BAB II. ASEAN Economic Community (AEC) Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC)

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS ARTIKEL ETIKA PROFESI. Strategi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

BAB II. Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata Pengantar. Terima kasih. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Depdag GUSMARDI BUSTAMI

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

ANALISIS TERHADAP ASEAN TOURISM AGREEMENT (ATA) 2002 DALAM HUBUNGANNYA TERHADAP ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN SINGAPURA SEBELUM DITANDATANGANINYA KERJASAMA PARIWISATA PASKA DIBERLAKUKANNYA AEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) A. Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dibentuk sebagai organisasi regional pada 8 Agustus 1967 di Bangkok

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 BAGI MASYARAKAT ASEAN. Pembentukan Association of South East Asian Nations (ASEAN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Kata Pengantar. Terima kasih. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Depdag GUSMARDI BUSTAMI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTASI ASING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Sejarah Pembentukan ASEAN

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menampung dan mewujudkan aspirasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

PENGUATAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS TENANT INKUBATOR MENYONGSONG MEA: STUDI KASUS INKUBATOR TEKNOLOGI LIPI

: Institute Of Southeast Asian Studies

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

ASEAN Community in a Global Community of Nations

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB II PERDAGANGAN BEBAS SEKTOR JASA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976),

PENINGKATAN PELAKSANAAN PERJANJIAN-PERJANJIAN ASEAN Oleh: Dina Kurniasaril

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

KERJASAMA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. material bagi Perusahaan. Sifat materialitas dari nilai Piutang Usaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB II ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM ASEAN SINGLE MARKET. ASEAN (Association of South East Asian Nations) adalah sebuah organisasi

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL: KERJASAMA EKONOMI MASYARAKAT ASEAN. Oleh: Bagus Indratno ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB III PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR UKM DALAM MENGHADAPI ERA PASAR BEBAS MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB II KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PELUANG DAN TANTANGAN MEA 2015

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

Transkripsi:

BAB II ASEAN Economic Community (AEC) II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan

perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi. 22 KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan sektorsektor prioritas yang akan diintegrasikan, yaitu: produk-produk pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari karet, tekstil dan pakaian, produk-produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-asean (ITC), kesehatan, dan pariwisata. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 jasa logistik dijadikan sektor prioritas yang ke-12. KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi pencapaian AEC di tahun 2020. ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindaklanjuti pembentukan AEC dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen AEC pada tahun 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II dan dengan target-target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir kepentingan negaranegara anggota ASEAN. 22 Dian Triansyah Djani, MA, ASEAN Selayang Pandang, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, Jakarta, 2008., hal., 32.

KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun Cetak Biru ASEAN Economic Community (AEC). Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu 23 : 1. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal); 2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM); 3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan 4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network). Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut dijabarkan lebih lanjut melalui priority actions yang pencapaiannya dievaluasi dan dimonitor dengan menggunakan score card. Disamping itu, diperlukan dukungan berupa kemauan politik, koordinasi dan mobilisasi sumber daya, pengaturan pelaksanaan, 23 Ibid., hal 33

peningkatan kemampuan (capacity building) dan penguatan institusi, serta peningkatan konsultasi antara pemerintah dan sektor swasta. Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut juga akan didukung dengan program pengembangan sumber daya manusia dan kegiatan penelitian serta pengembangan di masingmasing negara. Pada KTT ASEAN Ke-13 di Singapura, bulan Nopember 2007, telah disepakati Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint) yang akan digunakan sebagai peta kebijakan (roadmap) guna mentransformasikan ASEAN menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi, kawasan yang kompetitif dan terintegrasi dengan ekonomi global. AEC Blueprint juga akan mendukung ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi yang makin berkurang. Sebagai upaya untuk memfasilitasi perdagangan di tingkat nasional dan ASEAN sebagaimana tertuang dalam AEC Blueprint 2015, Indonesia telah melakukan peluncuran National Single Window (NSW) dalam kerangka ASEAN Single Window (ASW) pada tanggal 17 Desember 2007. Menurut rencana ASW akan diimplementasikan pada tahun 2009. Pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa Masyarakat ASEAN harus terbentuk pada tahun 2020. Pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan komitmen kuat mereka untuk mewujudkan Masyarakat ASEAN dan mempercepat target waktunya menjadi tahun 2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN.

Dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas. Selanjutnya Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN disusun dan disahkan pada tahun 2007. Cetak Biru MEA berfungsi sebagai rencana induk yang koheren yang mengarahkan pembentukan MEA. Cetak Biru tersebut mengidentifikasikan karakteristik dan elemen MEA dengan target dan batas waktu yang jelas untuk pelaksanaan berbagai tindakan serta fleksibilitas yang disepakati untuk mengakomodasi kepentingan seluruh negara anggota ASEAN. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdaganganeksternal bagi ASEAN dan kebutuhan Masyarakat ASEANsecara keseluruhan untuk tetap berpandangan terbuka, MEAmemiliki karakteristik utama sebagai berikut: (a) pasar tunggaldan basis produksi; (b) kawasan ekonomi yang berdaya saingtinggi; (c) kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan(d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalamperekonomian global. Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), ASEAN Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scheme (1981) dan Enhanched Prefential Trading Arengement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negaranegara

ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan implementasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan investasi. Sejalan dengan perkembangan konstelasi global, ASEAN pun mengalami pengembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada awal berdirnya, ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk membangun rasa saling percaya (confidence Bulding Measure), itikad baik dan mengembangkan kebiasaan secara terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya. Menjelang usianya yang ke-40, ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan memiliki rasa saling percaya yang cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai menyentuh kerjasama di bidangbidang yang dianggap sensitif. Perkembangan ASEAN yang pesat tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam maupun luar kawasan yang turut membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama diantara negara anggota ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis keuangan dan ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan.

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN. Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC). Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015 oleh para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13 Januari 2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community dari tahun 2020 menjadi 2015.

Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015 pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007. Penandatanganan Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan babak baru dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat puluh tahun. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community 2015, yang ingin membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima plar utama, yakni: 1. Aliran bebas barang (free flow of goods), 2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice), 3. Aliran bebas investasi (free flof of investment), 4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan 5. Aliran bebas modal ( free flow of capital) Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-asean, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan outsourching) serta membantu

mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN. Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan. Gambar II.1 AEC dalam piagam ASEAN ASEAN Jadwal t t i ASEAN Economic Community Cetak biru Pasar tunggal dan basis produksi Kawasan ekonomi yang berdaya saing Petumbuhan ekonomi yang merata Integrasi ke perekonomian global Melalui aliran bebas di: Barang Jasa Investasi TK terampil 12 sektor prioritas Pengemban gan sector makanan Kebijakan Ekonomi yang berdaya saing Perlindungan konsumenintelectual proverty rights Pengembanga n infrastruktur Perpajakan E-Commerce Pengemban gan UKM inisiatif integrasi Pendekatan koeheren hubungan ekonomi eksternal. Partisipasi di global supply Penelitian Pengembangan SDM Kerangka institusi regional (Sekretariat, Dispute l HAM) Political will dan implementasi Sumber : www.kemenlu.go.id Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-asean, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya

adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN. Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan. II.2 ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint Pada pertemuan ke-39 ASEAN Economic Ministers (AEM) tahun 2007, disepakati mengenai naskah ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint beserta Strategic Schedule-nya, yang mencakup inisiatif-inisiatif baru serta roadmap yang jelas untuk mencapai pembentukan ASEAN Economic Community tahun 2015. 24 Berkaitan dengan disepakatinya draft AEC Blueprint, pada pertemuan ke- 39 AEM juga disepakati mengenai Roadmap for ASEAN integration of the Logistics Services Sector sebagai priotitas ke-12 untuk integrasi ASEAN dan menandatangani Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN Framework (Amandment) Agreement for the Integration of the Priority Sectors. Dengan demikian, ke-12 Priority sectors dimaksud adalah agro-based products, air-travel, automotivr, e-asean, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based products, textiles & apparels, tourism, wood-based products, logistics services. ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint tersebut kemudian disahkan pada Rangkaian Pertemuan KTT ASEAN ke-13. AEC Blueprint 24 http://www.scribd.com/doc/83165104/kerjasama-ekonomi-asean. Kerjasama Ekonomi ASEAN. diakses pada 27 february 2012.

bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, sejahtera dan sangat kompetitif, memungkinkan bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi dan aliran modal. Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015. AEC Blueprint merupakan suatu master plan bagi ASEAN untuk membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah-langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi berbagai komitmen yang rinci, dengan sasaran dan jangka waktu yang jelas. Terkait dengan AEC Blueprint, ASEAN juga telah mengembangkan mekanisme Scorecard untuk mencatat implementasi dan komitmen-komitmen negara anggota sebagaimana yang telah disepakati di dalam AEC Blueprint. Scorecard dimaksud akan memberikan gambaran komprehensif bagaimana kemajuan ASEAN untuk mengimplementasikan AEC pada tahun 2015. Dalam kaitan ini negara-negara ASEAN telah menyepakati bahwa AEC Scorecard yang diusulkan akan dilaporkan pada KTT ke-14 ASEAN, Desember 2008 di Thailand. Berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan AEC awareness Year 2008, para pertemuan ke-40 AEM, para Menteri Ekonomi ASEAN mengesahkan AEC Communication Plan dan menekankan pentingnya untuk melibatkan berbagai stakeholders dalam proses komunikasi, yaitu Badan-badan sektoral ASEAN, sektor swasta, otoritas di tingkat lokal dan nasional di negara-negara ASEAN, kalangan akademi serta tokoh-tokoh masyarakat.

