PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Hasil identifikasi ubi kayu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Pengaruh Massa Biji Buah Mangga Arum Manis (Mangifera indica L.) Terhadap Kadar Bioetanol

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu diantaranya adalah buah salak pondoh dengan nama latin Salacca

BAB III METODE PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA DARI MINYAK ATSIRI DAUN RUKU-RUKU (Ocimum sanctum L.) DENGAN METODE GC-MS SKRIPSI

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

PENGARUH PENAMBAHAN AIR REBUSAN KECAMBAH SEBAGAI SUMBER NITROGEN PADA PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU MOLASE

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAN UJI PESTISIDA NABATI HASIL ISOLASI DAUN SIRIH HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

SKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

TUGAS MIKROBIOLOGI BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

III METODOLOGI PENELITIAN

Model Matematika Fermentasi Alkohol dari Buah Anggur

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN RAJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KUPASAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN PROSES FERMENTASI SKRIPSI. Oleh : DEVI ESTERIA HASIANNA PURBA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG (Manihot utilissima) DENGAN SKALA LABORATORIUM

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

PEMBUATAN ROTI TAWAR DARI TEPUNG SINGKONG DAN TEPUNG KEDELAI

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KELAPA UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL MELALUI PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

*

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

Bab III Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH TOMAT DENGAN HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI ROTI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BIOETANOL MELALUI IMMOBILISASI SEL SACCHAROMYCES CEREVISIAE PADA BIJI SALAK

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

4. Hasil dan Pembahasan

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

BAB V HASIL PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS)

3 Metodologi Penelitian

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI DESTILASI BIOETANOL UNTUK BAHAN BAKAR TERBARUKAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH SALAK SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF (BIOETANOL)

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

Transkripsi:

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 2) Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk memproduksi bioetanol dari daging buah salak melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae dengan kadar 5% (b/b). Proses fermentasi dilakukan selama 48 jam, kemudian filtratnya didestilasi selama 5 jam pada suhu 78 0 C 80 0 C. Selanjutnya destilat yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Biotanol yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki kadar sebesar 49,92%. Kata kunci: bioetanol, daging buah salak, fermentasi, Saccharomyces cerevisiae PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca ) ABSTRACT This study aimed to produce bioethanol from flesh of salak fruit through a fermentation process using yeast Saccharomyces cerevisiae with concentration of 5% (w/w). The fermentation process was carried out for 48 hours, then the filtrate was distilled for 5 hours at a temperature of 78 0 C - 80 0 C. Destilat was then analyzed qualitatively and quantitatively. Bioethanol resulting from this process had concentration of 49.92%. Keywords : Bioethanol, salak s meat, fermentation, Saccharomyces cerevisiae PENDAHULUAN Pengembangan bioetanol sebagai energi alternatif pengganti energi fosil saat ini masih mengalami berbagai macam kendala. Salah satunya adalah karena harga dari bioetanol lebih mahal dari harga minyak yang dijual di Indonesia. Hal itu disebabkan karena bahan baku pembuatan bioetanol kebanyakan berasal dari bahan seperti jagung, singkong, ubi dan sagu yang merupakan makanan pokok. Sehingga perlu dicari bahan baku bioetanol lain yang bukan merupakan makanan poko, ketersediaannya melimpah dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Indonesia memiliki jenis atau ragam buah-buahan yang sangat banyak. Salah satu diantaranya adalah buah salak (Salacca zalacca) (Tjahjadi, 1989). Salah adalah merupakan buah tropis asli Indonesia yang banyak tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Tagulandang merupakan salah satu daerah yang produksi salaknya melimpah. Namun, pada waktu panen tiba harga jual buah ini sangat rendah bahkan tak bernilai sehingga tidak semua buahnya dipanen untuk dijual tetapi malah dibiarkan begitu saja hingga membusuk. Sehingga sangat disayangkan apabila buah ini tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sesuatu yang lebih berguna, agar nilai guna dari buah ini bisa ditingkatkan. Informasi mengenai konsentrasi optimum pada pembuatan etanol dengan menggunakan buah salak Tagulandang sampai saat ini belum pernah ada sebelumnya. Informasi tersebut penting untuk diketahui guna efisiensi dalam proses produksinya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan mulai Bulan Agustus-Oktober 2011 yang bertempat di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu

Thamrin, Runtuwene dan Sangi: Produksi Bio-Etanol.. 249 Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi. Metode penelitian Buah salak yang dibeli dari daerah Tagulandang dikupas kulit luarnya kemudian daging buahnya dibersihkan dari kulit arinya dan dicuci. Daging buah salak tersebut kemudian dipotong kecil-kecil dan ditimba sebanyak 200 g. Lalu dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml yang sudah berisi 300 ml aquades. Setelah itu diblender kemudian dipanaskan pada suhu 100 o C selama 10 menit. Setelah dipanaskan, daging buah salak tersebut didinginkan terlebih dahulu pada suhu ruang. Setelah dingin, sampel dimasukan dalam wadah untuk fermentasi dan dicampurkan dengan ragi sebanyak 10 g sedikit demi sedikit sambil diaduk, sehingga dihasilkan konsentrasi ragi dari daging buah salak 5% (b/b). Sampel siap difermentasi dengan mendiamkannya selama 48 jam, dalam wadah fermentasi yang tutup atasnya diberi selang yang ujung lainnya direndam dalam air. Setelah proses fermentasi selesai, sampel tersebut kemudian diperas dan disaring. Filtratnya lalu didestilasi selama 5 jam pada suhu 78-80 0 C. Setelah itu destilatnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pada analisis kualitatif digunakan dua metode, yaitu dengan teknik spiking pada kromatografi gas dan menggunakan instrumen GC-MS. Sedangkan untuk analisis kuantitatif, menggunakan alat kromatografi gas dengan terlebih dahulu membuat kurva standar etanol. Gambar 1. Kromatogram etanol murni (sebelum sampel diinjeksi) Gambar 2. Kromatogram sesudah sampel diinjeksi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kualitatif Hasil analisis kualitatif dengan teknik spiking menunjukkan bahwa waktu retensi (t r ) dari etanol murni (sebelum sampel diinjeksi) relatif sama dengan waktu retensi setelah sampel diinjeksi yaitu pada sekitar 2,958 menit. Sehingga pada kromatogram hanya dihasilkan satu puncak saja dengan intensitas yang lebih besar. Hal ini membuktikan bahwa senyawa yang terkandung dalam sampel

250 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2, Oktober 2011 adalah sama dengan etanol murni yang diinjeksi ke dalam alat kromatografi gas. Sehingga dapat dibuktikan bahwa senyawa yang dihasilkan dari proses fermentasi pada daging buah salak tersebut mengandung etanol (CH 3 CH 2 OH). Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Metode kedua yang digunakan untuk membuktikan bahwa senyawa yang dihasilkan dari proses fermentasi pada sampel adalah etanol, yaitu dengan menggunakan instrumen GC-MS. Pada metode ini senyawa dalam sampel akan terlebih dahulu memasuki alat kromatografi gas, kemudian akan masuk ke dalam alat spektroskopi massa dan akan mengalami pemecahan (fragmentasi). Fragmen-fragmen yang relatif stabil dari molekul tersebut akan menghasilkan puncakpuncak pada spektrum massa. Puncak-puncak tersebut kemudian diinterpretasi untuk meramalkan senyawa yang terkandung dalam sampel tersebut. Hasil dari proses tersebut dapat dilihat pada spektrum massa pada Gambar 3. Gambar 3. Spektrum massa sampel Gambar 4. Mekanisme pembentukan ion pecahan pertama Gambar 5. Mekanisme pembentukan ion pecahan kedua Dari spektrum massa tersebut dapat dilihat ada tiga puncak utama yang dihasilkan dari sampel tersebut. Puncak yang pertama memiliki harga m/e 46, puncak yang kedua memiliki harga m/e 45, dan puncak yang ketiga memiliki harga m/e 31. Pada spektrum massa tersebut, puncak pertama yang memiliki harga m/e 46 (M) merupakan ion molekul yang dihasilkan saat senyawa tersebut dibom dengan arus elektron saat memasuki alat spektrometer massa. Harga m/e dari puncak ini sesuai dengan berat molekul etanol (CH 3 CH 2 OH). Kedua puncak lainnya yang memiliki harga m/e 45 (M-1) dan 31 (M-15) dihasilkan dari proses fragmentasi yang terjadi pada ion molekulnya, sehingga dihasilkan dua ion pecahan yang memiliki harga m/e tersebut. Puncak kedua (m/e = 45) dan ketiga (m/e = 31) yang terdapat pada spektrum massa sesuai dengan dua proses fragmentasi yang dapat terjadi pada molekul etanol. Kedua proses fragmentasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Puncak kedua dan ketiga memiliki intensitas lebih besar dibandingkan dengan puncak dari ion molekulnya disebabkan karena kedua ion pecahan yang dihasilkan dari

