BAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena anak putus sekolah menjadi suatu keprihatinan pada saat ini. Ketika kita

BAB I PENDAHULUAN. Sugihartono dkk, 2007:3-4), Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara

PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

Rajeev Ramchand, seorang ilmuwan bidang perilaku dari Rand Corp, mengungkapkan, hasil. Risiko Anak Kecil Bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

FENOMENA ANAK PUTUS SEKOLAH PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PASAR II NATAL KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL DISUSUN OLEH : ZULFIKAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

PEDOMAN WAWANCARA. a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik?

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIVAN BELAJAR PADA PESERTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah. mana yang dinilai baik dan mana yang tidak.

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

BAB I PENDAHULUAN. 9 kecamatan, 11 kelurahan, dan 132 desa. Masyarakat Kudus tergolong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KONFLIK KELOMPOK DENGAN MOTIVASI KERJA PADA MASYARAKAT PESISIR DI BATANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan dan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan anak pada masayarakat nelayan Bungus Selatan bisa dikatakan belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus sekolah pada keluarga nelayan. Terjadinya fenomena anak putus sekolah pada masyarakat nelayan Bungus Selatan, merupakan bukti pemahaman akan pentingnya pendidikan belum sepenuhnya dipahami dan dijalankan oleh masyarakat, yang ditandai oleh berbagai gejala yang melatarbelakangi anak-anak nelayan mengalami putus sekolah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Faktor tersebut adalah : 1. Faktor Keluarga Dalam keluarga nelayan Bungus Selatan, orang tua juga disibukkan dengan kegiatan mencari nafkah. Baik melaut ataupun kegiatan ekonomi lainnya dan bahkan tidak jarang anak-anak usia sekolahpun ikut terlibat dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga anak tidak fokus dengan masalah pendidikan mereka. Selain itu, peneliti juga menemukan fakta di lapangan bahwa dalam proses belajar di rumah seperti membuat PR dan tugas lainnya, tidak jarang pula orangtua anak nelayan yang menemani serta mengajarkan anak mereka dalam proses belajar tersebut. Apabila mereka tidak bisa memberikan pengarahan, maka orangtua tersebut menanyakan kepada anggota keluarga lain yang juga bersekolah.

2. Faktor Lingkungan Putus sekolah pada usia sekolah di Kelurahan Bungus Selatan merupakan implikasi dari gaya hidup yang mereka jalani sejak usia anak-anak. Dalam pergaulan anak-anak tersebut, mereka membaur dengan teman sebaya ataupun yang lebih dewasa dari mereka. Dalam proses sosial itu, terjadi proses meniru atau imitasi yang dilakukan oleh anak-anak dalam melihat sikap ataupun tingkah laku orang lain. Dengan kehidupan laut yang cenderung bebas, maka anak-anak nelayan bisa memilih cara hidup mereka sendiri. Seperti halnya mereka bisa memilih menjadi nelayan, karena menurut mereka laut dapat memberikan pendapatan yang bisa mencukupi kebutuhan mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena teman sebaya mereka yang melakukan hal yang serupa, dan dengan pergaualan yang mungkin saja membahayakan anak-anak. Sehingga dapat menyebabkan sejak usia SD (Sekolah Dasar) anak telah mengenal merokok, minuman keras, dan malas belajar. Ketika beranjak usia remaja yang secara personality dianggap telah mampu untuk bekerja maka mereka memilih bekerja daripada sekolah. Berbagai persoalan secara struktural dan kultural telah membuat kehidupan masyarakat nelayan menjadi tertinggal, baik secara ekonomi maupun pendidikan. Kemudian menciptakan subkultur sekelompok nelayan yang memiliki perilaku seperti: kebiasaan nongkrong, minum minuman keras, narkoba, judi, orang tua permissif terhadap anak, dan banyaknya waktu yang tidak produktif.

3. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi keluarga juga merupakan salah satu penyebab utama anak putus sekolah di Bungus Selatan, hal ini di sebabkan karena ketidakmampuan orang tua untuk membiayai sekolah anak-anaknya Sebagian orang merasakan bahwa pendidikan merupakan beban yang berat dan mahal, apalagi pendidikan sekarang yang sudah mahal membuat orang tua mengeluh dengan biaya. Kurangnya pendapatan ekonomi keluarga menyebabkan anak-anak berhenti sekolah dan terpaksa membantu pekerjaan orangtua dan meringankan beban orangtua untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Kondisi pendapatan masyarakat nelayan Bungus Selatan yang cenderung rendah yang diakibatkan oleh kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, keterbatasan modal dan alat tangkap, hubungan patron klien, prilaku konsumsi keluarga menyebabkan nelayan sulit berkembang. Buruknya manajemen keuangan keluarga nelayan menjadikan mereka sering dihadapkan dengan kesulitan keuangan. Dalam hal ini, keluarga sulit mengendalikan uang yang mereka dapat pada saat melaut. Apabila mereka mendapatkan uang lebih dari hasil tangkapannya, para nelayan dan keluarga cenderung mudah menghabiskan uangnya sesegera mungkin, tanpa memikirkan untuk investasi jangka panjang. Dengan demikian kondisi sosial ekonomi dapat dikatakan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap tingkat pendidikan anak. Selain itu, keluarga nelayan masih menganggap bahwa anak terutama anak laki-laki adalah aset berharga untuk dapat membantu orang tua bekerja. Keluarga nelayan masih beranggapan bahwa anak tidak perlu sekolah tinggi-tinggi,

kedepannya juga akan ikut bekerja di laut. Perhatian keluarga nelayan terhadap pendidikan anaknya kurang karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang hampir tidak pernah dirumah. Dengan beberapa alasan tersebut, anak yang harusnya sekolah tetapi putus sekolah hanya karena kondisi sosial ekonomi yang kurang ataupun untuk bekerja, entah itu kemauan sendiri untuk membantu ekonomi orang tua atau memang disuruh orang tua, sehingga hanya sebagian kecil dari anak nelayan yang dapat melanjutkan sampai Perguruan Tinggi Menurut nelayan Bungus Selatan untuk dapat mengenyam pendidikan tidaklah gratis tanpa adanya biaya, walaupun dengan adanya bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah yang menyatakan dengan BOS kini sekolah gratis. Namun kenyataannya tidak semuanya gratis, pihak sekolah masih menarik iuran dengan berbagai alasan, walaupun tidak besar jumlahnya namun bagi masyarkat nelayan yang mayoritas ekonominya menengah kebawah terasa masih terlalu memberatkan. Karena biaya pendidikan bukan hanya masalah administrasi disekolah namun masih banyak lagi kebutuhan yang diperlukan agar seorang anak dapat bersekolah, dari uang saku,baju seragam dan perlengkapan sekolah lainya yang harus terpenuhi agar seorang anak dapat bersekolah.

B. Saran Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah penulis memberikan beberapa saran dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan anak dan menekan angka putus sekolah di Indonesia khususnya di Kelurahan Bungus Selatan : 1. Orang tua memegang peranan yang penting terhadap pendidikan anak, jadi orang tua hendaknya membimbing, mendukung dan memperhatikan pentingnya pendidikan anak. Dapat dilakukan melalui mendampingi anak sewaktu membuat PR di malam hari, dan sebagainya. 2. Kesadaran anak terhadap arti penting pendidikan hendaknya ditingkatkan. Anak harus bisa memilih pergaulan yang baik bagi dirinya dan keluarga. 3. Untuk meningkatkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian, perlu diadakan program penyuluhan pendidikan dari Pemerintah Daerah setempat melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar, serta baik bagi Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat dapat memberikan bantuan bagi mereka yang benar-benar tidak mampu khususnya nelayan agar dapat menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat Pendidikan Menengah. 4. Dengan melihat besarnya kontribusi pengaruh kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak maka sudah sepatutnya jika kondisi ekonomi masyarakat nelayan menjadi perhatian khusus bagi pihak pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di wilayah tersebut. Dan tentunya memberikan sosialisasi tentang bagaimana cara menangkap dan mengelola hasil tangkapan yang baik agar dapat meningkatkan kondisi ekonomi

masyarakat pesisir khususnya bagi nelayan, karena di masa reformasi sekarang ini hidup terasa berat tanpa didukung kondisi ekonomi yang mencukupi.