PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

dokumen-dokumen yang mirip
Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

rovinsi alam ngka 2011

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

Kebijakan Percepatan Pembangun Industri Perikanan Nasional

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Refleksi Capaian Kegiatan T.A 2017 dan Outlook Rencana Kerja T.A 2018 Ditjen. Perikanan Budidaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI 2017

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PERCEPATAN PEMBANGUNAN KTI MELALUI EKONOMI KELAUTAN & PERIKANAN

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI SUBSEKTOR PETERNAKAN 1)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4/3/2017 PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

REFLEKSI TAHUN 2017 & OUTLOOK TAHUN 2018

Peraturan...

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

Transkripsi:

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA, PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN LAIN SEBAGAINYA);

MASALAH UTAMA KETERBATASAN SUMBERDAYA EKONOMI; BAGAIMANA MENGALOKASIKAN SUMBERDAYA YANG TERBATAS TERSEBUT SECARA EFISIEN SEHINGGA DAPAT MENGHASILKAN OUTPUT YANG OPTIMAL; MENYUSUN FORMULASI KERJASAMA (CO-OPERATION) ATAUPUN KOMPETISI (COMPETITION) SECARA DETAIL SEHINGGA TIDAK TERJADI KONFLIK) INSENTIF BAGAIMANA PEMERINTAH MENYUSUN MEKANISME YANG MEMUNGKINKAN SELURUH PARTISIPAN DI PASAR MAU BERBAGI INFORMASI

KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERIODE 1999-2012 Dicanangkan tahun 1999 (Ditjen Dicanangkan Tahun 2003 Perikanan Departemen (Periode 2000-2005-Megawati Pertanian berlanjut sampai Gus Soekarnoputri ) Dur) Target produksi perikanan 9,5 Peningkatan ekspor perikanan juta ton dan nilai devisa ekspor naik menjadi 10 miliar dolar AS tahun 2003 sebesar 10 milyar pada tahun 2006; dollar AS (2,64 milyar dollar AS dari perikanan tangkap dan 6,78 milyar dollar AS dari budidaya); Protekan 2003 Gerbang Mina Bahari Periode 2005-2009 Dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur Jawa Barat; Target produksi perikanan 9 juta ton Revitalisasi Kelautan dan Perikanan KEPENTINGAN ASING LEBIH DOMINAN IKAN BAGUS UNTUK EKSPOR, IKAN JELEK UNTUK KONSUMSI NASIONAL November 2009-November 2011 Target pada tahun 2015 menjadi produsen ikan terbesar di dunia melalui minapolitan; Peningkatan usaha budidaya hingga 300 persen Revolusi Biru November 2011-2014 Meningkatkan Produktivitas dan Nilai Tambah Produk Kelautan dan Perikanan Udang dan Bandeng (Pantura Jawa), Patin (Sumatera), Rumput Laut (Sulawesi dan NTB), Tuna (5 Pelabuhan Perikanan), Pindang (Jawa), Garam (Jabar, Jateng dan Jatim) Impor bahan baku ikan asin di legalkan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan

Ton Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tangkap Nasional 7.000.000 6.500.000 Produksi JTB (5,22 Juta Ton Pertahun) Potensi SDI (6,52 Juta Ton Per Tahun) 6.000.000 5.500.000 Peran asing di sektor perikanan sangat diperketat dan lebih mendorong keterlibatan nelayan, pembudidaya ikan, investor dalam negeri dan pengusaha ikan nasional Peran asing di sektor perikanan kembali dibuka oleh Menteri Kelautan (Fadel Muhammad) 5.000.000 4.500.000 4.000.000 Titik Kritis dimana Jumlah Produksi Tahun 2010 ( 5,4 juta on pertahun) diatas Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB), yaitu 5,2 juta ton pertahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun suhanaipb@gmail.com

Perkembangan Izin Usaha Perikanan Tangkap Tahun 2000-2010 Total Izin Usaha Perikanan Tangkap Tahun 2010 diatas 30 GT (Per September 2010) Total Izin Kapal Tahun 2007 diatas 30 GT Total Perusahaan Total Kapal Total Perusahaan Total Kapal 2.741 5.436 33 4000-an Sumber Data : BPS dan KKP (2010)

