MULTI REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
Pendahuluan REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Muhamad Sabirin

PERANAN REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kartini (Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNRI)

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIKDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

REPRESENTASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

DAFTAR PUSTAKA. Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

DAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

BAB II KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAMMATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Representasi Eksternal Siswa dalam Pemecahan Masalah SPLDV Ditinjau dari Kemampuan Matematika

Deskripsi Representasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal PISA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (1997). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

P 46 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG TERINTEGRASI DENGAN SOFT SKILL

Jurnal SAP Vol. 1 No. 3 April 2017 p-issn: X e-issn:

MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM RANGKA MENUJU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MATERI STATISTIKA DASAR

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

REPRESENTASI PENYELESAIAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARITMATIKA SOSIAL OLEH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN. Arisan Candra Nainggolan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN SETTING

BERPIKIR ALJABAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA 3

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

ANALISIS PENGARUH DISPOSISI MATEMATIS, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF, DAN PERSEPSI PADA KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: [11 Februari 2013]

105 ISSN X. (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi)

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

DAFTAR PUSTAKA. Asep, (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, S. (2000). Memecahkan Masalah dalam Matematika. Jurnal Gentengkali, 3, (1),

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAYA MATEMATIS UNTUK SISWA SMP. Fitriana Eka Chandra 1

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

DAFTAR PUSTAKA. Akbar, A.(2005). Menggunakan SPSS Bagi Peneliti Pemula. Bandung: M25.

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

DAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI. Dianne Amor Kusuma Jurusan Matematika FMIPA UNPAD.

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil belajar matematika sampai saat ini masih menjadi suatu permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

DAFTAR PUSTAKA. Amien, M. (1996). Perkembangan Intelektual Siswa-siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 3 No 4 hal Jakarta : LPTK dan ISPI.

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

PENGEMBANGAN STEM SOAL BERBASIS MULTI REPRESENTASI DALAM MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DI SMP

Kata Kunci: Didactical Design Research

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMP

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONFIDENCE DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Transkripsi:

MULTI REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kartini Hutagaol Prodi Pendidikan Matematika Universitas Advent Indonesia Bandung E-mail: kartinih_smant@yahoo.com Abstrak: Sasaran utama dalam pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep, merupakan salah satu dan sekaligus yang utama sebagai komponen kecakapan matematika yang perlu dikembangkan dalam matematika. Kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematika akan optimal jika dalam pembelajarannya merujuk pada proses dan produk. Pemahaman konsep dalam matematika berkaitan erat dengan representasi dalam matematika yang merujuk pada proses dan produk. Bentuk representasi merupakan proses kognisi yang berhubungan dengan memori siswa yang disebut representasi internal yaitu ide-ide atau peristiwa-peristiwa dalam pikiran akan dituangkan sebagai produk melalui aktivitas matematika (doing mathematics) yang disebut representasi eksternal. Multi representasi, seperti: verbal, tabel, diagram, grafik, model, simbol, merupakan bagian dari pelajaran matematika, namun representasi tersebut terkadang dipelajari hanya sebagai pelengkap dalam penyelesaian masalah matematika, sebaiknya dilatih sedini mungkin. Strategi multi representasi dapat mendukung siswa dalam memahami setiap konsep-konsep matematika yang dipelajari, dan dapat mengantisipasi terhindar dari kekeliruan konsep dalam matematika. Dengan strategi alternatif multi representasi pemecahan masalah matematika lebih bervariasi, dan dapat memperkecil kekeliruan konsep dalam matematika. Kata Kunci : Multi representasi, Pembelajaran matematika Representasi adalah sebagai gambaran mental yang merupakan proses belajar yang dapat dipahami dari pengembangan mental yang ada dalam diri seseorang. Proses akan terjadi pada saat berpikir dengan adanya informasi yang datang dari diri sendiri maupun dari orang lain. Informasi tersebut diolah dalam pikiran, sehingga terjadi pembentukan pengertian yang merupakan representasi internal, dan tercermin dalam wujud representasi eksternal yaitu berupa: katakata, gambar, grafik, tabel, model matematika, simbol, dll. Suatu pemahaman ide atau konsep matematika sangat berkaitan dengan keberadaan representasi internal, dan diwujudkan atau dikomunikasikan secara bermakna melalui representasi eksternal. Representasi merupakan komponen proses yang berkaitan dengan perkembangan kognitif siswa. Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi representasi internal seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya dalam berbagai kondisi; misalnya dari pengungkapannya melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on). Dengan kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah. Representasi mempermudah menyelesaikan suatu masalah, dan juga dapat 132

133, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 memberikan gambaran, klarifikasi ataupun perluasan ide matematika. Sebagai contoh dalam NCTM (2000) tentang peran representasi siswa dalam memecahkan permasalahan berikut: Jika panjang sisi sebuah persegi panjang yang baru adalah menjadi dua kali panjang sisi persegi panjang mula-mula. Apa yang terjadi dari luas daerah persegi panjang mula-mula terhadap luas daearah persegi panjang yang baru? Seorang siswa terkadang tergesa-gesa dalam menduga bahwa luas daerah persegi panjang yang baru akan memiliki luas daerah sebesar dua kali luas daerah persegi panjang mula-mula, tetapi siswa yang lain dapat berpikir lebih dalam. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan bantuan representasi dalam bentuk gambar. Bentuk gambar yang diajukan, misalnya sebagai berikut: = ¼ dari seluruh persegi panjang Diagram 1. Representasi siswa dari hasil menduakalikan ukuran panjang sisi-sisi Persegi panjang. (Dari NCTM, 2000) Dari hasil representasi tersebut terlihat bahwa penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan menunjukkan adanya sikap yang lebih hati-hati dan dapat menunjukkan bahwa luas daerah persegi panjang yang baru tidak hanya lebih besar tetapi dapat menunjukkan besarnya empat kali dari ukuran semula. Aktivitas ini selain menunjukkan bagaimana cara siswa menjawab juga ada aktivitas pembenaran terhadap jawaban yang lain. Representasi matematik melibatkan cara yang digunakan siswa untuk mengkomunikasikan bagaimana mereka menemukan jawabannya. Berpikir secara matematika dan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang itu perlu merepresentasikannya dalam berbagai bentuk representasi. Siswa dapat membangun kepercayaan dirinya melalui bentuk representasi yang dipilihnya, siswa tidak kehilangan rasa percaya diri, tidak merasa takut, dan tidak merasa minder dalam memberikan pejelasan atas jawabannya. Istilah representasi ditafsirkan sebagai alat-alat yang dipergunakan untuk penyampaian ide-ide matematika seperti tabel, grafik, dan persamaan (Confrey & Smit dalam Gagatsi & Elia, 2004). McCoy, Baker & Little (dalam Hutagaol, 2007) menyatakan bahwa untuk berpikir secara matematika dan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang itu perlu merepresentasikannya dalam berbagai bentuk representasi seperti: bahasa verbal, numerik, model, diagram, tabel, notasi aljabar. Bentuk representasi yang satu merupakan prototipe atau berfungsi sebagai basis pemahaman dan penghubung dalam membantu memahami bentuk

Hutagaol, Multi Representasi, 134 representasi yang lain (Neria dan Amit, 2004). Sehingga akan lebih mudah bagi siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Grafik berperan sebagai prototipe untuk pemahaman representasi verbal dan tabel. Pada saat yang sama tabel merupakan prototipe peralihan ke bentuk simbolik. Even (Amit & Fried, 2004), menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah memahami representasi yang satu ke representasi yang lainnya jika dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya, dan tergantung pada strategi dalam membawa siswa ke situasi-situasi matematika. Tetapi sangat perlu diperhatikan bahwa saat peralihan dari bentuk representasi yang satu ke bentuk representasi yang lain memerlukan suatu transisi (Sabandar, 2006). Pada saat peralihan dari bentuk kongkret ke bentuk aljabar perlu penggunaan alat bantu, dan alat bantu belajar merupakan materi yang sengaja dihadirkan (diciptakan) untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika, mulai dari bentuk yang sederhana, informal, semi kongkrit, sampai dengan formal abstrak. Vigotsky mengungkapkan bahwa representasi yang dibangun oleh siswa pada tingkat awal yang masih sederhana dapat berkembang menjadi yang lebih sempurna melalui aktivitas kognitif dalam masa belajar. Sabandar (2004) menyatakan bahwa suatu representasi tidaklah terjadi dengan sendirinya dalam suatu situasi yang terisolasi dari situasi atau masalah, karena representasi bertumpu pada suatu sistem struktur yang tinggi, apakah secara personal atau secara budaya dan konvesional (misalnya, simbol, yang diakui dan digunakan secara universal). Oleh karena itu, pemunculan suatu representasi dapat dirangsang atau dipicu oleh adanya situasi realistik dan akan lebih baik jika siswa merasa akrap dengan situasi tersebut. Dengan demikian kehadiran representasi benar-benar sebagai alat yang dipergunakan untuk penyampaian ide-ide matematika, dan dengan strategi alternatif multi representasi pemecahan masalah matematika lebih bervariasi, dan dapat memperkecil kekeliruan konsep dalam matematika. Lesh, dkk (dalam Hwang, 2007) membagi representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, meliputi representasi objek dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol aritmetika, representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik. Di antara kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki dan hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal atau bahasa. Kemampuan representasi gambar atau grafik adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke dalam gambar atau grafik. Sedangkan kemampuan representasi simbol aritmatika adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi rumus aritmatika. Ide-ide atau konsep matematika yang abstrak dapat menjadi konsep yang nyata dan lebih mudah dipahami jika disiasati atau disengaja secara terencana oleh guru dalam multi representasi, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, dan tujuannya berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kajian ini, kita mengamati cara-cara yang dipilih siswa dalam mengkomunikasikan jawaban mereka. Melihat langkah-langkah pemecahan

135, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 masalah dan bagaimana mereka memberikan alasannya. Kenyatannya sebagian besar siswa salah konsepsi dalam menterjemahkan bentuk verbal ke bentuk aljabar, dan siswa sangat sulit memahami bentuk aljabar. Selanjutnya Pengamatan tentang bagaimana siswa memilih cara representasi untuk mengkomunikasikan pemecahan masalahnya, menunjukkan bahwa mayoritas siswa lebih menyukai cara verbal dan numerik. Minoritas siswa menyukai cara aljabar. Siswa lebih memilih representasi non aljabar. Berikut ini adalah contoh kesalahan konsepsi dalam menterjemahkan bentuk verbal ke simbolik empat kali lebih kecil ditulis 4 (Gagatsi & Elia, 2004). Kusumah (2008) menyatakan sering kekeliruan konsep dari guru, misalnya: 3 pensil + 2 pensil = 5 pensil. Guru menuliskan di papan tulis: 3p 2p 5p, dari ilustrasi tersebut bahwa yang benar adalah: 3 2 5. Kekeliruan konsep dalam kontes tersebut tidak mudah dikenali, disadari ketika memperkenalkan pengertian antara dua bilangan bulat. Hasil penelitian di SMP N. 22 Bandung; y 3x, untuk x 4 sebagai 34, sebab 3 dipahami sebagai puluhan, dan x dipahami sebagai satuan. Sehingga pada persamaan y 3x 8. Apabila siswa diminta untuk menentukan nilai y, jika diketahui x 4, maka masih ditemukan siswa yang pemahamannya adalah y 34 8, sehingga diperoleh y 26 Sehingga kalau x 4 berarti 3x 34 (Turmudi dkk, 2001). Hasil penelitian pendahuluan (2008) di SMP N. I Cisarua Kab. Bandung Barat dari total 161 jawaban yang benar, hanya 5 siswa (3%) yang menjawab benar dengan cara aljabar, 156 siswa (97%) yang menjawab benar dengan cara verbal dan numerik. Contoh soal sebagai berikut (sumber: UN SMP 2007/2008 Kab. Bandung Barat, paket B no.7). Tentukanlah banyak lingkaran pada pola ke-10 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 Selanjutnya hasil penelitian Neria, D. and Amit (2004) dari total 350 jawaban yang benar, 153 siswa (44%) yang menjawab benar dengan cara verbal, 131 siswa (37%) menjawab benar dengan cara aritmetika, 39 siswa (11%) menjawab benar dengan cara aljabar, sisanya siswa yang tidak menjawab. Yang menjawab benar dengan cara aljabar adalah siswa yang berkemampuan tinggi. Kemudian ditemukan bahwa representasi-representasi memperhatikan pengalihan dari bentuk itu sendiri tidak membantu dalam mengembangkan pemecahan masalah. Mengapa bisa terjadi bahwa representasi-representasi itu sendiri tidak membantu dalam mengembangkan pemecahan masalah? Karena guru tidak representasi yang satu ke bentuk representasi yang lain, yang merupakan suatu proses psikologis yang memerlukan suatu transisi. Dengan demikian sehingga pengalihan bentuk representasi tersebut menjadi blok penghambat bukan menjadi saling terkait satu sama lain sehingga membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Selanjutnya dalam menanamkan konsep baru kepada siswa haruslah didasari dengan pengetahuan sebelumnya serta pengalaman keseharian siswa. Siswa akan lebih mudah memahami representasi yang satu ke representasi yang lainnya jika dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya, dan

