SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Cupuwatie Cahyani G0007053 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET



dokumen-dokumen yang mirip
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUDAP DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PROGAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

PERBEDAAN NILAI RESPONSI PATOLOGI ANATOMI PADA PRAKTIKUM HISTOLOGI-PATOLOGI ANATOMI GABUNGAN DAN TERPISAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASISTENSI SKILLS LAB DENGAN NILAI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ASISTENSI LABORATORIUM ANATOMI TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN MAHASISWA KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan. Oleh : SUSANTI EKA SARI NIM : R

PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP TINGKAT STRES TUGAS AKHIR MAHASISWA D IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS

HUBUNGAN ANTARA ESTIMASI KAPASITAS CRANIUM DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA LAKI-LAKI DI SMP NEGERI 19 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN USIA IBU HAMIL KURANG DARI 20 TAHUN DAN LEBIH DARI 35 TAHUN SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH PANJANG JARI TELUNJUK TANGAN DAN JARI MANIS TANGAN TERHADAP TINGGI BADAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

1 Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KARYA TULIS ILMIAH. Yunita Dwiningtyas R

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI SECTION COMPONENT BODY AND WELDING DEPARTEMEN PRODUKSI MINIBUS PT.

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KINERJA DOSEN TEKNOLOGI FARMASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

HUBUNGAN ANTARA ESTIMASI VOLUME OTAK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G

PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PEREMPUAN PEKERJA SEKSUAL DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN KEINGINAN MENJADI AKSEPTOR PADA CALON PENGANTIN LAKI-LAKI DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA ANGKAT-ANGKUT PT. BAHAMA LASAKKA CEPER KLATEN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN TIDUR SIANG DENGAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA SISWA SDN NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN TINGKAT KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ADIGAMA PRIAMAS F G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

SOFIA PARAMITA R

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PRIA YANG BEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT DI PT TYFOUNTEX KARTASURA SKRIPSI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI

PERBEDAAN FASE PENDIDIKAN KEDOKTERAN TERHADAP PERSEPSI TENTANG INFORMED CONSENT SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

HUBUNGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN RIWAYAT ATOPI DAN MASA KERJA PADA PEKERJA SALON DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) ANTARA BURUH ADMINISTRASI DENGAN BURUH PROSES PENCELUPAN INDUSTRI BATIK SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA PERTAMA KALI BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TAHAP CUCI TANGAN MAHASISWA SAAT PRAKTIKUM DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Cupuwatie Cahyani G0007053 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2010 to user i

digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Cupuwatie Cahyani, G0007053, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Senin, tanggal 15 November 2010 Pembimbing Utama Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si NIP : 19640220 199003 2 001 (...) Pembimbing Pendamping Nama : Anik Lestari, dr., M.Kes NIP : 19680805 20112 2 001 (...) Penguji Utama Nama : Prof. Dr.H.Santoso, dr. MS. Sp.Ok NIP : 19441124 197609 1 001 (...) Penguji Pendamping Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes NIP : 19460202 197610 1 001 (...) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP : 19660702 19980 2 2001 NIP : 19481107 197310 1 003 ii

digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 15 November 2010 CUPUWATIE CAHYANI NIM G0007053 iii

digilib.uns.ac.id ABSTRAK Cupuwatie Cahyani, G0007053, 2010. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa Saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Metode : Penelitian ini adalah observasional analitik yang dilakukan dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 96 sampel yang terdiri dari 38 sampel laki-laki dan 58 sampel perempuan dengan skor tahap cuci tangan skor 8 sebanyak 11 sampel, skor 9 sebanyak 25 sampel, skor 10 sebanyak 1 sampel, skor 11 sebanyak 2 sampel, skor 12 sebanyak 7 sampel, skor 13 sebanyak 37 sampel serta sisanya skor 14 adalah sebanyak 13 sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 menggunakan uji statistik T-test Independent dan diteruskan dengan uji statistik regresi linier. Hasil : Hasil uji statistik T-test independent didapatkan nilai p = 0.006, dengan mean difference 1.318 dan IK 95% adalah antara 0.383 sampai 2.252. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier dengan nilai koefisien korelasi - 0.295, R square determinasi 0.087, nilai F hitung adalah 8.949 dan p = 0.004. Simpulan : Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa perempuan memiliki tahap cuci tangan yang lebih baik daripada laki-laki. Kata kunci : cuci tangan, jenis kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ( FK UNS ) iv

