ANALISIS KORELASI EKSPOR DAN IMPOR BEBERAPA KOMODITI SEKTOR PERTANIAN DENGAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara,

ANALISIS KORELASI EKSPOR DAN IMPOR BEBERAPA KOMODITI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 4 Desember 2013 PERANAN EKSPOR DALAM PEREKONOMIAN RIAU. Nursiah Chalid

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

PERANAN EKSPOR DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Nursiah Chalid

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun daerah. Karena dengan adanya pembangunan ekonomi. diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN 2014

PENGARUH EKSPOR KOMODITI NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SUMATERA BARAT

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK

FUNGSI IMPOR DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Nursiah Chalid

Produk Domestik Bruto (PDB)

Pendapatan Regional/ Regional Income

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PERANAN KOMODITI GAMBIR TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

MAKALAH KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), ekspor, impor, volume, harga

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN DAN STABILITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

Abstraksi. Rita Yani Iyan, Yusbar Yusuf dan Susi Lenggogeni

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan di Indonesia), secara filosofis

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

Pendapatan Regional/ Regional Income

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA JAMBI. Prima Audia Daniel STIE Muhammaadiyah Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pendapatan Regional/ Regional Income

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PENERAPAN ISO 9001:2000 PADA TINGKAT PENJUALAN PRODUK CPO, HARGA PRODUK CPO DAN KEUNTUNGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V RIAU

ANALISIS PENGHITUNGAN INFLASI BERDASARKAN BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) SUMATERA SELATAN PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Jurnal Ekonomi Peranan Komoditi Gambir Terhadap Perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Anggriawan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

Transkripsi:

AALISIS KORELASI EKSPOR DA IMPOR BEBERAPA KOMODITI SEKTOR PERTAIA DEGA PEREKOOMIA SUMATERA UTARA adia Safitri*), Tavi Supriana**), Luhut Sihombing**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Jl. Prof. A. Sofyan o.3 Medan. Hp. 085207757989, E-mail: safitrinadia66@yahoo.co.id **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dan impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumbersumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negaranegara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor, nilai total ekspor pertanian dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; untuk menganalisis korelasi nilai total impor, nilai total impor sektor pertanian dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menggunakan alat SPSS 20 (Statistical Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data ekspor, impor, ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1996-2013. Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total ekspor, nilai total ekspor komoditi sektor pertanian, nilai FOB Lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi, coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor, nilai total impor komoditi sektor pertanian, nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak dan Tepung Gandum dan Meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. 3 Kata Kunci : ekspor impor, komoditi sektor pertanian, Produk Domestik Regional Bruto ABSTRACT Export or import are important factors in stimulating the economic growth of a country. Exports and imports will enlarge the country s consumption capacity, increasing the output of the world and serves access to scarce resources and markets of potential international to export a variety of products which without the products of poor countries will not be able to develop its national economy 1

and activities. The purpose of the research was to analyse the correlation of total export value, the value of total exports of the agricultural commodities and the export value of primary commodity on agricultural sector against the Gross Regional Domestic Product of orth Sumatra: to analyse the correlation of total value of imports, the value of total imports of the agricultural commodities and the import value of primary commodity on agricultural sector against the Gross Regional Domestic Product of orth Sumatra. The research method used is correlation analyze using SPSS (Statistical Package for Social Science). The data used are export, import data, export of the agricultural sector, import of the agricultural sector and Gross Regional Domestic Product of orth Sumatra on the basis of constant prices are 1996-2013. The results showed there is a real and positive correlation among of the the value of total export, the value of total exports of agricultural commodities, the value of FOB fats and vegetable oils, natural gum, coffee and chocolate with Gross Regional Domestic Product of orth Sumatra; there is a real and positive correlation among of the value of total imports, the value of total imports of agricultural commodities, the value of CIF fruit and seeds contain oil, soft-skinned, meslin and wheat flour with Gross Regional Domestic Product of orth Sumatra. Keywords : export import, agricultural commodities, Gross Regional Domestic Product Latar belakang PEDAHULUA Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah (Portal asional Republik Indonesia, 2010). Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang termasuk dalam 6 besar provinsi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Utara terjadi fluktuasi dengan nilai ekspor pertanian dengan kecenderungan nilai ekspor yang terus menurun serta menunjukkan trend yang negatif dan 2

