BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

KEMAGNETAN. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

KEMAGNETAN. Magnet. Dapat dibedakan menjadi. Cara membuat bentuk Cara membuat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MAGNET. elektronik dan teknik kelistrikan, karena tidak sedikit konstruksi alat-alat listrik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TUGAS FISIKA DASAR 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pendalaman Materi IPA Fisika SMP/MTs KEMAGNETAN. Disusun dan disajikan sebagai materi PLPG tahun Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Bahan Listrik. Bahan Magnet

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Alat Peraga 1. Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan wahana fisik yang alami maupun buatan mengandung materi pembelajaran. Alat peraga IPA dalam pengertian terbatas yaitu sebagai alat bantu pengajaran, khususnya dalam pengajaran IPA di SD. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar IPA yang efektif (Sujana, 2002 : 99). Dalam kaitannya untuk meningkatan hasil belajar IPA, keberadaan alat peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Beberapa fungsi / manfaat alat peraga dalam pengajaran IPA, yaitu : a. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran dalam pembelajaran IPA. b. Memotivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. c. Memberi variasi dalam pengajaran IPA. d. Siswa lebih cepat dan mudah memahami pelajaran materi pelajaran IPA. 2.2 Jenis-jenis alat peraga IPA di SD Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari IPA semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran IPA.

6 Menurut Sujana, {2002: 99). banyak ragam jenis alat peraga IPA yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran IPA di SD. alat peraga dilihat dari jenis indera dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Media audio, yaitu alat perga yang didengar 2. Media visual, yaitu alat peraga yang dapat dilihat 3. Media audio visual, yaitu alat peraga yang dapat didengar dan dilihat Selain itu alat peraga berdasarkan dilihat dari sumbernya dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (a) Alat peraga alamiah (Natural), yaitu alat peraga yang sesuai dengan benda aslinya di alam. (b) Alat peraga buatan (Artificial), yaitu alat peraga hasil modifikasi atau meniru benda aslinya 2.3 Keuntungan dan kelemahan penggunaan alat peraga Menurut Russeffendi, (2001:227) Kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran antara lain sebagai berikut : 1. Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu : a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik b.memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan. d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya. 2. Kekurangan alat peraga yaitu : a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru. b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan c. Perlu kesediaan berkorban secara materiil. Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara lain terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. 2.4 Aktivitas Belajar Dalam belajar sangat diperlukanya aktivitas, tanpa aktivitas kegiatan belajar dan mengajar tak mungkin berlangsung secara baik, keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran.

7 Menurut Rohani (2004) aktivitas belajar dilakukan oleh aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas psikis adalah jiwanya, seperti berpikir, mengingat dan lain-lain. Menurut Oemar Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses belajar siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja sama menrut minat dan kemampuannya sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setelah mengamati kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru dalam KBM, kemudian siswa berlatih dengan alat peraga yang sama yang digunakan oleh guru. Indikator keberhasilan aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah (1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan. (2) Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru. (3) Siswa aktif dalam pembelajaran. (4) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat. 2.5 Pengertian Belajar Margaret E. Bell Gredler, (1994:1) Menyatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut Oemar Hamalik, (2008:36) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difined as the modification or strengthening of behavior through experience). Menurut Slameto, (2003:2) Berpendapat

8 Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Winataputra (2002) belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Contohnya : siswa bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa diskusi, dll. Sedangkan Surya (2001), berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh perilaku secara keseluruhan. Proses perilaku tersebut meliputi beberapa pola dasar, yaitu: generalisi, diskriminasi, pembentukan dan penghapusan. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil latihan pengalaman individu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2.6 Hasil Belajar Menurut Soedijanto, (1997:49) Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dari beberapa definisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan

9 tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar. Surya, (2001), berpendapat bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang meliputi semua aspek tingkah laku dan bukan hanya satu atau dua saja. Perubahan tingkah laku meliputi aspek-aspek kognitif, afektif. Selama hasil proses pembelajaran belum baik, latihan berbagai cara harus diupayakan agar membuahkan hasil yang baik. Hasil proses pembelajaran tidak hanya mengenai kecerdasan (kognitif), tapi juga kepribadian dan ketrampilan Nasution, (2002). Dari uraian disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk nilai angka maupun huruf yang ditulis dalam buku laporan nilai atau rapor yang diberikan setelah selesai mengikuti tes. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan jika sekurang-kurangnya 60 % siswa mencapai nilai 71 atau lebih dari (KKM). 2.7 Pengertian pembelajaran IPA di SD Ilmu penetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti seperti pengamatan, penyelidikan, penyusunan, hipotesis (dugaan sementara) yang diikuti pengujian gagasan-gagasan sementara. Depdiknas, (2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari

10 tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendapat di atas berbeda dengan Slamet, (2009) yang menyebutkan bahwa IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Pengamatan fenomena-fenomena alam tidaklah lengkap bila tidak disertai dengan data kuantitatif. Dari beberapa penjelasan tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. 2.8 Magnet Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut. Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau magnet tidak tetap. Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah magnet buatan.

11 Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan (south/ S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub. Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja. adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik pada Satuan Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber. 1 weber/m^2 = 1 tesla, yang memengaruhi satu meter persegi. Jenis- jenis magnet: 1. Magnet tetap Magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet (berelektromagnetik). Jenis magnet tetap selama ini yang diketahui terdapat pada: Magnet neodymium, merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah jarang, terbuat dari campuran logam neodymium. Magnet Samarium-Cobalt: salah satu dari dua jenis magnet bumi yang langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan samarium dan kobalt.

12 2. Magnet tidak tetap Magnet tidak tetap (remanen) tergantung pada medan listrik untuk menghasilkan medan magnet. Contoh magnet tidak tetap adalah elektromagnet.buatan. 3. Magnet buatan meliputi hampir seluruh magnet yang ada sekarang ini.bentuk magnet buatan antara lain: a. Magnet U b. Magnet batang c. Magnet lingkaran d. Magnet jarum (kompas) Cara membuat magnet antara lain: (a) Digosok dengan magnet lain secara searah. (b) Induksi magnet. (c) Dialiri listrik. Menghilangkan sifat kemagnetan,cara menghilangkan sifat kemagnetan antara lain: (a) Dibakar. (b) Dibanting-banting. (c) Dipukul-pukul. 2.9 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka yang diuraikan diatas, hipotesis penelitian ini yaitu Jika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ilmu pengetahuan alam pada siswa kelas V SDN 2 Merak Batin tahun pelajaran 2012/2013.