Aku duduk di sebelahmu. Ketika kulihat wajahmu, kau jadi nanar, matamu kosong.

dokumen-dokumen yang mirip
Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

Flower 1. Enam Tahun yang Lalu

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Bodoh Sekali. Oleh: Ga Hyun

Aku belajar bahwa tawa dan airmata bukan sesuatu yangg memalukan, Aku mau menjadi rajawali yang siap setiap saat melewati badai hidup dan tak akan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Kurasa memang benar, sebaiknya kita membeli boks yang lebih besar.

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Beras Warisan Sang Istri

P A D A M U E M B U N

Aku sering kali bertanya, Mengapa?

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

Satu hal lagi, mereka tahu apa yang terjadi pada keluarga pemilik rumah ini.

ZAIM YANG PENYAIR KE ISTANA

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

DESSA FITRI MASINTA DEWI

Saat itu aku sedang berdua di rumah dengan Fadhil, Kak Dityo sedang berada di kampus, dan Kak Darma baru saja pulang.

Janji Nenek/Grandmother s Promise. M. Arif Budiman

BUKAN KISAH RAMA SINTA. Oleh: Irahayuni

semoga hujan turun tepat waktu

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

41 A. Menyampaikan Pesan Pendek

Sayangnya, bukan karena faktor-faktor positifnya. Gang Eyeri-Headburry terkenal sebagai gang terkumuh di kota Headburry. Terkotor, terbobrok, dan


Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

BROADCASTING TV. (Sinopsis Film Pendek) Di Susun Oleh : : Feraari Andari NIM :

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

Kau Tetap Indonesiaku

TUGAS BROADCASTING. Naskah Film Setengah Sendok Teh

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

CERPEN : ANGIN DARI GUNUNG - A. A. NAVIS

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Oleh: Windra Yuniarsih

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Bagian Satu: Masa Pencarian Cahaya

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

MEMBINGKAI ASA. Tarie Kertodikromo

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Maaf, Ki. Kamu salah paham selama ini. Kiama benar-benar tidak paham kalimat yang diucapkan Rifan. Bagaimana mungkin dia salah paham, jika perhatian

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Atau ada juga yang hanya di dalam kota. Ada yang ke Dufan, Water Boom, atau ke Puncak. kata Anti lagi.

A Y U R I A N N A. There s Something Between Us

STOP Hakimi Aku. The Stories *** Tapi... apa itu mungkin, Tuhan? Aku tahu betul kalau. harapan ini sudah melampaui kodratku sebagai laki-laki yang

IBU DAN CINTA INT.DI DAPUR TEMPAT IBU MULYADI MEMASAK(PAGI)

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

NEGERI PRAYOGI. Sudah dua hari aku libur semester ganjil. Tidak sampai enam bulan lagi aku akan menempuh

Pagi itu, Roni beranjak dari tempat tidur.

PROLOG. Terbangun di tempat yang aku tidak mengenalnya bukanlah impianku.

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Untuk Speakers, Okky Avianty, Januari-02. dan keponakan paling kepo sedunia. -Deniz Rausan Fikri.

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

1. Aku Ingin ke Bandung

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

Lima Belas Tahun Tidak Lama

04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

TUGAS BROADCASTING. Nim : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

My Love Just For You vol1

Perjodohan... Hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupku.

37. Hari Yang Kelabu

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Di Ujung Langit Ada Mimpi

SAMPLE. Prologue. Beberapa tahun lalu... image diriku yang ingin kutanamkan dalam benakku. Aku

Transkripsi:

Mereka menculikku. Semakin lama aku semakin yakin. Jangan dikira aku tidak tahu, tawa sopir yang dari tadi meringis di kaca spion semakin meyakinkanku. Kau ingat drama penculikan 30 September? Hampir mirip seperti itu, ususku sudah terburai keluar, kau mencabikcabikku lebih dari itu, tubuhku penuh sayatan silet, perih sekali. Darah keluar sedikit demi sedikit namun hampir di seluruh tubuh. Vaginaku menganga. Nanah mulai mengalir di selangkanganku. Aku ingin kencing, aku ingin kencing. Bang, aku ingin kencing! aku guncang pundak sopir yang sama sekali tidak mempedulikanku. Kutengok kanan dan kiri, tidak ada yang mencegahku. Sssssrrrr, akhirnya aku kencing di celana. Perih sekali. Nanah mengucur deras. Begitu juga air mataku. Dan layaknya perempuan-perempuan malang yang dinistakan dan difitnah, kemudian diculik dan segera ditembak mati di sebuah tempat. Itulah aku. Kamera menjauh dari mobil yang tadi menurunkanmu di tengah jalan. Tidak berapa lama, terdengar suara tembakan. Kau tersenyum. Kau mengira aku sudah tertembak mati, sehingga tidak akan ada lagi yang merengek-rengek atas nama cinta kepadamu.