digilib.uns.ac.id ABSTRACT Cupuwatie Cahyani, G0007053, 2010. Sex Relationships with Students at Stage Hand Washing During Practicum at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.. Thesis. Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : This study is aims to determine the relationship of sex with student hand washing stage during practicum at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Methods : The study was an observational analytic with cross-sectional design. The study was conducted in April-June 2010 at the Laboratory of Microbiology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. Sample got by purposive sampling. This research is found 96 samples. There were 38 men and 58 samples women. Score of washing hand stages were 8 scores found 11 students, score 9 found 25 students, score 10 found 1 students, score 11 found 2 students, score 12 found 7 students, score 13 found 37 students and the remaining score 14 found 13 students. Data were analyzed with the program Statistics Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 statistical test T- test Independent and forwarded by linier regression statistical test. Results : Statistical analysis of independent T-test shows that p value = 0.006, with a mean difference 1318 and IK 95% are between 0383 to 2252. Furthermore, linear regression analysis with correlation coefficient -0.295, R square determination of 0087, calculated F value is 8949 and p = 0.004. Conclusion : There is a relationship between the sexes with hand washing stage during practicum student at the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret Surakarta where female students have a stage hand washing better than men ( p 0.05). Keywords : hands washing, sex, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta (FK UNS). v

digilib.uns.ac.id PRAKATA Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pelaksanaan dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Dr. Diffah Hanim, M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 4. Anik Lestari, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 5. Prof.Dr.H.Santoso,dr.MS.SP.OK, selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 6. H. Zainal Abidin,dr.,M.Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran UNS, yang telah berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Segenap Staf Laboratorium Field Lab dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. 9. Papa, mama, adek Ely, dan mas Syaiful yang telah banyak memberikan dukungan moril dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman penulis : Nur Afifah, Yunda Alhusna, Galih Herlambang, Miftahani Leo, Amirah Umar, Diana ZR, Dataari, serta Keluarga besar asisten Anatomi dan Field Lab terimakasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta sumbang saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua. Surakarta, November 2010 Cupuwatie Cahyani vi

digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... vi vii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI... 5 A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran... 20 C. Hipotesis... 20 BAB III METODE PENELITIAN... 21 A. Jenis Penelitian... 21 B. Lokasi Penelitian... 21 C. Subjek Penelitian... 21 D. Teknik Sampling... 22 E. Identifikasi Variabel Penelitian.23 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 23 G. Rancangan Penelitian... H. Instrumen dan Bahan Penelitian... 23 25 vii

digilib.uns.ac.id I. Cara Kerja... 25 J. Teknik Analisis Data Statistik...25 BAB IV HASIL PENELITIAN... 27 A. Karakteristik Responden... 27 B. Analisis Uji Kemaknaan antar Variabel... 31 C. Analisis Regresi Linier Variabel... 32 BAB V PEMBAHASAN... 34 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 37 A. Kesimpulan... 37 B. Saran... 37 DAFTAR PUSTAKA... 39 LAMPIRAN viii

digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Penjelasan Variabel Bebas dan Terikat Tabel 2. Distribusi Usia Responden Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Responden Tabel 4. Distribusi Predikat IPK Responden Tabel 5. Distribusi Kesibukan Organisasi Responden Tabel 6. Distribusi Jumlah Sumber Informasi Responden Tabel 7. Distribusi Skor Tahapan Cuci Tangan Responden Tabel 8. Analisis Kemaknaan Antar Variabel Tabel 9. Analisis Kemaknaan Antar Variabel (uji statistik regresi linier) ix

digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Data Sampel Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Lampiran 5. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian Lampiran 6. Foto Penelitian x