Perkembangan Persentase Investasi Perikanan Nasional Tahun 2006-2014 65,01 99,93 98,62 100,00 99,39 99,89 94,79 95,67 100,00 34,99 0,07 1,38-0,61 0,11 5,21 4,33-2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014* Persentase PMDN Persentase PMA Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2014 suhanaipb@gmail.com Keterangan : Satuan dalam % * : Triwulan 1; Nilai Kurs : Rp. 9000 Per $ US

Permen KP No 5 Tahun 2008 tentang Izin Usaha Perikanan Tangkap (Pasal 51) (1) Perusahaan swasta nasional yang memiliki kapal penangkap ikan pengadaan dari luar negeri wajib mengolah pada UPI di dalam negeri yang dimiliki atau melakukan kemitraan dengan UPI di dalam negeri. (2) Perusahaan swasta nasional yang memiliki kapal penangkap ikan yang dibuat di galangan kapal dalam negeri dengan jumlah tonase kapal keseluruhan sekurang-kurangnya 2.000 (dua ribu) GT diwajibkan mengolah pada UPI di dalam negeri yang dimiliki atau melakukan kemitraan dengan UPI di dalam negeri.

Perizinan Kapal Ikan Pro Asing Total Izin Usaha Perikanan Tangkap Tahun 2010 diatas 30 Asumsi Ukuran Kapal GT (Per September 2010) 30 GT 200 GT Total Perusahaan Total Kapal Jumlah Tonase Jumlah UPI Yang Dapat dibentuk Sesuai Kepmen No 5 Tahun 2008 30 GT 200 GT 2,741 5,436 163,080 1,087,200 82 544 Dengan asumsi ukuran kapal 30 GT maka jumlah tonase kapal keseluruhan yang telah mendapat izin adalah 163.080 GT dan 200 GT adalah 1.087.200 GT Rata-Rata Per Perusahaan 2 izin Kapal dengan total tonase antara 60 GT sampai 400 GT untuk menghindari kewajiban mendirikan UPI sesuai Permen KP No 5 Tahun 2008 tentang Izin Usaha Perikanan Tangkap Industri pengolahan nasional terpuruk Sumberdaya Ikan di perairan nasional dikuras dan hasil tangkapannya didaratkan langsung di negara asal investor Paradigma indonesia sebagai penyedia bahan baku bagi negara lain tidak mengalami perubahan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN IKAN DAN PRODUK PERIKANAN PRO ASING

Proyeksi Kebutuhan Ikan Konsumsi Nasional Tahun 2014 Menurut Provinsi Sumber : Dianalisis dari Data Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011 10

Belum efisien dan kompetitifnya sistem logistik Data PT. Pelindo II (2011) biaya angkutan logistik untuk domestik (antar pulau) jauh lebih besar dibandingkan dengan angkutan ke tujuan luar negeri (ekspor). Misalnya biaya pengapalan kontainer rute Padang Jakarta butuh 600 dolar AS/kontainer, sementara biaya pengiriman kontainer dari Jakarta Singapore hanya sebesar 185 dollar AS per kontainer. Bahkan, untuk mendatangkan barang dari China ke Jakarta masih lebih murah ketimbang harus mendatangkan kontainer dari Pontianak Logistics Performance Index Indonesia 2010 (Sumber : World Bank 2010)

Perkembangan Ekspor Ikan dan Produk Perikanan Indonesia Tahun 2012 (Per September) 1) Pendekatan Kwalitas menjadi utama dalam ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia ke negara tujuan secara sistematis telah berperan dalam meningkatkan pasokan kebutuhan gizi SDM negara-negara tujuan ekspor; 2) Berdasarkan riset penulis (2010) di Bali dan Kalimantan Barat menunjukan bahwa ikan-ikan yang di ekspor adalah ikan-ikan berkwalitas 1 dan 2, sementara untuk konsumsi dalam negeri berkwalitas 3 ke bawah

Perkembangan Impor Ikan dan Produk Perikanan Indonesia Tahun 2012 (Per September) 1) Pendekatan Volume menjadi ciri khas ikan dan produk ikan yang di impor Indonesia Bukan Pendekatan Kwalitas Ikan dan Produk Perikanan secara sistematis telah berperan dalam menyediakan ikan dan produk perikanan kwalitas rendahan bagi penduduk Dalam Negeri untuk bahan baku Industri Ikan Asin dan olahan lainnya; 2) Volume impor ikan meningkat terjadi pada saat nelayan nasional panen ikan (Cuaca baik) ikan hasil tangkapan nelayan tidak terserap karena kalah bersaing dengan ikan impor yang harga murah;