kecenderungan nilai impor yang terus meningkat. Adapun data perkembangan ekspor dan impor nonmigas Provinsi periode 2010-2014 disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Perkembangan Ekspor onmigas (Provinsi) Periode : 2010-2014 o Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Tren d(%) 1. DKI 39.546,2 46.375,8 48.061,1 47.309,1 48.012,9 4,16 Jakarta 2. Kalimantan 12.775,8 17.179,6 16.799,7 16.184,6 14.415,4 3,90 Timur 3. Jawa Timur 13.805,5 17.423,7 15.524,5 15.055,2 17.984,0 0,98 4. Riau 10.141,5 13.363,9 12.588,1 11.660,7 12.057,2 2,11 5. Kepulauan 8.527,6 10.530,2 9.586,2 10.801,5 10.134,2 3,78 Riau 6. Sumatera Utara 9.107,0 11.882,8 10.392,5 9.597,3 9.361,0-1,57 Sumber: Kementerian Perdagangan, 2015 Tabel 2. Impor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 Tahun Berat Bersih 2008 2009 2010 2011 2012 (ton) Minyak dan Gas 114 - - 28 - Bumi Pertanian 271.704 311.415 335.684 544.531 587.835 Pertambangan & 313.644 352.611 410.790 565.837 427.324 Penggalian Industri 5.295.050 4.572.378 5.424.706 5.606.821 5.798.142 Lainnya 247 149 550 842 599 Jumlah 5.880.759 5.236.553 6.171.734 6.718.063 6.813.898 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dirumuskan adalah bagaimana korelasi nilai total ekspor, nilai total ekspor komoditi sektor pertanian dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara, bagaimana korelasi nilai total impor, nilai total impor komoditi sektor pertanian dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. 3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor, nilai total ekspor komoditi sektor pertanian dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara, untuk menganalisis nilai total impor, nilai total impor komoditi sektor pertanian dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. TIJAUA PUSTAKA Landasan Teori Hubungan Ekspor dan Impor dengan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya (Todaro, 1993). Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka 4

impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional (anga, 2005). Persamaan pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = C + I + G + (X - M) Dalam perekonomian terbuka ini ekspor sama halnya dengan investasi yang merupakan tambahan bagi arus pendapatan suatu negara sedangkan impor sama halnya dengan tabungan, dapat dipandang sebagai kebocoran. Ekspor dan investasi cenderung merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung menurunkan output domestik karena kedua hal tersebut membuat pendapatan menghilang yang sedianya dapat digunakan untuk berproduksi. Ciri ekspor adalah sama dengan investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah, yaitu jumlahnya tidak ditentukan oleh pendapatan nasional. Sesuai dengan cirinya fungsi ekspor adalah seperti yang digambarkan dalam Gambar 1. X X X 1 X 0 X 0 X 2 (b) Fungsi ekspor Y (a) Perubahan ekspor Y Sumber : Sukirno, 2006 Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya Bagian (a) dari Gambar 1. menunujukkan fungsi ekspor. Fungsi menunjukkan ekspor adalah pengeluaran otonomi yaitu tingkatnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Pada berbagai tingkat pendapatan nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. ekspor tetap sebanyak X0. Bagian (b) dari Gambar 1. menunjukkan perubahan ekspor. Pada mulanya fungsi ekspor adalah X0. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi ekspor dari X0 menjadi X1. Perubahan ini berarti 5

pada berbagai tingkat pendapatan nasional ekspor telah bertambah dari X0 menjadi X1. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekspor merupakan pengeluaran otonomi. Ekspor juga bisa mengalami kemerosotan, yaitu seperti digambarkan oelh perpindahan fungsi dari X0 menjadi X2 (Sukirno, 2006). M M=M 0+m Y M=mY 0 Pendapatan negara Y M (a) Fungsi impor M M 3 M 3 M1 M b M 2 M a M 1 M 2 M c 0 Y 0 (i) (b) perubahan fungsi impor (ii) Sumber : Sukirno, 2006 Gambar 2. Fungsi Impor dan Perubahannya Y Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi 6

oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My. Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri dengan impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu egara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu faktor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006). METODE PEELITIA Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), artinya daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan/tujuan tertentu (Soewadji, 2012). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang termasuk dalam 6 besar provinsi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Utara terjadi fluktuasi dengan nilai ekspor pertanian dengan kecenderungan nilai ekspor yang terus menurun serta menunjukkan trend yang negatif dan kecenderungan nilai impor yang terus meningkat. 7

Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ekspor, impor, ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian, dan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. Metode Analisis Data Untuk tujuan pertama dan kedua, yaitu untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor, nilai total ekspor sektor pertanian dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara dan untuk menganalisis korelasi nilai total impor, nilai total impor sektor pertanian dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara akan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Korelasi adalah salah satu cara dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua macam variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Soleh, 2005). HASIL DA PEMBAHASA Korelasi ilai Total Eskpor dengan PDRB Sumatera Utara nilai total ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Korelasi nilai total ekspor dengan PDRB Sumatera Utara pdrb eksp total SU 1.820 ** 8

adalah 0 (<0.05) sehinnga H1 diterima berarti ada korelasi yang nyata antara nilai total ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh (0.820). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai total ekspor berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai total ekspor naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. Korelasi ilai Total Eskpor Sektor Pertanian dengan PDRB Sumatera Utara nilai total dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Korelasi nilai total ekspor sektor pertanian dengan PDRB Sumatera Utara pdrb Ekspor 1.761 ** adalah 0 (<0.05) sehinnga H1 diterima berarti ada korelasi yang nyata antara nilai total ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh (0.761). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai total ekspor sektor pertanian berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai total ekspor sektor pertanian naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. Korelasi ilai Eskpor Komoditi Utama Sektor Pertanian dengan PDRB Sumatera Utara nilai ekspor lemak dan minyak nabati dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 5. 9

