir Fuady, Pailit atau bangkrut itu adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitor agar dicapainya perdamaian antara debitor dan para kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagibagi secara adil diantara para kreditor 11. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, menyatakan bahwa: Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 1. Akibat Kepailitan Bagi Debitor Adanya pernyataan kepailitan yang diputus oleh Pengadilan Niaga menyebabkan beberapa akibat yang harus dihadapi oleh debitor, menurut Undang-undang No. 37 tahun 2004diantaranya adalah: debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan (Pasal 24 ayat (1)), semua perikatan Debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit (Pasal 25 ayat (1)), untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan 11 Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan Teori dan Praktek. Citra Aditya Bakti. Bandung, hal 8)

kepentingan Kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan (Pasal 41 ayat (1)). 2. Pengertian Jaminan Fidusia Istilah fidusia berasal dari bahasa Belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership, yang artinya kepercayaan. Dalam beberapa literatur fidusia sering disebut dengan istilah eigendom overdract (FEO),yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengertian fidusia adalah : Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. 3. Objek dan Subjek Jaminan Fidusia Objek jaminan fidusia dibagi menjadi 2 macam, yaitu 12 : benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud; dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan. Subjek dalam jaminan fidusia adalah pemberi fidusia dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi 12 Ibid. Munir Fuady. Hal 22

yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia 13. C. Hasil Penelitian 1. Perlindungan bagi kreditor pemegang jaminan fidusia terhadap harta kekayaan debitur yang telah dinyatakan pailit berdasarkan Undang- Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang. Perlindungan hukum terhadap kreditor tersebut diberikan untuk melindungi kreditor terhadap adanya itikad buruk atau kesalahan, baik yang disebabkan kesengajaan maupun kelalaian yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam kepailitan yang dapat mengurangi nilai boedel pailit, sehingga merugikan kreditor konkuren. Perlindungan hukum tersebut adalah sebagai berikut 14 : Dalam kasus kepailitan dimana debitur tidak lagi mampu membayar kewajibannya, maka pembayaran terhadap hutang yang dimiliki diutamakan terhadap kreditor separatis. Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitor. Kreditor pemegang 13 Ibid Munir Fuady. Hal 22 14 Undang-undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, dan hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya merupakan karakteristik kreditor separatis. Apabila debitur Pemberi Fidusia mengalami kepailitan, maka menurut teori hukum jaminan tersebut, benda jaminan fidusia berada di luar boedel pailit. Berdasarkan Pasal 27 ayat ( 3 ) Undang-undang Fidusia menentukan bahwa hak untuk didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia. Di dalam praktek perkreditan, barang-barang persediaan dan barang-barang bergerak milik debitur yang memperoleh kredit hampir selalu dibebani dengan Hak Jaminan Fidusia. Hak Jaminan Fidusia memberikan secara hukum hak kepemilikan kepada kreditur atas barang-barang yang dibebani dengan Hak Jaminan Fidusia itu, tetapi penguasaan atas barang-barang itu ada pada debitur. Dengan demikian, bagi benda-benda-benda yang dibebani dengan Hak jaminan berupa fidusia, kurator tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penjualan atas benda-benda tersebut. Bukankah benda-benda yang dibebani oleh hak jaminan fidusia itu secara hukum adalah milik kreditur dan bukan milik debitur. 2. Permasalahan yang dihadapi oleh kreditur pemegang jaminan fidusia bila debitur dinyatakan pailit berdasarkan berdasarkan Undang- Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kreditor guna memperjuangkan hak-haknya untuk mendapatkan pemenuhan pembayaran piutang yang dimilikinya atas harta kekayaan debitor pailit (boedel pailit). Dalam perjanjian hipotik, kreditur juga bisa memiliki wewenang untuk menjual sendiri benda jaminan, namun ini harus diperjanjikan sebagaimana ditentukan oleh Pasal 1178 ayat 2 BW. Berarti kewenangan ini bukan lahir dari undang-undang, tetapi harus dimunculkan dalam perjanjian oleh para pihak dalam wujud pemberian kuasa oleh debitur kepada kreditur untuk menjual sendiri benda agunan bila terjadi wanprestasi. Jelas cara ini seperti halnya dalam parate eksekusi gadai, sangat menguntungkan kreditur dalam upayanya untuk memperoleh pelunasan dengan mudah dan sederhana. Sebenarnya dengan grosse akta hipotik sedasar dengan ketentuan Pasal 224 HIR, kreditur juga memiliki wewenang untuk menjual benda jaminan dikarenakan akta tersebut memiliki ketentuan eksekutorial. Dengan fiat pegadaian, maka kreditur dapat mengambil pelunasan dari pelelangan yang dilakukan oleh juru lelang. Berdasarkan aturan yang berlaku itu, maka sebenarnya kemudahan dan penyederhanaan pengambilan pelunasan bagi kreditur manakala debitur wanprestasi, sangat mendukung perputaran roda ekonmi yang menghendaki efisiensi. Namun sayangnya, dalam pelaksanaanya, baik

grosse hipotik ataupun kuasa menjual ex Pasal 1178 ayat 2 BW kadang terganjal oleh faktor-faktor yang masih menjadi bahan perbedaan. Jelas gambaran yang demikian ini membikin wajah hukum menjadi sedikit kusam untuk dihadiri dalam perjamuan era pertumbuhan ekonomi yang menghendaki efisiensi tinggi. D. Penutup Kesimpulan Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pasal 55 ayat (1) berdasarkan Undang-Undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang memberi wewenang kepada kreditor preferent untuk melaksanakan hak eksekutorialnya sendiri berdasarkan titel eksekutorial yang melekat pada setiap benda yang dibebani jaminan kebendaan tertentu; Berdasarkan hal tersebut apabila Debitur wanprestasi atau cidera janji atau Pailit, maka eksekusi yang doatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Saran Perlu adanya penegasan mengenai masa penangguhan hak untuk melaksanakan eksekusi bagi kreditur preferent, termasuk penerima jaminan fidusia; Perlu diperhatikan kedudukan kreditur penerima jaminan fidusia dalam proses kepailitan mengingat dalam hal obyek jaminan fidusia tidak ada lagi; Kreditur penerima jaminan fidusia agar diberikan hak sama

dalam kreditur tanpa melepaskan hak preferennya, sehinga dapat secara bersama-sama dengan kreditur lain melakukan rekstrukturisasi atau perdamaian dengan debitur Pailit

DAFTAR PUSTAKA Ade Maman Suherman. 2008, Teori Dasar dan Perkembangan Hukum Indonesia, GrafikaPress. Surabaya. 2008. Hadi Subhan. 2002. Hukum Kepailitan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan Teori dan Praktek. Citra Aditya Bakti. Bandung, hal 8) Philipus M. Hadjon, 1987, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung. hal 2-3 Rahayu Hartini, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Radja GrafindoPersada, Jogjakarta, hal 6). SoetandyoWignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya Sudikno Mertokusumo, 2003. Hukum Acara Perdata di Indonesia, Liberty. Jogjakarta. Sunarmi, 2010, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar Jogjakarta. Undang-undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan W.S Purwodarminto, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 18