Tapi kau salah! Aku berhasil lari! Aku lari dengan nanah di vagina dan sayatan di seluruh tubuh! Dalam kepedihan tak tertahankan itu, aku terus lari. Aku lari menjauhi sorak-sorai di belakangku. Kafir-kafir! Haram-haram! Semakin lama semakin jelas. Dan entah datangnya dari mana kemudian muncul banyak sekali anak-anak kecil berlari ke arahku. Haram-haram! Haram, haram, kafir-kafir-kafir! Kafir, kafir." dan anak-anak kecil desa itu terus membuntuti langkahku yang kian lemah dan terseok. Mereka terus berteriak, sambil menutup hidung. "Bau ya, Mbaknya!" "Bau banget! Anyir kayak bau bang." "Asta." sayup-sayup kudengar suara mereka. Tiba-tiba kau berjalan di sampingku, aku masih mengingatnya. Bahkan genggaman tanganmu pun masih bisa kurasakan, setidaknya sampai di depan rumah. Dan setelah perempuan paruh baya berkerudung ungu itu menyilakan masuk, kita kemudian duduk. Ruangan itu ternyata telah penuh orang, mereka semua menutup hidung dan mulut dengan kain, dan mereka semua melihatku. 2

Aku duduk di sebelahmu. Ketika kulihat wajahmu, kau jadi nanar, matamu kosong. Haram, haram. Kafir, kafir. Suara-suara itu masih menyusup di telingaku. "Hus, hus pergi. bisikku Haram, haram! Kau haram, kau haram! Kau kafir, kau kafir! Masih saja suara itu berputar-putar di telingaku. Hus, hus... kataku sekali lagi. Akhirnya suara itu lamat-lamat pergi. Semua orang di ruangan itu menutupi hidungnya rapat-rapat, begitu juga laki-laki yang tadi menggenggam tanganku. Kemudian, suara berat yang berasal dari ujung ruangan itu mengagetkanku. Ia semakin lama semakin mendekat, dan kemudian duduk tepat di hadapanku. "Maaf sekali, kami tidak menyambut tamu dengan baik. Desa kami sedang terkena wabah bau anyir." "Cuih! Cuihhh!!!" Tiba-tiba laki-laki tua itu meludah di depanku. "Masak situ nggak nyium baunya!" 3

Aku menengok kanan-kiri, mengendus-endus kebingungan, mencoba mencium bau yang mereka bilang busuk itu. "Ayo, coba diendus lagi, Mbak, barangkali masih mampet hidungnya." Kembali kulakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Tidak ada kemajuan. Aku bahkan tidak mencium bau apa pun. Kamu menciumnya juga? Aku bertanya kepada laki-laki di sebelahku. Dia mengangguk ragu-ragu. Jadi, hanya aku yang tidak menciumnya. Blaik, sudah sangat sering aku begini, menjadi bagian dalam minoritas, bahkan dalam urusan cium-mencium. Aku tersenyum berusaha menguasai situasi. "Boleh saya bicara langsung dengan Bapak?" Jeda. Jadi maksud kedatangan saya ke sini adalah. "Duuuhhh... tambah bauuuuuu!!!" begitu kata anak kecil di sudut ruangan, berkaos spiderman. Aku tetap bicara. "Maaf, saya memang kurang tajam dalam penciuman, kecuali saat ibu saya memasak tempe goreng dan sambal jlantah untuk sarapan keluarga kami... Diam. 4

Jadi, Bapak perlu ketahui, saya punya maksud tertentu datang ke sini. Belum selesai aku berbicara, mereka sudah berteriak-teriak tak keruan. Aduuhhh... Aku lihat semua orang mulai menutup hidung dan mulutnya. Anak kecil spiderman itu malah kemudian menangis. Makkkk... Mbak itu bauuuuuu!!!!! Bau anyiiirrrrrr!!! Duh. Geram sekali aku mendengarnya. "Saya rasa, Anda bau!" begitu suara bapak di depanku. "Benarkah bau itu dari saya?" Aku meneliti tubuhku dan tidak tampak ada sesuatu yang membuatku bau anyir. Laki-laki di sebelahku hanya diam saja. Aku tidak sempat bertanya padanya. Aku memikirkan orang-orang di depanku yang menuduhku bau. Apa-apaan ini? "Bapak tidak bisa menuduh saya yang tidak-tidak!" "Kenapa tidak? Kenyataannya begitu!" "Bapak tidak ada bukti!" "Loh, buktinya Anda sendiri! Semua yang ada di sini bilang bau!" 5