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, unsur kebersihan merupakan hal urgen yang berperan dalam menentukan kondisi kesehatan karena pola hidup bersih dapat mengeliminasi jumlah bakteri penyebab penyakit. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO, 2005), orang dengan pola hidup bersih dapat menurunkan jumlah bakteri yang ada pada tangannya. Selain itu, orang yang terjangkit penyakit tertentu kebanyakan disebabkan oleh pola hidup yang tidak bersih (Stone, 2001). Cuci tangan merupakan perwujudan pola hidup bersih. Banyak manfaat yang diperoleh dari cuci tangan misalnya untuk menghambat transmisi mikroorganisme patogen yang salah satunya adalah virus influenza A strain H1N1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grayson, et al. (2009), menunjukkan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah virus tersebut pada lengan kanan sampel setelah cuci tangan dengan alkohol selama 2 menit. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai salah satu Fakultas Kedokteran Negeri terkemuka tentunya dituntut untuk menjunjung tinggi nilai nilai kebersihan dalam seluruh aspek kegiatan kampus. Apalagi kampus merupakan lembaga pendidikan yang berkecimpung khusus dalam bidang kesehatan. Tentunya, pihak yang berkewajiban dalam menjalankan tugas tersebut adalah seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret commit Surakarta to user yang terdiri dari mahasiswa, staf 1

digilib.uns.ac.id 2 pengajar, dan karyawan dengan populasi terbanyak adalah mahasiswa. Salah satu cara untuk melaksanakan kewajiban ini adalah dengan menerapkan tata cara pola hidup bersih yang baik, seperti cara mencuci tangan (hand washing) dan memilih jenis antiseptik yang benar. Kedua hal tersebut sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri patogen pada tangan bila dilakukan dengan baik dan benar (Twomey, 2006). Penelitian mengenai tingkat kepatuhan cuci tangan di kalangan petugas paramedik sudah banyak dilakukan, namun tidak demikian dengan penelitian tingkat kepatuhan dan cara cuci tangan yang benar di kalangan mahasiswa kedokteran. Salah satu penelitian perilaku cuci tangan pada mahasiswa kedokteran pernah dilakukan oleh Semmelweiz sekitar tahun 1840 (Boyce dan Pittlet, 2002). Setelah itu, penelitian perilaku cuci tangan pada mahasiswa kedokteran tidak banyak dilaporkan. Stone (2001) melaporkan penelitiannya pada MB BS Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan 200 sampel mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan ujian pemeriksaan neurologis. Saat ujian, mahasiswa kedokteran diberikan kesempatan untuk melakukan kontak fisik dengan pasien. Dari hasil penelitian diperoleh persentase mahasiswa yang mencuci tangannya berkisar antara 8-20%. Sebanyak tiga perempat sampel yakin telah menghabiskan waktu untuk mencuci tangan mereka sedikitnya 60% dari total lama waktu mencuci tangan ideal. Mahasiswa kedokteran di Indonesia memiliki pola cuci tangan yang heterogen. Hal tersebut dapat dijadikan dasar oleh peneliti untuk mengambil sampel yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi masyarakat

digilib.uns.ac.id 3 Indonesia yang juga beraneka ragam. Selain itu, mahasiswa kedokteran juga memiliki pengetahuan kesehatan yang baik sehingga dapat dijadikan gambaran tentang kondisi masyarakat Indonesia yang juga memiliki tingkat pengetahuan dan akses kesehatan yang baik. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat disusun rumusan masalah, Apakah ada Hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan Mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahap cuci tangan mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNS.