Tabel 5. Korelasi ilai Ekspor Lemak & Minyak abati dengan PDRB Sumatera Utara pdrb lemak & minyak nabati 1.851 ** adalah 0,000 (<0,05) berarti ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor lemak & minyak nabati dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0,851). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai ekspor lemak & minyak nabati berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai ekspor lemak & minyak nabati naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. nilai ekspor getah karet alam dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Korelasi ilai Ekspor Getah Karet Alam dengan PDRB Sumatera Utara Pdrb getah karet alam 1.751 ** adalah 0,000 (<0,05) berarti ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor getah karet alam dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0,751). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai ekspor getah karet alam berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai ekspor getah karet alam naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. 10

nilai ekspor kopi dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Korelasi ilai Ekspor Kopi dan PDRB Sumatera Utara pdrb Kopi 1.781 ** adalah 0,000 (<0,05). Artinya, ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor kopi dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0,781). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai ekspor kopi berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai ekspor kopi naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. nilai ekspor coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Korelasi ilai Ekspor Coklat dengan PDRB Sumatera Utara Pdrb coklat 1.618 **.006 adalah 0,006 (<0,05). Berarti ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0,618). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai ekspor coklat berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai ekspor coklat naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. Korelasi ilai Total Impor dengan PDRB Sumatera Utara 11

nilai total impor dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Korelasi ilai Total Impor dengan PDRB Sumatera Utara pdrb imp total SU 1.822 ** adalah 0 (<0.05) sehinnga H1 diterima berarti ada korelasi yang nyata antara nilai total impor dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh (0.822). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai total impor berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai total impor naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. Korelasi ilai Total Impor Sektor Pertanian dengan PDRB Sumatera Utara nilai total impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Korelasi ilai Total Impor Sektor Pertanian dengan PDRB Sumatera Utara pdrb impor 1.830 ** adalah 0 (<0.05) sehinnga H1 diterima. Artinya, ada korelasi yang nyata nilai total impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0.830). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti nilai total impor sektor pertanian berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila nilai total impor sektor pertanian naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. 12

Korelasi ilai Impor Komoditi Utama Sektor Pertanian dengan PDRB Sumatera Utara nilai impor biji & buah mengandung minyak, berkulit lunak dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Korelasi ilai Impor Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dengan PDRB Sumatera Utara pdrb biji & buah meng. minyak 1.824 ** adalah 0 (<0.05) berarti ada korelasi yang nyata antara nilai impor Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0.824). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti antara nilai impor Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila antara nilai impor Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. nilai impor tepung gandum dan meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Korelasi ilai Impor Tepung Gandum dengan Meslin dan PDRB Sumatera Utara pdrb t. gandum & meslin 1.506 *.032 adalah 0.032 (<0.05). Artinya, ada korelasi yang nyata antara nilai impor tepung gandum dan meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara 13

berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0.506). Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti antara nilai impor tepung gandum dan meslin berhubungan positif dan kuat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Oleh karena itu apabila antara nilai impor tepung gandum dan meslin naik maka Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara juga naik, demikian sebaliknya. PEUTUP Kesimpulan 1) Terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total ekspor, nilai total ekspor komoditi sektor pertanian, nilai FOB lemak & minyak nabati, nilai FOB getah karet alam, nilai FOB kopi, nilai FOB coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera. 2) Terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor, nilai total impor komoditi sektor pertanian, nilai CIF biji & buah mengandung minyak dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera, nilai CIF tepung gandum dan meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera. Saran 1) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dapat dilakukan dengan meningkatkan ekspor sektor pertanian khususnya komoditi utama sektor pertanian diantaranya lemak dan minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat dengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hal ini perlu agar produk pertanian dapat berdaya saing di pasar internasional dan kepada pemerintah agar dapat membuat kebijakan yang dapat membantu petani agar petani mampu berdaya saing di pasar internasional. 2) ilai impor yang tinggi tidak buruk bagi pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara jika komoditi impor tersebut digunakan untuk kegiatan produksi dalam industri sehingga dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi. Oleh Karena itu, sebaikanya pemerintah tidak membatasi impor barang bahan mentah dan 14

barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan produksi karena dapat meningkatkan pendapatan nasional. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2013. Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara : Medan. Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, terjemahan D. Guritno. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Kementrian Perdagangan. 2015. Perkembangan Impor onmigas (Provinsi) Periode : 2010-2014. http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-importprovincial. (Diakses : 10 Mei 2015, 19.30 WIB). anga, Muana. 2005. Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. PT Rja Grafindo Persada : Jakarta. Portal asional Republik Indonesia. 2010. Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Utara. http://www.indonesia.go.id/en/regional-government/northsumatera-province/natural-resources (Diakses : 19 Februari 2015, 21.30 WIB). Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Mitra Wacana Media : Jakarta. Soleh, A.Z. 2005. Ilmu Statistika : Pendekatan Teoritis dan Aplikatif Disertai Contoh Penggunaan SPSS. Penerbit Rekayasa Sains : Bandung. Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi : Teori Pengantar. PT Rja Grafindo Persada : Jakarta. Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith. 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan. Erlangga : Jakarta. 15