BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGOLAHAN DATA

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB II DAERAH PENELITIAN & BAHAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

BAB II DASAR TEORI Koreksi Geometrik

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

BAB 3 METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Latar belakang. Kerusakan hutan. Perlu usaha: Perlindungan Pemantauan 22/06/2012

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

terhadap kesehatan persalinan. Sehingga tak heran jika negara-negara maju di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI MENGGUNAKAN FOREST CANOPY DENSITY (FCD) DAN RADAR BACKSCATTERING JERS-1 SAR

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PENGEMBANGAN TEKNIK KOMPRESI EXISTING DAN SIMULASI

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS. V.1 Analisis Data

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Bab IV Analisis dan Pembahasan

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

Gambar 8. Lokasi penelitian

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

Transkripsi:

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat 1. Citra Radarsat yang digunakan merupakan data mentah (Raw data) dan tersimpan dalam format biner. Agar Citra tersebut lebih mudah diolah maka format penyimpanan citra diubah menjadi geotiff, namun kemungkinan akan terjadi loss data pada saat penyimpanan sehingga munculnya null value pada beberapa pixel. 2. Root Mean Square Error (RMSE) GCP pada koreksi geometrik diusahakan kurang dari satu karena citra referensi yang digunakan adalah citra Landsat dimana RMSE bernilai satu pada Landsat berarti kesalahan posisi sebesar 3 meter. Dari nilai RMSE pada koreksi geometrik, diketahui adanya kesalahan posisi rata-rata sebesar 1 meter. 3. Pemilihan metoda Lee filtering dalam reduksi speckle dilakukan karena menurut beberapa referensi Lee filtering memberikan hasil yang baik dalam mereduksi speckle noise, hal ini dibuktikan dengan membandingkan apabila menggunakan Gamma filtering. 5.2 Analisis Nilai Koefisien Radar Backscattering Padi Rentang nilai koefisien backscattering yang didapat pada penelitian ini tidak mengikutkan beberapa parameter yang ada karena kurangnya data pendukung yang digunakan. Nilai digital number (DN) yang digunakan bisa saja bertampalan dengan nilai digital number objek lainnya. Nilai koefisien radar backscattering pada tiap daerah tutupan padi di Kabupaten dan Kota Bogor berbeda-beda namun masih berada dalam rentang nilai yang didapat. Hal ini bisa dikarenakan pola dan waktu tanam yang berbeda pada tiap daerah tersebut. 26

5.3 Analisis Peta Klasifikasi Padi 1. Klasifikasi menggunakan metode Maximum Likelihood dilakukan karena histogram yang didapat dari masing-masing training sites menunjukkan lebih banyak data yang terdistribusi normal. Klasifikasi dilakukan tanpa membandingkan dengan metode lainnya, karena ketika akan membandingkan dengan salah satu metode klasifikasi yang lain komputer menunjukkan gejala running low memory (komputer yang digunakan tidak sanggup menjalankan proses) dan proses klasifikasi tidak dapat dilanjutkan. 2. Hasil klasifikasi cukup memuaskan karena dalam pemilihan training site dilakukan dengan membandingkan tampilan citra Radarsat dan citra Landsat, serta dengan melihat peta tutupan lahan yang ada. 3. Luas lahan padi berdasarkan koefisien radar backscattering yang sesuai dengan peta tutupan lahan Kabupaten & Kota Bogor adalah 16.7,96 Ha. Peta tutupan lahan hasil validasi menunjukkan tingkat kesesuaian 7% hal ini membuktikan jika perhitungan koefisien backscattering melibatkan parameter-parameter lainnya tingkat kesesuaian dari tutupan lahan yang dihasilkan bisa mencapai 9% bahkan lebih. 4. Vektorisasi yang dilakukan hanya berdasarkan kelas yang dibuat pada peta density slicing, terdapat kesulitan membuat peta vector ini karena yang diinginkan sebetulnya hanya vektorisasi untuk rentang nilai koefisien radar backscattering namun sewaktu membuat peta berdasarkan nilai rentang koefisien radar backscattering padi memakan waktu yang lama tetapi proses gagal setelah 2 jam proses vektorisasi berlangsung menggunakan perangkat lunak envi 4.2. 5. Nilai koefisien radar backscattering padi yang terdapat pada peta validasi tutupan padi disajikan pada profile melintang pada tiga area tutupan padi (Gambar 5.1, Gambar 5.2, Gambar 5.3, Gambar 5.4). Panjang penampang A-B adalah 218 meter, penampang C-D adalah 117 meter dan penampang E-F adalah 118 meter. 27