digilib.uns.ac.id 4 b. Menganalisis tahap cuci tangan dengan jenis kelamin saat praktikum mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Tangan pada Mahasiswa saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta mengetahui faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tahap cuci tangan mahasiswa. 2. Manfaat Praktis a. Mewujudkan pola hidup bersih dan sehat di masyarakat. b. Mengetahui pentingnya melakukan tindakan cuci tangan bagi diri sendiri maupun sebagai bentuk pelayanan paripurna kepada pasien. c. Sebagai solusi bagi pemerintah untuk mewujudkan program Indonesia Sehat 2010. Hal tersebut disebabkan perilaku cuci tangan dapat menjadi awal perilaku hidup sehat.

digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Cuci Tangan Awal konsep mencuci tangan dengan bahan antiseptik muncul di awal abad ke-19. Pada awal tahun 1822, seorang Ahli Farmasi Perancis mendemonstrasikan larutan yang mengandung klorida pada limun atau soda yang dapat menghilangkan bau busuk mayat manusia dan dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik. Dalam tulisannya yang dipublikasikan pada tahun 1825, ahli farmasi tersebut menyatakan bahwa dokter ataupun orang yang mendatangi pasien dengan penyakit berbahaya dapat terhindar dari penyakit tersebut dengan menggosok tangannya menggunakan cairan yang menggunakan klorida tersebut (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007). Pada tahun 1843, Holmes menyimpulkan bahwa demam purpura dipindahkan dari satu pasien ke pasien lain melalui tangan para petugas kesehatan. Dari hasil observasinya, Holmes menyimpulkan bahwa untuk mencegah terjadinya penyebaran demam purpura, dokter yang menangani persalinan wanita tidak diperkenankan ikut serta dalam pemeriksaan forensik. Jika dokter tersebut tetap ikut dalam pemeriksaan forensik, Holmes menyarankan dokter tersebut untuk mencuci tangannya dengan baik, mengganti setiap pakaiannya, dan beristirahat minimal 24 jam sebelum kembali membantu persalinan atau memeriksa pasien. Selain itu, 5

digilib.uns.ac.id 6 Holmes juga menyarankan jika seorang dokter menangani pasien demam, maka sebaiknya dihentikan praktiknya kurang lebih satu bulan (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007). Observasi Holmes diikuti pula oleh Semmelweis pada tahun 1846. Semmelweis menyimpulkan bahwa wanita yang bersalin dengan dibantu mahasiswa kedokteran dan dokter di Rumah Sakit Umum Wina memiliki angka mortalitas tinggi daripada mereka yang dibantu oleh bidan. Semmelweis mencatat bahwa dokter yang pindah dari kamar autopsi ke ruang operasi obstetrik memiliki tangan yang berbau tidak sedap meskipun telah mencuci tangannya dengan sabun dan air ketika memasuki klinik obstetrik (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007). Menurut postulat Semmelweis, demam purpura yang mempengaruhi wanita postpartum adalah akibat berbagai partikel pada kadaver yang pindah dari kamar autopsi ke ruang persalinan lewat tangan mahasiswa dan dokter. Mungkin, karena telah diketahuinya efek menghilangkan bau oleh campuran klorida. Pada Mei 1847 Semmelweis menyarankan mahasiswa kedokteran dan dokter membersihkan tangannya dengan larutan klorida bila berpindah dari satu pasien ke pasien lain. Observasi oleh Semmelweis ini kemudian menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan bahan antiseptik dapat mengurangi transmisi penyakit berbahaya oleh petugas kesehatan lebih baik dibanding mencuci tangan dengan sabun dan air biasa. Berdasarkan hasil studi Holmes dan Semmelweis tersebut, mencuci tangan diterima sebagai cara penting dalam