Terkait dengan implmentasi AEC Bluepint, pada tahun 2007-2008, Ditjen Kerjasama ASEAN telah melakukan sosialisasi AEC Blueprint bersamaan dengan sosialisasi ASEAN Charter, baik di tingkat pusat, khususnya kepada asosiasiasosiasi bisnis maupun di daerah-daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk seminar, workshop, lokakarya maupun Kuliah Umum, wawancara di media massa cetak dan elektronik lokal di pusat dan daerah. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah untuk memicu kesiapan masyarakat serta menimbulkan mengenai public awareness mengenai ASEAN. II.3 Struktur Kelembagaan ASEAN Economic Community Dalam melaksanakan proses intergrasi ekonomi ASEAN menuju AEC 2015, sesuai dengan Piagam ASEAN, dibentuk struktur kelembagan ASEAN yang terdiri dari ASEAN Summit, ASEAN Coordinating Council, ASEAN Community Council, ASEAN Economic Ministers, ASEAN Free Trade Area Council, ASEAN Investment Area Council, Senior Economic Officials Meeting, dan Coordinating Committee. 25 Langkah awal kesiapan ASEAN dalam menjalankan integrasi ekonominya setelah diberlakukannya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) adalah dengan ditetapkannya Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN bidang ASEAN Economic Community/AEC dengan tugas mengawasi implementasi AEC Blueprint, memantau dan menfasilitasi proses kesiapan kawasan menghadapi perekonomian global, serta mendukung pelaksanaan inisiatif lainnya dalam rangka integrasi ekonomi ASEAN. 25 Outline Book, Menuju ASEAN Economic Commonity 2015, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, www.ditjenkpi.depdag.go.id., hal. 11

ASEAN Summit. ASEAN Summit merupakan pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN, yang berlangsung 2 (dua) kali dalam setahun dan diselenggarakan secara bergilir berdasarkan alfabet di Negara yang sedang menjabat sebagai Ketua ASEAN. Secara rinci dijelaskan dalam Piagam ASEANPasal 7 bahwa ASEAN Summit adalah: a) Merupakan badan pengambil kebijakan tertinggi ASEAN b) Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keptusan atas isuisuutama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN, hal-hal pokok yangmenjadi kepentingan Negara-Negara Anggota dan segala isu yang dirujukkepadanya oleh ASEAN Coordinating Council (Dewan Koordinasi ASEAN),ASEAN Community Council (Dewan Komunitas ASEAN) dan ASEAN SectoralMinisterial Bodies (Badan Kementerian Sektoral ASEAN). c) Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan Terkait untukmenyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar-menteri yang bersifat ad hoc,dan membahas isu-isu penting ASEAN yang bersifat lintas Dewan Komunitas.Aturan pelaksanaan pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan KoordinasiASEAN, dalam hal di Indonesia, koordinasikan oleh Departemen Luar Negeridengan mengundang departemen terkait dibidang masing-masing. d) Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan mengambiltindakan yang tepat e) Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII dan VIII dipiagam ASEAN

f) Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-badan Kementerian Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN g) Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status setingkatmenteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan persetujuan para Kepala Negara/Pemerintahan berdasarkan rekomendasi pertemuan para Menteri LuarNegeri ASEAN. ASEAN Coordinating Council (ACC). ASEAN Coordinating Council adalah dewan yang dibentuk untuk mengkoordinasikan seluruh pertemuan tingkat Menteri ASEAN yang membawahi ketiga ASEAN Community Council yaitu ASEAN Political Security Community Council, ASEAN Economic Community Council, dan ASEAN Socio-cultural Community Council. ACC melakukan pertemuan sekurang-kurangnya dua kali setahun sebelum ASEAN Summit berlangsung. Berdasarkan amanat Piagam ASEAN Pasal 8 tugas dan fungsi ASEAN Coordinating Council adalah untuk: a) menyiapkan pertemuan ASEAN Summit; b) mengkoordinasikan pelaksanaan perjanjian dan keputusan ASEAN Summit; c) berkoodinasi dengan ASEANCommunity Council untuk meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi dan kerjasama antar mereka; d) mengkoordinasikan laporan ASEAN Community Council kepada ASEANSummit; e) mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal ASEAN mengenai hasilkerja ASEAN;

f) mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal ASEAN mengenai fungsifungsidan kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan relevan lainnya; g) menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris JenderalASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan h) menjalankan tugas lain yang diatur dalam Piagam ASEAN atau fungsi lain yangditetapkan oleh ASEAN Summit. ASEAN Economic Community Council (AEC Council). ASEAN Economic Community Council merupakan Dewan yang mengkoordinasikan semua economicsectoral ministers seperti bidang perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi dan lain-lain. Pertemuan AEC Council berlangsung sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun yang dirangkaikan dengan pertemuan ASEAN Summit.Wakil Indonesia untuk pertemuan AEC Council adalah Menteri Koordinator BidangPerekonomian dengan Menteri Perdagangan sebagai alternate. AEC Councilbertugas untuk melaporkan kemajuan di bidang kerjasama ekonomi kepada KepalaPemerintahan/ Negara ASEAN. ASEAN Economic Ministers (AEM). ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan Menteri yang mengkoordinasikan negosiasi dan proses implementasi integrasi ekonomi. Para AEM melakukan pertemuan AEM, AEM Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN Summit. AEM menyampaikan laporannya kepada AEC Council, dan selanjutnya AEC Council melaporkan semua hasil-hasil implementasi ASEAN Blueprint kepada ASEAN Summit. Di bawah koordinasi AEM, terdapat AFTA Council dan AIA Council, masing-masing dewan Menteri yang membidangi bidang barang dan investasi. AEM dalam setiap pertemuannya

menerima laporan serta membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM. AEM selanjutnya menyampaikan laporan secara komprehensif implementasi ASEAN Blueprint kepada AEC Council pada pertemuan ASEAN Summit. Menteri Ekonomi yang mewakili Indonesia dalam AEM adalah Menteri Perdagangan. ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council). AFTA Council adalah dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri Ekonomi masing-masing Negara Anggota bertanggungjawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN. AFTA Council melakukan pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam rangkaian pertemuan sebelum AEM. Dalam pertemuannya, AFTA Council pada umumnya menerima laporan dari Coordinating Committee on the Implementation on the CEPT Scheme for AFTA (CCCA) dan membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM. Koordinator AFTA Council untuk Indonesia adalah Menteri Perdagangan. ASEAN Investment Area Council (AIA Council). AIA Council adalah dewan menteri ASEAN yang bertanggungjawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM. AIA Council menerima laporan dari pertemuan Coordinating Committee on Investment (CCI) dan membahas isu-isu yang masih pending di tingkat SEOM. Koordinator Indonesia untuk AIA Council adalah Kepala BKPM yang didampingi oleh Menteri Perdagangan pada setiap pertemuan.

Senior Economic Official Meeting (SEOM). SEOM merupakan pertemuan ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi. Pertemuan diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2 (dua) pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN sedangkan pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN mengundang Negara Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia & New Zealand untuk melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam pertemuannya menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang masih pending di tingkat Coordinating Committee/ Working Group. Selain SEOM, ASEAN membentuk task force tingkat pejabat Eselon 1, High Level Task Force (HLTF). HLTF dalam pertemuannya membahas isu-isu penting yang masih pending dan memerlukan pertimbangan khusus untuk dilaporkan ke tingkat Menteri. Pertemuan HLTF biasanya hanya dihadiri oleh SEOM+1. Coodinating Commitees / Working Groups. Coordinating Committee / Working Groups merupakan pertemuan teknis setingkat pejabat Eselon 2 atau Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan kepada AEM, AEC Council, ASEAN Coordinating Council dan ASEAN Summit. Saat ini, ada 22 (dua puluh dua) Coordinating Committee/Working Groups di bidang ekonomi yaitu 1. ACCCQ : ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality 26 : 26 Ibid.,hal. 15

2. ACCCP : ASEAN Coordinating Protection Committee On Consumer 3. AEGC : ASEAN Experts Group on Competition 4. AFDM : Finance Ministers and Deputies Meeting 5. AHSOM : ASEAN Heads of Statistical Office Meeting 6. ASOMM : ASEAN Senior Official Meeting on Minerals 7. ASOF : ASEAN Senior Officials on Forestry 8. CCC : Coordinating Committee on Customs 9. CCCA : Coordinating Committee on the Implementation on the CEPT Scheme for AFTA 10. CCI : Coordinating Committee on Investment 11. CCS : Coordinating Committee on Services 12. COST : ASEAN Committee on Science and Technology 13. DG of Customs : ASEAN Directors General of Customs Meeting 14. IAI Task Force : Initiative for ASEAN Integration Task Force 15. NTOs : National Tourism Organizations 16. SLOM : Senior Labour Officials Meeting 17. SMEWG : ASEAN SME Working Group 18. SOM AMAF : Senior Official Meeting-ASEAN Ministries on Agriculture and Forestry 19. SOME : Senior Officials Meeting on Energy 20. STOM : Senior Transport Officials Meeting 21. TELSOM : Telecommunications and IT Senior Officials Meeting 22. WGIPC : Working Group on Intellectual Property Cooperation