Gambar 5.1 Lintasan penampang A-B, C-D, E-F Koefisien radar backscattering(db) panjang lintasana B 6735 674 6745 675 6755 676 1 2 3 4 7 panjang lintasana B Gambar 5.2 penampang melintang koefisien radar backscattering padi pada daerah A-B 28

Koefisien radar backscattering(db) Penampang C D 6855 52 68552 68554 68556 68558 54 56 58 Penampang C D Gambar 5.3 penampang melintang koefisien radar backscattering pada daerah C-D Koefisien radar backscattering (db) Penampang E F 1 73162 73164 73166 73168 7317 73172 73174 2 3 4 7 (m) scatter3 Gambar 5.4 Penampang melintang koefisien radar backscattering pada daerah E-F Pada Gambar 5.2, gambar 5.3 dan Gambar 5.4 terlihat ada nilai koefisien radar backscattering yang berada diluar rentang nilai koefisien radar backscattering padi, karena adanya kemungkinan objek lain selain padi pada lintasan tersebut. Rentang koefisien radar backscattering padi pada profil tersebut adalah -55.5 hingga -52.3. Untuk memastikan banyaknya tanaman padi pada lintasan yang sama dapat kita lihat dari nilai nya yang disajikan pada Gambar 5.5, Gambar 5.6, dan Gambar 5.7 29

.18.16.14.12.1.8.6.4.2 penampang A B 6735 6745 6755 penampang A B Gambar 5.5 penampang A-B Berdasarkan nilai pada penampang A-B kerapatan tanaman padi cukup tinggi pada awal dan akhir lintasan. penampang C D.25.2.15.1.5 6855 68552 68554 68556 68558 penampang C D Gambar 5.6 panampang C-D Pada penampang C-D densitas padi cukup kosntan, semua lahan tertutup tanaman padi. Sedang pada penampang E-F tutupan padi terlihat tinggi pada pertengahan lintasan. 3

penampang E F.35.3.25.2.15.1.5 7316 73165 7317 73175 penampang E F Gambar 5.7 penampang E-F Ketiga histogram nilai koefisien radar backscattering dan nilai dibuat histogram baru agar terlihat hubungan yang terkandung pada keduanya (Gambar 5.8, Gambar 5.9, Gambar 5.1) : penampang A B koefisien radar backscattering(db) 1 2 3 4 7.1.2.3 penampang A B Gambar 5.8 - Koefisien radar backscattering penampang A-B 31

Scattering C D Koefisien radar backscattering(db) 51 52 53 54 55 56 57 58 59.1.2.3 Scattering C D Gambar 5.9 - Koefisien radar backscattering penampang C-D penampang E F 48 Koefisien radar backscatterign (db) 52 54 56 58 62.1.2.3.4 penampang E F Gambar 5.1 - Koefisien radar backscattering penampang E-F Waktu pengambilan antara koefisien radar backscattering dan landsat sangat jauh yaitu terpaut 6 tahun oleh karena itu sangat sulit mendapatkan hubungan yang signifikan antara keduanya. Namun dari pemakaian kedua metode tersebut kita dapat menarik sebuah pendapat bahwa struktur dari tanaman dan area sangat mempengaruhi koefisien radar backscattering yang diperoleh, dan dengan nilai kita dapat mengetahui tingkat kerapatan tanaman padi pada tiap area tersebut. 32