digilib.uns.ac.id 7 pencegahan transmisi patogen pada fasilitas pelayanan kesehatan (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007). Terminologi cuci tangan di bidang kedokteran diartikan sebagai kegiatan asepsis yang bertujuan mengurangi kolonisasi flora transien (mikroorganisme yang sebenarnya tidak hidup normal di bagian tubuh tersebut namun tidak patogen pada individu dengan daya tahan tubuh baik). Terdapat dua bagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada kulit, yaitu mikroorganisme yang memang normal terdapat di kulit dan mikroorganisme yang bersifat sebagai kontaminan sementara. Flora residen yang merupakan flora normal kulit mempunyai potensi patogenik yang rendah, sedangkan flora yang transien di kulit merupakan penyebab paling sering infeksi nosokomial akibat transmisi silang di rumah sakit (Pittet, 2001). Mencuci tangan yang diduga terkontaminasi setelah merawat atau memegang pasien dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai materi, di antaranya (Pittet, 2001) : a. Sabun. Bahan ini dapat menyingkirkan beberapa mikroba secara mekanis. Mencuci tangan menggunakan air yang dicampur dengan sabun atau deterjen dapat membantu melepaskan debu, bakteri, protein, dan sekresi minyak dari kulit yang tidak lepas hanya dengan menggunakan air saja (WHO, 2005). Mencuci tangan menggunakan air panas dengan temperatur yang nyaman di kulit terbukti lebih efektif dalam membersihkan tangan. Hal ini disebabkan kemampuan air panas dalam melarutkan berbagai substansi seperti debu, minyak, dan/atau

digilib.uns.ac.id 8 zat kimia, dan bukan karena kemampuan air panas yang dapat membunuh kuman. Temperatur air yang paling efektif membunuh kuman adalah sekitar 100 o C, sedangkan temperatur air paling nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 o C (WHO, 2005). b. Klorheksidine Glukonat dan Povidon Iodine. Kulit manusia normalnya mengandung sel-sel mati, keringat kering, bakteri, sekresi minyak, protein, dan debu. Sabun biasa tidak dapat membunuh patogen, akan tetapi penambahan bahan kimia antiseptik pada sabun menjadikan sabun memiliki sifat pembasmi kuman dengan tangan (WHO, 2005). Bahan antiseptik, seperti klorheksidine glukonat atau povidon iodin, digunakan untuk mengeliminasi flora-flora transien melalui efek deterjen mekanik. Selain itu, zat antiseptik ini dapat tetap mempertahankan fungsi antimikrobanya pada flora lain yang kemungkinan masih tersisa. Menurut Rotter, bahan antiseptik tidak hanya menghilangkan flora transien secara mekanik namun juga secara kimiawi membunuh flora yang mengkontaminasi dan berkolonisasi dengan aktivitas residu yang lama (Kesavan et al., 1998). c. Alkohol. Alkohol memiliki aktivitas paling baik dan paling cepat dalam membunuh bakteri dari semua jenis antiseptik. Bahan ini juga dipilih untuk hand-rubbing dan biasa disebut desinfektan-tangantanpa-air (waterless hand desinfection). Menggosok tangan dengan alkohol baik sebagai upaya desinfeksi tangan karena alkohol memilih spektrum antimikroba yang optimal (aktif melawan semua bakteri, virus, dan jamur), tidak membutuhkan wastafel atau tempat khusus

digilib.uns.ac.id 9 untuk menggunakannya, ketersediaannya mudah, dan kerjanya cepat (Pittet, 2001). Cuci tangan memiliki banyak manfaat antara lain: a. Mencegah Infeksi Nosokomial Cuci tangan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit merupakan salah satu langkah preventif untuk mencegah infeksi nosokomial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grayson et a.l (2009), mencuci tangan dengan menggunakan sabun maupun dengan menggunakan pencuci tangan berbasis alkohol efektif dalam mengurangi konsentrasi virus pada tangan. Dengan berkurangnya konsentrasi viral pada tangan, transmisi virus dari tenaga kesehatan kepada pasien, maupun kepada sesama tenaga kesehatan dapat dicegah. Cuci tangan juga merupakan salah satu intervensi nonfarmakologis dalam mencegah penyebaran influenza (Ford dan Grabenstein, 2006). b. Mencegah Penularan Penyakit Infeksi Cuci tangan merupakan cara efektif dan sederhana sebagai upaya pencegahan penularan penyakit infeksi. Hal tersebut disebabkan cuci tangan dapat mencegah seseorang terpajan dengan mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sandora, seorang dokter di Divisi Penyakit Menular pada Rumah Sakit Anak Boston, menunjukkan bahwa jumlah kasus diare turun hingga 59 persen setelah anak-anak di rumah sakit tersebut mencuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik (Barclay dan Lie, 2008).

