BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

MAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

BAB II KONSEP DASAR A.

BAB II TINJAUAN TEORI

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

PROSES TERJADINYA MASALAH

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar. menjawabpertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal disertai dengan sesutu pengurangan berlebihan-lebihan. Distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend MS, 1998). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sesuatu penerapan panca indera tanpa rangsang dari luar (Maramis 1998) sesuatu pernyataan yang dialami seperti sesuatu persepsi melalui panca indera melalui stimulasi eksternal, persepsi palsu (Lubis, 1993). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifisikasikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dan delirium. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah satu persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus internal dipersepsikan sebagai suatu yang nyata pada klien-klien. 6

1. Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut: Adaptif Maladaptif Respon Adaptif - Respon logis - Persepsi akurat - Perilaku sesuai - Emosi sosial Distorsi pikiran - Distorsi pikiran - Perilaku aneh / tidak sesuai - Menarik diri - Emosi berlebihan Gejala pikiran - Delusi halusinasi - Perilaku disgonisasi - Sulit berespon dengan pengalaman Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologi. (Stuart & Laraia 2005). 7

2. Fase - Fase Halusinasi Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart & Laraia membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya. Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel 1. Tabel 1 Fase-fase Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005) Halusinasi Karakteristik Perilaku klien FASE 1 Comforting ansietas sebagai Klien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut mencoba untuk befokus halusinasi pada pikiran menyengkan untuk menyenangkan meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik FASE II Pengalaman sensasi menjijikan Complementing dan menakutkan,klien mulai lepas ansietas berat halusinasi kendali dan mungkan mencoba memberatkan untuk mengambil jaraknya dengan sumber yang dipersepsikan klien mengkin mengalami diperlukan / pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan FASE III Klen berhenti menghentikan Controling perlawanan terhadap halusinasi ansietas berat dan menyerah pada halusnasinya pengalamn sensorsi menjadi menarik, klien menjadi berkuasa mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasinya Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerekan bibir tanpa suara mengegerkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat jika Sedang asik sendiri meningkat tanda-tanda sarat otonomi Ansietas seperti peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit asik dengan penglaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita Kemampuan dikendalikan halusinasi akan lebih ditakuti, kerusakan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik / menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat 8

berhenti psikotik berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan. FASE IV Conquering panik Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutif psikoti berat. Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida / nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitas menarik diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang. B. Etiologi 1. Predisposisi Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiologi seperti halusinasi antara lain : a. Faktor Genetik Setelah diketahui secara genetik bahwa skizofrenia di turunkan melalui kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak 9

yang salah satunya orang tua yang mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001). b. Faktor Neurologi Diperlukan bahwa korteks prefrontal dan kortek limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume-volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine dan glutamate. c. Study Neurotransmitter Skizofrenia juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine. d. Psikologi Beberapa kondisi psikologi yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia misalnya anak diperlukan oleh ibunya yang pencemas terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang mengambil jarak dengannya. 2. Faktor Presipitasi Faktor pencetusnya adalah: a. Berlebihnya sistem informasi pada syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus frontal otak. 10

b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme abnormal). c. Gejala-gejala seperti kondisi kesehatan,lingkungan,sikap dan perilaku. Akibat dari masalah halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan, yang ditandai dengan pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, kadang memaksakan kehendak, muka merah, berdebat. Mekanisme koping; klien dengan halusinasi terjadi pengembangan non realita, kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psiko klien untuk melakukan perilaku mal adaptif (Stuart dan Laraia, 2001). C. Manifestasi Klinik Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul yaitu: 1. Bicara, senyum dan tersenyum sendiri. 2. Menarik diri dan menghindari orang lain. 3. Tak dapat membedakan nyata dan tidak nyata. 4. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi. 5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) 6. Takut 7. Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung. 11

Berdasarkan jenis dan karakteristik halunsinasi tanda dan gejalanya sesuai. Tabel 2 : Karakteristik Halusinasi (Stuart and Farala 2003) Jenis halusinasi Pendengaran Karakteristik Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasieb disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan. Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang menakutkan seperti monster. Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya baubau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang / dernentia. Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases. Pengecapan Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri), Canesthetic pencernaan makanan. Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri. Klinestetic 12

Masalah Keperawatan a. Resiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. b. Perubahan Persepsi sensori halusinasi. c. Isolasi social : menarik diri. d. Harga Diri Rendah D. Pohon Masalah Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran Core Problem Isolasi Sosial: Menarik Gangguan Konsep Diri: Harga Diri E. Diagnosa Keperawatan a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar. b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri. c. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 13

F. Intervensi 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain yang berhubungan dengan halusinasi a. Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. b. Tujuan Khusus : 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, klien mau menyebutkan nama, ada kontak mata, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah-masalah yang terjadi. Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. a) Sapa klien dengan ramah baik vebal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatian dasar klien 2) Klien dapat mengenal halusinasi Kriteria Evaluasi : 14

a) Klien dapat menyebutkan stesor, frekuensi timbulnya halusinasi, isi dan respon. b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya. a) Adanya kontak sering dan singkat secara bertahap. b) Observasi tingkah laku klien berkaitan dengan halusinasinya, bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri ke kanan (seolah-olah ada teman bicara). c) Bantu klien mengenali halusinasinya. 1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa ada suara yang didengar. 2) Jika klien mengatakan ada, lanjutkan apa yang dikatakan. 3) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri itu tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh dan menghakimi). 4) Katakan bahwa perawat membantu klien. d) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, sore dan malam, jika sendiri / jengkel / sedih) 3) Klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. 15

b) Klien dapat menyebutkan cara baru c) Klien memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusaikan dengan klien. Intervensi a) Identitas bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dan lain-lain) b) Diskusi manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian c) Diskusikan cara ini untuk memutus atau mengontol timbulnya halusinasi. 1) Katakan Saya tidak mau mendengar kamu (pada saat halusinasi terjadi) 2) Menemui orang lain (perawat, teman, anggota keluarga). 3) Untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar 4) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 5) Meminta keluarga atau perawat menyapa jika tampak bicara sendiri. d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap. e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil. 16

f) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi. 4). Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi. Kriteria Evaluasi : a) Klien dapat membibna hubungan denga perawat. b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi a) Anjurkan klien untu memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi b) Diskusikan dengan keluarga saat berkunjung / pada saat kunjungan c) Gejala halusinasi yang dialami oleh klien d) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi e) Cara merawat keluarga yang halusinasi rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama f) Beri reinforcement waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak dapat terkontrol dan resio mencederai orang lain. 5) Klien dapat memanfaatkan obat yang baik. Kriteria evaluasi : 17

a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dari dan efek samping obat. b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar. c) Klien dapat informasi efek samping obat. a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat b) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya. c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat, efek samping obat yang dirasakan. d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi. e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar 2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi berhubungan dengan menarik diri. a. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi b. Tujuan khusus : 1). Klien dapat Bina Hubungan Saling Percaya Intevensi: a) Sapa klien dengan ramah baik vebal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan 18

d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatian dasar klien. 2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Kriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan menarik diri yang berasal dari diri sendiri,orang lain dan lingkungan Intervensi: a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri. b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan menarik diri. c) Diskusikan bersama klien tentang perlau menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul. d) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya. 3) Klien dapat menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Kriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 19

b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubunga dengan orang lain d) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubunga dengan orang lain. e) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. f) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 4) Klien melaksanakan hubungan secara bertahap. Kriteria Evaluasi: klien dapat mendemotrasikan hubungan sosial secara bertahap antara klien perawat; klien-perawat-perawat lain; klien-perawat-perawat lain-klien lain; klien-perawatkeluarga/ kelompok masyarakat. a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. b) Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: 20

1) Klien perawat 2) Klien perawat perawat lain 3) Klien perawat perawat lain klien lain 4) Klien perawat keluarga / kelompok masyarakat c) Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai. d) Membantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain. e) Mendiskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu. f) Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan harian g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 5) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain Kriteria Evaluasi : klien dapat mengungkapkan perasaan berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri. a) Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain. b) Mendiskusikan bersama klien tentang perasaanya manfaat berhubungan dengan orang lain. 21

c) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 6) Klien dapat berdayakan sistem pendukung atau keluarga Kriteria Evaluasi : keluarga dapat menjelaskan perasaannya,menjelaskan cara merawat klien menarik diri dan berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri. a) Bina hubungan saling percaya 1) Salam dan perkenalkan diri 2) Sampaikan tujuan 3) Eksplorasi perasaan keluarga b) Diskusikan dengan anggota keluarga yang lain tentang 1) Perilaku menarik diri 2) Penyebab perilaku menarik diri 3) Akibat perilaku menarik diri jika perilaku menarik diri tidak di tanggapi c) Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain. d) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian untuk menjenguk klien minimal 1x seminggu. e) Memberi reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga. 22

3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah kronis. a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. b. Tujuan khusus : 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik 1) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki Kriteria Evaluasi : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki: kemampuan yang dimiliki klien aspek positif keluarga,aspek positiflingkungan yang dimiliki klien. 23

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien b) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif c) Utamakan memberi pujian yang realistik 3). Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Kriteria Evaluasi : klien menilai kemampuan yang dapat digunakan Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit 4). Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Kriteria Evaluasi : klien dapat membuat rencana kegiatan harian a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 1) Kegiatan mandiri 2) Kegiatan dengan bantuan sebagian 3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total b) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien 24

c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Kriteria Evaluasi : klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan b) Beri pujian atas keberhasilan klien c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Kriteria Evaluasi : klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 25