"Nah, Bapak sendiri yang bilang bahwa semua yang ada di sini bau!" "Maksud saya, semua yang ada di sini membaui Anda. Dan Anda bau!" "Tapi kenapa mereka diam saja. kenapa hanya Bapak yg bicara. Saya curiga Bapak sudah mempengaruhi mereka!" "Loh, Anda menuduh saya?" Bapak itu mengacungkan jarinya tepat di depan hidungku. Kain penutup hidungnya jatuh. Dia tidak terlihat membaui sesuatu yang busuk dan anyir. "Saya pikir Bapak duluan yang menuduh saya bau. Dan Bapak bohong! Lihat, Bapak baik-baik saja tanpa penutup hidung!" Cepat-cepat dia beringsut, mengambil kain dalam hitungan detik dan menyilangkan tangannya ke atas. "Demi Tuhan, Nak, saya tidak berbohong!" "Demi Tuhan juga, Pak, saya tidak merasa bau!" Tiba-tiba aku sadar. "Hey!" aku berseru setengah berteriak kepada laki-laki di sebelahku yang dari tadi diam saja. "Apakah aku bau? kau membauinya?" "Ayo jawab! Kenapa tak ada satupun kata keluar dari mulutmu?" aku berontak dan menarik kain penutup hidung dan mulutnya. 6

Aku melonjak kaget. Laki-laki ini tidak punya mulut, mulutnya sudah dijahit dengan benang hijau dan kuning, ada abu-abunya sedikit, agak mencong-mencong jahitannya. Tidak rapi. Dan itu membuatnya seram. "Laki-laki ini tidak punya mulut" aku menunjuknya, dan berpaling kepada Bapak di depanku. "Tapi dia tidak bau!" "Bagaimana Bapak bisa tahu dia tidak bau?" Lama sekali bapak ini menjawabnya, untuk kemudian keluar jawabannya. "Karena dia anakku, dan kau bukan!" "Karena dia mencintaimu, dan aku tidak merestuinya! Karena dia berontak, dan dia gagal! Karena dia meronta, tetapi tidak berdaya! Karena dia sudah kusembelih untuk kupersembahkan kepada Tuhan, dan dia sudah mengangguk mengiyakan!" "Haram! Haram! Kafir! Kafir! Haram! Haram! Kafir! Kafir..." 7

Masih terdengar sayup-sayup suara itu, bahkan ketika aku terseok meninggalkan sorak-sorai anak-anak kecil yang sedari tadi menggiringku keluar dari desa itu. Kakiku lecet-lecet, darah keluar dari kelaminku. Nanah tercecer di mana-mana. Dan, tidak seperti saat datang bulan, aku merasakan perih luar biasa di dadaku, bukan di kelaminku yang mengeluarkan darah. Bau anyir. Bau sekali. Bau... Dan tidak ada siapa-siapa. Hanya aku. Mungkin Bapak itu benar. Aku BAU! Rumahnya agak jauh dari Jakarta, ternyata. Taksi yang kami naiki masih saja terus berjalan, semenjak tadi aku melihat gedung gedung tinggi, dan sepertinya malah semakin menjauh. Nah, kita sudah masuk Tangerang, Sayang. O ini Tangerang, Mas? 8

Iya. Nah, ini mal yang paling deket, nanti kita jalan-jalan ke sini. Ada toko buku juga, ada restoran, ada rumah sakit, pokoknya di sini lengkap, Dek Seperti kota kecil. Seperti kota kecil. Kami saling memandang dan mengucapkan kata yang sama, lalu tertawa bersama. Iya, aku tahu, sudah puluhan kali kau bilang semenjak masih di Malang Yang Mas bilang ada gedung bioskopnya itu mana? Lho, yang tadi aku tunjukin, yang di mal tadi! Sering ke sana, Mas? Ya, lumayan. Taksi masih saja terus melaju, menjauh dari keramaian Tangerang yang tadi dipamerkan suamiku. Dan ketika memasuki perumahan itu, aku menangis. Rumah-rumahnya begitu tertata, banyak bunga dan tanaman di bagian depannya. Di rumah Surabaya aku juga memelihara banyak kembang, aku suka melihat mereka tumbuh. 9

Di rumah kita juga banyak kembang, Dek! Tiba-tiba terdengar suaranya menenangkan, seakan mengerti apa yang sedang kupikirkan. Ini masjid besarnya, Mas? Iya, sudah deket kok ke rumah kita. Dia memelukku. Depan belok kiri, Pak. Terus gang pertama belok kiri lagi! Welcome to our lovely house. Aku turun dari taksi, dan melihat rumah kecil nan indah yang sudah tertata Ini rumahmu, Mas? Rumah kita! Aku tidak terobsesi dengan Tuhan. Tuhanlah yang terobsesi denganku. Tapi mengapa aku terobsesi dengannya yang remeh-temeh begini. 10