Hutagaol, Multi Representasi, 136 tergantung pada strategi dalam membawa siswa ke situasi-situasi matematika. Setiap sistim representasi memiliki regularitas sendiri, sehingga pengalihan antara sistim representasi yang satu ke representasi yang lain kadangkala menjadi penghambat untuk memperdalam konsep-konsep baru. PENUTUP Berkomunikasi dengan cara aljabar adalah sangat sulit bagi siswa. Penggunaan atau pengalihan dari angka-angka digeneralisasikan ke dalam simbol adalah sesuatu hal yang sukar bagi mereka. Guru harus mampu membantu siswa untuk dapat memberdayakan skemata mereka, artinya harus dapat mengaitkan pengetahuan sebelumnya, tergantung pada strategi dalam membawa siswa kesituasi-situasi matematik mereka. Bentuk representasi yang satu merupakan prototipe atau berfungsi sebagai basis pemahaman dan penghubung dalam membantu memahami bentuk representasi yang lain. Sehingga akan lebih mudah bagi siswa dalam memahami bentuk representasi yang satu ke yang lain. Grafik berperan sebagai prototipe untuk pemahaman representasi verbal dan tabel. Pada saat yang sama tabel merupakan prototipe pengalihan ke bentuk simbolik. Sebagai contoh; jika guru melibatkan pengetahuan siswa sebelumnya pada soal y 3x ; untuk x 4, sebagai berikut: X Dikali Tiga Y 0 1 2 3 4 m 0 3 6 9 12 3m Dari contoh tersebut kita melihat peranan diagram panah, untuk menggiring pemahaman siswa, berapakah y jika x sama dengan empat, siswa akan menjawab 12, kemudian siswa dapat menuliskan kembali ke dalam bentuk aljabar. Berkomunikasi dengan cara aljabar adalah sangat sulit bagi siswa. Penggunaan atau pengalihan dari angka-angka digeneralisasikan ke dalam simbol adalah sesuatu hal yang sukar bagi mereka. Guru membantu siswa untuk memberdayakan skemata mereka, artinya harus mengaitkan pengetahuan sebelumnya, tergantung pada strategi dalam membawa siswa kesituasisituasi matematik mereka.

137, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 DAFTAR PUSTAKA Amit, M. and Fried, M. N (2004). Multiple Representations in 8 TH Grade Algebra Lessons: Are Learner Really Getting it? Proceding of the 29 th Conference of the Internasional Group for Psychology of Mathematics Education, Vol 2, pp. 57-64. Melbourne: PME. Ansari, B.I. (2004). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk- Write. Bandung: Disertasi pada SPs UPI. Tidak diterbitkan. Gagatsi, Christou, and Elia, (2005). The Nature of Multiple Representations in Developing Mathematical Relationships. International Journal for Mathematics Teaching and Learning, Quarderni Ricerca in Didattica, nl 4. Herman, T. (2000). Representasi dan Strategi Mental yang digunakan Siswa SLTP dalam Penyelesaian Soal Cerita yang Memuat Sifat Aljabar dan Urutan. Laporan Hibah Penelitian dalam Rangka Implementasi Program Due-like Universitas Pendidikan Indonesia. Hudiono, B. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Bandung: Disertasi pada SPs UPI. Tidak diterbitkan. Hudoyo, H (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. ISSN: 085-7792. Tahun VII, edisi khusus. Hutagaol, K. (2007). Pembelajaran Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan. Hwang, W. Y., Chen, N. S., Dung, J. J., & Yang, Y. L. (2007). Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, Vol 10 No 2, pp. 191-212. Jones & Knuth (1991). What does research about mathematics? [on line]. Available: http://www. Ncrl.org/sdrs/areas/stw_esys/2math. html.[12 Februari 2008). NCTM (1989). Curriculumand Evaluastion standard for School Mathematics Education. Reston. Va: NCTM. NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Neria, D. and Amit, M (2004). Students Preference of Non Algebraic Representations in Mathematical Comunication. Proceding of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol. 3 pp 409-416. Polya. (1985). How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press. Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Mengembangkan Kompetensi Guru Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sabandar, J. (2004). Representasi Matematik. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan MIPA IMSTEP JIKA di FMIPA UPI. Bandung. Sabandar, J. (2006). Model dalam Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Matematika, Ilmu Penge-

Hutagaol, Multi Representasi, 138 tahuan Alam, dan Pengajarannya. Mipa Tahun 35, No 2, Hlm. 121-261, ISSN 0854-8269. Malang. Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, dan Rohayati, A. (2001). Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI. Soekisno, B.A. (2002). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa dengan strategi Heuristik. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan. Sudjimat, D.A. (1995). Pembelajaran Pemecahan Masalah. Tinjauan Singkat Berdasarkan Teori Kognitif. Jurnal Pendidikan humaniora dan sains. 1 dan 2. Malang: IKIP Malang.