IMPLEMENTASI PUTUSAN MK TERHADAP PROSES LEGISLASI Refly Harun Constitutional Lawyer
KEWENANGAN MEMBENTUK Hans Kelsen: UNDANG-UNDANG Parliament: Positive Legislator Constitutional Court: Negative Legislator DPR (BERSAMA PEMERINTAH) MEMBENTUK UNDANG-UNDANG Pasal 20 (1) UUD 1945 MK MEMBATALKAN UNDANG-UNDANG Pasal 24C (1) UUD 1945
PUTUSAN MENGABULKAN Pasal 56 UU 24/2003 tentang MK: (2) Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan. (3) Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Mahkamah Konstitusi menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (4) Dalam hal pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan.
PUTUSAN MENGABULKAN Pasal 57 UU 24/2003: (1) Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. (2) Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. (3) Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan wajib dimuat dalam Berita Negara dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan.
KARAKTERISTIK PUTUSAN MK: NEGATIVE LEGISLATOR MK hanya menyatakan bahwa suatu UU yang diuji bertentangan dengan UUD 1945 baik seluruh maupun sebagiannya; Atas pernyataan bertentangan dengan UUD 1945 tersebut, UU dimaksud dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno yang terbuka untuk umum. MK tidak memuat norma baru karena hanya negative legislator
KARAKTERISTIK PUTUSAN MK: TIDAK BERLAKU SURUT (NONRETROAKTIF) Undang-undang yang diuji oleh Mahkamah Konstitusi tetap berlaku, sebelum ada putusan yang menyatakan bahwa undang-undang tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 58) Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum (Pasal 47)
KELEMAHAN PUTUSAN MK Potensi kekosongan hukum (legal vacuum); Potensi kekacauan hukum (legal disorder); Politik beli waktu (buying time) ) pembentuk undang-undang; undang; Kemanfaatan bagi Pemohon.
MODIFIKASI OLEH MK Pemberlakuan putusan ditunda (Putusan Pengujian UU KPK [2006]); MK membuat norma baru (Putusan tentang Penggunaan KTP dan Paspor [2009]); MK menyatakan putusan berlaku surut (Putusan tentang Penghitungan Kursi Tahap 2 [2009]); MK membuat putusan provisi (Putusan Pengujian UU KPK oleh Bibit-Chandra [2009]); MK tidak membatalkan, tetapi hanya memberi tafsir (conditionally constitutional atau conditionally unconstitutional).
AKIBATNYA Terjadi judicial activism yang berlebihan (eksesif). MK layaknya legislator yang bekerja di pinggir lapangan (legislating from the bench). Karya ekskutif-legislatif yang melibatkan ratusan bahkan ribuan orang dapat dibatalkan oleh enam orang saja, yaitu satu orang iseng dan lima hakim mayoritas.
TINDAK LANJUT LEGISLASI Sebaiknya MK tetap menjadi negative legislator untuk menghindari menjadi legsilator dari bangku cadangan karena MK bukan lembaga perwakilan Seandainya ada putusan MK yang menimbulkan kekosongan hukum, pembentuk undang-undang harus diberikan kewajiban untuk mengisi kekosongan tersebut dalam waktu sesingkat- singkatnya. Bisa saja dengan mengeluarkan perppu.
TINDAK LANJUT LEGISLASI Agar putusan MK bermanfaat bagi Pemohon jika dikabulkan, perlu dipikirkan untuk memuat ketentuan tentang constitutional complaint (pengaduan konstitusional) sebagai bagian dari proses pengujian undang-undang; undang; Dengan mekanisme tersebut, putusan tidak harus membatalkan suatu UU. Cukup dengan menyatakan ketentuan UU dimaksud tidak berlaku khusus terhadap Pemohon.
PERUBAHAN UUD 1945 Jika terjadi perubahan UUD 1945 (lagi), pengaduan konstitusional sebaiknya masuk sebagai kewenangan mandiri MK; Selain itu, semua peraturan perundang- undangan diuji ke MK sehinga MK menjadi court of law dan MA menjadi court of justice.