digilib.uns.ac.id 10 c. Mengurangi Jumlah Flora Transien di Tangan Berdasarkan penelitian, pemakaian 3 jenis pencuci tangan berbasis alkohol (gel etanol 61.5%; etanol 70% ditambah larutan chlorhexidine 0.5%; isopropanol 70% ditambah larutan chlorhexidine 0.5%) serta mencuci tangan dengan air dan sabun efektif dalam mengurangi konsentrasi viral pada tangan pada para medis di suatu rumah sakit (Grayson, 2009). 2. Tahap Cuci Tangan Agar tujuan cuci tangan dapat tercapai diperlukan metode cuci tangan yang sempurna. Tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut (Sherertz dan Sarubbi, 1983; Anonim, 2009) : a. Tangan dibasuh dengan air hangat yang mengalir dan menggunakan sabun (sebaiknya sabun cair). b. Melakukan tahap-tahap pembasuhan tangan sebagai berikut: Gambar-1: Urutan dan Cara Mencuci Tangan yang Benar (Anonim, 2009) 1) Telapak tangan ke telapak tangan (palm to palm). 2) Telapak tangan kanan membasuh bagian punggung tangan kiri, dan sebaliknya (palm to back).

digilib.uns.ac.id 11 3) Telapak tangan ke telapak tangan, jari-jari saling menyilang untuk menggosok sela jari (finger webs). 4) Mempertemukan kuku-kuku kedua tangan dan saling menggosok. 5) Menggosok dengan gerakan memutar ibu jari kanan dengan telapak tangan kiri. 6) Menggosok telapak tangan kiri dengan gerakan memutar ke depan ke belakang menggunakan jari-jari kanan, dan sebaliknya.

digilib.uns.ac.id 12 c. Tangan kemudian dibilas dengan air hangat yang mengalir untuk membersihkan sisa sabun. d. Tangan dikeringkan dengan seksama. Selain itu terdapat hal-hal yang penting dilakukan untuk lebih menyempurnakan cuci tangan, yaitu (Anonim, 2009; Wilkinson dan Van Leuven, 2007) : 1) Mengangkat lengan baju. 2) Melepaskan perhiasan yang dipakai. 3) Melepaskan jam tangan. 4) Menghindari air memercik ke pakaian. 5) Menghindari memegang wastafel. 6) Menuangkan 3-5 ml sabun cair. 7) Menggosokkan sabun ke seluruh permukaan tangan. 8) Menggosok tangan selama minimal 15 detik. 9) Menyabuni seluruh permukaan tangan dan jari-jari. 10) Membersihkan kuku, bila kuku kotor. 11) Membilas tangan dengan air dan menjaga tangan tetap lebih rendah dari lengan bawah. 12) Mengeringkan tangan dengan kain atau tisu kering mulai dari jari ke lengan. 13) Mematikan keran dengan tisu/handuk. 14) Mengoleskan losion tangan atau pelindung kulit lain.