Ironis Bayi Kekurangan Gizi di Sentra Perikanan Nasional Dokumen BAPPENAS (2010) menunjukan bahwa bayi yang masih kekurangan gizi masih sangat tinggi, terutama di provinsi-provinsi berbasis sektor kelautan dan perikanan. Misalnya Maluku (27,8 %), Maluku Utara (22,8 %), Nusa Tenggara Timur (33,6 %), Nusa Tenggara Barat (24,8 %), Sulawesi Tenggara (27,6 %), Papua (21,2 %), Papua Barat (23,2 %), Gorontalo (25,4 %), Riau (21,4 %), Kalimantan Barat (22,5 %), dan Kalimantan Timur (19,3 %)

15

DUGAAN EKSPOR-IMPOR ILLEGAL

Dugaan Kasus Impor Ikan Illegal Dari China Ke Indonesia Tahun 2010 17

Dugaan Ekspor Ikan Tuna Albacore Illegal Indonesia ke Thailan Tahun 2010 Impor Albacore Frozen Thailand dari Indonesia Ekspor Albacore Frozen Indonesia Ke Thailand 3.399.979 Kg 2010 1.047.255 Kg Terdapat Selisih sebesar 2.352.724 Kg (69,20 Persen) dengan Nilai 8.326.839 US $ Sumber : Dianalisis dari data UN-Comtrade 2011

REKONSTRUKSI KEBIJAKAN PERIKANAN NASIONAL IKAN UNTUK NEGERI, BUKAN UNTUK ASING

Moratorium Perikanan Tangkap Hubungan antara upaya (effort) dengan kondisi sumberdaya ikan (harves) Keterangan : (1) E = upaya (effort), (2) Eop = effort optimal, (3) x = kondisi sumberdaya ikan pada saat E=0 dan (4) Xoa = kondisi sumberdaya ikan pada saat Eop

Dari Pertumbuhan Volume ke Pertumbuhan Kwalitas Untuk SDM Nasional Reorientasi kebijakan ekonomi perikanan dari kepentingan asing ke kepentingan nasional. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 25B Ayat (2) UU No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan UU No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang secara tegas menyatakan bahwa pengeluaran hasil produksi usaha perikanan (yang berkwalitas baik) ke luar negeri (ekspor) dilakukan apabila produksi dan pasokan di dalam negeri telah mencukupi kebutuhan konsumsi nasional. Perbaikan sistem jaringan pasar ikan antar pulau dan antar wilayah; Penguatan armada kapal pengangkut ikan antar pulau; Kembalikan manfaat subsidi perikanan (BBM, Kapal, Pakan Ikan dan Pupuk) untuk rakyat melalui penyediaan ikan berkwalitas baik dengan harga terjangkau; Tindak tegas para pelaku ekspor dan impor ikan illegal, termasuk penjualan ikan di tengah laut. Data UN-Comtrade (2011) mengindikasikan semakin maraknya ekspor ikan Tuna illegal dari Indonesia ke Thailand. Pada Tahun 2000 tercatat dugaan ekspor ikan tuna Albacore secara illegal mencapai 52 persen dari total volume ekspor ikan tuna Albacore Indonesia ke Thailand, yaitu mencapai 271.419 Kg dengan nilai mencapai 1.070.630 US $. Sementara itu pada Tahun 2010, dugaan ekspor ikan tuna Albacore illegal ke Thailand semakin meningkat sampai 69,20 persen dari total volume ekspor ikan tuna Albacore Indonesia ke Thailand. Volume ekspor ikan tuna Albacore illegal dari Indonesia ke Thailand tahun 2010 diperkirakan mencapai 2.352.724 Kg dengan nilai mencapai 8.326.839 US $

Perlindungan Nelayan dan Pembudiaya Ikan Perlindungan dari perubahan iklim (Asuransi Kecelakaan Nelayan, dll) Perlindungan dari ancaman impor ikan illegal ikan impor dilarang masuk ke sentra nelayan dan pasar tradisional; Perlindungan dari ancaman ekspor ikan illegal ikan harus di daratkan dan diolah di dalam negeri; Perlindungan dari ancaman lingkungan (Pencemaran air laut, pembabatan hutan mangrove, pengrusakan terumbu karang); Perlindungan dari perubahan biaya input produksi (kenaikan harga BBM); Perlindungan dari ancaman alih fungsi lahan tambak jari fungsi lain, misalnya industri, kelapa sawit dan perumahan