Area Thamrin, Runtuwene dan Sangi: Produksi Bio-Etanol.. 251 kedua proses fragmentasi tersebut lebih stabil dibandingkan dengan ion molekulnya, sehingga kelimpahan relatif dari kedua ion pecahan tersebut lebih besar dari ion molekulnya. Kedua ion pecahan tersebut lebih stabil karena energinya lebih rendah dibandingkan dengan energi dari ion molekulnya. Penurunan energi ini terjadi akibat adanya pembentukan ikatan pi antara atom karbon dan atom oksigen setelah pelepasan radikal hidrogen pada proses fragmentasi pertama, dan pelepasan radikal metil pada proses fragmentasi kedua. Pembentukan ikatan pi ini membuat satu elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen yang berada pada orbital non-ikatan turun ke orbital pi ikatan, akibatnya energi dari kedua ion pecahan tersebut menurun sehingga kelimpahan relatif dari ion pecahan tersebut meningkat karena kestabilannya meningkat. Peningkatan kestabilan dari kedua ion pecahan ini juga terjadi karena adanya resonansi yang terjadi pada kedua ion pecahan tersebut yang membuat energinya relatif lebih rendah. Mekanisme resonansi yang terjadi pada kedua ion molekul tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Resonansi yang terjadi pada ion pecahan pertama Gambar 7. Resonansi yang terjadi pada ion pecahan kedua Gambar 8. Kromatogram sampel 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kurva Standar Etanol 0 20 40 60 80 Konsentrasi bahwa senyawa yang memiliki puncak pada harga m/e tersebut adalah suatu alkohol. Dan dari harga m/e dari ion molekul dan fragmeny = 0.044x - 0.017 R² = 0.999 Series1 Linear (Series1) Gambar 9. Kurva Standar Etanol Kedua puncak yang memiliki harga m/e 45 dan 31 tersebut juga sesuai dengan spektrum pustaka data yang menunjukkan

252 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2, Oktober 2011 fragmennya menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung pada sampel adalah etanol. Hasil Analisis Kuantitatif Perhitungan kadar etanol dari sampel dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur area sampel yang dihasilkan dari alat kromatografi gas seperti yang tersaji pada Gambar 8. Dari hasil tersebut diperoleh area sampel sebesar 2,179593190. Setelah area sampel diperoleh, kadar etanolnya dihitungan dengan menggunakan persamaan regresi yang diperoleh dari kurva standar etanol yang dibuat seperti yang terlihat pada Gambar 9. Dari hasil perhitungan dengan persamaan regresi tersebut diperoleh kadar etanol sebesar 49,92%. KESIMPULAN Dari hasil analisis kualitatif dapat disimpulkan bahwa senyawa yang terkandung pada sampel hasil fermentasi daging buah salak adalah etanol. Dan hasil analisis kuantitatif didapat kadar etanol sebesar 49,92% yang dihasilkan dengan menggunakan konsentrasi ragi Saccharomyces cerevisiae 5% (b/b). DAFTAR PUSTAKA Tjahjadi, N. 1989. Bertanam Salak. Kanisius, Yogyakarta. Sudarmadji, S. 1981. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Pelcsar, M. Z., Rein and Chan. 1983. Microbiology 4 th Edition. Tata Mc. Graw Hill Book Company, Inc. New York. Narita. 2005. American society of Microbiology Press: Ethanol Production from biomass, Washington, DC. Hill, H. C. 1996. Introduction to Mass Spectrometry. Heyden and Son, London.