digilib.uns.ac.id 13 3. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang. Antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai pola hidup bersih. Hal tersebut juga dapat menyebabkan tahap cuci tangan antara laki-laki dan perempuan dapat berbeda. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di tujuh kota di Korea Selatan dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong, et al. (2007) menemukan bahwa 63,4% responden mencuci tangannya setelah menggunakan kamar mandi umum. Salah satu faktor signifikan yang terkait dengan peningkatan tingkat cuci tangan adalah jenis kelamin wanita. Penelitian lain oleh Johnson, et al. berteori bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding pria dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian ini, Johnson, et al. (2003) memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang untuk mencuci tangannya di kamar mandi umum. Observasi terhadap 175 individu (95 wanita dan 80 pria) menyatakan bahwa 61% wanita dan 37% pria mencuci tangannya, tanpa adanya tanpa peringatan. Sedangkan 97% wanita dan 35% pria mencuci tangannya pada keadaan ada tanda peringatan. Pada kelompok pekerja medis, perbedaan ini juga diteliti oleh Van de Mortel, et al. (2001) di dalam Critical Care Unit (CCU) sebuah institusi pendidikan kedokteran dan keperawatan di Australia. Di mana mereka menemukan bahwa staf CCU wanita secara signifikan mencuci tangan mereka lebih sering dibanding staf pria setelah kontak dengan pasien, dengan nilai (p = 0.0001). Dalam penelitian tersebut disimpulkan

digilib.uns.ac.id 14 bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi tingkat cuci tangan, meskipun angka ini dapat berubah pada grup profesi tertentu. 4. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Pendidikan Pendidikan juga dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Larson, et al., mengenai implementasi dari program intervensi edukasi/feedback pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) dan ICU bedah. Dari penelitian tersebut diperoleh setelah dilaksanakannya program pendidikan, kepatuhan dan cara mencuci tangan dengan benar berubah sedikit; ICU 14% (sebelum) dan 25% (sesudah); ICU bedah 6% (sebelum) dan 13% (sesudah) (Larson et al., 1997; Littet et al., 1999; Voss et al., 1997). 5. Hubungan Tahap Cuci Tangan dengan Kesibukan Organisasi Organisasi kampus juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi cuci tangan terutama pada mahasiswa kedokteran. Hal tersebut disebabkan organisasi kampus dapat menjadi wadah promosi kesehatan khususnya cuci tangan. Hal tersebut tergantung pada jenis organisasi yang diikuti. Namun, organisasi kampus ternyata dapat mengurangi waktu cuci tangan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah organisasi yang diikuti (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas Newscastle, Inggris, dengan 300 sampel yang terdiri dari 150 sampel sibuk ( 4 organisasi kampus yang diikuti) dan 150 sampel tidak sibuk (<4 organisasi

digilib.uns.ac.id 15 kampus yang diiikuti), ternyata sebesar 26 % yang mencuci tangan benar pada sampel sibuk dan 67 % pada sampel tidak sibuk (Tones dan Tilford, 2001; WHO 2005). 6. Hubungan antara Tahap Cuci Tangan dengan jumlah sumber informasi Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang. Hal tersebut disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk cuci tangan dengan benar. Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan cuci tangan adalah orang tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al. kepada anak-anak yang berumur 13,4 tahun dengan jumlah sampel 645, menunjukkan bahwa anak-anak mencuci tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah 66,7%, dari media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan yang tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam, 1998). 7. Perilaku Kesehatan Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga petugas kesehatan tidak sempat

digilib.uns.ac.id 16 memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting bagi seorang petugas kesehatan untuk dapat menelaah alasan di balik perilaku individu sebelum mampu mengubah perilaku tersebut. Hal yang paling penting dalam mewujudkan perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan proses perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan dan juga sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2001). Terdapat berbagai macam teori yang menjelaskan tentang perubahan perilaku seseorang terhadap suatu perilaku kesehatan. Dalam teori perilaku individu, terdapat beberapa teori dasar yang mencoba menerangkan konsep perilaku dan hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tersebut. Teori tersebut adalah The Health Field Concept, Health Belief Model (HBM), Theory of Reasoned Action (TRA) dan teori perilaku berencana (Theory of Planned Behavior) (Notoatmodjo, 2001). Selain itu juga masih ada beberapa teori perilaku yang juga penting dalam upaya menerangkan perilaku individu. 8. Theory of Planned Behavior (Tones dan Tilford, 2001) Pada teori health action model dikembangkan untuk menjelaskan secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk hidup sehat. Terdapat dua bagian utama dari teori ini yaitu berperan dalam keinginan individu untuk bertindak atau disebut juga behavioural intention; yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu: